DI
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 7
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul: “RUKUN DAN SYARAT
MUDHARABAH”. Shalawat dan salam kita panjatkan kehadirpat Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan ke alam yang
penuh ilmu pengetahuan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Dosen Pembimbing, atas bimbingan kepada penulis sehingga
tersusunnya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagai semua pihak.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa akan datang.
Penulis
2
A. Latar Belakang Masalah
kitab-kitab fiqh klasik. Dewasa ini, wacana tentang Mudharabah menjadi semakin
syari’ah itu, Mudharabah menjadi salah satu kunci penting dalam kajian-kajian
lebih komprehensif mengenai perbankan syari’ah. Apa yang dikenal dengan sistem
bagi hasil sebagai alternatif sistem bunga dalam perbankan konvensional, sejatinya,
B. Rumusan Masalah
3
2. Bagaimanakah rukun dan syarat mudharabah?
C. Pengertian Mudharabah
atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses
untuk menjalankan bisnis. Sedangkan perjalanan dalam bahasa Arab disebut juga
dharb fil Ardhi ()ضرب فِي أاْلَرأ ض1. Allah SWT berfirman :
”Dan mereka yang lain berjalan diatas bumi untuk menuntut karunia Allah
penduduk Hijaz menyebutnya qiradh.2 Qiradh berasal dari kata al-qardhu, yang
Quran, kata mudharabah tidak disebutkan secara jelas dengan istilah mudharabah.
Al-Quran hanya menyebutkannya secara musytaq dari kata dharaba yang terdapat
sebanyak 58 kali.
1
Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj, Juz II, 309
2
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2001) , 223
4
Beberapa ulama memberikan pengertian mudharabah atau qiradh sebagai
berikut:
Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang)
saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain
untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti
mana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan
harta menyerahakan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang
ditijarahkan”.
5
Syarat yang harus dipenuhi dalam akad Mudharabah adalah :3
barang, maka barang tersebut harus dihargakan dengan harga semasa dalam
melakukan usaha.
2. Keuntungan
yang mungkin dihasilkan nanti. Keuntungan yang menjadi milik pekerja dan
dalam kontrak.
Sedangkan menurut jumhur ulama’ ada tiga rukun dari Mudharabah yaitu:
baligh (berumur 15 tahun) dan bukan orang yang dipaksa. Keduanya juga harus
3
Ibid, 224
4
Alauddin Al-Kasani, Bada’i As-Syana’i fi Tartib Asy-Syara’i, Juz VI, 79
6
2. Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan terdiri dari atas modal
3. Sighat, yakni serah/ungkapan penyerahan modal dari pemilik modal (ijab) dan
Sedangkan menurut Ulama Syafi’iyah lebih memerinci lagi menjadi lima yaitu :
1. Modal
2. Pekerjaan
3. Laba
4. Shighat
Mazhab empat yang terkenal, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali
langsung dan tidak langsung yang terkait dengan transaksi jual beli dengan
yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli, kecuali biaya tenaga
5
Muhammad Asy-Syarbini, Juz II, 310
7
Begitu pula dengan biaya-biaya yang tidak menambah nilai barang tidak boleh
maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biaya-biaya itu
harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan dapat menambah nilai barang yang dijual
yang secara umum dapat timbul dalam suatu transaksi jual beli dan tidak boleh
si penjual.
Pendapat Penulis
berkaitan dengan hal-hal yang berguna. Di samping itu, mereka juga membenarkan
pembebanan biaya tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan
dilakukan. Tak heran ada beberapa bentuk skema mudharabah. Berikut ini
8
1. Mudharabah bilateral
Bentuk mudharabah ini adalah akad mudharabah antar dua pihak saja. Yaitu
satu pihak sebagai shahibul maal dan satu pihak lainnya bertindak
yang sudah dipraktekkan sejak awal-awal masa Islam, oleh para sahabat dan tabiin.
memberikan uang untuk modal usaha sebesar Rp. 10 juta. Dan kedua belah pihak
sepakat dengan nisbah bagi hasil 30:70 (40% keuntungan untuk shahibul maal).
keuntungan sebesar Rp. 3 Juta (30% x Rp. 10 juta). Dan sisanya sebesar Rp. 7 juta
2. Mudharabah multilateral
Pada bentuk mudharabah ini, shahibul maal dapat lebih dari 1 pihak,
mudharib dalam usaha konveksi tadi terdiri dari 2 orang. Shahibul maal
pertama menyerahkan dana Rp. 4 Juta dan shahibul maal kedua sebesar Rp. 6 juta.
9
Perhitungan bagi hasil dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung bagian
Sehingga, jika bagian shahibul maal pada contoh mudharabah sebelumnya adalah
Rp. 10 Juta. Maka keuntungan untuk shahibul maal pertama adalah Rp. 4 Juta
(40% x Rp. 10 juta). Dan bagian shahibul maal kedua sebesar sisanya.
3. Mudharabah bertingkat
antara 3 pihak. Yaitu satu pihak sebagai shahibul maal, pihak kedua bertindak
antara dengan kesepakatan nisbah bagi hasil sebesar 50:50 (50% keuntungan untuk
dengan mudharib akhir yang akan mengelola usaha konveksi, dengan jangka waktu
selama 6 bulan. Dengan nisbah bagi hasil sebesar 30:70 (30% untuk mudharib
antara).
10
Pada Akhir masa akad mudharabah, jika keuntungan mudharib akhir adalah
Rp. 10 Juta, maka bagian keuntungan mudharib antara adalah Rp. 3 juta (30% x Rp.
10 juta).
G. Ringkasan
Mudharabah merupakan bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.
atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses
untuk menjalankan bisnis. Sedangkan perjalanan dalam bahasa Arab disebut juga
11
1. Harta atau Modal
2. Keuntungan
lima yaitu :
1. Modal
2. Pekerjaan
3. Laba
4. Shighat
12
DAFTAR PUSTAKA
Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah, Asep Sobari, Fiqih Sunah, (Jakarta : Al-I’tishom,
2008)
13