Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MUDHARABAH”

DOSEN PEMBIMBING
Dr.Saproni Samin,M.Ed

DISUSUN OLEH
AFRIGO RAHMAT YENRA 226610590
DINI TURIANI MANURUNG 226610677
FAJAR PRATAMA A. 226610558
FAZA HARIADY 226610579

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENJASKESREK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat
waktu.
Tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul ‘MUDHARABAH” ini disusun guna menyelesaikan
tugas dari dosen mata kuliah ibadah muamalah dan akhlak dari berbagai tokoh.
Setiap tokoh memiliki pandangan terhadap hadist dengan keragaman pemikiran
pada zamannya yang berdampak bagi perkembangan Islam itu sendiri.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan pada penyusunan serta penulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca supaya makalah ini dapat lebih sempurna, serta menambah
wawasan bagi penelitian selanjutnya.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Pekan Baru, 13 DESEMBER 2022

kelompok 10

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................1
KATA PENGANTAR ....................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5
BAB III PENUTUP ........................................................................................14
DAFTAR PUSAKA.........................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat duniawi maupun
ukhrowi tidak lepas dari pada tujuan (maqosyid) dari apa yang akan ia peroleh selepas aktifitas
tersebut, dengan berbagai macam perbedaan sudut pandang manusia itu sendiri terhadap esensi
dari apa yang hendak ia peroleh, maka tidak jarang dan sangat tidak menutup kemungkinan
sekali proses untuk menuju pada tujuan maqosyidnya pun berwarna-warni.
Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak dari manusia sendiri yang
terjebak dalam hal ini, lebih mengedepankan pada pemenenuhan hak pribadi dan mengabaikan
hak-hak orang lain baik hak itu berupa individu ataupun masyarakat umum. Akan tetapi Islam
sebuah agama yang rahmatan lil-alamin mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia, sehingga
norma-norma yang diberlakukan islam dapat memberikan solusi sebuah keadilan dan kejujuran
dalam hal pencapaian manusia pada tujuan daripada aktifitasnya itu, sehingga tidak akan terjadi
ketimpangan sosial antara mereka.
Maka tidak jarang diantara kita yang acap kali menemukan ayat dalam kitab suci Al-
Qur'an yang mendorong perdagangan dan perniagaan, dan Islam sanggat jelas sekali menyatakan
sikap bahwa tidak boleh ada hambatan bagi perdagangan dan bisnis yang jujur dan halal, agar
setiap orang memperoleh penghasilan, menafkahi keluarga, dan memberikan sedekah kepada
mereka yang kurang beruntung.
Melihat pada bahasan singkat diatas penulis berminat untuk membahasa lebih lanjut tentang
konsep transaksi Mudharabah.
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Sumber Hukum, Rukun, Jenis, dan Sifat Mudharabah

a. Pengertian Mudharabah
Secara etimologis, mudharabah berasal dari kata dharaba – yadhribu – dharban yang
artinya memukul. Dengan ditambahnya alif pada dho’, maka kata ini memiliki konotasi “saling
memukul” yang berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para fukoha memandang
mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada pemakaiannya dalam al-Qur’an yang
selalu disambung dengan kata depan “fi” kemudian dihubungkan dengan “al-ardh” yang
memiliki pengertian berjalan di muka bumi.
Mudharabah merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh penduduk Irak
sedangkan penduduk Hijaz lebih suka menggunakan kata “qirodh” untuk merujuk pola
perniagaan yang sama. Mereka menamakan qiradh yang berarti memotong karena si pemilik
modal memotong dari sebagian hartanya untuk diniagakan dan memberikan sebagian dari
labanya. Kadang-kadang juga dinamakan dengan muqaradhah yang
berarti sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan
modalnya sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi keuntungan.
Dalam istilah fikih muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana si pemilik
modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan dengan
keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan
kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal. Para ulama sepakat bahwa landasan
syariah mudharabah dapat ditemukan dalam al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ dan qiyas.

b. Sumber Hukum
1) Al-Qur’an
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka bumi dan
carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)

5
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan).”
(QS 2:198).
2) As-Sunnah
Dari shalih bin suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: Jual beli secara tanngguh, muqaradhah
(mudharabah) dan mencampur adukan dengan tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
3) Ijma
Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa jemaah dari
sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah, perbuatan tersebut
tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
4) Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang untuk
mengelola kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada pula yang kaya,
disuatu sisi lain banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya, di
sisi lain tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal.
Dengan demikian adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi
kebutuhan kedua golongan diatas, yakni untuk kemashalatan manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhan mereka.

c. Rukun Mudharabah
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan qobul, yakni
lafad yang menunjukan ijab dan qobul dengan menggunakan mudharabah, muqaridhah,
muamalah, atau kata-kata yang searti dengannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga, yaitu dua orang
melakukan akad (al-aqidani), modal (ma’qud alaih), dan shiqad (ijab dan qabul), sedanngkan
ulama syafi’iyah lebih merici lagi menjadi lima rukun yaitu: modal, pekerjaan, laba, shighat, dan
dua orang yang akad.

c. Jenis Mudharabah

6
Jenis Mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu: mudharabah Muthalaqoh,
Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah.
1. Mudharabah Muthalaqoh adalah mudharabah di mana pemilik dananya
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelola investasinya. Dan
mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan
batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, atau objek
investasi atau sektor usaha.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana
menyerahkan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

d. Sifat Mudharabah
Ulama fiqih sepakat bahwa akad dalam mudharabah sebelum dijalankan oleh pekerja
termaksud akad yang tidak lazim. Apabila sudah dijalankan oleh pekerja, diantara ulama terdapat
perbedaan pendapat, ada yang berpendapat termaksud akad yang lazim, yakni dapat diwariskan
seperti pendapat imam malik, sedangkan menurut ulama syafi’iyah, malikiyah dan hanabilah
akad tersebut tidak lazim, yakni tidak dapat diwariskan.

B. Syarat Sah Mudharabah

1. Syarat Aqidani
Di syaratkan bagi orang yang melakukan akad, yakni pemilik modal dan
pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil sebab mudharib
mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.

2. Syarat Modal
a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni segala
sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian
b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran

7
c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat akad. Juga
dibolehkan mengusahakan harta yang dititipkan kepada oranng lain, seperti
mengatakan:”Ambil harta saya di si fulan kemudian jadikan modal usaha”
d. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar pengusaha
dapat mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut sebagai amanah

3. Syarat-syarat Laba
a. Laba harus memiliki ukuran
Mudharabah yang dimaksudkan untuk mendapatkan laba, dengan demikian
pengusaha dibolehkan menyerahkan laba sebesar Rp.5000,00 misalnya untuk
dibagi diantara keduanya tanpa menyebutkan ukuran laba yang diterimanya.
b. Laba harus berupa bagian yang umum (Masyhur)
Pembagian laba harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara umum, seperti
kesepakatan diantara orang yang melangsungkan akad bahwa setengah laba
adalah untuk pemilik modal, sedanngkan setengah lainnya lagi diberikan kepada
pengusaha. Akan tetapi tidak boleh menetapkan jumlah tertentu bagi satu pihak
lain, seperti menetapkan laba Rp.1000 bagi pemilik modal dan menyerahkan
sisanya bagi pengusaha.

C. Hukum Mudharabah

Hukum mudharabah terbagi dua yaitu: Mudharabah Sahih dan Mudharabah Fasid
1) Hukum mudharabah fasid
Beberapa hal dalam mudharabah fasid yang mengharuskan pemilik modal memberikan
upah kepada pengusaha antara lain:
a) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli, menjual,
atau mengambil barang
b) Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusyawarah sehingga
pengusaha tidak bekerja, kecuali atas seizinnya
c) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha agar mencampurkan harta
modal tersebut dengan harta orang lain atau barang lain miliknya

8
2) Hukum mudharabah shahih
Hukum mudharabah shahih yang tergolong shahih diantaranya:
 Tanggung jawab pengusaha
Apabila pengusaha berutang ia memiliki hak atas laba secara bersama-sama
dengan pemilik modal. Jika mudharabah rusak karena adanya beberapa sebab
yang menjadikannya rusak, pengusaha menjadi pedagang sehingga ia pun
memiliki hak untuk mendapat upah, jika harta rusak tanpa disengaja ia tidak
bertanggung jawab atas rusaknya modal tersebut, dan jika mengalami kerugian
pun ditanggung oleh pengusaha saja

D. Perkara yang Membatalkan Mudharabah

1) Pembatalan, Larangan Berusaha, dan Pemecatan


Mudharabah menjadi batal dengan adanya pembatalan mudharabah, larangan untuk
mengusahakan (tasharuf) dan pemecatan. Semua ini jika memenuhi syarat pembatalan
dan larangan, yakni orang yang melakukan akad mengetahui pembatalan dan pemecatan
tersebut, serta modal telah diserahkan ketika pembatalan atau larangan.

2) Salah seorang Aqid Meninggal dunia


Jumhur ulama berpendapat bahwa mudharabah batal, jika salah seorang akad meninggal
dunia, baik pemilik modal, maupun pengusaha. Sedangkan ulama Malikiyah berpendapat
bahwa mudharabah tidak batal dengan meninggalnya salah seorang yang melakukan
akad, tetapi dapat diserahkan kepada ahli warisnya, jika dapat dipercaya.

3) Salah seorang Aqid Gila


ahwa gila membatalkan mudharabah, sebab gila atau sejenisnya membatalkan keahlian
dalam mudharabah.

4) Pemilik Modal Rusak

9
Apabila pemilik modal murtad (keluar dari Islam) atau terbunuh dalam keadaan murtad,
atau tergabung dengan musuh serta karena diputuskan oleh hakim atas pemberontakan
hal itu membatalkan mudharabah sebab bergabung dengan musuh sama saja dengan mati.

5) Modal rusak ditangan Pengusaha


Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudharabah menjadi batal. Hal ini karena modal
harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal rusak, mudharabah batal. Begitu pula
nudharabah dianggap rusak jika modal diberikan kepada
orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan.

E. Prinsip Pembagian Hasil Usaha Mudharabah

Dalam mudharah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi
hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugian (loss). Sehingga untuk pembahasan
selanjutnya akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-
Undang No.10 tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi diantara
pemilik dana dan pengelola dana tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan
usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi
penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari
proyeksi hasil usaha. Jika mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha
diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.

F. Perlakuan Akuntansi dalam Mudharabah

1. Akuntansi untuk Pemilik Dana


a) Dana yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
b) Pengukuran investasi mudharabah
1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
2. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset non-
kas pada saat penyerahan.
10
c) Penyaluran nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas
1. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang
atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,
maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
2. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagai investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adaya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian
bagi hasil.
d) Kerugian
kerugian yang terjadi dalam satu priode sebelun akad mudharabah berakhir, pencatatan
kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.

e) Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.
f) Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah
dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah, diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.
g) Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporang keuangan sebesar nilai
tercatat yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
h) Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas pada:
1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah seperti: porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.

11
2. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
3. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.
4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan syari’ah.

2. Akuntansi untuk Pengelola


a) Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
b) Pengukuran dana syirkah temporer.
Dana syirkah diukur sebesar jumlah kata atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
c) Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima maka
pengelola dana mengakui sebagai aset. Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan
ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik
dana.
d) Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan akuntansi
konvensional.
e) Kerugian yang di akibatkan oleh kesalahn atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pegelola dana.
f) Di akhir akad
g) Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaski mudharabah dalam laporan kuangan:
1. dana srirkah temporer dari pemilik dana di sajikan sebesar nilai tercatatnya untuk
setiap jenis mudharabah.
2. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah di perhitungkan tetapi belum diserahkan
kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum di bagikan sebagai
kewajiban.
h) Pengungkapan
pengungkapan dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktifitas usaha mudharabah, dan lain lain.

12
2. Rincian dana syirkah temporer yang di terima berdasarkan jenisnya.
3. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah, muqayyadah, pengungkapan yang
diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan syariah.

BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan

Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha.
Oleh sebab itu, akad mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan atau investasi
yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Hal ini disebabkan
bahwa laba dibagi atas dasar nishab bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak,
sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh
pengelola dana.
Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad mudharabah tersbut
harus memenuhi rukun dan ketentuan syari’ah yang mengacu pada Al-Qur’an, As-Sunah, Ijma,
dan Qiyas.
Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah hingga jaman
sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang menyalahkannya. Ini
merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah digunakan bangsa Quraisy
secara turun-temurun, dari zaman jahiliyah hingga zaman Nabi, kemudian beliau mengetahui,
melakukan dan tidak mengingkarinya.
“Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-Baqarah:275)
“Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah” (QS.Al
Mujammil:20)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”.
(QS.Al Baqarah: 19

DAFTAR PUSTAKA

14
Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/

http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html

15

Anda mungkin juga menyukai