Anda di halaman 1dari 25

AKAD TIJARAH

DALAM PERBANKAN
SYARIAH Dosen Pengampu :
Aneta Rakhmawati, S. ST, M, H
Disusun Oleh Kelompok 5 :

Akmal Muhammad Firjatullah D030420005


Eka Yunisa Putri D030420009
Jihan Indah Pitriani D030420013
Muhamad Yoga Aditya D030420016
Muhammad Akmal Nurdin D030420017
Tasya Oktavia Putri D030420029
POKOK PEMBAHASAN

Musyarakah Musaqah
01 Pengertian, Landasan Hukum,
Rukun & Syarat, Skema
03 Pengertian, Landasan Hukum,
Rukun & Syarat, Skema

Muzara’ah Mukharabah
02 Pengertian, Landasan Hukum,
Rukun & Syarat, Skema
04 Pengertian, Landasan Hukum,
Rukun & Syarat, Skema
01
Akad Musyarakah
(Wujuh, ‘Inan, Abdan, Muwafadhah,
Mudharabah)
A. Pengertian Musyarakah
Musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam sebuah usaha untuk
menggabungkan modal dan menjalankan usaha bersama dalam suatu kemitraan dengan pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan dan kerugian berdasarkan porsi kontribusi modal. Secara etimologis,
musyarakah berarti penggabungan, pencampuran, atau serikat. Musyarakah secara bahasa diambil dari
bahasa Arab yang berarti mencampur. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain
sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata
syarika (fi’il madhi), yashruku (fi’il mudhari’) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar) artinya
menjadi sekutu atau syarikat (kamus al Munawir) Menurut arti asli bahasa Arab, syirkah berarti
mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian
lainnya, (An-Nabhani).
Dalam dunia perbankan, musyarakah merupakan akad kerja sama antara bank dan nasabahnya
dalam pembiayaan usaha dengan ketentuan pembagian keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan.
Jenis-jenis Musyarakah
1. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh merupakan kerjasama usaha antara dua belah pihak atau lebih yang masing-masing pihak memberikan
kontribusi kerja (amal). Para pihak ini membeli barang dengan cara pembayaran kredit/tunda kepada pemilik barang,
kemudian menjual kembali secara tunai. Jika mempunyai reputasi baik, pihak yang melakukan syirkah ini akan dipercaya
baik oleh pemilik barang tersebut, maupun masyakat ataupun calon pembeli. Terkadang para pihak itu juga memperoleh
100% modal dari shahibul maal.

2. Syirkah ‘Inan
Syirkah al-‘inân adalah kontak antara dua orang atau lebih, setiap orang memberikan suatu porsi dari modal dan partisipasi
dalam kerja semua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana disepakati oleh mereka, namun porsi
masing masing pihak (baik dalam kontribusi modal kerja maupun bagi hasil) tidak harus sama atau identik, tapi sesuai
dengan kesepakatan mereka.
Jenis-jenis Musyarakah
3. Syirkah Abdan
Syirkah abdan adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu, misalnya, kerjasama dua orang
arsitek untuk menggarap sebuah proyek.

4. Syirkah Muwafadhah
Syirkah mufawadhah adalah syirkah antara 2 pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah (syirkah inan,
'abdan, mudharabah dan wujuh). Syirkah mufawadhah ini dapat diartikan sebagai serikat untuk melakukan suatu negosiasi,
dalam hal ini tentunya untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau urusan, yang dalam istilah sehari-hari sering digunakan
istilah partner kerja atau grup.

