Anda di halaman 1dari 15

KLONING (REKAYASA REPRODUKSI GENETIK

MANUSIA )

DISUSUN

OLEH
KELOMPOK: 6

NAMA : RASYIDIN
: MILA ASYIFA

UNIT : 1
SEMESTER : 6
PRODI : HKI
PENGASUH : ARMIA, MH

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH


PERGURUAN TINGGI ISLAM
AL-HILAL SIGLI
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Kloning
(rekayasa reproduksi genetik manusia)” ini dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai
pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan
harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena
keterbatasan ilmu pengetahun dan keterampilan yang kami miliki.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada ARMIA. MH . selaku dosen Masail Fihqhiyah Al-munakahat dan juga
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat
menyempurnakan dimasa yang akan datang.

Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman
dan pihak yang berkepentingan.

17 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

2. Rumusan Masalah...............................................................................................2

3. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Pengertian Kloning.........................................................................................3

B. Macam-macam kloning..................................................................................3

C. Manfaat dan Kerugian Kloning......................................................................6

D. Hukum Kloning..............................................................................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................10

A. KESIMPULAN.............................................................................................10

B. SARAN.........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Mampukah fiqh menjawab tantangan kemajuan rekayasa genetika? Pesatnya
perkembangan teknologi rekayasa genetika haruslah terkejar oleh produk-produk fiqh
yang ada selama ini. Seperti halnya masalah fikih-fikih terdahulu sebagaimana
diberikan oleh para ulama seperti soal bayi tabung dan imseminasi buatan, maka
masalah rekayasa genetika, sampai pada soal revitalisasi DNA, pembiakan sel lewat
transplantasi, bahkan menyelewengkan “penciptaan” lewat pencangkokan jaringan
sel yang pada saat ini mulai banyak berkembang haruslah dicari solusinya.

Informasi terbaru, seperti dilaporkan majalah ilmiah bebahasa Inggris,


Scientific American, dalam rubric “medicine”nya, adalah sukses besar praktik
pengobatan lewat terapi gen (Gene Theraphy). Yaitu, sebuah pengobatan untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit genetis. Modus operandi terapi ini adalah dengan
cara mencangkokkan gen-gen baru yang lebih sehat dengan mengganti gen-gen rusak
yang membawa kelainan dalam tubuh.1

Bukan Cuma itu, terapi gen juga akan dipakai untuk mengobati kelainan
fisik dan perilaku. Hidung pesek, misalnya diubah menjadi mancung. Caranya
mudah, cukup dengan mengganti gen-gen yang membawa unsur pesek dengan yang
mancung.

Lalu bagaimana fiqh mengantisipasi masalah ini? Bagaimanapun,


tampaknya masih diperlukan penelaahan lebih lanjut tentang masalah ini, yaitu
bagaimana hukum Islam tentang zat genetic (Kloning) itu?. Pada makalah ini akan
membahas lebih lanjut tentang kloning, sebagai berikut.

1
Lutfi Asy-Syaukani, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1998), 141.

1
2
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kloning ?
2. Apa saja macam macam Kloning ?
3. Apa manfaat dari Kloning ?
4. Bagaimana hukum Kloning dalam pandangan islam ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kloning ?
2. Untuk mengetahui macam-macam Kloning ?
3. Untuk mengetahui manfaat dari Kloning ?
4. Untuk mengetahui hukum Kloning dalam pandangan islam ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kloning
Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone atau
klon yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi
aseksual.2 Sedangkan menurut istilah, Kloning adalah teknik membuat keturunan
dengan kode genetic yang sama dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan
sel telur atau sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu
baik berupa tumbuhan, hewan maupun manusia.3

B. Macam-macam kloning
Dalam hal ini Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain:
1. Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu dengan kultur jaringan atau mencangkok dan
menstek tanaman untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat persis sama
dengan induknya.4
2. Kloning pada hewan
Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada hewan
katak, tikus, kera dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang
berhasil hanyalah percobaan Kloning pada domba. Awal mula proses pengkloningan
domba adalah dengan mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau
ambingnya lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini
dihilangkan, kemudian inti sel tersebut dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba,
setelah inti selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim domba agar
memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi janin dan akhirnya di hasilkan bayi

2
Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya (Jakarta: PB UIN, 2003) , 4.
3
Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam (Surabaya: LTN NU dan Diantama,
2004), 544.
4
Halid, Kloning dan Bayi Tabung., 4.

4
domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode genetic yang sama dengan domba
pertama yang menjadi sumber pengambilan sel ambing.5
Contoh keberhasilan teknik reproduksi aseksual ini adalah domba dolly, satu
sel kambing diambil dari domba yang berumur 6 tahun (domba A), lalu sel ini
difungsikan (digabungkan) dengan sel telur domba lain (domba B) yang inti selnya
telah dibuang. Proses penggabungan ini dibantu oleh sengatan listrik, hingga tebentuk
fusi antara sel telur tanpa nukleus dengan sel kambing, lalu diproses dengan
membelah (menggandakan), lalu ditanam dalam uterus domba lain. Maka secara
teoritis hal yang sama bisa dipraktekkan pada manusia tanpa hubungan seks antara
laki-laki dengan perempuan (reproduksi aseksual), dengan jumlah kelahiran yang
dikehendaki.6
3. Kloning pada embrio
Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang
terbentuk dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel
embrio itu dibagi dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang
berpotensi untuk membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu dipisahkan
agar masing-masing menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio
pertama yang menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat
ditanamkan dalam rahim perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri
kedua dari suami bagi isteri pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Yang
selanjutnya akan menghasilkan lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio
yang sudah ada. Lalu akan terlahir anak kembar yang terjadi melalui proses Kloning
embrio ini dengan kode genetik yang sama dengan embrio pertama yang menjadi
sumber Kloning.

5
Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. Wordpress.com. 2007), diakses 14 Oktober 2011
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah Berbagai kasus yang dihadapi Hukum Islam Masa kini (Jakarta: Kalam
6

Mulia, 2010), 12.

5
4. Kloning pada manusia
Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat
berlangsung dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini
dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan
kemudian digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya.
Sel telur ini, setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki lalu ditransfer ke dalam
rahim seorang perempuan agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berubah
menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan
dengan kode genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber pengambilan
sel tubuh.
Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perempuan saja
tanpa memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel
dari tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan
dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah
bergabung dengan inti sel tubuh perempuan lalu ditransfer ke dalam rahim
perempuan agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan
akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan
kode genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan sel
tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada hewan
domba.
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang
diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh,
baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang
sama dengan induknya dalam hal penampilan fisiknya seperti tinggi dan lebar badan
serta warna kulit dan juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat
asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli
dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat

6
diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid
besar, atau dokter yang ahli, maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri
tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.

C. Manfaat dan Kerugian Kloning


 Adapun manfaat dari Kloning diantaranya adalah:
1. Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas
tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya.
2. Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia terutama penyakit-penyakit
kronis guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek
samping terhadap kesehatan manusia.7
3. Untuk memperoleh hormon pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi
gen dan diagnosis penyakit genetic.8
4. Kloning terapeutik pada manusia memiliki manfaat memproduksi organ tubuh
untuk tranplantasi, menghindarkan penyakit, pemecahan dalam reproduksi,
dan menyediakan bahan riset.9

 Selain terdapat banyak manfaat, Kloning juga menimbulkan kerugian, antara


lain:
1. Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.
2. Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.
3. Menyulitkan pelaksanaan hukum-hukum syara’. Seperti, hukum pernikahan,
nasab, nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan lain-
lain.10

7
Ibid., Farid Ma’ruf.
8
Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika., 544.
9
http://tornnolover.blogspot.com/2008/09/kloning-pro-dan-kontra_14.html; diakses 14 Oktober 2011
10
Ibid., Farid Ma’ruf.

7
4. Kloning pada tumbuhan dan hewan dapat menghasilkan jumlah keturunan
yang sangat banyak dan sama, sehingga dapat menurunkan tingkat
keanekaragaman organisme.
5. Hasil kloning manusia itu tidak bisa dibedakan antara satu dengan yang
lainnya, karena kesamaan bentuk tubuh dan warna kulitnya, serta sidik
jarinya.
6. Dapat mempengaruhi tatanan moral tentang keEsaan Tuhan dan mengubah
sikap individu dan budaya manusia.11

D. Hukum Kloning
Hukum kloning pada hewan dan tumbuhan masih diperbolehkan selama
benar-benar digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Teknik kloning di sini
dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas hewan dan tumbuhan yang dikonsumsi
manusia. Dengan kata lain, juga merupakan tujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia itu sendiri. Adapun Hadis yang dikeluarkan oleh Abdul Razzaq di
dalam kitab Jami’nya, adalah sebagai berikut:

‫وعلى العامل عنـد اإلطالق مايحتاجه الثمر مما يتـكرر كل سنة كسقي وتـنـقية نهر وإصالح احاجين وتـلقـيح للنحل‬
‫وهو وضع طلع ذكر في طلع أنثى‬
(٣/۵۲۷ ‫)الجمل شرح المنج‬

Artinya: “Dan bagi pekerja, maka ia diperbolehkan untuk melakukan apapun yang
diperlukan oleh buah yang berulang-ulang setiap tahun, seperti pengairan,
penjernihan sungai, perbaikan peralatan pertanian yang rusak, dan mengawinkan
kurma, yakni meletakkan tepung sari jantan ke tepung sari betina.”12

‫فإن تناسل الحيوان مطلوب لذاتـه لمصالح العبد‬


. (٣/٦٨ ‫)الجمل شرح المنهج‬

Mahjuddin, Masailul. 2003, 6.


11
12
Abdul Razzaq, “Al Jamal Syarah al-Minhaj juz III, hlm. 527”, dalam Ahkamul Fuqaha, ed. H.M.
Djamaludin Miri (Surabaya: Khalista, 2007), 518.

