DOSEN PEMBIMBING
REZKI, M.Pd
DISUSUN OLEH
M.ikhsan maulana
Ciska fira sihani
Faza hariady
Ratna sekar
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................3
BAB I PENDAHULAN...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5
BAB III PENUTUP DAN SARAN.................................................................15
DAFTAR PUSATAKA...................................................................................16
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan berbagai kenikmatannya kepada kita sehingga kita masih bisa bernafas, dan atas
berkat rahmat dan nikmatnya penulis pun dapat menyelesaikan makalah ini.
Adanya penulisan membuat makalah ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata dasar dasar penjas dengan judul Proses Inovasi dalam Pendidikan
jasmani.
tentunya makalah ini juga sangat bermanfaat bagi penulis untuk menunjang proses
pembelajaran.Tentunya dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali kekurangan-
kekurangannya baik dalam segi penulisan maupun etika penulisan, mohon maafyang sebesar-
besarnya dan mohon dimaklumi.
Kelompok 5
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Gaya (style) mengajar sering juga disebut Strategi dalam pembelajaran. Ada berbagai macam
bentuk inovasi pendidikan jasmani dan olahraga, diantaranya yaitu: Strategi pembelajaran
Komando, Strategi tugas individu/Latihan, Strategi Pembelajaran Resiprokal, Strategi Guided
Discovery, Strategy Pembelajaran inkuiri.
Strategi pembelajaran komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru.
Tujuannya adalah penampilan yang cermat. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan ia
sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau kemajuan
besar dari perkembangan peserta didiknya. Pada dasarnya strategi pembelajaran ini ditandai
dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya, strategi pembelajaran itu dimulai
dengan penjelasan tentang teknik baku, dan kemudian peserta didik mencontoh dan
melakukannya berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Peserta didik dibimbing ke suatu tujuan yang sama bagi semuanya.
Memang Strategi pembelajaran komando kebanyakan terbukti efektif karena ilmu yang diperoleh
oleh peserta didik akan cepat diserap dan dapat dimengerti, inilah peran guru dibutuhkan
sepuasnya. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran yang mendukung dan yang efektif.
Kebebasan peserta didik sangat terbatas hanya kepada mau atau tidaknya mengikuti atau
mematuhi perintah guru. Jadi peserta didik sepenuhnya bergantung kepada gurunya tentang tugas
gerak apa yang dikerjakan. Secara teoritis dapat dinyatakan peserta didik tidak mempunyai
kebebasan untuk membuat keputusan sehubungan dengan proses belajarnya. Jadi dalam strategi
komando, peserta didik hanya dijadikan sebagai objek dan, dan guru adalah subjeknya.
5
4. Guru menyiapkan peserta didik untuk menerima aba-aba dan melakukan gerakan-gerakan
sesuai komando dari guru.
5. Guru menghentikan pembelajaran bila ia menganggap bahwa peserta didik telah
menguasai gerakan yang dimaksud.
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua
tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya
dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/peserta didik hanya berperan sebagai pelaku atau
pun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala
perintah dari guru.
Esensi dari strategi pembelajaran komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat
antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru,
akan mengawali setiap gerakan peserta didik/peserta didik dalam menampilkan gerakan sesuai
dengan contoh dari guru. Strategi pembelajaran komando sangat sesuai untuk kegiatan
pembelajaran stretching, kalestenik dan teknik dasar.
Dalam strategi pembelajaran ini peserta didik diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara
perorangan, sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua peserta didik secara
perorangan. Disini guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas
dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Strategi pembelajaran
individu juga dikenal dalam istilah strategi pembelajaran latihan. Hal ini sangat sesuai untuk
pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar.
6
Didalam strategi pembelajaran tugas ini peserta didik ikut serta menentukan cepat lambatnya
tempo belajar, maksudnya guru memberikan keleluasaan bagi setiap peserta didik untuk
menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam strategi pembelajaran ini,
guru tidak menghiraukan bagaimana kelas organisasi, atau apakah peserta didik melakukan tugas
itu secara serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu penting baginya. Tugas dapat
disampaikan secara lisan atau tulisan. Peserta didik melakukan tugas sesuai dengan
kemampuannya dan dia juga dapat dibantu oleh temannya, atau tugas itu dilaksanakan dalam
sebuah kelompok kecil.