5. Syirkah Mudharabah
Syirkah Mudharabah Atau juga sering disebut dengan istilah Syirkah Qiradh adalah syirkah yang mengharuskan ada dua
pihak, yaitu pihak pemilik modal (shahibul maal) dan pihak pengelola (mudhorib). Pihak pemodal menyerahkan modalnya
dengan akad wakalah kepada seseorang sebagai pengelola untuk dikelola dan dikembangkan menjadi sebuah usaha yang
menghasilkan keuntungan (profit).
B. Landasan Hukum Musyarakah
Al-Qur’an Al-Hadits Ijma
Musyarakah dalam Al-Qur’an Musyarakah dalam Al-Hadist Musyarakah menurut ijma ulama
disebutkan dalam surat Shaad ayat seperti yang diriwayatkan oleh Abu disebutkan oleh Ibnu Qudamah
24, yang berbunyi: Daud dari Abu Hurairah, yaitu : dalam kitabnya Al-Mughni,
disebutkan :
“Dari sesungguhnya kebanyakan "Nabi SAW bersabda,
dari orang-orang yang berserikat sesungguhnya Allah SWT "Kaum mulismin telah
itu sebagian mereka berbuat zalim berfirman, Aku adalah yang ketiga berkonsensus terhadap legitimasi
kepada sebagian yang lain, kecuali pada dua orang yang bersekutu, Musyarakah secara global
orang-orang yang beriman dan selama salah seorang dari walaupun terdapat perbedaan
mengerjakan amal yang shaleh; keduanya tidak mengkhianati pendapat dalam beberapa elemen
dan amat sedikitlah mereka ini” temanya, Aku akan keluar dari darinya".
(Q.S Shaad:24). persekutuan tersebut apabila salah
seorang menghianatinya".
C. Rukun & Syarat Musyarakah
Rukun Syarat
Adapun rukun syirkah menurut para ulama meliputi : Syarat-syarat musyarakah adalah sebagai berikut:
1. Sighat (Ijab dan Qabul). Adapun syarat sah dan 1. Tidak ada bentuk khusus kontrak, berakad dianggap sah
tidaknya akad syirkah tergantung pada sesuatu jika diucapkan secara verbal/tertulis, kontrak dicatat
yang di transaksikan dan juga kalimat akad dalam tulisan dan disaksikan.
hendaklah mengandung arti izin buat 2. Mitra harus kompeten dalam memberikan/diberikan
membelanjakan barang syirkah dari peseronya. kekuasaan perwalian.
2. Al-‘Aqidain (subjek perikatan). Disyaratkan 3. Modal harus uang tunai, emas, perak yang nilainya sama,
bahwa seorang mitra diharuskan berkompeten dapat terdiri dari aset perdagangan, hak yang tidak terlihat
dalam memberikan atau memberikan kekuasaan (misalnya lisensi, hak paten dan sebagainya).
perwakilan, dikarenakan dalam musyarakah 4. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan adalah sebuah
mitra kerja juga berarti mewakilkan harta untuk hukum dasar dan tidak diperbolehkan bagi salah satu dari
diusahakan mereka untuk mencantumkan tidak ikut sertanya mitra
3. Mahallul Aqd (objek perikatan). Objek perikatan lainnya. Namun porsi melaksanakan pekerjaan tidak perlu
bisa dilihat meliputi modal maupun kerjanya. harus sama, demikian pula dengan bagian keuntungan
yang diterima.
D. Skema Musyarakah dalam Perbankan

