Anda di halaman 1dari 16

BENTUK ORGANISASI PERUSAHAAN SYARIAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Syariah

yang dibina oleh

Fahrurrozi, M.E.I

Oleh:

Fajar Alvian 18383031058


Oktavian Ferdianto 21383031136
Yulia Eva Hidayati 21383032062
Sinta Nuriyah 21383032146
Sri Munawaroh 21383032149

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN MADURA
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “BENTUK
ORGANISASI PERUSAHAAN SYARIAH”. Serta shalawat dan salam tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju jalan
kebaikan yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Tentunya setiap manusia mempunyai
kesalahan, begitupula dengan makalah ini yang sekiranya masih jauh dari kata
sempurna.

Penyusun menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tak lepas dari
bantuan orang lain. Maka dari itu, terselesaikannya tugas makalah ini karena bantuan,
dukungan, dan saran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penyusun ingin
menyampaikan banyak rasa terimakasih kepada bapak Fahrurrozi, M.E.I selaku dosen
pengajar mata kuliah ini.

Pada makalah ini tentunya masih mempunyai banyak kesalahan. Maka dari
itu, kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca. Semoga, makalah ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi kita semua.

Pamekasan, 10 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. I

KATA PENGANTAR ............................................................................................... II

DAFTAR ISI ............................................................................................................ III

BAB I ........................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4

Latar Belakang ............................................................................................................. 4

Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5

Tujuan .......................................................................................................................... 5

BAB II ......................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6

Perusahaan Perseorangan ............................................................................................. 6

Perusahaan Persekutuan (Syirkah) ............................................................................... 7

Perusahaan Mudharabah............................................................................................ 10

Tujuan Perusahaan Dalam Prespektif Syariah ........................................................... 11

BAB III ...................................................................................................................... 15

PENUTUP ................................................................................................................. 15

Kesimpulan ................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi syariah yang dinamis selalu merespon dan mengadakan
perubahan, karena adanya tekanan di dalam lingkungan internal begitupun
eksternal. Keberadaan organisasi syariah dalam hal ini lembaga keuangan
syariah sangat membantu perekonomian saat ini. Terutama bagi masyarakat
yang membutuhkan sejumlah dana dalam mendukung aktivitasnya. Banyaknya
organisasi baik lembaga bank dan non bank syariah menimbulkan persaingan
antar organisasi syariah. Kuatnya persaingan tersebut menuntut lembaga
keuangan syariah dalam memberikan pelayanan dan memastikan tercapainya
standar kinerja yang terbaik. Salah satu kunci utama untuk memenangkan
persaingan didunia bisnis adalah adanya sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan dan loyalitas yang tinggi terhadap organisasi syariah.1
Organisasi syariah memiliki asas akuntabilitas yang berdimensi
horizontal dan vertikal. Peranan karyawan dalam suatu organisasi syariah
memiliki peranan yang sangat penting. pemahaman, pengalaman ataupun
pelaksanaan budaya organisasi berbasis syariah harus benar-benar
dilaksanakan dengan baik dan akuntabel. Problem-problem yang terjadi
perusahaan syariah akan mampu memberikan dampak yang luar biasa dalam
hal perubahan dari yang tidak berkah menjadi berkah. Semua tujuan yang telah
dicapai akan bermakna sia-sia tidak berkah dari seluruh aktivitas bisnisnya.
Ajaran Islam menempatkan berkah sebagai tujuan inti dalam aktivitas bisnis. 2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan perusahaan perseorangan?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan perusahaan persekutuan (syirkah)?

1
Eny Latifah, dkk, Manajemen Keuangan Syariah sebuah konsep dan teori, Jawa Tengah: Eureka
Media Aksara, Desember 2022,Hlm.14.
2
Ibid,Hlm.15.

4
3. Bagaimana yang dimaksud dengan perusahaan Mudharabah?
4. Bagaimana tujuan perusahaan dalam prespektif syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perusahaan perseorangan.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perusahaan persekutuan
(syirkah).
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perusahaan Mudharabah.
4. Untuk mengetahui tujuan perusahaan dalam prespektif syariah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perusahan Perorangan
Bentuk perusahaan ini merupakan bentuk paling sederhana yang ada di
sebagian besar sistem ekonomi non-sosialis. Bentuk usaha perseorangan
merupakan bentuk kepemilikan tertua yang digunakan dalam sejarah peradaban
manusia. Bentuk usaha lainnya merupakan pengembangan dari bentuk usaha
perseorangan yang beradaptasi dengan perubahan zaman dan kompleksnya
kebutuhan hidup manusia.3
Perusahaan perseorangan adalah suatu badan usaha yang dijalankan
oleh seorang individu yang modalnya biasanya berasal dari harta sendiri atau
pinjaman atas nama pribadi. Jenis perusahaan perseorangan sangat identik
dengan sistem perekonomian kapitalis, dimana setiap orang mempunyai
kebebasan untuk memiliki harta benda dan mengembangkannya. Setiap orang
mempunya kebebasan untuk berbisnis dan mencari keuntungan dengan caranya
masing-masing berdasarkan aturan pasar.4
Islam memperbolehkan adanya perusahaan perseorangan. Seseorang
dapat memiliki harta dan mengelolanya tanpa terikat pada aturan tertentu,
asalkan selama pengelolaan aset atau kegiatan usaha tersebut tidak
menyimpang dari ketentuan hukum syariah. Dalam arti lain, perusahaan
perseorangan dalam sistem ekonomi islam dapat menerapkan sifat-sifat alami
dari bisnis, yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya, namun harus sesuai
dengan peraturan-peraturan dasar yang ditetapkan oleh hukum islam. Selain itu,
setiap individu mempunyai kebebasan untuk memilih bagaimana dia ingin
menjalankan dan mengelola usahanya, baik dari segi kepemilikan modal usaha,
tenaga kerja, dan faktor-faktor produksi lainnya. Sebagai konsekuensi logisnya,

3
Dadang Husen Sobana, Manajemen Keuangan Syariah, Bandung: CV. Pustaka Setia, Oktober 2017,
Hlm.44.
4
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.14.

6
ia juga harus siap menghadapi segala risiko dan kerugian yang mungkin akan
dihadapinya.5
B. Perusahaan Persekutuan (Syirkah)
Persekutuan (syirkah) adalah suatu hubungan antara dua orang atau
lebih dengan tujuan untuk membagi keuntungan atau kerugian dari suatu
usaha/bisnis yang dijalankan oleh mereka semua atau salah satu dari mereka
yang bertindak sebagai pengelola. Definisi ini secara implisit menunjukkan
bahwa dua orang atau lebih dapat menyatukan sumber daya yang mereka miliki
untuk melakukan suatu bisnis secara bersama. Penyatuan sumber daya ini
mungkin terjadi karena tidak ada satupun dari mereka yang dapat mengelolanya
secara individu sehingga harus mengelolanya bersama-sama, atau karena
sumber daya yang mereka miliki terlalu kecil untuk mengelola aktivitas bisnis
yang ingin mereka lakukan.6
Dalam pengelolaannya, usaha yang dilakukan dari penyatuan sumber
daya tersebut dapat dilaksanakan oleh semua orang dalam waktu yang
bersamaan, dan hanya dapat dilaksanakan oleh sebagian orang saja tanpa harus
ada peran serta semua orang. Hal terpenting dalam bentuk kerjasama ini adalah
kontribusi modal dari pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut.
Dalam bentuk perusahaan persekutuan (syirkah) ini harus ada kesepakatan dan
kesepahaman bersama dari semua pihak yang terlibat mengenai jenis usaha
yang akan dijalankan, dan pembagian keuntungan atau kerugian dari usaha
tersebut. Semua pihak dalam hal ini mempunyai kedudukan yang sama, yaitu
sebagai mitra usaha. Kewenangan, hak, dan kewajiban yang mereka miliki juga
sama, sesuai dengan porsi penyertaan sumber daya masing-masing dan
kesepakatan awal yang mereka sepakati.7
Nabi Muhammad SAW. bersabda, sebagaimana telah dikemukakan
oleh Abu Hurairah r.a. Allah SWT. berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari

5
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.14-15.
6
Ibid, hlm.15.
7
Ibid.

7
dua pihak yang bersyirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang
lainnya. Jika salah satunya berkhianat, aku keluar dari keduanya” (H.R. Abu
Dawud, Al-Baihaqi, dan Ad-Daruqutni). Rukun syirkah ada tiga, yaitu:
1. akad (ijab dan kabul) disebut juga syighat;
2. adanya kesepakatan antara kedua belah pihak (‘aqidain);
3. objek akad (maqqud ‘alaihi). Adapun syarat dari akad, yaitu sebagai
berikut.
a. Objek akadnya berupa tassarruf, yaitu aktivitas pengelolaan harta
dengan melakukan akad-akad. Misalnya, jual beli.
b. Objek akadnya dapat diwakilkan (wakalah), agar keuntungan syirkah
menjadi hak bersama di antara para syarik.8

Dalam hal pembagian keuntungan atau kerugian, perusahaan persekutuan


(syirkah) menggunakan dua ketentuan. Apabila usahanya menguntungkan,
maka keuntungannya akan dibagi kepada anggota kemitraan berdasarkan
kesepakatan yang telah disepakati. Namun, apabila usaha atau bisnis tersebut
mengalami kerugian, maka setiap anggota kemitraan hanya menanggung
kerugian berdasarkan porsi modal yang mereka sertakan.9

Hubungan kerja sama dalam perusahaan persekutuan (syirkah) akan


terputus dan berakhir apabila terjadi peristiwa-peristiwa sebagai berikut:

1. Adanya kesepakatan dari semua pihak untuk mengakhiri kemitraan


2. Terjadinya suatu peristiwa yang telah disepakati sebagai penyebab
berakhirnya kemitraan, misalnya salah satu anggota melakukan perbuatan
yang menyebabkan kerugian bagi pihak-pihak yang lain
3. Salah satu mitra meninggal dunia, kehilangan akal sehat atau bodoh,
mengalami sakit atau kecelakaan yang sehingga tidak mampu lagi
melaksanakan tugas-tugasnya.

8
Dadang Husen Sobana, Manajemen Keuangan Syariah, Bandung: CV. Pustaka Setia, Oktober 2017,
Hlm.35.
9
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.16.

8
4. Berakhirnya periode masa kontrak persekutuan.10
Syarikah memiliki klasifikasi, yaitu syarikah hak milik (syarikatul
amlak) dan syarikah transaksi (syarikatul uqud). Musyarakah ‘uqud (atas dasar
kontrak) merupakan bentuk transaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih
untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya. Syarikatul uqud terdiri atas
lima jenis berikut ini.
1. Syarikah al-inan
Syirkah antara dua orang atau lebih yang masing-masing pihak
menyumbangkan tenaga dan modalnya. Hukum dari syirkah ini adalah
boleh berdasarkan dalil As-Sunnah dan Al-ijma’. Syarikah jenis ini
dibangun dengan prinsip wakalah dan kepercayaan.
2. Syarikah al-wujuh
Syirkah antara dua orang yang modalnya berasal dari pihak di luar orang
tersebut. Syirkah al-wujuh dapat terjadi karena adanya kedudukan,
profesionalisme, kepercayaan dari pihak lain untuk membeli secara kredit,
kemudian menjualnya secara kontan.
3. Syarikah abdan
Syirkah antara dua orang atau lebih yang mengandalkan tenaga atau
keahliannya tanpa kontribusi modal.
4. Syarikah mudharabah
Syirkah antara dua orang atau lebih dengan ketentuan, satu pihak
memberikan kontribusi kerja, sedangkan pihak lain memberikan kontribusi
modal.

10
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.16.

9
5. Syarikah mufawadhah
Syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis
syirkah di atas.11
C. Perusahaan Mudharabah
Dalam literatur fiqh klasik mudharabah diartikan sebagai suatu akad
antara dua orang atau lebih, dimana salah satu pihak bertindak sebagai pemberi
modal dan pihak yang lain bertindak sebagai pengelola (agen) dari modal yang
akan digunakan dalam suatu perusahaan atau usaha dengan sebuah perjanjian
untuk membagi keuntungan di antara mereka. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa mudharabah dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih,
namun secara fungsional hanya ada dua pihak yang terlibat dalam kerjasama
tersebut, yaitu pihak penyedia modal yang disebut dengan shohibul maal dan
pihak pengelola atau entrepreneur yang disebut dengan mudharib. Pihak
pengelola dapat membawa modalnya sendiri untuk digunakan dalam usaha atau
bisnis yang dijalankannya, tetapi hal ini harus dilakukan dengan persetujuan
dari pihak pemilik modal utama. Dalam hal ini modal yang dibawa oleh pihak
pengelola tidak bersifat pinjaman yang harus dikembalikan pokok-nya secara
utuh, tetapi berfungsi sebagai modal yang digunakan untuk usaha dengan porsi
keuntungan yang disepakati oleh pihak pemilik modal.12
Konsep mudharabah mempunyai banyak kesamaan dengan konsep
perseroan dalam perusahaan modern. Shohibul mal sebagai investor merupakan
pihak utama (principal) sedangkan mudharib sebagai pengelola bertindak
sebagai agen yang mengelola modal dari pihak pertama. Namun dalam konsep
mudharabah, pihak agen atau mudharib bekerja untuk pihak principal dan tidak
menerima gaji yang ditetapkan oleh pemilik modal dalam bentuk nominal yang
pasti. Pihak mudharib bekerja pada shohibul maal untuk menerima persentase
keuntungan yang akan diperoleh dari usaha yang dijalankannya.13

11
35-36
12
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.17.
13
Ibid,hlm.18.

10
Mengenai pembagian keuntungan atau kerugian, pihak shohibul maal
dan mudharib sepakat bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut
dibagi dua berdasarkan nisbah (bagian) dalam bentuk persentase, tidak boleh
dalam bentuk nominal pasti. Sementara jika terjadi kerugian, maka kerugian
finansial akan ditanggung seluruhnya oleh pihak shohibul maal, dan tidak boleh
dibebankan kepada pihak mudharib atau pengelola, karena pihak mudharib
menanggung kerugian dalam bentuk kehilangan tenaga, waktu, usaha dan
sumber daya manusia lainnya. Ketentuan ini berlaku jika kerugian yang timbul
tidak disebabkan oleh keteledoran atau kelalaian pihak pengelola. Kontrak
mudharabah dapat diakhiri kapan pun oleh pihak-pihak yang terlibat jika di
dalam kontrak tersebut ada pihak yang dapat membuat kerugian bagi pihak lain,
atau jika salah satu pihak meninggal dunia atau mengalami sakit yang
menyebabkan ia tidak dapat melakukan fungsinya lagi. 14
D. Tujuan Perusahaan Dalam Prespektif Syariah
Dari sudut pandang ekonomi, semua bentuk usaha memiliki tujuan yang
sama, yaitu mencari keuntungan yang optimal dengan mengelola faktor-faktor
produksi seefisien mungkin. Faktanya adalah memaksimalkan keuntungan
dengan cara seefisien mungkin adalah tujuan umum dari semua bentuk usaha
atau bisnis. Perusahaan yang bertujuan memaksimalkan keuntungan disebut
dengan perusahaan yang berperilaku rasional. Optimalilasi keuntungan ini
hanya dapat dicapai jika usaha bisnis berjalan dengan cara-cara yang efisien.
Alhabshi menjelaskan, bahwa teknik efisiensi tersebut terletak pada proses
produksi barang atau jasa. Dengan demikian, dari sudut pandang ekonomi,
kriteria produksi yang efisien itu meliputi dua kategori, yaitu:
1. Meminimalkan biaya produksi barang dalam jumlah yang sama, atau
2. Mengoptimalkan produksi dengan biaya yang sama.15

14
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.18.
15
Ibid.

11
Dalam perspektif Islam, semua kegiatan produksi harus selalu
berpedoman kepada prinsip keadilan dan kebajikan terhadap masyarakat. Islam
percaya bahwa kegiatan produksi adalah respons terhadap kegiatan konsumsi.
Oleh karena itu, kegiatan produksi seharusnya mampu menciptakan manfaat
untuk masyarakat. Dalam prespektif islam, produksi tidak hanya bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi juga untuk
menciptakan kemaslahatan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun,
Islam tidak pernah melarang produsen untuk mencari keuntungan yang tinggi.
Namun, keuntungan tidak dijadikan sebagai tujuan utama karena seorang
produsen tidak hanya berperan sebagai profit optimalizer, melainkan juga falah
optimalizer. Islam menyatakan bahwa profit maksimal ini harus dilalui dengan
konsep “suka sama suka” dan “keadilan masyarakat” sehingga tujuan utama
dari produksi adalah untuk kesejahteraan bersama. Lebih spesifiknya beliau
menyebutkan beberapa tujuan kegiatan produksi, antara lain:

1. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sendiri secara wajar,


2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat,
3. Persediaan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa
yang akan datang
4. Persediaan untuk generasi yang selanjutnya
5. Pemenuhan sarana untuk kegiatan sosial dan ibadah untuk mendekatkan diri
kepada Allah.16

Alhabshi juga mengungkapkan bahwa Islam sama sekali tidak


menginginkan adanya eksploitasi dalam mencari keuntungan. Islam mengajak
umatnya untuk meraih kebaikan di dunia dan akhirat. Keseimbangan antara
kepentingan dunia dan akhirat inilah yang mendorong umat Islam untuk aktif
dan berusaha dalam mencari rezeki Allah, misalnya dalam bentuk usaha
perdagangan dengan mencari keuntungan sebagai karunia dari Allah.Hal ini

16
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.19.

12
telah disebutkan di dalam Al-Quran secara gamblang dalam beberapa ayat, di
antaranya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat,
berzikirlah kepada Allah di Masy'aril haram. Dan berzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan
sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang
sesat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 198).17

Namun, sifat dasar manusia pada umumnya ialah cinta dunia, tidak
heran jika kebanyakan para pelaku ekonomi mengincar keuntungan untuk
menambah materi dan kekayaan. Padahal, Islam mengajarkan agar dalam
mencari keuntungan haruslah proporsional, tidak boleh membabi buta sehingga
menghalalkan segala cara. Oleh sebab itulah di dalam Islam ada batasan halal
dan haram. Mencari keuntungan menurut Islam harus dilakukan dengan cara-
cara yang halal. Beberapa ahli menyebutkan bahwa tujuan perusahaan di
samping untuk memperoleh profit maksimal juga ada tujuan-tujuan lain yang
bersifat non-profit. Kahf menolak istilah profit maksimal. Menurutnya, profit
maksimal tidak sesuai dengan ajaran Islam. Menurutnya, ukuran kesuksesan itu
diukur dengan moral agama Islam. Semakin tinggi moralitas seseorang, maka
semakin tinggi pula kesuksesan yang dia capai.18

Alhabsi membatasi kebutuhan terhadap profit ini adalah untuk


memenuhi standar minimum pengusaha, investor dan para pengembang usaha.
Kebutuhan profit yang dimaksudkan adalah keuntungan yang wajar dan
memberikan kesejahteraan pada masyarakat umum. Keuntungan yang wajar
adalah profit normal yang didapatkan dengan menjaga keseimbangan biaya
untuk semua faktor produksi, termasuk di dalamnya keinginan para pengusaha,
dan kesejahteraan masyarakat yang tergabung di dalam perusahaan tersebut.

17
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.20
18
Ibid.

13
Untuk itu, Alhabsi membuat persamaan yang menggambarkan tujuan dari
perusahaan yang berlandaskan syariah. Persamaan ini menggunakan simbol
“F” yang mewakili variabel “Falah”. Falah adalah kesuksesan dunia dan akhirat
yang merupakan tujuan akhir dari setiap muslim.19

19
Umarul Faruq, Manajemen Keuangan Syariah, Pamekasan: Duta Media Publishing, Juli 2021,
Hlm.22

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan:
1. Perusahaan perseorangan adalah suatu badan usaha yang dijalankan oleh
seorang individu yang modalnya biasanya berasal dari harta sendiri atau
pinjaman atas nama pribadi.
2. Persekutuan (syirkah) adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih
dengan tujuan untuk membagi keuntungan atau kerugian dari suatu
usaha/bisnis yang dijalankan oleh mereka semua atau salah satu dari mereka
yang bertindak sebagai pengelola.
3. Perusahaan mudharabah diartikan sebagai suatu suatu perusahaan dengan
adanya akad antara dua orang atau lebih, dimana salah satu pihak bertindak
sebagai pemberi modal dan pihak yang lain bertindak sebagai pengelola
(agen) dari modal yang akan digunakan dalam suatu perusahaan atau usaha
dengan sebuah perjanjian untuk membagi keuntungan di antara mereka.
4. Dalam prespektif islam, produksi tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya, tetapi juga untuk menciptakan kemaslahatan
dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, Islam tidak pernah
melarang produsen untuk mencari keuntungan yang tinggi. Namun,
keuntungan tidak dijadikan sebagai tujuan utama karena seorang produsen
tidak hanya berperan sebagai profit optimalizer, melainkan juga falah
optimalizer. Islam menyatakan bahwa profit maksimal ini harus dilalui
dengan konsep “suka sama suka” dan “keadilan masyarakat” sehingga
tujuan utama dari produksi adalah untuk kesejahteraan bersama.

15
DAFTAR PUSTAKA

Latifah,Eny, dkk.Manajemen Keuangan Syariah sebuah konsep dan teori. Jawa


Tengah: Eureka Media Aksara. Desember 2022.

Faruq,Umarul.Manajemen Keuangan Syariah.Pamekasan: Duta Media Publishing.Juli


2021.

Muhamad.Manajemen Keuangan Syariah Analisis Fiqh & keuangan.Yogyakarta: UPP


STIM YKPN.oktober 2016.

Sahputra,Ngatno.Manajemen Keuangan Syariah.Medan: Undhar Press. Desember


2020.

Sobana,Dadang Husen.Manajemen Keuangan Syariah.Bandung: CV. Pustaka


Setia.Oktober 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai