Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

“ MEMBANGUN SISTEM BISNIS SYARIAH”

DOSEN PENGAMPU :

Dr. KHAIDIR SAIB M . Sc

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

Nama : Yosinta Deliana Bancin


Nim : 21530095
Kelas : B1 Manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

PEKANBARU

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmatnya karena telah
diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah yaitu tentang “
MEMBANGUN SISTEM BISNIS SYARIAH ” diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Bisnis Syariah.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr Khaidir Saib M.Sc selaku
dosen mata kuliah Manajemen Bisnis Syariah. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Pekanbaru, 03 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. I


DAFTAR ISI .............................................................................................................. II

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................................

A. Sejarah Sistem Bisnis Syariah .........................................................................3


B. Pengertian Bisnis Syariah ............................................................................... 4
C. Perbedaan Bisnis Syariah dengan bisnis biasa ............................................. 6
D. Jenis – Jenis Bisnis Syariah ............................................................................ 7
E. Prinsip Bisnis Syariah ..................................................................................... 7
F. Membangun Sistem Bisnis Syariah ................................................................8
G. Hukum Sistem Bisnis Syariah ...................................................................... 12
H. Bisnis Syariah Yang Menguntungkan Di Indonesia ...................................13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam lima tahun terakhir perkembangan bisnis dengan latar belakang agama,
yauitu Islam Kian Marak dan menjamur. Meski baru sebatas dibidang perbankan,
asuransi, micro finance, pendidikan, kesemuanya merupakan fenomena yang menarik
untuk di cermati. Perkembangan tersebut bahkan mendorong seorang Hermawan
Kartajaya dan M. Syakir menerbitkan sebuah buku berjudul Syariah Marketing.

Bisnis Syariah merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
pembahasannya seputar perekonomian yang diatur atau sesuai dengan ajaran yang ada
pada agama Islam, dan tentunya sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW dan
perintah Allah SWT yang tertera dalam Al Quran. Sejak zaman Nabi Muhammad
SAW, praktek perekonomian Islam sudah mulai dijalankan. Mulai dari penyimpanan
uang atau harta, pengiriman uang, hingga peminjaman sejumlah dana yang digunakan
untuk modal usaha.

Pada sejarahnya, tujuan ekonomi syariah dimulai pada kegiatan muamalah


(peraturan hidup bermasyarakat yang dibuat Allah SWT dan harus ditaati oleh umat
islam) dalam hal perekonomian. Hal ini dimulai dengan kegiatan penerimaan titipan
harta yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Di mana masyarakat Mekah
mempercayakan penitipan atau penyimpanan hartanya kepada Rasulullah SAW.
Hingga pada akhirnya, Zubair bin Al-Awwam r.a yang merupakan salah seorang
sahabat Rasulullah SAW ingin meminjam sejumlah dana. Zubair bin Al-Awwam r.a
tak hanya memiliki hak untuk memanfaatkannya, tapi juga memiliki kewajiban untuk
mengembalikannya sejumlah dana yang dia pinjam.

Seiring dengan kesadaran masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya


muslim terhadap keharusan mengunakan dan memanfaatkan produk (Barang maupun
Jasa) yang halal dan barokah maka peran produsen atau perusahaan – perusahaan
berbasis syariah enjadi sebuah alternative masa depan yang sangat menjanjikan
barangkali ini dianggap terlalu optimis. Jika melihat perkembangan Bisnis Syariah
termasuk juga Lembaga – Lembaga Syariah di negara – negara muslim lainnya seperti
Kuwait, Uni Emirat Arab, Malaysia, bahkan Singapura, Indonesia sudah tertinggal
cukup jauh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana sejarah sistem bisnis syariah?
2. Bagaimana pengertian bisnis syariah?
3. Bagaimana perbedaan bisnis syariah dengan bisnis biasa?
4. Bagaimana jenis – jenis bisnis syariah?
5. Bagaimana prinsip bisnis syariah?
6. Bagaimana membangun sistem bisnis syariah?
7. Bagaimana hukum sistem bisnis syariah?
8. Bagaimana bisnis syariah yang menguntungkan di Indonesia?
C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah sistem bisnis syariah.


2. Mengetahui pengertian bisnis syariah\.
3. Mengetahui perbedaan bisnis syariah dengan bisnis biasa.
4. Mengetahui jenis – jenis bisnis syariah.
5. Mengetahui prinsip bisnis syariah
6. Mengetahui membangun sistem bisnis syariah.
7. Mengetahui hukum sistem bisnis syariah.
8. Mengetahui bisnis syariah yang menguntungkan di Indonesia.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH SISTEM BISNIS SYARIAH

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan bisnis syariah di negara Indonesia


menjadi tren bagi para pelaku bisnis. Dengan melihat potensi mayoritas masyarakat di
Indonesia adalah pemeluk agama muslim, menjadikan peluang bagi perkembangan
bisnis syariah. Selain itu kesadaran masyarakat muslim mulai tinggi dengan
permintaannya terhadap produk maupun jasa yang terjamin baik dalam akad,
kehalalan dan tentunya sesuai dengan syariat islam.

Di Indonesia, bisnis syariah yang telah dan mulai berkembang antaralain dimulai
dengan adanya lembaga-lembaga keuangan syariah seperti bank syariah, asuransi
syariah, reksadana syariah, Baitul Mal wat Tamwil dan lain sebagainya, disusul
dengan munculnya bisnis jasa syariah seperti hotel syariah, pantai syariah, gojek
syariah, kuliner syariah, pariwisata syariah dan hasil produk berbagai perusahaan
yang menjamin akan kehalalannya atau syariahnya seperti kosmetik, makanan, obat-
obatan hingga fashion.

Selain konsumen sebagai pengguna bisnis syariah, pelaku usahapun juga banyak
yang telah menyadari bahwa bisnis yang dijalankan dengan sistem syariah akan lebih
maju, lebih berkembang dan membawa keberkahaan bagi banyak pihak. Tidak hanya
terfokus pada keuntungan semata namun bisnis syariah dijalankan karena nita ibadah
dan mendapat ridlo dari Alloh SWT. Bisnis yang dijalnkan dengan sistem syariah
akan terasa aman, nyaman, terjamin, selain itu memiliki kualitas dalam memberikan
layanan kepada para masyarakat muslim.