Dari gambar skema diatas dapat dipahami bahwa bank syariah dengan nasabah menggunakan akad musyarakah, yakni
berserikat dalam hal modal. Proyek atau usaha hanya dijalankan oleh pihak perusahaan, sehingga pengerjaan proyek itu
juga diperhitungkan sebagai dasar pertimbangan dalam menetapkan porsi bagi hasil. Namun demikian, bank juga
berhak ikut terlibat dalam manajemen proyek untuk mengontrol fluktuasi keuntungan dan kerugian yang dialami oleh
nasabah dalam menjalankan usahanya. Dan keuntungan tersebut akan di bagikan sesuai porsi kontribusi modal.
02
Akad Muzara’ah
A. Pengertian Muzara’ah
Muzara’ah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap dan benihnya dari
pemilik lahan. Sistem kerjasama ini disyaratkan agar sesama manusia saling tolong-
menolong dengan adanya keuntungan bersama dan tidak saling merugikan antara satu
dengan yang lainnya. Praktik pelaksanaan perjanjian bagi hasil dalam pengelolaan lahan
pertanian harus dikerjakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah di gariskan
dalam Islam. Suatu ciri khusus bagi hasil adalah adanya pihak yang hanya memiliki lahan
pertanian dan adanya pihak yang hanya menggarap lahan pertanian tersebut.
B. Landasan Hukum Muzara’ah
Al-Qur’an Al-Hadits Ijma
Dalam Al-Quran Muzara”ah Hadits yang dari riwayatkan oleh - Para sahabat telah sepakat atas
terdapat pada ayat Al-Quran surah Imam Bukhori dari Abdillah yang jaiznya muzara’ah [Y 5/343,
Zuhruf ayat 32 yang berbunyi : berbunyi : 344 F5/8 N 5/274 (dari Al
“Apakah mereka yang membagi-bagi “ Dari Abdullah r.a berkata : Bukhary)]
rahmat Tuhanmu? Kami telah Rasulullah telah memeberikan - Muzara’ah atas bagian merata
menentukan antara mereka tanah kepada orang yahudi dari hasil tanah, misalnbya
penghidupan mereka dalam kahibar untuk dikelola dan ia 1/3nya, 1/2nya, atau 1/6nya atau
kehidupan dunia, dan kami telah
mendapatkan bagian (upah) dari bagian apapun yang disebutkan
meninggikan sebahagian mereka atas
apa yang dihasilkan dari jumlah keseluruhan sampai
sebagian yang lain beberapa derajat,
agar sebagian mereka dapat daripadanya.” (H.R Imam waktu yang diketahui, jaiz
mempergunakan sebagian yang lain. Bukhori) hukumnya - menurut ijmak yang
Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari meyakinkan dan dipastikan.
apa yang mereka kumpulkan” (Q.S
Zuhruf : 32)
C. Rukun & Syarat Muzara’ah
Rukun Syarat
Menurut jumhur ulama, rukun muzara’ah ada Syarat-syarat muzara’ah diantaranya :
tiga yaitu: 1. Syarat yang menyangkut orang yang berakad:
1. Aqid, yaitu pemilik tanah dan penggarap. keduanya harus sudah baliq dan berakal.
2. Maq’qud ‘alaih atau objek akad, yaitu 2. Benih yang akan ditanam harus jelas
manfaat tanah dan pekerjaan penggarap. 3. Tanah pertaniannya bisa digarap, bisa
3. Ijab dan qabul. menghasilkan dan batas-batas tanahnya jelas
4. Pembagian hasil panen bagi masing-masing
pihak harus jelas dan jangka waktunya harus jelas
5. Objek akad harus jelas
D. Skema Muzara’ah dalam Perbankan

