Anda di halaman 1dari 16

MENGENAL ORGANISASI BISNIS SYARI’AH

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 9

NAMA : HASYIMI RAFSANJANI


: HUSNIA DEVI
: NADIATURRAHMI
SEM :5
UNIT :1
PRODI : HES

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH (STIT)

AL HILAL SIGLI
2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul”Mengenal Organisasi Bisnis Sesuai
Syariah”.

Selawat dan salam kita panjatkan kehadirat Nabi Muhammad Saw yang
telah membawa manusia dari alam kegelapan kepada alam yang berilmu
pengetahuan.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak, dan penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan
dan saran yang sifatnya membangan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
di masa yang akan datang.

Sigli, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... 1

Daftar isi................................................................................................... 2

Mengenal Organisasi Bisnis Syariah......................................................... 2

A. Jenis Organisasi Bisnis Sesuai Syariah Islam......................... 4

B. Ciri Organisasi Bisnis Syariah................................................ 8

C. Akad Dalam Bisnis Syariah.................................................... 9

D. Kerjasama Dalam Bisnis Syariah........................................... 10

E. Hak dan Kewajiban Dalam Bisnis Syariah............................. 12

F. Situasi Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas....... 13

G. Kesimpulan............................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 15

ii
Mengenal Organisasi Bisnis Syariah

Organisasi berasal dari bahasa yunani, yaitu “Organon” yang berarti alat,
bagian, anggota, atau badan . Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),
organisasi adalah kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian-bagian (orang)
dalam perkumpulan untuk mencapai  tujuan tertentu : kelompok kerjasama antara
orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.

Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa inggris yaitu business, dari
kata dasar busy yang berarti sibuk, dalam konteks individu, komunitas, ataupun
masyarakat. Dalam artian sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang
mendatangkan keuntungan.

Sementara bisnis di definisikan sebagai usaha komersial dalam dunia


perdagangan, bidang usaha, atau disebutjuga usaha dagang. Secara umum bisnis
dapat di artikan sebagai suatu kegiatan yang di lakukan oleh manusia untuk
memperoleh pendapatan atau penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidup dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan
efesien.1

Sedangkan menurut Hughes dan Kapoor bisnis adalah suatu kegiatan usaha
individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara umum
kegiatan ini ada dalam masyarakat dan ada dalam industri.2

Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas


bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas)
kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam
cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).

Sedangkan Agus Arijanto menyebut organisasi bisnis sebagai organisasi


bisnis perusahaan yang berarti suatu lembaga/organisasi/institusi yang didirikan

1 Muslich, Etika Bisnis Islam:Landasan Filosofi, Normatif, dan subtansi Implementatif,


(Yogyakarta:Ekonisia Fakultas Ekonomi UI), 2004, hal. 46.
2 Buchari Alma, Dasar-dasar Etika Bisnis Islam, (Bandung: CV Alfabeta) 2003. Hal,89.

1
sesuai aturan hukum yang berlaku, dan adanya orang-orang yang usahanya
dikoordinasikan, terdiri dari subsistem yang saling berhubungan, bekerja bersama-
sama, sesuai dengan peran dan wewenangnya dalam mencapai tujuan.3

Jadi dapat di kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan organisasi bisnis


Islam adalah keseluruhan koordinasi antar subsistem yang saling berhubungan
dalam rangka mencapai tujuan usaha yang didasari aturan syari’ah yaitu sesuai
dengan Al-quran dan hadist.

Sehingga dari pengertian diatas sesungguhnya kegiatan apapun yang


dilakukan seorang muslim mempunyai hukum mubah selama ia tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam misalnya seperti larangan
berbuat gharar, dzalim, bathil, maisir, serta penimbunan-penimbunan. Maka dari
itu organisasi bisnis dalam perspektif Islam adalah keseluruhan koordinasi antar
subsistem yang saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan usaha yang
didasari aturan syari’ah.

