Anda di halaman 1dari 13

KONSEP MUDHARABAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Makalah Fiqh Muamalah II

Oleh:
Fitra Maulana Roza(0503182189)
Intan Wulan Dari Bancin(0503183297)
Fitri Rahmadani Harahap (0503183321)
Lin Arshy Cahaya (0503183347)

Dosen Pembimbing:
Tuti Anggraini, MA

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur  kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fiqh Muamalah
II, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang Konsep Mudharabah.
            Rangkaian-rangkaian materi ini yang diharapkan dapat membantu para
pembaca dan mengetahui serta memahami tentang Konsep Mudharabah ini. Kami
juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kami dan
juga pembacanya.
            Kami sadar, bahwa dalam makalah ini banyak sekali kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi perbaikan yang semestinya pada makalah ini. Kami berharap
mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 10 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Pengertian Mudharabah.............................................................................. 2
B. Landasan Hukum Mudharabah....................................................................3
C. Rukun dan Syarat Mudharabah..................................................................4
D. Jenis-Jenis Mudharabah............................................................................. 6
E. Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah........................................7
F. Berakhirnya Akad Mudharabah................................................................. .8
BAB III PENUTUP...............................................................................................9
A. Kesimpulan.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Mudharabah juga
diartikan pemilik harta (modal) menyerahkan modal kepada pengusaha untuk
berdagang dengan modal tersebut,dan laba dibagi antara keduanya berdasarkan
persyaratan yang disepakati.
Dengan demikian , mudharabah ialah akad antara dua pihak(orang) saling
menanggung,salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk
diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti
setengah atau sepertiga dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa itu pengertian mudharabah?
B. Apa saja landasan hukum mudharabah?
C. Apa saja rukun dan syarat mudharabah?
D. Apa saja Jenis-jenis mudharabah?
E. Bagaimana aplikasi mudharabah dalam perbankan syariah?
F. Bagaimana berakhirnya akad mudharabah?

C. TUJUAN MASALAH
A. Untuk mengatahui pengertian mudharabah
B. Untuk mengatahui landasan hukum mudharabah
C. Untuk mengetahui rukun dan syarat mudharabah
D. Untuk mengatahui jenis-jenis mudharabah
E. Untuk mengetahui aplikasi mudharabah dalam perbankan syariah
F. Untuk mengetahui penyebab berakhirnya akad mudharabah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mudharabah
Salah satu bentuk kerja sama dalam menggerakkan antara pemilik modal dan
seseorang adalah bagi hasil, yang dilandasi oleh rasa tolong menolong. Sebab ada
orang yang mempunyai modal, tetapi tidak mempunyai keahlian dalam
menjalankan roda perusahaan. Ada juga orang yang mempunyai modal dan
keahlian, tetapi tidak mempunyai waktu. Sebaliknya ada orang yang mempunyai
keahlian dan waktu, tetapi tidak mempunyai modal. Dengan demikian, apabila ada
kerja sama dalam menggerakkan roda perekonomian, maka kedua belah pihak
akan mendapatkan keuntungan modal dan skill (keahlian) dipadukan menjadi
satu.1
Secara istilahi mudharabah adalah menyerahkan modal kepada orang yang
berniaga sehingga ia mendapatkan prosentase keuntungan.2 Definisi mudharabah
menurut Sayyid Sabiq adalah : “Akad antara dua pihak dimana salah satu pihak
mengeluarkan sejumlah uang (sebagai modal) kepada lainnya untuk
diperdagangkan. Laba dibagi sesuai dengan kesepakatan”. 3

Adapun definisi mudharabah menurut Wahbah Az-Zuhaili adalah :


“Akad didalamnya pemilik modal memberikan modal (harta) pada ‘amil
(pengelola) untuk mengelolanya, dan keuntungannya menjadi milik bersama
sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Sedangkan, kerugiannya hanya menjadi
tanggungan pemilik modal saja, ‘amil tidak menanggung kerugian apa pun
kecuali usaha dan kerjanya saja”.

1 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 169.
2 Abdullah Al-Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta : Darul Haq, 2004), h. 168.
3 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah Jilid 4, (Jakarta : Darul Fath, 2004), h. 217
3

2
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian mudharabah
yaitu akad yang dilakukan oleh shahibul mal dengan mudharib untuk usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Keuntungan yang
dituangkan dalam kontrak ditentukan dalam bentuk nisbah. jika usaha yang
dijalankan mengalami kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh shahibul mal
sepanjang kerugian itu bukan akibat kelalaian mudharib. Namun jika kerugian itu
diakibatkan karena kelalaian mudharib, maka mudharib harus bertanggung jawab
atas kerugian tersebut.

B. Landasan Hukum Mudharabah


1. Al-qur’an

...ِ ‫ض ِل ہّٰللا‬
ۡ َ‫ض یَ ۡبتَ ُغ ۡونَ ِم ۡن ف‬ ‫اۡل‬ ۡ َ‫ َو ٰاخَ ر ُۡونَ ی‬....
ِ ‫ض ِرب ُۡونَ فِی ا َ ۡر‬

Artinya : Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian


karunia Allah (QS. Al-Muzammil : 20)

2. Hadis
Diantara hadits yang berkaitan dengan mudharabah adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Shuhaib:“ dari shahih bin suhaib
dari bapaknya berkata : “ bahwa rasulullah SAW bersabda, tiga perkara
yang didalamnya terdapat keberkatan yaitu jual bali sampai batas waktu.
Muqaradhah( memberi modal) dan mencampurkan gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR. Ibn Majah).4

3. Ijma’ dan qiyas


4 Sri Sudiarti, fiqh muamalah kontemporer, (Medan:Febi UIN-SU PRESS, 2018), h. 162

3
Ijma’ dan Qiyas Adapun ijma’ dalam mudharabah, adanya hadist
riwayat yang menyatakan bahwa golongan dari para sahabat menggunakan
harta anak yatim yaitu mudharabah, dan perbuatan tersebut tidak dilarang
oleh sahabat lainnya. Sedangkan Mudharabah diqiyaskan dengan al-
musaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun), selain di antara
manusia, ada yang miskin dan ada pula yang kaya. sedangkan, banyak
orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak
sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal,
dengan demikian, adanya mudharabah diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan manusia agar mereka saling bermanfaat.5

C. Rukun dan Syarat Mudharabah


Menurut ulama Syafi’iyah rukun mudharabah ada enam yaitu :
a. Pemilik dana (shahibul mal)
b. Pengelola (mudharib)
c. Ijab qabul (sighat)
d. Modal (ra’sul mal)
e. Pekeraan (amal)
f. Keuntungan atau nisbah.

Menurut jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga,


yaitu :

5 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), h. 224-226.

4
a. Dua orang yang melakukan akad (al-aqidani)
b. Modal (ma’qud alaih)
c. Shighat (ijab dan qabul )6
Sighat harus diucapkan oleh kedua pihak untuk menunjukkan kemauan
mereka, dan terdapat kejelasan tujuan mereka dalam melakukan sebuah kontrak.7
Lafadz-lafadz ijab, yaitu dengan menggunakan asal kata dan derivasi mudharabah,
muqaradhah dan muamalah serta lafadz-lafadz yang menunjukkan makna-makna
lafadz tersebut. Sedangkan lafadz-lafadz qabul adalah dengan perkataan ‘amil
(pengelola), “saya setuju,” atau, “saya terima,” dan sebagainya. Apabila telah
terpenuhi ijab dan qabul, maka akad mudharabah-nya telag sah.

Adapun sayarat yang harus dipenuhi dalam akad mudharabah adalah :


1. Harta atau Modal
a. Modal harus dinyatakan jelas jumlahnya
b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang
c. Modal harus diserahkan kepada mudharib.
2. Keuntungan
a. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam presentase dari
keuntungan yang mungkin di hasilkan nanti. Keuntungan yang
menjadi milik pekerja dan pemilik modal harus jelas presentasenya.
b. Kesepatakan rasio presentase harus dicapai melalui negosiasi dan
dituangkan dalam kontrak.
c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudharib
mengembalikan seluruh atau sebagian modal kepada shahib al-mal.

D. Jenis-jenis Mudharabah
1.      Mudharabah Muthlaqah

6 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2010) , h. 139.


7 Ismali Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Hukum Perjanjian, Ekonomi,Bisnis
dan sosial), (Bogor : Ghalia Indonesia, 2012), h. 143.

5
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah
bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah
bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh sering kali dicontohkan
dengan ungkapan if’al ma syi’ta ( lakukan sesukamu ) dari shahibul maal ke
mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
2.      Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau juga disebut dengan istilah restricted
mudharabah / specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.8

Jumhur ulama’ menetapkan bahwa pengelola usaha tidak


bolehmelakukan akad mudharabah lagi dengan orang lain dengan uang
tersebut, karena modal (uang) yang diberikan kepadanya merupakan amanah.
Sementara penyerahan modal oleh pengelola kepada pihak (orang) lain
merupakan bentuk pengkhianatan yang nantinya akan merugikan pemberi
modal yang sebenarnya, karena apabila akad mudharabah telah terjadi dan
pekerja telah menerima modalnya, maka usaha yang dilakukan adalah amanat
yang harus dijaga sebaik-baiknya. Apabila dia tidak mengusahakan dengan
baik, maka dia harus menanggung resiko yang ada, termasuk mengganti
modal tersebut jika mengalami kerugian.9

Hikmah disyariatkannya mudharabah adalah untuk memberikan


kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan hartanya dan sikap
tolong menolong di antara mereka, selain itu, guna menggabungkan
pengalaman dan kepandaian dengan modal untuk memperoleh hasil yang
terbaik.

8 Sri Sudiarti,fiqh muamalah kontemporer, (Medan:Febi UIN-SU PRESS, 2018), h. 165


9 Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta : Teras, 2011), h. 116-117.

6
E. Aplikasi Mudharabah Dalam Perbankan Syariah
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan. Mudharabah diterapkan pada :
1. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban , dan sebagainya.
2. Deposito spesial, dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk
bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.
3. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan jasa atau
ijarah saja.
4. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana
sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-
syarat yang telah diterapkan oleh shahibul maal.

F. Berakhirnya Akad Mudharabah


Akad mudharabah dapat berakhir disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
 Meninggalnya salah satu pihak, baik pihak pemilik modal atau pihak
pengelola/pekerja.
 Hilangnya kecakapan dalam bertindak dari kedua belah pihak, seperti
hilang akal karena gila dan pingsan.

7
 Kedua belah pihak atau salah satunya mengundurkan diri.
 Musnah atau hilangnya modal secara keseluruhan ditangan pihak
pengelola sebelum dibelanjakan, sehingga tidak mungkin bisa
melaksanakan pengelolaan modal, seperti dicuri orang lain atau terbakar.
 Pihak pemilik modal menarik kembali modal yang telah diberikan kepada
pihak pengelola atau pekerja.
 Pihak pemilik modal murtad.10

10 Enang Hidayat,Transaksi Ekonomi Syariah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h. 166

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata mudahrabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
Adapun rukun dari mudharabah yaitu :
a. Pemodal
b. Pengelola
c. Modal
d. Nisbah keuntungan
e. Sighat atau akad

Syarat dari mudharabah:


a. Harta atau modal
b. Keuntungan

Jenis jenis mudharabah yaitu :


1. Mudharabah Muthalaqah ( mudharabah secara mutlak/ bebas)
2. Mudharabah Muqayyadah (mudharabah terikat).

9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Muslih,Abdullah. 2004. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta:Darul Haq.
Ali Hasan, M. 2003. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam( Fiqh Muamalat).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hidayat, Enang. 2016. Transaksi Ekonomi Syariah. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Huda, Qamarul. 2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Teras.
Nawawi, Ismail. 2012. Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer ( Hukum
Perjanjian, Ekonomi, Bisnis, dan Sosial). Bogor: Ghalia Indonesia.
Sabiq, Sayyid. 2004. Fiqhus Sunnah Jilid 4. Jakarta: Darul Fath.
Sudiarti, Sri. 2018. Fiqh Muamalah Kontemporer. Medan: Febi UIN-SU PRESS.
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali pers.
Syafei, Rachmat. 2001. Fiqh Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia.

10

Anda mungkin juga menyukai