Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MUDHARABAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lembaga Instrumen&Keuangan
Dosen Pengampu:
Fatih Fuadi M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Rendi Dwi Prabowo 2251020128
Fika Oktariana Saputri 2251020064
Lailatul Ananta Febriyanti 2251020360

PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Dengan rasa hormat dan
kesungguhan, makalah ini disusun untuk menyajikan sebuah telaah mendalam terkait topik
yang relevan dan penting dalam konteks saat ini. Melalui penulisan ini, kami berharap dapat
memberikan sudut pandang yang beragam dan mencerahkan pembaca tentang isu yang
dibahas.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, serta inspirasi dari
berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi yang berharga. Segala upaya telah kami
lakukan untuk menjaga kualitas dan kedalaman dalam eksplorasi topik yang diangkat dalam
makalah ini. Makalah ini didasarkan pada berbagai sumber terpercaya, dan segala bentuk
kutipan serta referensi telah saya sertakan sesuai dengan pedoman penulisan yang berlaku.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada para
pembaca serta dapat menjadi sumbangan positif dalam diskusi dan eksplorasi lebih lanjut
terkait topik yang dibahas.
Tidak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam proses
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan kecil
dalam perbincangan yang lebih luas mengenai topik yang diangkat. Terima kasih atas perhatian
serta waktu yang telah diberikan untuk membaca makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan manfaat yang berarti bagi para pembaca.

Bandar Lampung,01 November 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Pengertian mudharabah ......................................................................... 2
B. Rukun dan Syarat Mudharabah ............................................................. 4
C. Jenis-jenis Akad Mudharabah ............................................................... 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 7
A. Kesimpulan ........................................................................................... 7
B. Saran ..................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mudharabah merupakan salah satu bentuk dari prinsip bagi hasil dalam sistem
keuangan Islam. Istilah ini merujuk pada suatu perjanjian antara dua pihak di mana satu
pihak memberikan modal (shahibul maal) dan pihak lainnya memberikan pengelolaan
usaha (mudharib) dengan harapan memperoleh keuntungan dari hasil usaha tersebut.
Latar belakang konsep mudharabah berasal dari prinsip keuangan Islam yang
bertujuan untuk menghindari riba (bunga) dan mempromosikan prinsip keadilan dalam
pembagian keuntungan dan kerugian antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi
keuangan. Dalam konteks ekonomi Islam, mudharabah menjadi instrumen keuangan
yang memungkinkan pemilik modal (shahibul maal) untuk berinvestasi dalam usaha
tanpa perlu terlibat secara aktif dalam pengelolaannya. Sementara pihak yang
bertanggung jawab dalam mengelola usaha (mudharib) memiliki tanggung jawab untuk
menjalankan usaha tersebut secara efisien dan dengan penuh kehati-hatian.
Prinsip mudharabah menekankan konsep keadilan dan risiko bersama antara
pihak yang berinvestasi dan pihak yang mengelola usaha. Keuntungan dari usaha akan
dibagi sesuai dengan kesepakatan awal, sementara kerugian akan ditanggung oleh
pihak yang memberikan modal, kecuali jika kerugian tersebut disebabkan oleh
kelalaian atau tindakan yang tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Konsep mudharabah telah menjadi bagian integral dalam sistem keuangan
Islam, digunakan dalam berbagai jenis transaksi dan investasi, seperti dalam bank-bank
syariah, lembaga keuangan, serta transaksi komersial lainnya. Namun, implementasi
dan praktek mudharabah sering kali memerlukan regulasi yang jelas dan pemahaman
yang mendalam atas prinsip-prinsip keuangan Islam untuk memastikan bahwa prinsip
keadilan dan transparansi terjaga dalam setiap transaksi yang dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mudharabah?
2. Apa saja rukun dan syarat mudharabah?
3. Apa saja jenis-jenis akad dalam mudharabah?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu mudharabah
2. Mengetahui apa saja rukun dan syarat dalam mudharabah
3. Mengetahui jenis-jenis akad dalam mudharabah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah
Kata bagi hasil berasal dari Bahasa Arab “mudharabah”. Menurut Bahasa kata
‘Mudharabah’ semakna dengan alQath’u (potongan), berjalan, dan atau bepergian”.
Seperti yang terlihat dalam
Q.S al-Muzammil: 20. Yang artinya “Dan yang lainnya, bepergian di muka bumi
mencari karunia Allah”
Dalam alquran tidak ditemukan istilah mudharabah secara langsung, akan tetapi
melalui akar kata darb yang diungkapkan sebanyak lima puluh delapan kali. 2 Dari akar
kata inilah kemudian lahir istilah mudharabah. Menurut istilah, mudharabah memiliki
beberapa pengertian sebagai berikut1:

1. Menurut para fuqaha. Mudharabah adalah akad antara dua pihak (orang) saling
menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk
diper-dagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Menurut Sayyid Sabiq, Mudha-rabah adalah akad antara dua belah pihak untuk
salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan syarat
keuntungan dibagi dua sesuai dengan perjanjian.
3. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh/100 persen modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Ke-untungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Sedangkan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
4. Menurut hanafiyah, mudharabah adalah memandang tujuan dua pihak yang berakad
yang berserikat dalam keuntungan, karena harta diserahkan kepada yang lain dan
yang lain punya jasa mengolah harta tersebut.
5. Menurut pendapat malikiyah bahwa, akad perwakilan dimana pemilik harta
mengeluarkan hartanya kepada lainya untuk diperdagangkan dengan pembayaran
yang ditentukan (emas dan perak).
6. Imam hanabilah berpendapat bahwa, ibarat pemilik harta menyerahkan hartanya
dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan bagian dari
keuntungan yang diketahui.
7. Sedangkan menurut ulama’ syafi’iyah mudharabah adalah, akad yang menentukan
seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain untuk ditijarahkan.

Setelah diketahui beberapa pengertian yang dijelaskan oleh para ulama diatas,
kiranya dapat dipahami bahwa mudharabah atau qiradh 2ialah akad pemilik modal

1
Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011 ), hlm.138.

2
dengan pengelola modal tersebut, dengan sayarat bahwa keuntungan yang diperoleh
kedua belah pihak sesuai jumlah kesepakatan.
Dan dalam buku fiqih muamalah yang di tulis oleh m. Yazid afandi,3
mudharabah atau qiradh adalah salah satu bentuk kerjasama pemilik modal dengan
pedagang/ pengusaha/ orang yang mempunyai keahlian untuk melakukan usaha
bersama. Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pengusaha/ pedagang
untuk usaha tertentu. Jika dari usaha tersebut mendapatkan keuntungan maka, akan
dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Sedangkan jika terjadi
kerugian maka ditanggung oleh pemilik modal, dan penguasaha tidak mendapat
atas usaha yang dikeluarkan nya dan disinalah letak keadilan mudharabah.
Mudharabah dalam fiqh adalah seseorang menyerahkan modal kepada
pengusaha/pekerja untuk di usahakan dengan syarat keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan yang telah ditetapkan dalam kontrak. Adapun kerugian sepenuhnya
ditanggung pemilik pemodal.4
Ada beberapa ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam fiqh berkaitan
dengan sistem mudharabah, diantara-nya adalah sebagai berikut:
1. Modal
Modal dalam wacana fiqh diistilahkan dengan “ra’sul maal”. Para ulama men-syaratkan
bahwa modal itu harus memenuhi pen-syaratan:
(1) Terdiri dari mata uang yang beredar atau berlaku.
(2) Modal harus diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha. Modal tersebut
harus diserah-kan seluruhnya pada saat ikatan kontrak.
(3). Modal harus jelas jumlah dan jenisnya.
2. Manajemen
Kontrak mudharabah dalam fiqh dibagi dalam dua kategori, yaitu:
(1) Mudharabah Mutlaqah, yaitu Pemilik dana (shahibul maal) memberikan
keleluasaan penuh kepada pengelola (mudharib) dalam menentukan jenis usaha
maupun pola pengelolaan yang dianggapnya baik dan menguntungkan,
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah.
(2) Mudharabah Muqayyadah, yaitu Pemilik dana memberikan batasan-batasan
tertentu kepada pengelola usaha dengan menetapkan jenis usaha yang harus
dikelola, jangka waktu pengelolaan, lokasi usaha dsb.
3. Jaminan
Esensi kontrak mudharabah adalah terjadinya kerjasama dan saling tolong menolong
antara pemilik modal atau orang yang surplus modal dengan orang yang hanya
memiliki keahlian dan ketrampilan, sehingga jurang pemisah antara kaya dan miskin
dapat dikikis
4. Jangka waktu

3
M. Yazid Afandi, Fiqih Muamalah, ( Yogyakata: Logung Pustaka, 2009 ), hlm.101.
4
Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

3
Mengenai pembatasan jangka waktu mudharabah diperdebatkan oleh para ahli fiqh.
Sebagian ulama berpendapat bahwa dengan adanya batasan waktu berlakunya kontrak
akan menjadikan kontrak itu batal, sebab hal tersebut dapat menghilangkan kesem-
patan pengusaha untuk mengem-bangkan usahanya, sehingga ke-untungan maksimal
dari kegiatan itu sulit untuk tercapai.

5. Nisbah keuntungan
Nisbah keuntungan merupakan rukun khas yang ada pada akad mudharabah, hal inilah
yang membedakannya dengan akad-akad yang lain. Nisbah ini merupakan bagian yang
akan diperoleh oleh masing-masing pihak yang berkontrak.
6. Bentuk Mudharabah
Dalam kajian fiqh klasik, bentuk mudharabah yang dijalankan dalam akad dilakukan
dengan modus pembiayaan/ investasi langsung (direct financing), dimana shahibul
maal bertindak sebagai surplus unit melakukan investasi langsung kepada mudharib
yang bertindak sebagai deficit unit.

B. Rukun dan Syarat Mudharabah


Rukun mudharabah adalah hal-hal yang harus dipenuhi untuk dapat
melakasankan akad mudharabah. Ia adalah pilar bagi terwujudnya akad. Jika salah satu
tidak terpenuhi, maka akad mudharabah tidak bisa terjadi. Menurut jumhur ulama’
rukun akad mudharabah adalah:
1.A’qidain (dua orang yang berakad), yaitu mudharib (pengelola modal) dan shahib al-
mal (orang yang mempunyai modal).
2.Al-mal (modal), sejumlah dana yang dikelola.
3.Al-ribh (keuntungan), laba yang didapatkan untuk dibagi sesuai kesepakatan.
4.Al-a’mal (usaha) dari mudharib.
5.Sighat (ucapan serah terima).
Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, rukun mudharabah hanya satu yaitu
ijab (ucapan penyerahan modal) dan qabul (ungkapan menerima modal dan ungkapan
perseujuan kedua pihak).

Syarat adalah hal yang harus dipenuhi setelah rukun-rukun terpenuhi.


Keberadaan syarat sangan berkaitan dengan rukun-rukunnya. Maka syarat-syarat yang
ditetapkan dalam akad ini terperinci sesuai dengan rukunnya.

1. Syarat terkait dengan orang yang melakukan akad yaitu (Aqidain)


a. Cakap dalam bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai akid (orang yang
berakad) atau dalam ushul fiqih di sebut ahliyatul al- ada
b. Shahib al-mal (pemilik dana) tidak boleh melakukan intervensi kepada
mudharibya dalam mengelola dana. Ia harus memberikan kebebasan kepada
mudharib terhadap hal-hal yang sudah di sepakati. Namun demikian masih
diperkenankan membatasi pada suatu macam barang tertentu, jika pada saat
berlangsungnya akad barang tersebut mudah ditemukan.

4
2. Syarat terkait dengan modal
a. Modal harus berupa uang tidak boleh barang. Dan ulama’ syafi’i memboleh kan
emas dan perak karena dapat digunakan modal dan sama posisinya dengan mata
uang.
b. Besar modal harus diketahui secara pasti oleh kedua belah pihak
c. Modal bukan merupakan utang atau pinjaman.
d. Modal diserahkan langsung kepada mudharib dan tunai. Tetapi madhab hanafi
membolehkan untuk sebagian di pegang pemodal asal tidak mengganggu
kelancaran usaha.
e. Modal yang digunakan sesuai dengan kesepakatan. Mudharib tidak bisa
menggunakan modal di luar persyaratan. Kecuali sahib al-mal memberikan
kebebasan.
f. Pengembalian modal dapat dilakukan pada saat bagi hasil.
g. Pada dasarnya jaminan tidak diperkenankan dalam mudharabah. Namun,
mudharib (pengelola) dana tidak menyimpang dapat sahib al-mal dapat
meminta pihak ketiga untuk menjamin.

3. Syarat terkait dengan keuntungan


a. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan.
b. Sahib al-mal siap mengambil resiko rugi dari modal yang dikelola. Dan
mudharib mendapat resiko tidak memperoleh apa-apa dari usahanya.
c. Penentuan angka keuntungan dihitung dengan prosentase hasil usaha yang
dikelola oleh mudharib bedasarkan kesepakatan.
d. Sebelum mengambil keuntungan harus di konversikan dalam bentuk mata uang.
Dan harus ada pemisahan modal dengan keuntungan.
e. Mudharib hanya bertanggung jawab atas sejumlah modal yang di investasikan.
Dan komitmen apapun harus melalui persetujuan sahib al-mal.
f. Mudharib berhak memotong biaya yang berkaitan dengan usaha yang di ambil
dari modal mudharabah.
g. Jika melanggar syarat akad mudharib bertanggung jawab atas kerugian atau
biaya yang diakibatkan pelanggaran.5

C. Jenis-jenis Akad Mudharabah

1. Mudharabah Muthlaqoh Merupakan bentuk kerja-sama antara shahibul maal dengan


mudharib yang tanpa syarat, cakupan yang luas dan tidak dibatasi oleh apapun.
2. Mudharabah Muqayyadah Merupakan kebalikan dari Mudharabah Muthlaqoh,
dimana Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, tempat usaha, dan waktu, serta
lainnya.
Macam-macamnya adalah sebagai berikut :

5
M. Yazid Afandi, Fiqih Muamalah, ( Yogyakata: Logung Pustaka, 2009 ), hlm.109.

5
a. Al mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet Pada jenis mudharabah ini, shahibul
maal dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank,
sehingga disebut sebagai simpanan khusus. contohnya disyaratkan digunakan
dengan akad tertentu, untuk bisnis tertentu, atau untuk nasabah tertentu. Teknik
perbankan:
1) Shahibul maal berkewajiban menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
diikuti oleh bank, wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran
dana simpanan khusus.
2) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda
penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.
3) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus, bank
wajib menisbahkan dana dari rekening lainnya.
4) Wajib memberitahukan kepada shahibul maal mengenai nisbah, tata cara
pemberitahuan keuntungan atau pembagian keuntungan, serta resiko yang dapat
ditimbulkan dari penyimpanan dana. Jika mendapatkan kesepakatan, maka hal
tersebut harus dicatat dalam akad.
Mudharabah muqayyadah on balance sheet juga merupakan aliran dana yang terjadi
dari satu nasabah investor ke berbagai pelaksana usaha dalam beberapa sektor
terbatas, misalnya manufaktur, jasa, dan pertanian. Kemungkinan juga hanya
mensyaratkan dananya untuk pembiayaan dalam sektor properti, pertanian, dan
pertambangan.
b. Al-mudharabah muqayyadah of balance sheet Pada jenis mudharabah ini,
penyaluran dana mudharabah langsung kepada mudharib, dimana bank bertindak
sebagai perantara yang mempertemukan antara shahibul maal dengan mudharib.
Syarat-syarat yang ditetapkan oleh shahibul maal harus dipatuhi oleh bank dalam
menentukan kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya. Teknik
perbankan:
1) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak
yang diamanatkan oleh pemilik dana.
2) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak,
sedangkan antara shahibul maal dan mudharib berlaku nisbahq bagi
hasil.
3) Sebagai tanda buku simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus,
bank wajib menisbahkan dana dari rekening orang lainnya. Simpanan
khusus akan dicatat secara tersendiri dalam rekening administrasi.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mudharabah adalah akad antara dua pihak (orang) saling menanggung, salah satu pihak
menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diper-dagangkan dengan bagian yang telah
ditentukan dari keuntungan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Menurut
hanafiyah, mudharabah adalah memandang tujuan dua pihak yang berakad yang berserikat
dalam keuntungan, karena harta diserahkan kepada yang lain dan yang lain punya jasa
mengolah harta tersebut. Setelah diketahui beberapa pengertian yang dijelaskan oleh para
ulama diatas, kiranya dapat dipahami bahwa mudharabah atau qiradh ialah akad pemilik
modal dengan pengelola modal tersebut, dengan sayarat bahwa keuntungan yang diperoleh
kedua belah pihak sesuai jumlah kesepakatan. Dan dalam buku fiqih muamalah yang di
tulis oleh m. Yazid afandi, mudharabah atau qiradh adalah salah satu bentuk kerjasama
pemilik modal dengan pedagang/ pengusaha/ orang yang mempunyai keahlian untuk
melakukan usaha bersama. Mudharabah dalam fiqh adalah seseorang menyerahkan modal
kepada pengusaha/pekerja untuk di usahakan dengan syarat keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
B. Saran
Penulis memahami betul bahwa masih terdapat banyak kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, dengan ini penulis mohon kritik yang membangun dari para pembaca. Penulis
mengucapkan banyak terimakasih terhadap kritik yang membangun tersebut,di harapkan
dapat menjadi penulis lebih baik lagi dalam membuat makalah berikut nya. Kesempurnaan
hanya milik Allah, dan sebagai hamba Nya pasti memiliki kekurangan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Afandi,M. Yazid Fiqih Muamalah. 2009. Logung Pustaka :Yogyakata.


Al-Jaziry, Abd. Rahman, Al-Fiqh al Madzahib al-Arba’ah, Jilid. III (Cet. I; Beirut: Daar al-
Kutub, 1990
Az-Zuhaily, Wahbah, Fiqh Islam wa Adillatuhu, Jilid V

Anda mungkin juga menyukai