A. Jenis Organisasi Bisnis Syariah

Di dalam perekonomian Islam bentuk atau jenis dari organisasi-organisasi


bisnis (usaha) yang ada secara umum dapat di kelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Perusahaan perseorangan 

Perusahaan perseorangan adalah badan usaha kepemilikannya di miliki oleh


satu orang. Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan cara
tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk
mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil,
terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja yang sedikit dan
penggunaan alat produksi tehnologi sederhana.

Bentuk usaha perseorangan merupakan bentuk usaha yang ideal untuk


perusahaan kecil. Pemimpin di sini berada pada pemilik, dan mempunyai
tanggung jawab yang tidak terbatas. Biasanya usaha ini berbentuk usaha keluarga
3 Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis,(Jakarta:Rajawali Pers), 2011. hal. 146.

2
yang karyawannya terdiri atas sanak family. Untuk mendirikan usaha ini sangat
mudah , karena tidak ada sutau aturan khusus. Hanya saja bila ingin berhubungan
dengan bank dan ingin memperoleh bantuan modal buat perkembangan usaha,
maka di perlukan berbagai persyaratan.4

Usaha perseorangan di katakan sangat ideal karena pemilik bebas


melakukan usaha tanpa terikat dalam pengambilan keputusan , dalam manajemen
usahanya, keuntungan di nikmati sendiri. Masalah yang muncul dari usaha ini ,
ialah perkembangan usaha yang tergantung kepada kemampuan pemilik. Apabila
pemilik tidak aktif lagi maka kontinuitas uasaha terganggu. 5 Usaha lain yang di
lakukan untuk menjaga kelangsungan perusahaan bentuk perseorangan ini, ialah
merubahnya ke bentuk perseroan Terbatas (PT) yang akan terjamin kontinuitas
kepemimpinan dan kegiatan bisnisnya.

Perusahaan perorangan adalah format organisasi bisnis yang paling


sederhana yang hampir ada dalam setiap sistem ekonomi non-sosialis dan
merupakan bentuk usaha pelaksanaan bisnis tertua, dimana bentuk-bentuk
organisasi bisnis lain yang berkembang kemudian adalah berangkat dari bentuk
awal ini sesuai dengan kompleksitas dan kebutuhan hidup social dan ekonomi
manusia. Sebagaimana seperti halnya sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi
islam mengizinkan perusahaan swasta yang di kelola oleh setiap individu dan
tidak mengikat mereka secara khusus, selama usaha atau bisnis yang
dijalankannya terikat dengan ketentuan syariah. Sifat alami bisnis harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan mendasar yang di tentukan oleh hukum yang ada.

2. Persekutuan/syirkah (partnership)

Secara etimologi syirkah berarti percampuran atau persekutuan, yaitu


percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya. Syirkah termasuk salah satu
kerjasama dagang dengan rukun dan syarat tertentu, yang dalam hukum positif di
sebut dengan perserikatan dagang.

4 Buchari Alma. Dasar-dasar Etika Bisnis Islam, (Bandung:CV Afabeta) 2003.hal.246.


5 Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta:PT Rineka Cipta)2000.hal.24.

3
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan
kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.6 Karena setiap mitra tidak dapat men
jamin modal mitra lainnya, maka setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk
menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal
yang menunjukan adanya kesalahan yang disengaja ialah: pelanggaran terhadap
akad antara lain penyalahgunaan dana pembiayaan, manipulasi biaya dan
pendapatan operasional, pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah..
Persekutuan merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih untuk
mendistribusikan laba (profit) atau kerugian (losses) dari suatu bisnis yang di
jalankan oleh mereka atau salah satu dari mereka. Implikasinya dapat disimpulkan
bahwa dua orang atau lebih dapat menyatakan sumber daya yang mereka miliki
untuk menjalankan suatu bisnis bersama, sebab tidak satupun dari mereka dapat
mengelolanya secara perorangan.
Hal terpenting dalam bentuk kerjasama ini yaitu masing-masing pihak
harus memiliki andil modal dalam usaha tersebut. Bentuk usaha perserikatan ini di
kenal dengan istilah syikatul inan atau syirkatul mufawadah. Sebuah hubungan
antara dua orang atau lebih di mana salah satu pihak menyediakan modal dan
pihak lainnya menjadi pengelola. Implikasinya dapat dilihat sebagai berikut:
 Persetujuan tidak terbatas hanya dua orang saja, tetapi bisa lebih dari
jumlah tersebut.
 Adanya dua orang yang terlibat.
 Pihak pengelola dapat membawa modalnya sendiri untuk kepentingan
bisnis atau usahanya tetapi harus memiliki persetujuan pemilik modal.
 Pengalokasian keuntungan dan kerugian.