Negara Indonesia dapat berperan sebagai motor penggerak bisnis syariah dan
tentunya memiliki potensi yang luar biasa untuk dapat menjadi pusat pengembangan
bisnis syariah. Bisnis syariah dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian
negara dengan sistemnya dan membawa keselamatan bagi para pelakunya karena
bisnis syariah dilakukan atas prinsip syariat islam sehingga aman, nyaman dan
membawa keberkahan bagi umat muslim.

Ekonomi Syariah adalah ekonomi yang berdasarkan dengan ketentuan syariah.


Lahirnya ekonomi syariah ini bermula ketika Rasulullah SAW melakukan aktifitas
perdagangannya, yaitu ketika berusia sekitar 16 - 17 Tahun. Rasulullah SAW ketika
itu melakukan perdagangan disekitar masjidil haram dengan sistem murabahah, yaitu
jual beli yang harga pokoknya diinformasikan dan marginnya dapat dinegosiasikan.

Rasulullah SAW memulai aktifitas perdagangan karena pada saat itu


perekonomian Abu Thalib mengalami kesulitan. Ketika Rasulullah SAW berusia 20-
an, Rasulullah SAW memulai bisnis kongsi dagang (bermusyarokah) dengan
Khodijah. Bisnis Rasulullah SAW berkembang dengan pesat, sampai - sampai
Rasulullah SAW dapat memberikan mahar kepada Khodijah sebesar 100 ekor unta
merah (pada saat itu unta merah adalah kendaraan termahal). Pada sejarah ini, hal
yang kita dapat pelajaran dari hal ini adalah :
1. Akad - akad syariah telah ada ketika Rasulullah SAW belum diangkat menjadi
Nabi dan Rasul.

4
2. Sistem Ekonomi Syariah baru ada ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi
Nabi dan Rasul.
Akad - akad syariah seperti Murabahah, Mudharabah, Musyarokah, Salam, Istisna,
dan Ijaroh telah ada dan biasa dilakukan oleh Bangsa Arab ketika itu karena memang
mereka melakukan perdagangan sebagaimana di jabarkan dalam Al-quran dalam
Surat Quraisy.

Bukan hanya akad - akad yang syariah saja yang ada, akan tetapi juga akad - akad
yang dilarang syariah pun juga dilakukan oleh mereka seperti mengambil riba,
penipuan, dan perjudian. Sebagaimana dalam benak mereka, ketika mereka
melakukan praktik riba mereka beranggapan bahwa mereka sedang Taqarub
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT, ketika mereka melakukan perjudian anggapan
mereka adalah kedermawanan.

Pada saat itulah telah terjadi misinterpersepsi masyarakat yang sangat jauh dari
nilai kebenaran (kalau kita amati pada zaman sekarang, sepertinya gejala seperti ini
mulai ada). Anggapan - anggapan yang salah dianggap benar dan yang benar
dianggap salah. Pada saat kesimpangsiuran persepsi manusia kian membuncah maka
pada saat itulah Islam memberikan pencerahan kembali dan mengembalikan semua
itu pada tempat awalnya, seperti Riba yang dianggap Taqarub kepada Allah maka
Allah SWT balas dengan Riba itu tidak menambah apapun disisi Allah SWT, dan
bahkan dikatakan dalam Alquran surat Al - baqoroh ayat 275 - 279 orang - orang
yang memakan riba seperti orang yang kerasukan dan bahkan dianggap mengajak
perang kepada Allah dan Rasul-Nya.

Inilah yang menjadi dasar dalam praktik muamalah yaitu berawal dari yang mubah
kecuali kalau ada larangannya. Segala sesuatu dalam muamalah itu adalah boleh
kecuali ada dalil pelarangannya dan yang dilarang itu hanya sedikit sedangkan yang
halal itu banyak.

B. PENGERTIAN BISNIS SYARIAH

Secara umum, bisnis syariah merupakan kegiatan usaha jual beli yang
menggunakan syariat atau hukum Islam sebagai landasan utamanya. Meskipun
terdengar religius karena mengikuti ketentuan yang digariskan oleh agama Islam,
penerapan bisnis syariat ini bersifat umum. Dengan kata lain, siapa saja dapat
menerapkannya. Dengan menerapkan prinsip syariat dalam berbisnis, Anda tidak
seharusnya hanya berpaku pada aktivitas jual beli yang menguntungkan saja. Akan
tetapi, Anda perlu memperhatikan juga akhlak, kehalalan produk, serta akad dan
ibadah muamalah yang terlibat dalam perdagangan tersebut.

Secara bahasa Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-ma’li al
istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqim). Sedangkan istilah Syariah bermakna
perundang – undangan yang diturunkan Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad
SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak,
makanan, minuman pakaian maupun muamalah (Interaksi sesama manusia dalam
berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagian di dunia dan di akhirat. Menurut
Syafi’I Antonio, Syariah mempunyai keunikan tersendiri, syariah tidak saja
komprehensif tetapi juga universal. Universal bermakna bahwa syariah dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat oleh setiap manusia. Keuniversalan ini

5
terutama pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membedakan – bedakan antara
kalangan Muslim dan Non – Muslim. Dengan mengacu pada pengertian tersebut,
Hermawan Kartajaya dan Syakir Sula memberikan pengertian bahwa bisnis syariah
adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak
masing – masing. Pengertian yang hari lalu cenderung normatif dan terkesan jauh dari
kenyataan bisnis kini dapat dilihat dan dipraktikan dan akan menjadi trend bisnis
masa depan.

 Menurut para ahli :

1. Amir Syarifuddin
Pengertian bisnis syariah diambil dari kata syariah. Menurut Amir Syarifuddin,
kata syariah adalah titah Allah yang masih ada hubungannya dengan perilaku
manusia di luar akhlak. Dapat pula diartikan bahwa syariah sebagai ketentuan
Allah yang harus dipatuhi. Bentuk syariah itu sendiri bentuknya universal, bida
diterapkan di bidang ekonomi yang tidak memandang keyakinan umat manusia
muslim maupun non muslim.

2. Muhammad Syafi’i Antonio


Berbeda dengan pendapat Muhammad Syafi’i Antonio yang mendefinisikan
bisnis syariah sebagai bisnis yang paling santun, penuh penghormatan terhadap
hak masing-masing dan sarat akan kebersamaan.

3. Hermawan Kartajaya & Syakir Sula


Menurut Hermawan Kartajaya & Syakir Sula mengartikan bahwa bisnis
syariah sebagai bisnis yang dianggap santun, santun terhadap penjual ataupun
pembeli.