Peningkatan layanan bank kepada sektor pertanian dengan cara memperluas jaringan melalui kerjasama dengan
berbagai instansi-instansi keuangan mikro. Kerj asama pembi ayaan berbentuk linkage program dengan lembaga
keuangan mikro syariah, seperti BMT , BPRS, dan pegadaian. Perluasan jaringan juga bisa dilakukan dengan Office
Channelling. Optimalisasi peran office channelling di harapkan mampu mengatasi keterbatasan jaringan dan
infrastruktur perbankan syariah sehingga akses para petani terhadap bank syariah bisa terpenuhi. Keempat,
mengembangkan produk Muzaraah sebagai salah satu instrumen dalam pembiayaan sektor pertanian. Ini karena akad
muzaraah sangat mungkin dilakukaninovasi sebagai model pembi ayaan yang applicable. Menurut beberapa ulama fikih
kontemporer, akad muza raah bisa dikemba ngkan menjadi 70 macam model pembiayaan pada sektor pertanian yang
semuanya di perbolehkan dalam pandangan syariat. Jika perbankan syariah dapat memainkan peranannya dengan
optimal, bukan mustahil suatu saat sektor pertanian akan menjadi tulang punggung per ekonomian Indonesia.
03
Akad Musaqah
A. Pengertian Musaqah
Musaqah diambil dari kata al-saqa, yaitu seseorang bekerja pada pohon tamar,
anggur (mengurusnya), atau pohon-pohon yang lainnya supaya mendatangkan
kemaslahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang diurus sebagai imbalan.
Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana si penggarap
hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si
penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Secara sederhana, Musaqah diartikan dengan kerjasama dalam perawatan tanaman
dengan imbalan bagian dari hasil yang diperoleh dari tanaman tersebut.
B. Landasan Hukum Musaqah
Al-Qur’an Al-Hadits
Dasar hukum musaqah yang bersumber dari al-Qur‟an Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam
diantaranya adalah : Q.S. al-Maidah (5): 2 yang Muslim dari Ibnu Amr.r.a., bahwa Rasulullah
berbunyi : Saw. Bersabda:
”...Dan tolong-menolonglah kamu dalam “Memberikan tanah Khaibar dengan bagian
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan separoh dari penghasilan, baik buah-buahan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan maupun pertanian (tanaman). Pada riwayat
pelanggaran...”. (Q.S al-Maidah : 2) lain dinyatakan bahwa Rasul menyerahkan
tanah Khaibar itu kepada Yahudi, untuk
diolah dan modal dari hartanya, penghasilan
Juga dijelaskan dalam Q.S al-Baqarah (2): 282 yang separohnya untuk Nabi.”
berbunyi :
”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar...”. (Q.S al-Baqarah :
282)
C. Rukun & Syarat Musaqah
Rukun Syarat
Menurut Jumhur ulama fiqh dari kalangan Malikiyah, Syarat Musaqah :
Syafi'iyah, dan Hanabilah rukun musaqah terdiri dari 1. Kedua belah pihak yang melakukan transaksi musaqah
lima hal sebagai berikut: harus dewasa (akil balig) dan berakal.
1. Dua orang/ pihak yang melakukan transaksi 2. Objek musaqah harus terdiri dari pepohonan yang
2. Tanah yang dijadikan objek musaqah mempunyai buah seperti kurma, anggur, dan terong.
3. Jenis usaha yang akan dilakukan petani penggarap 3. Tanah diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap
4. Ketentuan mengenai pembagian hasil musaqah setelah berlangsungnya akad. Pemilik tanah tidak ada
5. Shighat (ungkapan) ijab dan Kabul campur tangan setelahnya
4. Hasil panen merupakan hak bersama. Adapun pembagian
Sementara itu, ulama Hanafiyah berpendapat bahwa disesuaikan dengan kesepakatan yang telah dibuat di awal.
yang menjadi rukun dalam akad musaqah adalah ijab 5. Lamanya perjanjian harus jelas
dari pemilik tanah perkebunan, kabul dari petani
penggarap, dan pekerjaan dari pihak penggarap
D. Skema Musaqah dalam Perbankan