3. Mudharabah

6 Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta:UUP AMP YKPN Ikut Mencerdaskan


Bangsa)2004,hal.78.

4
Mudharabah berasal dari bahasa arab dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, al-mudharabah
adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul
mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola.

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan


yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut .

Mudharabah adalah suatu akad yang memuat penyerahan modal , jenis dan
karakter terntu dari seorang pemilik modal (shahib al-mal) kepada pengelola
(mudharib) untuk di pergunakan sebagai sebuah usaha dengan ketentuan jika
usaha tersebut mendatangkan hasil maka hasil laba tersebut di bagi berdua
berdasarkan kesepakatan sebelumnya, sementara jika usaaha tersebut tidak
mendatangkan hasil maka kerugian materi sepenuhnya di tanggung oleh pemilik
modal dengan syarat dan rukun-rukun tertentu. 7

Definisi diatas selain menjelaskan wujud mudharabah yang utuh, juga


tersirat di mensi filosofi yang melandasinya, yaitu adanya penyatuan antara modal
dan usaha yang dapat membuat pemodal dan dan pengusahanya berada dalam
kemitraan usaha yang lebih fair dan terbuka serta kegiatan ekonomi ini lebih
mengarah kepada aspek solidaritas yang tinggi dari pemilik modal untuk dapat
membantu para tenaga terampil kurang modal.

B. Ciri Organisasi Bisnis Syariah

7Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta:UUP AMP YKPN Ikut Mencerdaskan


Anak bangsa), 2004,hal, 82.

5
Kegiatan bisnis syariah bukan hanya kegiatan jual beli yang targetnya
mendapatkan keuntungan. Namun bisnis ini lebih mengarah kepada hukum Islam
yang sesuai dengan Al Quran dan Hadis. Jadi bisnis ini dibatasi oleh cara
mendapatkan keuntungan dan mengembangkannya dengan konsep halal dan
haram. Jika halal dijalankan namun jika haram maka ditinggalkan. Sehingga
bukan melulu keuntungan namun juga mendapatkan keridhoan dari Allah.

Bentuk bisnis syariah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bisnis


umumnya yaitu sebuah usaha untuk memproduksi suatu barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan konsumennya dan tentunya untuk mencari keuntungan.
Hanya saja bisnis ini merupakan implementasi dari aturan Allah. Sehingga
bermuamalah berdasarkan syariat islam. Adapun ciri-cirinya yaitu :

 Selalu berpijak pada nilai-nilai ruhiyah. Yakni selalu memiliki kesadaran


setiap manusia akan eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Allah sehingga
harus selalu kontak kepadanya.
 Memiliki pemahaman terhadap bisnis yang halal dan haram. Sehingga
para pelaku bisnis memang dituntut untuk mengetahui benar-benar fakta
mengenai mana bisnis yang diperbolehkan dalam aturan syariah mana
yang tidak boleh.
 Mengimplementasi aturan secara syari. Jadi harus memiliki kesesuaian
antara teori dan praktik. Antara yang dipahami dan apa yang diterapkan
sehingga bukan sekedar melihat untung dan rugi.
 Tidak hanya berorientasi pada dunia namun juga akherat. Mendapatkan
keuntungan yang sebanyak-banyaknya di dalam Islam itu diperbolehkan
hanya saja bukan hanya itu orientasinya. Namun dengan menjadikan bisnis
yang dikerjakannya sebagai ladang ibadahnya yang akan menjadikannya
pahala.

C. Akad Dalam Bisnis Syariah

6
Menurut terminologi hukum islam, akad adalah pertalian antara penyerahan
(ijab) dan penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan
akibat hukum terhadap objeknya.

Akad dari segi ada atau tidaknya adanya kompensasi, fiqh muamalah
membagi akad menjadi dua bagian, yakni akad tabaru’ dan akad tijarah.8

1) Akad Tabarru’
Akad tabarru’ adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak di
tujukan untuk memperoleh laba (nirlaba). Tujuan dari ini adalah tolomg-
menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru’ pihak yang
berbuat kebaikan tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun karena pihak lainnya
karena ia hanya mengharabkan imbalan dari Allah Swt. Namun, tidak mengapa
jika pihak yang berbuat kebaikan memita sekedar menutupi biaya yang di
tanggung nya untuk melakukan akad tabarru’ tersebut sepanjang tidak mengambil
laba dari akad tersebut.
Ada tiga bentuk akad tabarru’, yaitu:
 Meminjamkan uang termasuk akad tabarruk karena tidak boleh
melebihkan pembayaran atas pinjaman yang di berikan, karena
setiap kelebihan tanpa ‘iwad adalah riba. Ada 3 jenis pinjaman yaitu:
Qardh, Rahn, Dan Hiwalah.
 Meminjamkan Jasa berupa keahlian atau keterampilan termasuk
akad tabarru’. Ada 3 jenis pinjaman jasa yaitu: Wakalah, Wadiah,
Dan Kafalah.
 Memberikan sesuatu, dalam akad ini, pelaku memberikan sesuatu
kepada orang lain, ada 3 bentuk akad ini yaitu: Wakaf, Hibah dan
sedekah.

2) Akad Tijarah

8 Muammar Khaddafi dkk,Akutansi Syariah Meletakkan Nilai-nilai Syariah Islam Dalam


Ilmu Akutansi, (Medan:Madenatera), 2016. Hal, 80.

7
Akad tijarah merupakan akad yaang di tujukan untuk memperoleh
keuntungan. Dari sisi kepastian hasil yang di peroleh, akad dapat dibagi menjadi
dua natural uncertainty contract dan natural certainty contract.
a. Natural uncertainty contract (kontrak yang secara alamiah mengandung
ketidak pastian)
Merupakan kontrak yang di turunkan dari teori percampuran dimana pihak
yang bertransaksi saling mencampurkan asset yang mereka miliki menjadi satu,
kemudian menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan.
Oleh sebab itu, kontrak jenis ini memberikan imbal hasil yang pasti, baik nilai
imbal hasil maupun waktu, jenis-jenis kontrak ini adalah: Mudharabah,
Musyarakah, sukuk(obligasi syariah) dan saham syariah yang produknya harus
sesuai syariah.
b. Natural Certainty Contract (kontrak yang secara alamiah menganndung
kepastian.
Merupakan kontrak yang di turunkan dari teori pertukaran, dimana kedua
kedua belah pihak saling mempertukarkan asset yang dimilikinya, sehingga objek
pertukarannya pun harus di tetepkan di awal akad dengan pasti tentang jumlah,
mutu, harga, dan waktu penyerahan. Dalam kondisi ini secara tidak langsung
kontak jenis ini akan memberikan imbal hasil yang tetap dan pasti karena sudak di
ketahui ketika akad. Jenis dari kontarak ini ada beberapa antara lain, murabahah,
salam, istisna dan ijarah.

D. Kerja Sama Dalam Bisnis Syariah

Dalam bisnis syariah, kerjasama (syirkah) adalah kerjasama dua orang atau
lebih yang sepakat menggabungkan dua atau lebih kekuatan (aset modal, keahlian
dan tenaga) untuk digunakan sebagai modal usaha, misalnya perdagangan,

agroindustri, atau lainnya dengan tujuan mencari keuntungan. Kerjasama yang

8
dimaksud disini adalah kerjasama dalam bentuk bagi hasil, yaitu kerjasama
dalam berusaha untuk mendapatkan keuntungan.9

Oleh karena itu, kerjasama ini terlebih dahulu harus terjadi dalam suatu
akad atau perjanjian baik secara formal yaitu dengan ijab dan qabul maupun
dengan cara lain yang menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah melakukan
kerjasama tersebut secara rela sama rela. Untuk sahnya kerjasama, kedua belah
pihak harus memenuhi syarat untuk melakukan akad atau perjanjian kerjasama
yaitu dewasa dalam arti mempunyai kemampuan untuk bertindak dan sehat
akalnya, serta atas dasar kehendak sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun.

