Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MUDHARABAH,MUSYAQAH DAN KHIYAR

Dosen Pengampu: Dr.Murdan S.HI.M.H

Disusun Oleh

Kelompok: 2

1.Baiq Nurazizah

2.Elya Handayani

3.Riska Febrianti

4.Apriani

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI

INSTITUT AGAMA ISLAM QAMARUL HUDA

2022

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kepada allah swt atas rahmat dan karunianya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Mudharabah,
Musyaqah dan Khiyar tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Aspek Hukum
Ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
pengetahuan atau menambah wawasan yang luas terkait judul makalah bagi para
pembaca maupun bagi penyusun.

Penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi


pengetahuannya sehingga membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi
penulisan maupun dari cara penyajian. Oleh karena itu penulis menerima saran
dan kritik dari pembaca.

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

A.Latar Belakang........................................................................1

B.Rumusan Masalah..................................................................1

C.Tujuan......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................2

A.Mudharabah............................................................................2

B.Musyaqah.... ...........................................................................2

C.Khiyar......................................................................................3

BAB III PENUTUP.................................................................................9

A.Kesimpulan.............................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Latar Belakang Perbankan baik itu perbankan konvensional ataupun syariah


dalam perasionalnya meliputi 3 aspek pokok, yaitu penghimpunan dana (funding),
pembiayaan (financing) dan jasa(service). Menurut Undang-Undang No. 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, bank umumsyariah dalam usaha untuk
menghimpun dana dapat melakukan usaha dalam bentuk simpanan berupa
tabungan, giro atau bentuk lainnya baik berdasarkan akad wadi’ah, mudharabah
atau akad lainnya yang tidak bertentangan. Sedangkan dari sisi pembiayaan,
perbankan syariah dapat menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad
mudharabah, musyarakah, murabahah,salam,istishna, qardh, atau akad lain yang
sesuai dengan syariah. Sedangkan kegiatan jasa yang dapat dilakukan oleh bank
umum syariah berdasarkan Undang-Undang tersebut diantaranya berupa akad
hiwalah, kafalah, ijarah, dan lain-lain. Dalam makalah ini penulis akan
menjelaskan tentang mudharabah serta macam-macamnya.

Mudharabah merupakan ciri khas dari ekonomi syariah, yang lebih


mengedepankan hubungan kerja sama diantara dua atau lebih pihak. Konsep
mudharabah bukan merupakanturunan dari konsep di ekonomi konvensional.
Ini berbeda dengan produk pada perbankansyariah lainnya yang sebagian besar
merupakan turunan dari produk bank konvesional ditambahdengan pendekatan
akad atau konsep syariah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Mudharabah?

2. Apa yang dimaksud dengan Musyarawah?

3. Apa yang dimaksud dengan Khiyar?

3. Tujuan

1. Untuk Mengetahui yang dimaksud Mudharabah


2. Untuk Mengetahui yang dimaksud Mudharabah

3. Untuk Mengetahui yang dimaksud Khiyar

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Mudharabah

Pembiayaan atau proses peminjaman modal atau pemberian modal adalah


salah satu fasilitas perbankan syariah yang sangat membantu para nasabah. Salah
satu yang menarik adalah pembiayaan dengan skema Mudharabah.

Mudharabah berasal dari kata ‘dhard’ yang memiliki arti memukul atau
berjalan. Dalam ekonomi Islam, memukul adalah proses memukulkan kakinya
dalam menjalankan usaha. Mudharabah dapat diartikan sebagai akad kerjasama
usaha antara dua pihak.

Kedua pihak tersebut yaitu pihak pemilik dana sebagai pihak pertama
(shahibul maal) yang menyediakan seluruh dana (100%), dan pihak pengelola
dana sebagai pihak kedua yang bertindak sebagai pengelola. Dalam Mudharabah,
keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan semua pihak yang ditulis di dalam
kontrak perjanjian. Lalu, jika mengalami kerugian finansial maka pihak pertama
akan menanggungnya, tetapi jika karena kelalaian pengelola maka akan
ditanggung oleh pengelola dana. umum, ada dua jenis akad mudharabah yang
biasa digunakan:

1. Mudharabah muthlaqah

Dalam transaksi syariah, akad mudharabah mutlaqah adalah istilah yang


akan sering kamu temui. Mutlaqah adalah salah satu jenis akad mudharabah
dimana pemilik modal tidak ikut menentukan usaha apa yang dilakukan oleh si
pengelola modal. Sifat dana yang diberikan adalah dana bebas, artinya pihak
pengelola dana tidak memiliki batasan dalam menentukan usaha dan
pelaksanaannya. Pihak pemilik modal hanya melakukan pengawasan untuk
memastikan modal usaha yang diberikan berjalan dengan lancar dan mereka akan
menerima nisbah atau bagi hasil dari usaha tersebut. Sesuai kesepakatan, akad
mudharabah mutlaqah akan menjadi bukti kerjasama sah yang akan mengatur
bagi hasil atau nisbah yang diterima oleh si pemilik modal.

2. Mudharabah muqayyadah
Jenis lainnya adalah akad mudharabah muqayyadah. Jenis ini merupakan
kebalikan dari muthlaqah, pada akad ini pemilik modal bisa menentukan jenis
usaha yang dijalankan. OJK menyatakan bahwa akad mudharabah muqayyadah ini
dibagi menjadi dua, yaitu akad mudharabah muqayyadah on balance sheet dan
akad mudharabah muqayyadah off balance sheet.

Pada akad mudharabah muqayyadah on balance sheet, nasabah yang


memberikan modal ke bank akan mensyaratkan sektor usahanya, seperti
pertanian tertentu, properti atau tambang saja. Lalu pihak bank yang
menyalurkannya dan pencatatan dilakukan secara on balance sheet. Kemudian
untuk penentuan nisbah dilakukan oleh pihak bank dan nasabah investor.

Sementara itu pada mudharabah muqayyadah off balance sheet, bank akan
bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan si pemilik modal
dengan pengelola modal. Pihak bank akan memperoleh fee atas perannya sebagai
arranger. Penentuan jenis usaha dan besar bagi hasil dilakukan oleh k muthlaqah
nasabah investor (pemilik modal) dan nasabah debitur (pengelola modal).
Pencatatan transaksi di bank akan dijalankan secara off balance sheet.

sebagai sebuah akad, mudharabah memiliki syarat dan rukun.Imam


AnNawawi menyebutkan bahwa Mudharabah memiliki lima rukun:

1. Modal

2. Jenis usaha.

3. Keuntungan.

4. Shighot (pelafalan transaksi)

5. Dua pelaku transaksi, yaitu pemilik modal dan pengelola. (Ar-


Raudhahkarya

imam Nawawi (5/117))

Sedangkan syarat-syarat dalam Mudharabah ialah sebagaimana berikut:


1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap
hukum.

2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan

kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan


memperhatikan

hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan

kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

C. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau

menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2. PengertianMusyaqah

Musyakah adalah bentuk kerjasama dalam agama Islam dalam bidang


pertanian. Pengertian musaqah sendiri dapat didefinisikan juga sebagai bentuk
kerja sama antara pemilik lahan dengan petani penggarap. Musaqah juga
diartikan sebagai bentuk lebih sederhana dari muzara'ah.

Musaqah juga diartikan sebagai bentuk lebih sederhana dari muzara'ah. Di


mana penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan
tanaman. Sebagai imbalannya, penggarap berhak mendapatkan nisbah tertentu
dari hasil panen.

Para ulama fiqih seperti Abdurrahman al-Jaziri sebagaimana dikutip dari


buku Fiqih Muamalat karya Abd. Rahman Ghazaly mendefinisikan musaqah
sebagai akad untuk pemeliharaan pohon kurma, tanaman (pertanian), dan yang
lainnya dengan syarat-syarat tertentu. Sementara itu, ulama Syafi'iyah
mengatakan musaqah adalah mempekerjakan petani penggarap untuk
menggarap kurma atau pohon anggur saja dengan cara mengairi dan merawatnya.
Hasil kurma atau anggur itu dibagi bersama antara pemilik dan petani yang
menggarap.

Kerja sama dalam bentuk musaqah ini berbeda dengan mempekerjakan


tukang kebun untuk merawat tanaman. Hal ini karena hasil yang diterima berupa
upah dengan ukuran yang telah pasti. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa
musaqah hukumnya boleh atau mubah. Hal ini mengacu pada salah satu hadits
nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah memberikan


kebun beliau kepada penduduk Khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan
perjanjian: mereka akan memperoleh dari penghasilannya, baik dari buah-buahan
maupun hasil tanamannya (HR. Muslim).

3. Pengertian Khiyar

Kata khiyar menurut bahasa artinya memilih antara dua pilihan. Sedangkan
menurut istilah khiyar ialah hak memilih bagi penjual atau pembeli untuk
meneruskan akad (transaksi) jual beli atau membatalkannya. Khiyar hukumnya
mubah bagi penjual dan pembeli dengan cara membuat kesepakatan dalam akad
jual beli. Khiyar sangat bermanfaat bagi penjual dan pembeli, sehingga dapat
memikirkan sejauh mana kebaikan dan keburukannya agar tidak terjadi
penyesalan di kemudian hari. Biasanya penyesalan terjadi dalam akibat kurang
berhati-hati, tergesa-gesa, dan kurang teliti dalam melakukan transaksi jual beli.

1. Dasar Hukum Khiyar

Hukum khiyar dalam jual beli menurut Islam adalah mubah. Tetapi jika khiyar
dipergunakan untuk tujuan menipu atau berdusta maka hukumnya haram.
Berkaitan dengan diperbolehkannya khiyar, Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya:”Engkau berhak khiyar dalam tiap-tiap barang yang engkau beli selama
tiga malam, jika engkau suka maka ambillah dan jika tidak suka maka
kembalikanlah kepada pemilinya.” (HR. Ibnu Majah).

2. Macam-macam Khiyar

Khiyar dibagi menjadi empat macam, yaitu:

a. Khiyar Majlis

Khiyar majlis adalah khiyar yang berlangsung selama penjual dan pembeli
masih berada di tempat jual beli. Jika penjual dan pembeli sudah berpisah maka
hak khiyar sudah tidak berlaku lagi. Penjual sudah tidak bisa membatalkan
transaksi jual beli sebagaimana pembeli tidak dapat meminta kembali uangnya
walaupun sudah mengembalikan barang.

Ukuran berpisah disesuaikan dengan adat kebiasaan yang berlaku di suatu


daerah. Salah satu contoh dari khiyar majlis dalam kehidupan sehari-hari adalah
pernyataan penjual bahwa “barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan”.

Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya:”Orang yang mengadakan jual beli, diperbolehkan melakukan khiyar


selama keduanya belum terpisah (dari tempat aqad).” (HR. Al-Bukhari).

b. Khiyar Syarat

Khiyar syarat adalah hak penjual atau pembeli atau keduanya untuk
melanjutkan atau membatalkan transaksi jual beli selama masih dalam masa
tenggang yang disepakati oleh kedua belah pihak. Adapun ketentuan khiyar syarat
sebagai berikut:

Khiyar syarat secara umum berlaku selama tiga hari tiga malam yang dimulai
sejak terjadinya akad. Namun hal tersebut tergantung kesepakatan antara kedua
belah pihak. Jika masa khiyar telah lewat, maka transaksi jual beli tidak bisa. Hak
khiyar tidak dapat diwariskan, artinya jika si pembeli meninggal dalam masa
khiyar maka barang menjadi milik ahli warisnya atau jika penjual yang meninggal
dalam masa khiyar, maka kepemilikan barang secara otomatis menjadi hak
pembeli.

Dalam khiyar syarat harus ditentukan tenggang waktunya secara cermat.


Salah satu contoh khiyar syarat dalam kehidupan sehari-hari adalah pembeli
berkata: “Saya membeli radio ini jika anak saya suka, tetapi jika anak saya tidak
suka maka jual beli ini ” Kemudian penjual menjawab: “Ya, saya setuju dengan
kesepakatan tersebut.”

c. Khiyar Aibi

Maksud dari khiyar ini adalah pembeli mempunyai hak pilih untuk
membatalkan akad jual beli atau meneruskannya karena terdapat cacat pada
barang yang dibelinya. Cacat barang tersebut dapat mengurangi manfaat barang
yang dibeli.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mudharabah adalah bentuk perjanjian kerja sama antara pemilik harta dengan
pengelola harta. Pemilik harta menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk
dibisniskan. Jika untung, keuntungannya dibagi kepada pemilik harta dan pihak
pengelola harta, sesuai dengan kesepakatan di awal.

2. Musyaqah adalah salah satu bentuk kerja sama antara pemilik lahan dan
penggarap di mana penggarap bertugas untuk merawat tanaman saja. Adapun
keduanya tetap melakukan bagi hasil sesuai kesepakatan dalam akad.

3. khiyar adalah; hak yang dimiliki seseorang yang melakukan perjanjian usaha
(jual-beli) untuk menentukan pilihan antara meneruskan perjanjian jual-beli atau
membatalkannya.

DAFTAR FUSTAKA
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2004).

Ah Azharuddin Latif, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan

Syariah di Indonesia (jurnal).

Edwin Nasution (et.al.), Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana .

Anda mungkin juga menyukai