8
Artinya: “Sesungguhnya reproduksi hewan itu memang dicari bagi kemaslahatan
manusia.”13

Kloning pada manusia haram menurut hukum Islam dan tidak boleh
dilakukan. Dalil-dalil keharamannya adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak produk proses Kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak
alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
manusia dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak
dan keturunan. Allah SWT berfirman :
ْ ُّ‫ ِمن ن‬٤٥ ‫ق ٱل َّزوْ َج ْي ِن ٱل َّذ َك َر َوٱُأْلنثَ ٰى‬
٤٦ ‫طفَ ٍة ِإ َذا تُ ْمن َٰى‬ َ َ‫َوَأنَّ ۥهُ َخل‬

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan


perempuan, dari air mani apabila dipancarkan.” (QS. An Najm : 45-46)

Allah SWT berfirman :


ْ ُ‫ك ن‬
َ َ‫)ثُ َّم َكانَ َعلَقَةً فَ َخل‬٣٧( ‫طفَةً ِم ْن َمنِ ٍّي يُ ْمنَى‬
َ َ‫ق ف‬
)٣٨( ‫سوَّى‬ ُ َ‫َألَ ْم ي‬
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya.” (QS. Al Qiyaamah : 37-38)

2. Anak-anak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki), tidak
akan mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika dihasilkan dari
proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh-ke
dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan
mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel
telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih. Ini merupakan tindakan
menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak terdapat ibu dan ayah.
Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT :

‫ارفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬


َ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َع‬

13
Ibid., Al Jamal Syarah al-Minhaj juz III, hlm. 6., 518.

9
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujuraat : 13)

3. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah
mewajibkan pemeliharaan nasab.14
Rasulullah SAW telah bersabda :
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َم ْن ا َّدعَى ِإلَى َغي ِْر َأبِي ِه َوهُ َو يَ ْعلَ ُم َأنَّهُ َغ ْي ُر َأبِي ِه فَ ْال َجنَّةُ َعلَ ْي ِه َح َرا ٌم‬ َ ‫َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬

Nabi saw. Bersabda: “Barang siapa mengaku bernasab kepada orang selain ayahnya
sedangkan ia tahu bahwa ia bukan ayahnya maka ia diharamkan masuk surga”. (HR.
Bukhari dan Muslim).15
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses Kloning manusia diharamkan menurut
hukum Islam dan tidak boleh dilaksanakan.

14
Abdul Qadim Zallum terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syar’i fi Al Istinsakh, Naqlul
A’dlaa’, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul In’asy Ath Thibbiyah, Al Hayah wal Maut ( Jakarta:
Darul Ummah, 1997), 48.
15
Ahmad Najih S., Terjemah Riadlus Shalihin (Surabaya: CV. Karya Utama, 2010), 593.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama
dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi
diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan,
hewan maupun manusia.
Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain: Kloning pada tumbuhan,
Kloning pada hewan, Kloning pada embrio,dan Kloning pada manusia.
Adapun mengenai hukum Kloning dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa
hukum Kloning dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Kloning yang di
perbolehkan, dan Kloning yang tidak diperbolehkan.
Sedangkan Mengenai Kloning yang diperbolehkan adalah Kloning yang
meninmbulkan kemaslahatan bagi manusia antara lain yaitu Kloning pada tanaman
dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan
produktivitasnya.
Sedangkan Kloning yang tidak diperbolehkan adalah Kloning terhadap
manusia yang dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak sedikit),
antara lain : menghilangkan nasab dan menyulitkan pelaksanaan hukum-hukum
syara’.

B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini penulis berharap dapat menambah wawasan
dan pengetahuan pembaca. Penlulis juga mengharapkan kritik dan saran terhadap
peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini. Kami minta maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan ini dan isi penulisan makalah ini semoga bermanfaat bagi
kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA
Alkaf, Halid. Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya. Jakarta: PB UIN,
2003.
Asy-Syaukani, Lutfi. Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer.
Bandung: Pustaka Hidayah, 1998.
Jati, Sigit Purnawan. Hukmu Asy Syar’i fi Al Istinsakh, Naqlul A’dlaa’, Al Ijhadl,
Athfaalul Anabib, Ajhizatul In’asy Ath Thibbiyah, Al Hayah wal Maut.
Jakarta: Darul Ummah, 1997.
Mahfudh, Sahal. Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Surabaya: LTN NU dan
Diantama, 2004.
Mahjuddin. Masailul Fiqhiyah Berbagai kasus yang dihadapi Hukum Islam Masa
kini. Jakarta: Kalam Mulia, 2010.
Najih, Ahmad. Terjemah Riadlus Shalihin. Surabaya: CV. Karya Utama, 2010.
Razzaq, Abdul. “Al Jamal Syarah al-Minhaj juz III, hlm. 527”, dalam Ahkamul
Fuqaha, ed. H.M. Djamaludin Miri. Surabaya: Khalista, 2007.
Ma’ruf, Farid. Hukum Kloning (http:// konsultasi. Wordpress.com. 2007, diakses 14
Oktober 2011)
http://tornnolover.blogspot.com/2008/09/kloning-pro-dan-kontra_14.html; diakses 14
Oktober 2011

iii

Anda mungkin juga menyukai