Dalam menjalankan roda bisnis, Islam melarang pemilik modal


menentukan imbalan dalam batas tertentu atas uang yang diputar. Cara seperti ini
tidak adil, karena pemilik modal tidak ikut menanggung risiko tetapi dia hanya
mendapatkan hasil. Cara semacam ini tidak dibenarkan karena di dalamnya
termasuk roh ribawi yang merusak keadilan dan semangat kerjasama. Padahal
dalam dunia usaha ada kemungkinan tidak untung atau bahkan bisa rugi. Jadi
apabila seseorang telah merelakan uangnya untuk syirkah (investasi dalam usaha
bersama) dengan orang lain, maka dia harus berani menanggung segala risiko
karena syirkah tersebut.

Syariat Islam memperbolehkan kerjasama atau bisnis yang bersih dari


interaksi riba atau harta haram dalam keuntungan dan kerugian. Salah satu pihak
bisa mendapat setengah, sepertiga, seperempat atau kurang dari itu, sedangkan
sisanya untuk yang lain. Jadi masing-masing pihak akan mendapatkan bagian
apabila usahanya untung,dan sama-sama menanggung kerugian apabila
usahanya tidak berhasil. Oleh karena itu, kejujuran dalam mengelola dan
keadilan berbagi hasil menjadi syarat mutlak dalam syirkah.

9 Muammar Khaddafi, Akutansi Syariah Meletakkan Nilai-nilai Syariah Islam Dalam


Ilmu Akutansi, (Medan:Madenatera) 2016, hal,

9
E. Hak Dan Kewajiban Dalam Bisnis Syariah
1) Hak dan kewajiban Pekerja
Mengingat lemahnya posisi pekerja sehingga seolah-olah terancam, islam
memberikan perhatian khusus terhadap masalah ini, sehingga rasul memberi
teladan dengan melakukan pelayanan beliau seperti keluarganya sendiri.
Perselisahan yang terjadi antara majikan dan pekerja sering di sebabkan oleh
masalah upah.
Rasulullah menganjurkan untuk menetapkan upah terlebih dahulu dan
menganjurkan membayar upah secepat mungkin. Islam juga menganjurkan untuk
menyediakan fasilitas kepada pekerja serta melarang menyuruh melakukan di luar
kemampuannya. Adapun hak-hak pekerja menurut Afzalur Rahman adalah
sebagai berikut:
a) Berhak menerima upah yang memungkinkan menikmati hidup layak dan
berkewajiban patuh serta mengikuti apa yang di gariskan oleh atasannya.
Jujur dan menepati janji dalam melaksanakan amanat dari atasan.
b) Tidak boleh di beri pekerjaan yang terlalu berat yang ia tak sanggup, jika
di percaya melakukan tugas berat maka ia harus di bantu.
c) Harus di beri bantuan pengobatan yang layak, asuransi ganti rugi pada
saat kerja dan di beri tunjangan hari tua yang sebagian besar di aambil dari
dana zakat.
d) Majikan harus mengeluarkan sedeqah untuk pekerjanya.
e) Pekerja harus di perlakuakan dengan baik dan sopan.
Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut maka hak dan kewajiban
antara majikan dan pekerja akan telindungi sehingga mewujudkan tanah sosial
yang bersahabat.10
2) Hak dan kewajiban Atasan

Hak atasan ialah memerintahkan bawahan dan kemudian ia berhak


memperoleh keuntungan. Sedangkan kewajiban atasan adalah harus membayar
upah sesegera mungkin, tidak di tunda-tunda dan ia wajib bersikap baik, lemah-

10 Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta:UUP AMP YKPN), 2004,hal,170

10
lembut dan kasih sayang, serta edukatif (sikap mendidik), dan juga menjaga
keselamatan bawahannya.

Namun adakalanya atasan menunda kewajibannya karena kesulitan kuangan


yang tidak dapat ia sediakan pada saat harus di bayarkan, hal ini merupakan
kesalahan dari pihak atasan karena gagal membuat perencanaan keuangan yang
tepat.11

Pihak atasan tidak boleh hanya berpangku tangan saja, akan tetapi sesekali-
kali bantulah mengerjakan dan meringankan apa yang di kerjakan oleh
karyawannya. Demikan mulianya ajaran islam, yang mengatur tata hubungan
antar manusia yang perlu di ketahui dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Situasi Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas

Produktivitas adalah rasio terbaik antara hasil (output) dengan masukan


(input) atau Produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang di capai
(output) dengan keseluruhan sember daya yang di perlukan (input).12

Banyak perusahaan dagang maupun perusahaan jasa yang menyatakan


bahwa tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk meningkatkan
produktivitas suatu perusahaan. Peningkatan produktivitas perusahaan tersebut
tidak lepas dari adanya faktor yang mempengaruhi lingkungan salah satunya
adalah faktor lingkungan kerja islami yang memegang peranan penting dalam
upaya peningkatan produktivitas kerja pada lembaga bisnis syari’ah, bahkan
sudah seharusnya lembaga bisnis syari’ah menggunakan nilai-nilai syari’at Islam
dalam segala aktifitasnya. karena itu perusahaan harus memperhatikan kondisi
lingkungan tempat bekerja mulai dari fentilasi udara, keamanan dan kebersihan
tempat kerja, etika, lingkungan bersih mengakibatkan karyawan akan semangat
dalam bekerja karena setengah dalam sehari waktu mereka dihabiskan dalam
lingkungan kerja tersebut.

11 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, (Bandung:CV Alfabeta) 2003, hal,
214
12 Hadario Nawawi, Manajemen Strategik, (Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press),2005, hal, 40.

11
Menurut Bambang, lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang bekerja di
lingkungan kerja yang mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan
menghasilkan kinerja yang baik. Sebaliknya, jika seorang pegawai bekerja dalam
lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak mendukung untuk bekerja secara
optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah
sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah.

G. Kesimpulan

Melalui manajemen yang efektif, sebuah organisasi bisnis akan pada


awalnya bersifat aktivitas, kemudian bergeser menjadi sebuah etitas bisnis, yakini
dalam bentuk perusahaan maupun persekutuan.

Bisnis bukanlah aktivitas maupun etitas yang berdiri sendiri, melainkan


mempunyai hubungan erat dan tidak terlepas dari sruktur dan sistem
kemasyarakatan yang terdiri dari problematika kemanusiaan, kemasyarakatan,
kenegaraan dari segi kemanfaatan maupun tidak. Maka dari itu, butuh pengarah,
pembimbing maupun pengontol bisnis agar bisnis tidak keluar dari tujuan hakikat
bisnis tanpa melanggar nilai-nilai ajaran islam, hukum pemerintah dan nilai-nilai
kemasyarakatan.

Kegiatan bisnis dalam islam, tidak boleh di laksanakan tanpa aturan. Islam
memberika rambu-rambu pedoman dalam melakukan kegiatan usaha, karena
itulah seorang muslim yang akan menjadi pelaku bisnis harus memahami hukum-
hukum dan aturan islam yang mengatur tentang muamalah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buchari Alma, 2003. Dasar-dasar Etika Bisnis Islam, Bandung:CV Alfabeta.

Pandji Anoraga,2000. Manajemen Bisnis, Jakarta:PT Rineka Cipta.

Muhammda, 2004. Etika Bisnis Islam, Yogyakarta:Unit Penerbit Dan Percetakan


Akademi Manajemen YKPN.

Muammar Khaddafi dkk, 2016. Akutansi Syariah Meletakkan Nilai-nilai Syariah


Islam Dalam Ilmu Akutansi, Medan:Madenatera.

13

Anda mungkin juga menyukai