Pada strategi pembelajaran resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran
tertentu (dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/peserta didik yang berperan sebagai
pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok peserta didik yang bertindak sebagai
observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan
membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer
tersebut mengevaluasi tampilan dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini
evaluasi dilakukan oleh peserta didik/peserta didik sendiri secara bergantian. Melalui upaya
7
mengevaluasi aktivitas temannya, diharapkan peserta didik juga mengetahui konsep pelaksanaan
yang benar, karena setiap peserta didik akan berperan sebagai observer (pengamat), maka
mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Tanggungjawab dan
pemberian umpan balik diberikan kepada peserta didik. Untuk pelaksanaan strategi
pembelajaran resiprokal, peserta didik terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan
strategi pembelajaran resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan.
Strategi pembelajaran resiprokal juga memberikan kesempatan kepada teman sebaya untuk
memberikan umpan balik dan peranan ini memungkinkan:
1. Peningkatan interaksi sosial antar teman sebaya
2. Umpan balik secara langsung.
Sasaran Strategi pembelajaran Resiprokal;
Tugas (Materi Pembelajaran):
1. Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat
2. Peserta didik menerima umpan balik langsung
3. Sebagai pengamat, peserta didik memperoleh pengetahuan penampilan tugas
Peranan Peserta didik:
1. Memberi dan menerima umpan balik
2. Mengamati penampilan teman dan mengoreksi
3. Menumbuhkan kesabaran dan toleransi
4. Memberikan umpan balik
Akibat ada interaksi sosial antara peserta didik dengan pasangannya :
1. Umpan balik langsung
2. Guru mengamati pelaku dan pengamat, tapi hanya berkomunikasi dengan pengamat
3. Guru memberikan kriteria perilaku yang harus ditampilkan sebelum pelaksanaan
pembelajaran.
Peranan Guru
1. Menjawab pertanyaan dari pengamat
2. Berkomunikasi dengan pengamat
3. Memantau pelaksanaan pembelajaran
Hal-hal yang dilakukan guru sesudah pembelajaran:
1. Menerima kriteria perilaku
2. Mengamati penampilan perilaku
3. Membandingkan dan mendiskusikan penampilan dengan kriteria perilaku
4. Menyimpulkan hal hal mengenai penampilan kepada perilaku
5. Menyimpulkan posisi atau level penampilan disbanding dengan kriteria
6. Guru harus menjawab/ mengomentari pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan
peserta didik.
Hal yang perlu ditekankan kepada pengamat :
1. Pengamat harus berperilaku sesuai dengan kriteria perilaku pengamat
8
2. Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik sesuai dengan kriteria perilaku.
Keunggulan dan kerugian
Strategi pembelajaran ini memberikan keunggulan antara lain sbb:
1. Memberikan umpan balik seketika tanpa di tunda tunda yang mempunyai pengaruh nyata
terhadap proses belajar peserta didik. Umpan balik ini berupa informasi tentang apa yang
diperbuatnya baik yang benar atau yang keliru.
2. Dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil. Sehingga aspek sosialnya
berkembang.
3. Meningkatkan proses belajar mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan
atau pokok bahasan dari teman. Pada dasarnya, mengamati kegiatan belajar teman itu merupakan
suatu proses belajar mengajar juga.
Kelemahan itu dapat dikemukakan sbb:
1. Sering menimbulkan situasi yang emosional antar apelaku dan pengamat yang
disebabkan pengamat berlaku berkelebihan dalam menyampaikan informasi yang bersangkutan.
Perilaku yang berkelebihan antara alain menyampaikan dengan nada mengejek, menghakimi,
berstrategi pembelajaran mengurui yang serba tahu.
2. Pada umumnya pelaku tidak tahan terhadap kritik peserta didik pengamat sehubungan
dengan hasil belajar yang pemah dilakukan sebelumnya. Peserta didik pelaku tidak mau terima
hasil pengamatan temannya. Situasi ini sering menimbulkan ketegangan anatara peserta didik
pelaku dan peserta didik pengamat.
3. Sering juga terjadi pasangan ini justru memantapkan suatu perilaku belajar yang sama,
disebabkan mereka salah menafsirkan deskripsi gerakan atau pokok bahasan yang tertera dalam
lembaran kerja.
4. Strategi Guided Discovery
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund "discovery adalah proses mental di
mana peserta didik mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip". Proses mental
tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Sedangkan
menurut Jerome Bruner "penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati
permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu". Dengan demikian di
dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana
seorang peserta didik dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil
sehingga peserta didik dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9). Model penemuan
terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing peserta didik dimana ia
diperlukan.
Dalam model ini, peserta didik didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga
dapat "menemukan" prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru
(PPPG,2004:4). Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana
dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan peserta didik-peserta didiknya
menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau
diceramahkan. Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran
penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh peserta didik berdasarkan petunjuk-
petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali,
9
2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan
melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi
peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model
pembelajaran yang di mana peserta didik berpikir sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip
umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan
yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat
menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Dengan
penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam
suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan
terbimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model
ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran penjas sesuai dengan karakteristik penjas tersebut.
Guru membimbing peserta didik jika diperlukan dan peserta didik didorong untuk berpikir
sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru
dan sampai seberapa jauh peserta didik dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi
yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15).
Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya,
akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan.
Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila peserta didik dilibatkan secara langsung
dalam proses pemahaman dan 'mengkonstuksi' sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG,
2004:5).
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi
pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing peserta didik untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik. Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
11
Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri peserta didik tak hanya dituntut untuk
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, peserta didik akan dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada peserta didik. Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini peserta didik memegang
peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
12
Secara esensial, guru mengajukan sebuah pertanyaan yang dapat menimbulkan beberapa jenis
pemikiran dari peserta didiknya, yang pada akhirnya peserta didik dapat memberikan jawaban
atas dasar pemikirannya sendiri. Jadi pada intinya, model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan
jasmani akan merangsang kognitif dan psikomotor peserta didik, karena peserta didik dituntut
untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, kemudian
mengekspresikan jawaban baik secara verbal ataupun melalui beberapa gerakan. Tujuan
digunakannya model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan jasmani adalah untuk
mengembangkan pemikiran peserta didik, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada
peserta didik untuk bereksplorasi. (Metzler: 2000).
BAB III
PENUTUP DAN SARAN
13
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan, tetapi tidak
semua perubahan merupakan inovasi.
Menurut pendapat kami bahwa inovasi pendidikan harus diterapkan dalam
sistem pendidikan di indonesia, karena dengan adanya inovasi pendidikan,
pendidikan di indonesia akan menuju ke arah perbaikan dan perubahan sehingga
dapat menghasilkan pendidikan di indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya
Inovasi ialah suatu perubahan yang baru yang menuju ke arah perbaikan;
yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja
dan berencana (tidak secara kebetulan saja).
Daftar Pustaka
Damanik, S., Heri, Z., & Silalahi, W. (2017). Pemdampingan Modifikasi Media Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Di Kecamatan Serba Jadi. Digilib.Mercubuana.Ac.Id,
14
September, 88–92.
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_193923981996.
pdf
Darmawan, D., & Bariyah, S. H. (2014). The Development of Moodle and Facebook-Based E-
Learning in Ict Subject Lesson. Jurnal Teknodik, 18, 227–240.
Gustiawati, R., Fahrudin, & Syafei, M. M. (2014). Implementasi Model-Model Pembelajaran
Penjas dalam Meningkatkan Kemampuan Guru Memilih dan Mengembangkan Strategi
Pembelajaran Penjasorkes. Jurnal Ilmiah Solusi, 1(3), 33–40.
Hadiana, O., Wahidi, R., Sartono, S., Adityatama, F., & Agustan, B. (2021). Pendampingan Guru
Pendidikan Jasmani dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogi melalui Lesson Study.
Solidaritas: Jurnal Pengabdian, 1(1), 21–30. https://doi.org/10.24090/sjp.v1i1.5065
Hakim, A. L., Subandowo, M., & Rohman, U. (2020). Jurnal Kejaora : Jurnal Kesehatan Jasmani
dan Olah Raga. Jurnal Kejaora: Jurnal Kesehatan Jasmani Dan Olah Raga, Volume 5
Nomor 2, Edisi November 2020 LATIHAN, 5(November), 62–65.
Hayudi, & Mursalim. (2020). Inovasi Pembelajaran (Inklusi) Pendidikan Jasmani Berbasis
Permainan Kecil Untuk Mahasiswa Berkebutuhan Khusus. Jurnal Kejaora (Kesehatan
Jasmani Dan Olah Raga), 5(2), 1–11. https://doi.org/10.36526/kejaora.v5i2.929
I. (2022). Pengembangan E-book sebagai Bahan Ajar Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi. 6(6), 9256–9263.
Johandi Yusuf, Muhammad Muhyi, & Yoso Wiyarno. (2020). Pengembangan Pemanasan
Dinamis Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (Pjok) Tingkat
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Kejaora (Kesehatan Jasmani Dan Olah Raga), 5(1),
79–85. https://doi.org/10.36526/kejaora.v5i1.762
Kanca, I. N. (2018). Menjadi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Abad 21.
Jurnal Olahraga, 1(1), 21–27.
Kurniawan, A., & Hayudi, H. (2018). Pengembangan Buku Ajar Strategi Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Melalui Olahraga Permainan Kecil. Jurnal Kejaora (Kesehatan
Jasmani Dan Olahraga), 3(2), 178–187. https://doi.org/10.36526/kejaora.v3i2.210
Lengkana, A. S., & Sofa, N. S. N. (2017). Kebijakan Pendidikan Jasmani dalam Pendidikan.
Jurnal Olahraga, 3(1), 1–12. https://doi.org/10.37742/jo.v3i1.67
Mulyaningsih, F. (2009). Inovasi Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Untuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Pendidikan Jasmani Indonesia, 6(1), 53–60.
Mustafa, P. S., & Angga, P. D. (2022). Strategi Pengembangan Produk dalam Penelitian dan
Pengembangan pada Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan: Riset Dan Konseptual, 6(3),
413–424. https://doi.org/10.28926/riset_konseptual.v6i3.522
Okta ketut. (2021). Survey Keterlaksanaan Pembelajaran Pendidikan. 8(September), 151–158.
Prasetyo, I. (2003). Pjok | 73. Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang,
73–81.
Raibowo, S., Nopiyanto, Y. E., & Muna, M. K. (2019). Pemahaman Guru PJOK Tentang
Standar Kompetensi Profesional. Journal Of Sport Education (JOPE), 2(1), 10.
https://doi.org/10.31258/jope.2.1.10-15
ROAS. (2017). Sekolah Dasar. Jurnal AcTion, 2(2), 80–85.
Ronaldo Arief Hidayat. (2016). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Blended Learning.
Seminar Nasional. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS BLENDED
LEARNING TERHADAP PENDIDIKAN JASMANI, 1–5.
http;//www.scribd.com/doc/73445704/ImplementasiBlneded-Learning-Dalam-
15
Pembelajaran.pdf
Siregar, S. (2021). Pembelajaran Daring Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Selama Pandemi Covid-19 di Sumatera Utara Tahun 2020. Jurnal Ilmu Keolahragaan,
20(1), 93–101.
Titting, Fellyson, Hidayah, Taufik, Pramono, H. (2016). Pengembangan Multimedia
Pembelajaran Senam Lantai Berbasis Android Pada Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan Di Sma. Journal of Physical Education and Sports, 5(2), 120–126.
https://doi.org/10.15640/jpesm
16
17