4. Steinhoff
Sementara jika dilihat dari makna non syariah, bisnis menurut Steinhoff adalah
“Business is all those activities involved in providing the goods and service
needed or desired by people”.

5. Skinner
Sementara Skinner mengartikan bahwa bisnis sebagai pertukaran barang, jasa
yang saling memberi umpan balik.

Dari beberapa pengertian menurut beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan
bawah bisnis syariah adalah aktivitas dalam menjalankan usaha, yang bertujuan untuk
mendapatkan penghasilan, pendapatan dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup. Bisnis
syariah dari segi kepemilikan harta tidak ada batasannya. Hanya saja dari segi
penggunaannya dibatasi. Pembatasan yang dimaksud adalah pembatasan adalah cara yang
dilakukan tidak melanggar aturan syariah dan tidak didapatkan dengan cara yang haram.

Istilah syariah populer di negara-negara mayoritas muslim. Bisnis syariah adalah salah
satunya. Pasalnya, bisnis syariah dianggap sebagai sebuah konsep bisnis yang sesuai
dengan tuntutan agama Islam. Bisnis syariah adalah kegiatan berdagang atau
menggerakkan ekonomi dengan prinsip syariah. Pengertian lain bisnis syariah adalah
bisnis yang dilakukan menurut hukum Islam. Sejalan dengan pengertian tersebut, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan bahwa dalam bisnis syariah harus dipenuhi unsur-

6
unsur yang diwajibkan dalam bermuamalah dalam Islam, antara lain produk yang dijual
harus halal dan adanya ijab qabul yang jelas antara pedagang dan pembeli. Berikut
penjelasan lengkap mengenai prinsip-prinsip dalam bisnis syariah seperti dilansir dari
situs resmi Bank Muamalat.

C. PERBEDAAN BISNIS SYARIAH DENGAN BISNIS BIASA

1. Modal Awal
Saat memulai bisnis konvensional, pilihan sumber modal yang Anda miliki
tidak terbatas. Akan tetapi, untuk melaksanakan bisnis syariah, Anda harus
memastikan modal awal tersebut berasal dari sumber yang dihalalkan dalam
Islam. Anda juga perlu meminimalkan penggunaan modal awal dari hasil riba
agar bisnis yang Anda jalankan tetap sesuai dengan prinsip syariat.

2. Sistem Bisnis
Sistem dalam bisnis konvensional dan syariah juga berbeda lho. Jika bisnis
syariah menggunakan akad tertentu untuk setiap transaksi yang dilakukan,
bisnis konvensional biasanya tidak melaksanakannya. Akan tetapi, meski tidak
melaksanakan akad tertentu, dalam pelaksanaannya bisnis konvensional tetap
menggunakan surat perjanjian yang sah untuk setiap transaksinya. Yang
membedakannya adalah perjanjian dalam bisnis syariah mengikuti prinsip
muamalah yang sudah diatur oleh syariat.

3. Dasar dan pemahaman bisnis


Jika Anda menjalankan bisnis sesuai syariat, hadis serta Al Quran lah yang
menjadi dasar dalam bertindak pada transaksi jual beli. Sebab, Anda
memahami bagaimana konsekuensi dari setiap perilaku bisnis yang Anda
jalani. Berbeda dengan pelaku bisnis syariah, pengusaha yang menjalankan
usaha konvensional cenderung menjadikan manusia sebagai tolok ukur.
Dengan kata lain, Anda dapat melakukan berbagai kegiatan usaha selama hal
tersebut benar di mata manusia. Dalam berbisnis konvensional, sudut pandang
Allah Swt. tidak menjadi dasar utama untuk menilai perilaku bisnis.

4. Proses Implementasi Bisnis


Karena berdasar pada sudut pandang manusia, proses implementasi bisnis
konvensional pun akan mematuhi aturan-aturan yang benar menurut manusia.
Sementara itu, bisnis syariah menjadikan kaidah hukum Islam sebagai panutan
dalam proses implementasinya. Dalam transaksi bisnis syariah, jenis produk
yang menjadi objek jual beli seharusnya tidak mengandung minuman keras,
babi, narkoba, atau hal-hal lain yang diharamkan oleh agama Islam. Selain itu,
Anda juga harus memastikan produk tersebut bukan hasil korupsi, barang
curian, atau produk selundupan.

5. Cara Memperoleh Keuntungan


Jika bisnis konvensional berfokus untuk menghasilkan keuntungan semata,
bisnis syariah lebih memperhatikan aspek kebermanfaatan serta kaidah agama
selain memperoleh imbal hasil dari kegiatan usaha. Dalam sektor perbankan,
misalnya, keuntungan bisnis konvensional dapat diambil dari bunga.
Sedangkan bisnis konvensional menjadikan bagi hasil sebagai sumber

7
keuntungan. Selain itu, aktivitas jual beli dalam bisnis syariah juga tidak
menitikberatkan pada keuntungan semata, melainkan juga sebagai bentuk
ibadah kepada Allah Swt.

D. JENIS – JENIS BISNIS SYARIAH

 BMT
Jenis bisnis syariah ini mungkin tidak asing di telinga Anda. Baitul mal wa
tamwil atau lebih dikenal dengan sebutan BMT merupakan suatu bentuk
lembaga keuangan mikro yang banyak tersebar di Indonesia. Tujuan lembaga
keuangan ini adalah untuk mengangkat martabat, membela kepentingan, dan
secara umum membantu kaum yang kurang mampu dengan cara menerapkan
prinsip bagi hasil. BMT biasanya turut serta membantu perkembangan dan
pertumbuhan usaha mikro dan kecil.

 Pegadaian Syariah
Pegadaian atau dalam Bahasa Arab ar rahn, bukan merupakan suatu
kegiatan usaha yang dilarang oleh agama Islam. Dengan catatan, Anda
melakukan transaksi tersebut tanpa melibatkan bunga di dalamnya. Dalam
praktiknya di Indonesia, pegadaian syariah mengambil keuntungan dari bunga
dengan mengadakan biaya simpan. Biaya tersebut berdasarkan pada akad
ijarah. Dengan kata lain, pegadaian syariah di Indonesia umumnya
menggabungkan dua akad, yaitu ijarah dan gadai.

 Jenis Bisnis Lainnya


Selain bank syariah, BMT, dan pegadaian syariah, Anda juga dapat
menemukan produk-produk investasi, seperti reksa dana, surat berharga
berjangka, dan obligasi yang juga menerapkan syariat Islam. Anda juga
mungkin pernah mendengar istilah asuransi syariah. Padahal, tidak semua
bisnis dengan label syariah benar-benar sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
Asuransi syariah merupakan salah satu contohnya. Meski memiliki label
syariah, asuransi itu sendiri tidak diperkenankan menurut agama karena
beberapa hal berikut ini:Dianggap seperti judi karena mempertaruhkan sesuatu
yang belum tentu terjadi, Melibatkan riba dan unsur-unsur yang tidak pasti,
Mengandung unsur pemerasan karena pemegang polis yang tidak dapat
melanjutkan pembayaran akan otomatis kehilangan premi yang sudah
dibayarkan.

E. PRINSIP BISNIS SYARIAH

1. Prinsip Salam
Akad jual beli dengan prinsip salam memiliki persyaratan tertentu untuk
melakukan pemesanan. Pembeli harus menyetorkan uang muka terlebih dahulu
atau membayar lunas di muka. Selanjutnya, penjual harus menyerahkan produk
kepada pembeli sesuai dengan waktu yang telah disepakati kedua belah pihak.
Yang perlu Anda pahami dalam transaksi dengan prinsip salam ini adalah adanya
kesepakatan yang jelas sehubungan dengan hasil produk. Kondisi, kualitas,
jumlah, jenis, dan ukuran produk harus sesuai dengan kesepakatan. Jika penjual

8
tidak memberikan produk yang memenuhi kesepakatan tersebut, seperti adanya
cacat produksi atau kerusakan, ia pun wajib bertanggung jawab.

2. Prinsip Murabahah
Dalam berbisnis sesuai syariat, Anda juga harus familiar dengan prinsip
murabahah. Akad jual beli ini memastikan penjual dan pembeli mengerti secara
detail dan terperinci mengenai produk yang diperjualbelikan. Pembeli berhak
mendapatkan informasi yang lengkap dari penjual mengenai harga, kondisi,
kualitas, serta syarat pembelian produk yang akan ia beli. Setelah itu, penjual dan
pembeli bisa menyelesaikan transaksi bisnis setelah keduanya saling sepakat
dalam suatu perjanjian.

3. Prinsip Mudharabah
Jika bisnis Anda melibatkan pemilik dengan pengelola modal, Anda tidak boleh
melewatkan prinsip mudharabah. Mudharabah merupakan akad kerja sama yang
menyatukan pihak pemilik modal dan pengelola modal dalam pendirian suatu
kegiatan usaha. Dalam prinsip mudharabah, kedua pihak akan membagi
keuntungan sesuai dengan yang sudah disepakati di awal.

4. Prinsip Musyarakah
Berbeda dengan mudharabah, akad kerja sama musyarakah mempertemukan
kedua belah pihak untuk mendirikan dan mengelola suatu kegiatan usaha bersama.
Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati di awal, kerugian akan ditanggung
bersama oleh pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis tersebut. Sedangkan
keuntungan yang didapat akan dibagi berdasarkan kesepakatan bersama.

5. Prinsip Istishna
Mirip dengan prinsip salam, akad transaksi jual beli dengan prinsip istishna
juga dilakukan untuk pemesanan di awal oleh pembeli kepada penjual. Akan
tetapi bedanya, pembeli dalam akad ini belum menyerahkan sejumlah uang
terlebih dahulu kepada penjual sebelum produk diterima. Produk juga harus
memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang telah disetujui dalam perjanjian di awal
pemesanan. Menurut Fatwa DSN MUI, syarat-syarat dalam akad istishna antara
lain: Penyerahan produk dilakukan kemudian, Detail spesifikasi harus jelas, Tidak
boleh menukar produk kecuali sejenis dengan apa yang ada di kesepakatan awal,
Pembeli tidak boleh menjual kembali barang yang belum diterima secara fisik,
Tempat dan waktu penyerahan barang harus ditentukan sesuai kesepakatan
bersama, Penjual harus menyerahkan produk dengan spesifikasi yang sesuai
dengan detail pesanan.

6. Prinsip Ijarah
Selain akad jual beli dan kerja sama, syariat juga mengenal prinsip ijarah.
Objek dari transaksi ini bisa berupa sewa atas suatu barang, seperti menyewakan
kamar kos, atau pekerjaan yang dilakukan satu pihak untuk pihak lainnya,
misalnya mempekerjakan seseorang untuk membersihkan rumah. Bisnis syariah
ini memiliki syarat, yaitu harus dilakukan oleh seseorang yang sudah baligh dan
berakal. Selain itu, harus ada kejelasan manfaat atau jasa yang menjadi objek
transaksi.

F. MEMBANGUN SISTEM BISNIS SYARIAH

9
Hukum Islam mengatur bagaimana cara muslim berbisnis. Mulai dari apa yang
boleh di jual, apa yang tidak boleh di jual, bagaimana cara menjual, bagaimana
membagi keuntungan, dan sebagainya sudah diatur agar muslim menjalankan bisnis
di jalan yang benar jangan sampai merugikan orang lain.
Memulai bisnis syariah tidak berbeda jauh dengan merintis jenis bisnis lainnya.
Kamu harus membuat perencanaan bisnis, menentukan apa yang di jual, sehmentasi
pasar dan sebagainya. Namun ada langkah tertentu yang harus kamu lakukan dan
harus kamu hindari dalam bisnis syariah.

 Pendayagunaan atau Pengejewantahan Konsep ZIS untuk Mengentas


Kemiskinan
Pemerintah telah menjalankan berbagai macam program dalam pengentasan
kemiskinan, tetapi hasilnya belum efektif sebagaimana yang diharapkan.
Strategi utama penanggulangan kemiskinan yaitu upaya untuk memenuhi
kebutuhan pokok bagi masyarakat yagn miskin akibat dampak krisis ekonomi
dan upaya pemberdayaan agar memiliki kemampuan usaha bagi masyarakat
yang mengalami kemiskinan struktural. 18 Al-Qur’an telah menyerukan dan
memerintahkan untuk melaksanakan zakat, sedekah sebagian harta yang
dimiliki, menyantuni anak yatim dan berbagi dengan fakir miskin, yaitu QS.
At-Taubah: 103, QS. Al-Baqarah: 43, 177; QS. Al-Fajr: 17-20, dan QS. Adz-
Dzariyat: 19-20. Berdasarkan prinsip ekonomi Islam melalui pendayagunaan
atau pengejewantahan konsep ZIS diharapkan mampu mengentaskan
kemiskinan di Indonesia. Hal itu berdasarkan hasil riset BAZNAS dan
Fakultas Ekonomi Manajemen IPB tahun 2011 bahwa potensi zakat nasional
mencapai 3,4 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB), artinya dengan
persentasi ini, maka potensi zakat di Indonesia setiap tahunnya lebih dari Rp.
217 Triliun. Berdasarkan data BPS mengenai jumlah penduduk miskin di
Indonesia 28.280.010 jiwa atau 11,25%.19Indonesia telah mengatur
pelaksanaan dan pengelolaan zakat melalui Undang-undang Nomor 38 Tahun
1999. Alasan penetapan undang-udangan ini adalah jaminan negara atas
kemerdekaan seluruh warga negara dalam menjalankan agamanya sesuai
dengan agama dan kepecayaannya. Definisi zakat dalam pasal 1 ayat 2 adalah
sebagai harta yagn wajib disisihkan oleh seseorang muslim atau badan yang
dimiliki oleh ora gmuslim sesuai dengan ketentuanagama untuk diberika
kepada yang berhak menerimanya.20 Prinsip zakat merupakan kewajiban bagi
yang mampu, sedangkan shadaqah dan infaq merupakan anjuran untuk
melakukannya walaupun secara bahasa ketiganya merupakan sinonim yang
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam Islam, yaitu
menjaga dan memelihara harta dari incaran tindak kejahatan pencuri,
pertolongan bagi orang-orang fakir dan yang memerlukan bantuan,
menyucikan jiwa dari penyakit bakhil atau kikir, dan sebagai ungkapan rasa
syukur atas nikmat harta yang diberikan oleh Allah swt. 21 Aktivitas berbagi
baik melalui zakat, infak dan sedekah merupakan bagian dari usaha
membersihkan harta sekaligus mensucikan jiwa dari penyakit serakah dan
kikir.

 Hindari Riba
Ibnu al-Arabi dalam kitab Ahkam Al Qur’an mendefiniskan riba secara
bahasa dengan arti tambahan dan dalam literatur lain diartikan penambahan,22

10
sedangkan secara istilah yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya
satu transaksi pengganti. Sedangkan larangan riba terdapat dalam firman Allah
dalam QS Al-Baqarah ayat 275-278 di antaranya firman Allah “wa ahllahllahu
al-bay’a wa harrama al-riba, Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba,” serta dalam QS. Ar-Rum: 39, Q.S. An-Nisa: 161 dan Q.S. Ali Imran (2):
130. Demikian juga hadis mengenai larangan riba di antaranya hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Rasulullah saw bersabda:”janganlah kamu
sekalian menjual emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, kurma dengan kurma, jelai dengan jelai, garam dengan garam kecuali
sejenis, bertatap muka, dan saling menerima” (HR. Muslim). Pengharaman
riba ini bisa dilihat melalui konsep alasan (illat) dalam riba menurut
pandangan ahli fikih yang bisa diaplikasikan dalam praktek bisnis di
Indonesia. Yang dimaksud dengan illat riba yaitu sifat yang berada pada harta
benda ribawi, apabila sifat itu berada di dalam dua harta benda ribawi yang
sebagai ganti, maka sifat muamalah itu ribawiyah (bisa ditumbuh-
kembangkan). 23 Sifat ini tidak termaktub secara nash di dalam nash-nash
yang berhubungan dengan riba, akan tetapi ahli fikih menkonklusikan nash-
nash tersebut. Oleh sebab itu Ahli fikih berbeda-beda pendapat dalam
menyikapi dan menelusuri nash-nash tentang riba sebagai berikut:

I. Di dalam emas dan perak maka illat pengharaman riba adalah harga,
sedangkan selain keduanya, maka illat pengharaman riba adalah
makanan (at-tha’mu), pendapat dipelopori oleh Imam Syafi’i di dalam
qaul jadid, Ahmad di dalam salah satu riwayatnya dan ini yang
mu’tamad menurut Malikiyah di dalam riba an-nasa’i.

II. Illat pengharamannya di dalam emas dan perak adalah harga,


sedangkan selain keduanya adalah makanan yang menghasilkan
kekuatan (iqtiyât) dan makanan yang disimpan (iddikhâr), pendapat ini
dipelopori oleh Malikiyah di dalam riba fadhl sesuai yang dirajihkan
oleh kebanyakan Malikiyah.

III. Illat pengharamannya di dalam emas dan perak adalah harga,


sedangkan jenis-jenis lainnya yaitu makanan serta takaran (kayl) atau
timbangan (wazn).
IV. Illat pengharamannya pada seluruh harta benda yang bisa di tumbuh
kembangkan (alamwal al-ribawiyah) adalah ukuran dan jenis, pendapat
ini dipelopori oleh Hanafiyah dan Ahmad di dalam salah satu
riwayatnya. Di antara perbedaan-perbedaan tersebut, yang lebih rajih
(kuat), adalah pendapat pertama karena dalil-dalilnya kuat dan hal hal
yang berdampak kepada maslahat manusia.

V. Membagi Resiko (Risk Sharing) Islam melarang untuk membahayakan


diri sendiri dan kepada orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam
kaidah fiqh, “la dlarara wa la dlirara” 25 yang berhubungan dengan
pengambilan resiko dalam setiap transaksi ekonomi dan bisnis.
Menurut Rosly, bahwa Islam mendukung pengambil keputusan untuk
berani mengambil resiko sebab terdapat prinsip algharm bil gharm dan
tidak mendukung risk avoiding behavior. Menurutnya keuntungan
boleh diakui jika menghasilkan nilai tambah (kasb), dilakukan dengan

11
kerja usaha serta ada unsure resiko (gharm) yang mesti ditanggung.
Walaupun dalam prakteknya Islam melarang pengambilan resiko yang
berlebihan. Seperti yang di sebutkan sebelumnya, riba merupakan
salah satu unsur terlarang dalam bisnis syariah. Kamu tentu ingin
menghindari praktik ini sebelum benar – benar memulai bisnismu.
Riba atau pemungutan bunga (interest) secara tegas dan eksplisit
dilarang dalam hukum islam. Untungnya di indonesia ada banyak bank
syariah yang menerapkan sistem bagi hasil dan bisa melakukan
pinjaman modal.

 Hindari Gharar
Gharar adalah keraguan dalam kontrak dan merupakan transaksi bisnis yang
mengandung ketidakpastian bagi berbagai pihak. Intinya objek transaksinya
masih spekulatif tidak ada wujud dan tidak ada kejelasan Gharar tidak
dibenarkan dalam hukum Islam. Selanjutnya adalah Gharar yaitu
ketidakpastian dalam transaksi yang diakibatkan dari tidak terpenuhinya
ketentuan syariah dalam transaksi tersebut. Dampak dari transaksi yang
mengandung gharar adalah adanya pendzaliman atas salah satu pihak yang
bertransaksi sehingga hal ini dilarang dalam islam.
Beberapa kategori unsur gharar antara lain dari segi kuantitas tidak
sesuainya timbangan atau takaran, kemudian dari siis kualitas terdapat
ketidakjelasan pada kualitas barang, selanjutnya dari sisi harga adanya dua
harga dalam satu transaksi, dan yang terakhir dari sisi waktu yaitu terdapat
ketidakjelasan pada waktu penyerahan Ketidakpastian yang muncul akibat
tidak terpenuhinya ketentuan syariah dalam suatu transaksi, maka
ketidakpastian tersebut merupakan gharar yang dilarang oleh syariat. Adapun
Ketidakpastian yang tetap muncul setelah seluruh ketentuan syariah terpenuhi
dalam suatu transaksi, maka ketidakpastian tersebut merupakan sunnatullah
yang tidak boleh dihilangkan, namun dapat dikelola.

 Hindari Maysir
Maysir artinya perjudian yang sudah jelas ditentang dan dilarang dalam
hukum Islam, terjadinya maysir menunjukan bahwa kesepakatan bisnis antara
para pihak merupakan hasil bujukan amoral. Salah satu pihak diberikan
harapan palsu bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan dari kontrak atau
perjanjian transaksi. Yang pertama adalah Maysir atau Qimar yaitu suatu
bentuk permainan yang didalamnya dipersyaratkan, jika salah seorang pemain
menang, maka ia akan mengambil keuntungan dari pemain yang kalah dan
sebaliknya.
Contoh dari maysir ini adalah judi, sedangkan beberapa aktivitas yang
termasuk dalam kategori judi yang telah dilarang misalnya seperti SMS
berhadiah sesuai dengan Fatwa MUI No. 9 Tahun 2008 Tentang SMS
Berhadiah dan kuis berbasis telepon sesuai arahan dari Dr. Nasr Farid, Mufti
Mesir, Sekjen Majma al Buhuts al Islamiyyah, Wafa Abu ‘Ajuz dan Syeikh
Abdul Aziz bin Baz. Mengenai hal ini sudah terdapat dalil Al-Qur’an yang
melarang maysir/gharar dalam QS. Al Maidah:90 berikut: “Hai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah:90).

12
 Terapkan transaksi halal & Transaksi haram
Transaksi halal adalah semua transaksi yang dibolehkan oleh Syariah Islam,
sedangkan Transaksi haram adalah semua transaksi yang dilarang oleh Syariah
Islam. Halal dan Haram suatu transaksi tergantung dari pada beberapa
karakteria, yaitu :
 Objek yang dijadikan transaksi apakah objek halal dan objek haram.
 Cara transaksi apakah menggunakan cara yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah (Transaksi Halal) atau transaksi yang bertentangan dengan
Syariat Islam.
Halal menjadi hal utama yang harus diterapkan dalam bisnis syariah. Hal ini
berarti kau harus menghindari barang atau kegiatan apapun yang bersifat
haram. Menjalankan bisnis syariah berarti kau tidak dapat menjual minuman
keras, babi, perjudian, dan hal – hal yang bersifat spekulatif, pornografi,,
asusila, serta hal lain yang dilarang oleh Islam. Produk – produk tertentu yang
kamu jual kamu juga perlu mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Eskipun memang tanpa menjalankan bisnis syariah
sekalipun sertifikat halal penting untuk didapatkan terutama pada produk
makanan dan minuman.

 Lakukan perencanan bisnis dengan cermat


Hukum Islam mengembangkan sejulah pembatasan terhadap praktik bisnis.
Misalnya syarat dan ketentuan kontrak usaha patungan harus dirancang
sedemikian rupa. Hal ini untuk menghindari kemungkinan perselisihan selama
menjalankan bisnis selain itu menghindari pertentangan pada saat pembagian
keuntungan atau menanggung kerugian.
Sebelum memutuskan suatu objek, niat harus diperbaiki, yaitu
menyelesaikan limardatillah (mengharapkan ridha Allah SWT). Maka modal
dan objek bisnis harus legal dan bukan sesuatu yang dilarang. Langkah kedua
adalah menentukan proses yang akan dilakukan sesuai dengan prinsip syariah
yaitu didalamnya tidak ada unsur riba, gharar (tidak jelas), maysir (spekulasi
atau kebetulan), tadlis (penipuan atau pemalsuan), ikhtinaz (penimbunan),
ketidakadilan, kesombongan, monopoli negatif, dan apa pun yang
menghasilkan kerusakan lebih tinggi. Langkah ketiga adalah menonjolkan
hasil dari dua proses sebelumnya yang harus terjamin keabsahannya dan
kehalalannya. Langkah keempat adalah penggunaan (produksi) aset, dan
pedoman dalam syariah sangatlah jelas karena setiap orang akan bertanggung
jawab untuk itu. Artinya, setiap hasil harus ada zakatnya, karena zakat
mempunyai khasiat mensucikan harta dan mensucikan jiwa. Bidang Hukum
Dagang Islam Indonesia tinjauan buku Zainuddin Ali “Hukum Perdata Islam
di Indonesia” mengungkapkan bahwa penjelasan hukum dagang Islam
Indonesia terbatas pada transaksi jual-beli, sewa, upah, piutang, dan bentuk
asosiasi bagi hasil.

G. HUKUM SISTEM BISNIS SYARIAH

Kata hukum yang sudah baku dan populer dalam bahasa Indonesia, berasal dari
bahasa Arab al-hukmu atau hukm, jamaknya ahkam, yang secara harfiah mengandung
arti; putusan, ketetapan, dan kekuasaan. Al-Qur’an menggunakan (al-hukm atau
hukm) dalam arti Hukum sebanyak lima kali, mengandung arti hukum itu ialah

13
khithab (Allah) yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan mukallaf sebagai
ketetapan atau pilihan.Syariah Islam (bahasa Arab: ‫ )شريعة إسالمية‬yakni berisi hukum
dan aturan Islam adalah hukum agama yang membentuk merujuk bagian dari tradisi
Islam.

Bisnis adalah usaha dagang atau usaha komersial dalam dunia perdagangan; bidang
usaha. Bisnis atau usaha merupakan sistem interaksi sosial yang mencerminkan sifat
khas bisnis sehingga seolah-olah menjadi suatu dunia tersendiri yang otonom.Dalam
hal ini bisnis merupakan aktifitas yang cakupannya begitu luas meliputi aktifitas
produksi, distribusi, perdagangan, jasa ataupun aktifvitas yang berkaitan dengan suatu
pekerjaan untuk memperoleh penghasilan.

Sementara itu, Syariah berasal dari bahasa Arab yang artinya jalan yang lurus.
Menurut Fuqaha (para ahli hukum Islam), syariah atau syariat berarti hukum yang
ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya untuk hambanya-Nya, agar mereka menaati
hukum itu atas dasar iman, baik yang berkaitan dengan aqidah, amaliyah (ibadah dan
muamalah), dan yang berkaitan dengan akhlak. Secara istilah pengertian syariah
mengandung arti hukum dan tata aturan yang disyariatkan Allah bagi hambanya untuk
diikuti.

Berdasarkan beberapa pengertian yang diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa


hukum bisnis syariah merupakan keseluruhan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan hukum yang berkaitan dengan praktik bisnis secara syar’i atau sesuai
dengan syariah, guna meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan manusia.Dalam
hukum bisnis syari’ah juga mengandung makna aturan-aturan yang terkait dengan
hukum-hukum yang berhubungan antara manusia dengan manusia lainnya, di mana
secara khusus dalam fiqh Islam termasuk bagian dari fiqh muamalah.

Dalam hukum bisnis syariah terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui, untuk
dapat memahami sistem atau mekanisme yang terdapat dalam hukum bisnis syariah,
sebagai berikut:

 Akad
 Halal
 Murabahah
 Salam
 Istishna
 Musyarakah
 Mudharabah
 Wadiah
 Ijarah
 Hawalah

H. BISNIS SYARIAH YANG MENGUNTUNGKAN DI INDONESIA

1. Bisnis kuliner (rumah makan, warung, bistro, café, dsb)


Bisnis kuliner bisa menjadi pilihan bisnis syariah di Indonesia yang
menguntungkan. Bisnis ini bahkan disebut-sebut sebagai bisnis yang konstan
mengalami peningkatan. Terlebih lagi, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani,
menyebutkan bahwa industri kuliner memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan

14
ekonomi bidang kreatif dengan jumlah terbesar di Indonesia. Perubahan gaya
hidup masyarakat merupakan pendorong utama semakin majunya bisnis kuliner
makin menjanjikan. Gaya hidup yang dimaksud adalah gaya hidup pekerja yang
berada di kantor hingga malam hari—terutama bagi karyawan-karyawan yang
tinggal di ibu kota.

2. Salon Muslimah
Dibandingkan dengan barbershop yang bisa memenuhi permintaan dari
customer muslim maupun non-muslim, salon Muslimah ada dan hanya
diperuntukkan untuk para Muslimah. Bisnis ini makin bergelora dengan adanya
peningkatan penggunaan jilbab di kalangan Muslimah Indonesia. Bahkan jika
berkaca dari pelaku bisnis ini, ada di antaranya yang sudah membuka gerai salon
di berbagai kota di Indonesia. Bahkan beberapa menawarkan program partnership
alias kemitraan. Nah, jika Anda tertarik menjalani bisnis ini, Anda bisa
memulainya dari nol atau memilih bergabung dengan program kemitraan. Meski
Anda bisa memulai bisnis salon dari nol, bergabung dengan kemitraan akan
mempermudah langkah Anda dalam membangun bisnis salon muslimah. Apalagi
jika Anda belum punya pengalaman sama sekali di bidang ini. Program kemitraan
ini bersifat franchise; jadi Anda akan membeli ‘merek’ untuk jangka waktu
tertentu. Kelengkapan bisnis salon, termasuk di dalamnya peralatan, dan
mekanisme kerja, pemberian pelatihan untuk tenaga kerja, dan berbagai
kelengkapan salon lain juga akan diberitahukan kepada Anda.

3. Bisnis busana muslim


Bisnis ini memang terkenal sebagai bisnis yang cenderung ‘musiman’—atau
hanya laris pada momen tertentu saja. Akan tetapi, dengan jumlah umat muslim
dalam negeri yang besar, prospek usaha syariah yang satu ini cukup menjanjikan.
Bisnis ini akan makin menjanjikan jika Anda berani stock berbagai macam
barang. Misalnya, untuk fashion muslim wanita, Anda tidak hanya menyediakan
gamis saja sebagai barang utama toko Anda. Barang fashion wanita lain, seperti
jilbab, tunik, kaftan, manset, serta kaus kaki juga bisa dijual di toko Anda. Anda
juga tidak boleh melupakan fashion muslim pria sebagai segmen lain bisnis
busana muslim. Nah, agar toko Anda bisa menjadi one stop shopping place seperti
itu, maka modal yang Anda butuhkan juga cukup besar. Akan tetapi, Anda tidak
perlu takut kurang modal, sebab pembiayaan usaha syariah dari Maybank Finance
Indonesia selalu siap menjadi solusi untuk usaha Anda.

4. Bisnis Tour & Travel Haji dan Umroh


Meski sempat terdampak parah saat pandemi, bisnis syariah ini punya potensi
untuk kembali naik pamor di Indonesia. Bagaimana tidak, penyelenggaraan
ibadah haji untuk umat muslim dari luar Arab Saudi sudah dibuka kembali.
Dengan jumlah umat muslim yang besar, potensi bisnis syariah tour & travel ini
punya target pasar yang besar pula. Maka dari itu, memulai bisnis ini sesegera
mungkin bisa jadi langkah yang tepat, mengingat Arab Saudi berencana untuk
meningkatkan kuota jamaah menjadi hampir empat kali lipatnya (30 juta
jamaah/tahun) pada tahun 2030. Untuk menyiasati persaingan bisnis antara jasa
travel Anda dan travel lain, Anda bisa membuka juga side businesses berupa
bisnis agen perjalanan untuk pesawat, kereta api, maupun kapal laut. Anda juga
bisa menawarkan paket perjalanan ke negara tourism spot terkenal di sekitar Arab
Saudi, misalnya Uni Emirat Arab, Turki, atau Mesir.

15
5. Kos Syariah
Bagi Anda yang punya ‘uang dingin’ dalam jumlah besar, atau ingin menjajaki
bisnis properti yang berlandaskan hukum Islam, membangun kos syariah bisa
menjadi opsi brilian bagi Anda. Usaha kos syariah bisa menjadi sumber
pendapatan pasif. Anda dituntut untuk menggelontorkan dana besar membangun
properti dan mencari penghuni dari kos yang akan Anda sewakan. Setelahnya,
Anda tinggal menikmati hasil jerih payah tersebut. Mungkin bagi Anda usaha ini
memerlukan biaya yang besar. Akan tetapi, jika Anda geluti dengan baik, yang
satu ini bisa berperan sebagai produk investasi jangka panjang yang minim resiko.
Lantas, apa yang membedakan kos syariah dengan kos biasa? Pada umumnya, kos
syariah hanya diperuntukkan untuk penghuni yang beragama Islam dan umumnya
hanya berlaku untuk satu jenis kelamin saja (tidak ada kos campur, kecuali untuk
kos keluarga).

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan bisnis syariah di negara Indonesia


menjadi tren bagi para pelaku bisnis. Dengan melihat potensi mayoritas masyarakat di
Indonesia adalah pemeluk agama muslim, menjadikan peluang bagi perkembangan
bisnis syariah. Selain itu kesadaran masyarakat muslim mulai tinggi dengan
permintaannya terhadap produk maupun jasa yang terjamin baik dalam akad,
kehalalan dan tentunya sesuai dengan syariat islam.

Di Indonesia, bisnis syariah yang telah dan mulai berkembang antaralain dimulai
dengan adanya lembaga-lembaga keuangan syariah seperti bank syariah, asuransi
syariah, reksadana syariah, Baitul Mal wat Tamwil dan lain sebagainya, disusul
dengan munculnya bisnis jasa syariah seperti hotel syariah, pantai syariah, gojek
syariah, kuliner syariah, pariwisata syariah dan hasil produk berbagai perusahaan
yang menjamin akan kehalalannya atau syariahnya seperti kosmetik, makanan, obat-
obatan hingga fashion.

Selain konsumen sebagai pengguna bisnis syariah, pelaku usahapun juga banyak
yang telah menyadari bahwa bisnis yang dijalankan dengan sistem syariah akan lebih
maju, lebih berkembang dan membawa keberkahaan bagi banyak pihak. Tidak hanya
terfokus pada keuntungan semata namun bisnis syariah dijalankan karena nita ibadah
dan mendapat ridlo dari Alloh SWT. Bisnis yang dijalnkan dengan sistem syariah
akan terasa aman, nyaman, terjamin, selain itu memiliki kualitas dalam memberikan
layanan kepada para masyarakat muslim.

Negara Indonesia dapat berperan sebagai motor penggerak bisnis syariah dan
tentunya memiliki potensi yang luar biasa untuk dapat menjadi pusat pengembangan
bisnis syariah. Bisnis syariah dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian
negara dengan sistemnya dan membawa keselamatan bagi para pelakunya karena
bisnis syariah dilakukan atas prinsip syariat islam sehingga aman, nyaman dan
membawa keberkahan bagi umat muslim.

Bisnis Syariah merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
pembahasannya seputar perekonomian yang diatur atau sesuai dengan ajaran yang ada
pada agama Islam, dan tentunya sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW dan
perintah Allah SWT yang tertera dalam Al Quran. Sejak zaman Nabi Muhammad
SAW, praktek perekonomian Islam sudah mulai dijalankan. Mulai dari penyimpanan
uang atau harta, pengiriman uang, hingga peminjaman sejumlah dana yang digunakan
untuk modal usaha.

Hukum Islam mengatur bagaimana cara muslim berbisnis. Mulai dari apa yang boleh
di jual, apa yang tidak boleh di jual, bagaimana cara menjual, bagaimana membagi
keuntungan, dan sebagainya sudah diatur agar muslim menjalankan bisnis di jalan
yang benar jangan sampai merugikan orang lain.
Memulai bisnis syariah tidak berbeda jauh dengan merintis jenis bisnis lainnya.
Kamu harus membuat perencanaan bisnis, menentukan apa yang di jual, sehmentasi

17
pasar dan sebagainya. Namun ada langkah tertentu yang harus kamu lakukan dan
harus kamu hindari dalam bisnis syariah.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diteliti penulis, tentunya terdapat
keterbatasan dari penulis dalam menjelaskan data yang penulis peroleh dari hasil
penelitian ini. Dengan segala keterbatasan penulis maka penulis memberikan
beberapa masukan yang dapat dijadikan referensi pagi penelitianpenelitian
selanjutnya, yaitu:
1. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
Acuan untuk Berbisnis Syariah.
2. Bagi pemangku kebijakan, penelitian ini diharapkan menambah khasanah
keilmuan dalam rancangan peraturan hukum dalam Berbisnis Syariah.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.suara.com/bisnis/2022/04/14/172219/bisnis-syariah-pengertian-keunggulan-
tujuan-dan-dasar-hukumnya

https://www.iaei-pusat.org/memberpost/ekonomi-syariah/sejarah-ekonomi-syariah?
language=id

http://mgt.unida.gontor.ac.id/bagaimana-perkembangan-bisnis-syariah-di-indonesia/

http://mh.uma.ac.id/apa-itu-istilah-dalam-hukum-bisnis-syariah/

https://kumparan.com/aisyasya56/perencanaan-bisnis-syariah-1zLLRPc8LQZ

https://bmtitqan.org/artikel/detail/10/bertransaksi-sesuai-syariah.html

https://www.bankmuamalat.co.id/index.php/artikel/pengertian-maysir-gharar-dan-
riba#:~:text=Selanjutnya%20adalah%20Gharar%20yaitu%20ketidakpastian,hal%20ini
%20dilarang%20dalam%20islam.

https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/THK/article/download/55/pdf
\
https://www.maybankfinance.co.id/artikel/pengertian-bisnis-syariah-dan-perbedaannya-
dengan-bisnis-biasa

https://store.sirclo.com/blog/bisnis-syariah/

https://www.maybankfinance.co.id/artikel/10-ide-bisnis-syariah

https://deepublishstore.com/blog/materi/pengertian-bisnis-syariah-prinsip-dan-contoh/

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/19920/05.5%20bab%205.pdf?
sequence=10&isAllowed=y

19

Anda mungkin juga menyukai