Dalam akad musaqah, pemilik kebun mengamanahkan kebunnya kepada pengelola kebun untuk dikelola
(penyiraman dan pemeliharaan) karena si pemilik kebun ada sesuatu halangan yang menyebabkan ia tidak bisa
memelihara kebunnya, misalnya karena ada kesibukan bekerja atau sebagainya. Sehingga, ia menyerahkan kebunnya
untuk dikelola oleh pengelola kebun. Dalam hal ini, pemilik kebun menyediakan kebun, biaya pemeliharaan, nafaqah
tanaman seperti pupuk, pestisida dan sejenisnya sedangakan pengelola kebun menyediakan waktu dan tenaganya untuk
melakukan tugas dan tanggung jawabnya yang berhubungan dengan tanaman, seperti menyirami, mengawinkan,
menjaga. Apabila kebun sudah membuahkan hasil, maka terjadilah bagi hasil antara pemilik dan pengelola yang
jumlahnya menurut kesepakatan bersama dan perjanjian itu disebutkan dalam akad.
04
Akad Mukhabarah
A. Pengertian Mukhabarah
Secara bahasa, mukhabarah memiliki pengertian “tanah gembur” atau “lunak”. Menurut istilah, mukhabarah
memiliki arti mengerjakan tanah milik orang lain, baik itu seperti sawah atau ladang dengan adanya pembagian hasil di
antara para pihak (boleh seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung
orang yang mengerjakan (pengelola). Menurut Ulama Syafi’iyah, mukhabarah adalah mengelola tanah di atas sesuatu
yang dihasilkannya dan benihnya berasal dari pengelola.
Adapun pengertian lain dari mukhabarah menuru para ahli yakni:
1. Menurut dhahir nash, Al-Syafi’i berpendapat bahwa mukhabarah ialah menggarap tanah dengan apa yang dikeluarkan
dari tanah tersebut.
2. Syaikh Ibrahim al-Bajuri berpendapat bahwa mukhabarah ialah sesungguhnya pemilik hanya menyerahkan tanah
kepada pekerja dan modal dari pengelola.
Secara singkat yang dimaksud dengan mukhabarah adalah suatu kegiatan kerja sama antara pemilik lahan dan
pengelola dalam menggarap suatu lahan baik itu pertanian maupun perkebunan agar menjadi produktif/menghasilkan.
B. Landasan Hukum Mukhabarah
Al-Qur’an Al-Hadits
Dasar hukum mukhabarah yang bersumber dari Al- Qur’an Dasar hukum akad mukhabarah terdapat dalam beberapa
diantaranya adalah: Q.S Al-Zukhruf Ayat 3 : hadist, diantaranya yaitu:
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang menjadi
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? dasar hukum diperbolehkannya melakukan mukhabarah,
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan yaitu: yang berbunyi :
mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain “Dari Thawus r.a bahwa ia suka bermukhabarah. Umar r.a
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat berkata: Lalu aku katakan kepadanya, ya Abu
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Abdurrahman, kalau engkau tinggalkan mukhabarah ini,
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” nanti mereka mengatakan bahwa Nabi saw telah melarang
mukhabarah. Lantas Thawus berkata: Hai Umar, telah
menceritakan kepadaku orang yang sungguh-sungguh
mengetahui akan hal itu, yaitu Ibnu Abbas bahwa Nabi saw
tidak melarang mukhabarah itu, hanya beliau berkata:
seseorang memberi manfaat kepada saudaranya lebih baik
daripada ia mengambil manfaat dari saudaranya itu dengan
upah tertentu”. (HR. Muslim)
C. Rukun & Syarat Mukhabarah
Rukun Syarat
Adapun rukun mukhabarah menurut jumhur ulama, Adapun syarat-syarat mukhabarah menurut jumhur ulama,
antara lain: yaitu sebagai berikut:
1. Aqid, yaitu orang yang melakukan kesepakatan 1. Para pihak yang berakad (pemilik tanah dan penggarap).
dengan jumlah yang terdiri atas dua orang atau Kedua pihak ini diisyaratkan haruslah orang yang baligh
lebih. dan berakal sehat.
2. Ma’qud alaih, merupakan benda-benda (objek) 2. Objek yang dijadikan tujuan akad (lahan pertanian),
yang diakadkan. diisyaratkan agar tempat tersebut layak untuk ditanami
3. Maudhu al-aqd, adalah tujuan pokok dari dan dapat menghasilkan serta tempat tersebut sudah
diadakannya akad. ditetapkan secara pasti atau jelas status hukumnya.
4. Shighat al-aqd, yang terdiri dari ijab dan qabul. 3. Hasil yang ditetapkan harus jelas dan pembagiannya
ditentukan saat akad dan telah disetujui oleh kedua belah
pihak.
4. Adanya shighat (ijab kabul), yaitu ungkapan khusus yang
menunjukkan adanya akad.
D. Skema Mukhabarah dalam Perbankan

Penjelasan dari skema diatas adalah sebagai berikut:


Perjanjian bagi hasil pengelolaan tanah pertanian dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pihak pemilik lahan dan petani
penggarap (pengelola) atas sebuah lahan pertanian, dimana pihak pertama (pemilik lahan) menyediakan lahan untuk
selanjutnya diserahkan kepada pihak kedua (petani penggarap) untuk digarap dengan menyediakan bibit, pupuk,
keahliannya, waktu, tenaga yang dimilikinya oleh petani penggarap, dengan persentase pembagian hasil dari lahan
tersebut pada waktu panen sesuai dengan kesepakatan keduanya.
Thank you for your
attention
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai