Anda di halaman 1dari 32

KOPERASI SYARIAH

DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

Learn Rae Pattinaya


Melpi Novita Sari

DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU 2018

0
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya sampaikan kehadirat Allah SWT karena atas


rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan Makalah Koperasi
yang berjudul “Koperasi Syariah” ini dengan lancar dan dapat diselesaikan sesuai
dengan harapan. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya dan seluruh
umatnya.
Makalah ini saya buat tidak hanya dikarenakan demi kepentingan
memenuhi tugas yang diberikan, tetapi memberikan informasi dan manfaat
kepada pembaca juga menjadi alasan untuk membuat karya tulis ini, dan juga
untuk meningkatkan kemampuan saya dalam membuat makalah agar bermanfaat
di kemudian hari.
Saya menyadari bahwa karya tulis ini masih sangat jauh dari kata
sempurna karena saya hanyalah seorang mahasiswa semata. Untuk segala
kekurangannya saya mohon maaf. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca.

Bengkulu, 15 Oktober 2018

Penulis

1 ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Koperasi Syariah......................................................
3
2.2 Tujuan, Fungsi, Landasan dan Prinsip dari Koperasi
Syariah.......................................................................................
4
2.3 Usaha Koperasi Syariah dan Modal Awal Koperasi..................
6
2.4 Contoh Dari Koperasi Syariah Di Indonesia..............................
7
2.5 Perkembangan Koperasi Syariah di Indonesia...........................
12
2.6 Mengetahui Kendala yang Dihadapi Koperasi Syariah.............
13
2.7 Kebijakan dalam Menyelesaikan Kendala yang dihadapi
Koperasi Syariah.......................................................................
17
2.8 Landasan Hukum Koperasi Syariah...........................................

BAB III PENUTUP

2
3.1 Kesimpulan................................................................................
26
3.2 Saran...........................................................................................
27

DAFTAR PUSTAKA

iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dalam satu dekade
terakhir ini berkembang pesat dan semakin menarik. Pasca 1998, bank-
bank umum berbasis sistem syariah mulai tumbuh. Kini, ada kurang lebih
sekitar 10 bank umum syariah di Indonesia. Belum lagi, ditambah dengan
puluhan bank perkreditan syariah di berbagai wilayah. Menariknya lagi,
pertumbuhan perbankan syariah diikuti juga dengan asuransi syariah,
pegadaian syariah, koperasi syariah, BMT/jasa keuangan syariah dan pasar
modal syariah.

Sebagaimana lembaga ekonomi lainnya, koperasi adalah salah satu


bentuk persekutuan yang melakukan kegiatan muamalah di bidang
ekonomi. Usaha koperasi di bidang simpan pinjam ini sangat berbeda
dengan simpan pinjam koperasi biasa yang memakai perangkat bunga
(riba). Sistem operasional koperasi syariah unit simpan pinjam, persis
seperti Baitul Mal wat Tanwil (BMT).

Seperti yang telah kita ketahui gagasan para pendiri negara ini,
bahwa kita adalah bangsa yang anti neo kolonialisme dan kapitalisme. Itu
sebabnya muncul ide berdikari dan ekonomi kerakyatan, yang mana semua
berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Ekonomi kerakyatan memungkinkan
rakyat sebagai pelaku utama dan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi
suatu bangsa, yang semuanya berawal dari koperasi yang sehat pula.

Namun kini keadaan koperasi yang dulu menganut sistem ekonomi


kerakyatan yang utuh, sekarang sudah mulai mengalami pergeseran,
sehingga manfaat dan keberadaannya kurang dirasakan oleh masyarakat,
terutama menengah ke bawah. Itu sebabnya pemberdayaan koperasi
berbasis syari’ah dirasa perlu, disamping agar masyarakat menjadi lebih
tahu tentang keberadaan koperasi ini, namun koperasi syari’ah diharapkan

0
bukan hanya sebagai pelengkap perkembangan ekonomi syariah di
Indonesia ini, tetapi Koperasi Syari’ah diharapkan bisa terus eksis dan
menjadi motor pertumbuhan ekonomi kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian koperasi syariah ?
2. Apa saja tujuan, fungsi,landasan dan prinsip dari koperasi syariah ?
3. Apa dampak usaha koperasi syariah dan modal awal koperasi?
4. Apa saja contoh dari koperasi syariah di Indonesia ?
5. Apa di Indonesia sudah berkembang bentuk koperasi syariah ?
6. Apa kendala yang dihadapi koperasi syariah ?
7. Apa saja kebijakan yang diambil dalam menyelesaikan kendala yang
dihadapi koperasi syariah ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian koperasi syariah.
2. Mengetahui apa saja tujuan, fungsi,landasan dan prinsip dari koperasi
syariah.
3. Mengetahui usaha koperasi syariah dan modal awal koperasi.
4. Mengetahui apa saja contoh dari koperasi syariah di Indonesia.
5. Mengetahui apa di Indonesia sudah berkembang bentuk koperasi
syariah.
6. Mengetahui kendala yang dihadapi koperasi syariah.
7. Mengetahui apa saja kebijakan yang diambil dalam menyelesaikan
kendala yang dihadapi koperasi syariah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Koperasi Syariah
Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan
melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga
mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang rendah
melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh
anggotanya. Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan
ekonomi anggotanya lebih baik dibandingkan sebelum bergabung dengan
Koperasi.

Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah


perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat
dan seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u
yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari
kata syir’ah dan syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana
untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang
mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain. Syariat dalam istilah
syar’i hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya,
baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari
perkataan, perbuatan dan penetapannya.

Oleh karena itu Koperasi Syariah adalah koperasi yang prinsip


kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam
yaitu Al-Quran dan Assunah. Ataupun pengertian umum dari Koperasi
Syariah adalah badan usaha koperaso yang menjlankan usahanya dengan
prinsip-prinsip syariah. Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif
simpan pinjam, maka seluruh produk dan opersionalnya harus
dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) Majelis Ulama Indonesia(MUI).

2
Berdasarkan hal tersebut, maka koperasi syariah tidak
diperkenakan berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya terdapat
unsur-unsur riba, maysir dan gharar. Disamping itu koperasi syariah juga
tidak diperkenankan melakukan transaksi-transaksi derivatif sebagaimana
lembaga syariah lainnya.

Kelahiran koperasi syariah di Indonesia dilandasi oleh Keputusan


Menteri (Kepmen) Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Keputusan Menteri ini memafasilitas berdirinya koperasi syariah menjadi
koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) atau unit jasa keuangan syariah
(UJKS), dengan adanya sistem ini membantu koperasi serba usaha di
Indonesia memiliki unit jasa keuangan syariah.

2.2 Tujuan, Fungsi, Landasan dan Prinsip dari Koperasi Syariah


2.2.1 Tujuan Koperasi Syariah
Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan
perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip islam.

2.2.2 Fungsi Koperasi Syariah


1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya;
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi
lebih amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen
(istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam
dan prinsip-prinsip syariah islam;
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama
berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan
dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta;

3
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu
bekerjasama melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif;
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja;
7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.

2.2.3 Landasan Koperasi Syariah


1. Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (Pasal 33 ayat 3)

2. Beazaskan Kekeluargaan

3. Berlandaskan syariah islam yaitu Al-Quran dan Assunah dengan


saling tolong – menolong (ta’awun) dan saling menguatkan.

2.2.4 Prinsip Koperasi Syariah


2.2.4.1 Prinsip Ekonomi Islam dalam Koperasi Syariah
1. Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat
dimiliki oleh siapapun secara mutlak.
2. Manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama
dengan ketentuan syariah.
3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di
muka bumi.
4. Menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk
ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada
segelintir orang atau sekelompok orang saja.

2.2.4.2 Prinsip Syariah Islam dalam Koperasi Syariah


1. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka.
2. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen
(istiqomah).
3. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional.
4. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
5. Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan
profesional menurut sistem bagi hasil.
6. Jujur, amanah dan mandiri.

4
7. Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya
ekonomi, dan sumber daya informasi secara optimal.
8. Menjalin dan menguatkan kerjasama antar anggota, antar
koperasi, serta dengan dan atau lembaga lainnya.

2.3 Usaha Koperasi Syariah dan Modal Awal Koperasi


2.3.1 Usaha Koperasi Syariah
 Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang
halal, baik dan bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan
dengan sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun
ketidakjelasan (ghoro).
 Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah
menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi
usaha koperasi.
 Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai
dengan fatwa dan ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia.
 Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3.2 Modal Awal Koperasi Syariah


Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan
kesamaan visi dan misi di dalam intern pendiri. Selain itu,
mendirikan koperasi syariah memerlukan perencanaan yang cukup
bagus agar tidak berhenti di tengah jalan. Adapun agar diakui
keabsahannya, hendaklah koperasi syariah disahkan oleh notaris.
(Biaya pengesahan relatif tidak begitu mahal, berkisar 300 ribu
rupiah.)

Untuk mendirikan koperasi syariah, kita perlu memiliki modal


awal. Modal Awal koperasi bersumber dari dana usaha. Dana-dana
ini dapat bersumber dari dan diusahakan oleh koperasi syariah,
misalkan dari Modal Sendiri, Modal Penyertaan dan Dana Amanah.

5
Modal Sendiri didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib,
cadangan, Hibah, dan Donasi, sedangkan Modal Penyerta didapat
dari Anggota, koperasi lain, bank, penerbitan obligasi dan surat
utang serta sumber lainnya yang sah. Adapun Dana Amanah dapat
berupa simpanan sukarela anggota, dana amanah perorangan atau
lembaga.

2.4 Contoh Dari Koperasi Syariah Di Indonesia


2.4.1 Koperasi Syariah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia
(Koperhaji)
Koperasi Syariah Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia(KOPERHAJI) selanjutnya disebut KOPERHAJI,
yaitu suatu usaha koperasi syariah yang didirikan di Jakarta
pada tanggal, 21 Oktober 2010 oleh 61 orang pendiri dari
Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia dan masyarakat umumnya
dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Menjadi gerakan ekonomi ummat serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional.
KOPERHAJI sebagai salah satu koperasi yang ikut
berpartisipasi dan mewujudkan kebijakan tersebut diatas yang
didukung oleh pengurus yang berpengalaman dan ahli
dibidangnya dengan anggota yang cukup serta para manager
yang berpengalaman, KOPERHAJI akan melaksanakan
amanat daripada hasil RAT.
Para pendiri KOPERHAJI adalah pengurus IPHI dan
masyarakat umum yang memiliki latar belakang pengalaman
kerja dibidang masing-masing, dengan pengalaman tersebut
digabungkan pada saat RAT dalam menyusun Renja
KOPERHAJI untuk pencapaian visi dan misi koperasi dimasa

6
Koperasi Syariah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia
(KOPERHAJI) beralamat di Jalan Tegalan No. 1C Lt.2 RT.001
RW.002 Palmeriam Matraman Jakarta Timur dan berbadan
hukum Koperasi yang memiliki dasar hukum antara lain Akta
Pendirian Nomor : 129 yang dikeluarkan Notaris H. Rizul
Sudarmadi,SH pada Tanggal 21 Oktober 2010 dan Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 943/BH/M.KUKM.2/XII/2010
tanggal, 22 Desember 2010.
Adapun dokumen legalitas yang telah dimiliki KOPERHAJI
antara lain :
1. Surat Keterangan Domisili Perusahaan Nomor :
195/1.824.271/XII/2010 tanggal, 28 Desember 2010.
2. Surat Keterangan Penanggungjawab Koperasi Nomor :
195/1824.271/XII/2010 tanggal, 28 Desember 2010.
3. Surat Keterangan Terdaftar Perusahaan Nomor : PEM-
01814/WPJ.20/KP.0103/2010 , tanggal, 29 Desember
2010
4. NPWP : 02.835.690.5-001.000
5. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
6. Bank Bukopin Syariah Jalan Matraman Raya Jakarta dan
Bank Mandiri cabang Jakarta Cut Meutia

7
Visi dan Misi Koperhaji
Untuk terciptanya suatu lapangan kerja dan hasil yang
maksimal untuk kesejahteraan anggota merupakan keinginan
Koperasi KOPERHAJI yang tercermin dalam Visi dan Misi.
Visi :
Menjadi koperasi yang kuat dengan semangat kebersamaan
dan kemanunggalan.
Misi :
 Membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja
yang berkualitas
 Memancarkan semangat juang dalam meningkatkan hasil
kerja yang bermutu untuk ekonomi ummat.
 Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota
khususnya dan masyarakat umumnya.
Ruang Lingkup Usaha
1. Kegiatan usaha KOPERHAJI sesuai dengan AKTA
PENDIRIAN KOPERHAJI BAB III Pasal 5 ayat sebagai
berikut :
o Unit Jasa Keuangan syariah.
o Agen Tour dan Travel Wisata haji dan umrah.
o Percetakan/photocopy.
o Pengolahan limbah.
o Grosir keperluan sehari-hari.
o Cleaning service.
o Peralatan kantor / ATK.
o Jasa parkir dan security.
o Perdagangan umum meliputi : Ritail, kontraktor, hasil
tambang, industri kecil, pertanian, perkebunan, perikanan
dan kehutanan.

8
o Jasa meliputi : Managemen perhotelan, jasa konsultan
keuangan, jasa boga, jasa loundry, jasa transportasi dan
jasa pengiriman barang.
2. Dalam perkembangannya ke depan, KOPERHAJI akan
membuka cabang / perwakilan di tempat lain baik di dalam
maupun di luar wilayah Republik Indonesia
NAMA KOPERASI
Koperasi Syariah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia
disingkat “KOPERHAJI”
BENTUK BADAN HUKUM
Koperasi
DASAR HUKUM
o Akta Pendirian Nomor : 129
Notaris : H. Rizul Sudarmadi, SH. tanggal, 21
Oktober 2010.
o Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia
Nomor : 943/BH/M.KUKM.2/XII/2010
tanggal, 22 Desember 2010.
ALAMAT
Jalan Tegalan No. 1 Palmeriam, Matraman, Jakarta
Timur
Telepon : 021-85914146 / 8576645 Fax. : 021-8576645
IJIN USAHA
o Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Nomor : 195/1.824.271/XII/2010 tanggal, 28 Desember
2010.
o Surat Keterangan Penanggungjawab Koperasi
Nomor : 195/1824.271/XII/2010 tanggal, 28
Desember 2010.

9
2.4.2 Koperasi Syariah Indonesia (KOSINDO)

Koperasi Syariah Indonesia (KOSINDO) pada tahun


1998, sebuah koperasi sekunder dengan keputusan Menteri
Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor. 028/BH/M.I/XI/1998. yang diketuai DR, H. Ahmat
Hatta, MA. Selain KOSINDO berdiri pula koperasi sekunder
lainnya seperti INKOPSYAH (Induk Koperasi Syariah) yang
diprakarsai oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil).
ICMI, dan KOFESMID (Koperasi Forum Ekonomi Syariah
Mitra Dompet Dhuafa) yang didirikan oleh Dompet Dhuafa.

Koperasi Syariah Indonesia merupakan koperasi


sekunder yang beranggotakan koperasi syariah primer yang
tersebar di Indonesia. Kantor KOSINDO bertempat di
Komplek Golden Plaza Fatmawati blok A/32 Jl. Raya
Fatmawati, Jakarta 12420 Telp : 021- 75 900 118/ 021-
648475.
Adapun visi misi dari Koperasi Syariah Indonesia adalah:
Visi
 Sebagai Lembaga intermediasi yang profesional,
menopang pengembangan koperasi syariah
 Menjadi lembaga yang menghimpun dan melahirkan bisnis
strategis bagi koperasi syariah
Misi
 Membentuk / membangun kelembagaan yang kuat melalui
penguatan sistem serta pembenahan organisasi dan
keanggotaan
 Membuka hubungan kerja sama dengan lembaga-lembaga
pembiayaan syariah (bank / non bank). Menjadi konsultan
pembentukan dan pengembangan bisnis koperasi syariah.

10
 Membuka dan mendampingi lembaga-lembaga usaha atau
lembaga lainnya dalam memperoleh pembiayaan dari
lembaga keuangan syariah.

2.5 Perkembangan Koperasi Syariah di Indonesia


Di Indonesia, sebenarnya koperasi berbasis nilai-nilai Islami
lahir pertama kali dalam bentuk paguyuban usaha bernama Sarikat
Dagang Islam (SDI). SDI ini didirikan oleh H. Samanhudi di Solo,
Jawa Tengah. Anggotanya para pedagang muslim dan mayoritas
pedagang batik. Pada perkembangan selanjutnya, SDI berubah menjadi
Sarikat Islam yang lebih bernuansa politik. Koperasi syariah mulai
booming seiring dengan perkembangan dunia industri syariah di
Indonesia yang dimulai dari pendirian Bank Syariah pertama pada
tahun 1992. Secara hukum koperasi syariah dinaungi oleh Keputusan
Menteri (Kepmen) Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 91
tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi
Jasa Keuangan Syariah.
Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia
telah menjadi negara dengan Islamic Micro Finance terbesar di
duniadengan 22 ribu gerai koperasi syariah dan Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT) – salah satu jenis koperasi syariah. Jumlah ini cukup
signifikan mengingat secara hukum koperasi syariah baru didirikan
pada tahun 2004 (www.tempo.co).
Hingga akhir April 2012, jumlah Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah (KJKS/UJKS) secara
keseluruhan terdapat 2.362 buah dengan tingkat nasional sebanyak 85
buah, tingkat propinsi sebanyak 189 buah dan tingkat kabupaten/kota
sebanyak 2.088 buah.Selain KJKS/UJKS, terdapat pula BMT dengan
jumlah mencapai 3900 buah di tahun 2010.(http://hatta-rajasa.info)
Jumlah anggota KJKS/ UJKS mencapai 232.558 orang pada April
2012. Sementara jumlah pinjaman yang disalurkan sebesar Rp. 1,64
triliun. Sedangkan jumlah simpanan yang diterima sebanyak Rp. 1,45

11
triliun. Aset KJKS dan UJKS mencapai Rp. 2,42 triliun. Sedangkan
untuk BMT, total aset yang dikelola diperkirakan mencapai nilai Rp 5
trilyun, nasabah yang dilayani sekitar 3,5 juta orang, dan jumlah
pekerja yang mengelola sekitar 20.000 orang.
Data tersebut membuktikan bahwa koperasi syariah punya
potensi yang sangat besar dalam menyejahterakan masyarakat
Indonesia, terutama melalui akses pembiayaan dan penyerapan tenaga
kerja. Potensi koperasi syariah tersebut didukung dengan jumlah
penduduk muslim Indonesia yang mayoritas Muslim.
Bahkan, berdasarkan riset yang dilakukan oleh PEW,
penduduk muslim Indonesia merupakan yang terbesar di dunia (13%
dari total penduduk muslim dunia). Selain dari segi jumlah, kesadaran
masyarakat akan produk-produk syariah pun makin tinggi. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan jumlah nasabah bank syariah selama
sepuluh tahun terakhir dari hanya ratusan ribu menjadi enam juta
pemegang rekening (www.adiwarmankarim.com).

2.6 Mengetahui Kendala yang Dihadapi Koperasi Syariah


Berdasarkan keterangan salah satu BMT di Surabaya, ada
banyak kesulitan yang dihadapi BMT dalam operasionalnya, yaitu
kesulitan mencari mitra kerja dari awal, cenderung menomorduakan
kebutuhan akan sistem komputerisasi, problem profesionalitas
pengurus dan pengelola dan respon masyarakat kurang bagus karena
jarang yang mengerti sistem syariah. Menurut narasumber, hal yang
sama juga dialami hampir semua koperasi syariah lain.Oleh karena itu
diperlukan usaha pemantapan koperasi syariah yang ada. Salah
satunya melalui sinergisitas Kendala –Kendala yang dialami oleh
Koperasi Syariah diantaranya :

1. Marketing

12
Umumnya pengurus Koperasi Syariah mengurus marketing
setelah letih mengupayakan berdirinya lembaga. Oleh karena itu
tidak mengherankan jika pemasaran dan jaringannya kedodoran. Ia
harus berhadapan dengan bank-bank, baik konvensional maupun
syariah yang jaringan dan group marketing yang dilengkapi dengan
instrumen dan SDM yang canggih dan terlatih. Apalagi setelah
bank-bank itu juga turun mengurusi usaha kecil dan mikro, maka
koperasi Syariah kian terpukul ke pojok.
2. Sumberdaya manusia
Para pegawai dan pengurus koperasi Syariah umumnya dilatih
dalam sebuah pelatihan yang tidak lebih dari 5-6 hari kerja. Lalu
setelah itu dimagangkan di Koperasi Syariah yang sudah berjalan
selama seminggu. Kemudian diterjunkan langsung di Koperasi
Syariah nya sendiri. Tidak mengherankan jika pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki diperoleh hanya dari internal
experience.
Umumnya alokasi dana pelatihan untuk para pegawai dan
pengurus Koperasi Syariah sangat minim. Para karyawan jarang
dikirim untuk pelatihan dan pendidikan. Sebab apabila diberikan
pelatihan keluar, maka biaya yang ditanggung dua kali lipat, yaitu
biaya pendidikan/latihan dan biaya yang muncul akibat tidak
bekerjanya karyawan sehingga karyawan lain harus lembur.
Padahal pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh untuk
meningkatkan keuntungan belum tentu diperoleh secara langsung.
Banyak yang lupa bahwa SDM di Koperasi Syariah sama
seperti di bank syariah, yang memerlukan dua dimensi yang harus
dikuasai secara seiring dan sejalan. Pertama pengetahuan tentang
syariah muamalah dan yang kedua adalah ekonomi dan keuangan
secara praktis. Mungkin pada waktu pertama dulu dapat dimaklumi
keterpisahan penguasaaan kedua bidang itu. Akan tetapi kedepan,
menghadapi dunia yang penuh persaingan, karyawan bank dan

13
koperasi syariah tidak bisa lagi memiliki pengetahuan “sekuler”,
syariah muamalah saja, atau ekonomi dan keuangan saja.
3. Produk terbatas
Produk Koperasi syariah umumnya masih terpisah-pisah.
Untuk pembiayaan modal, diperlukan aturan dan pelaksana yang
terpisah dengan pembiayaan “consumer”. Dengan kata lain
Koperasi Syariah tidak melakukan strategi “one stop service”.
Dengan asumsi masyarakat kecil tidak bisa datang ke bank, maka
jika koperasi syariah tidak bisa melayani dengan cara seperti ini,
maka masyarakat tinggal gigit jari.
Selain itu, pengembangan produk layanan dalam Koperasi
syariah umumnya mengikuti trend yang berkembang, baik di bank
syariah maupun koperasi syariah lainnya. Padahal dengan potensi
SDM yang dimiliki, wakil khusus marketing dan DPS, berbagai
layanan baru dapat dikembangkan.
4. Lender of the Last Resort
Tidak seperti bank yang didukung oleh lembaga penjamin
simpanan apabila terjadi likuidasi, koperasi syariah tidak memiliki
dukungan yang sama. Demikian pula lembaga yang bertindak
selaku lender of the last resort alias lembaga pemberi pinjaman
terakhir apabila terjadi krisis likuiditas.Problem ini sudah
diidentifikasi sejak 15 tahun yang lalu, yaitu ketika kongres
koperasi syariah pertama diadakan pada tahun 1996. Sampai saat
ini nampaknya belum ada realisasinya, baik dari kalangan
pemerintah maupun koperasi syariah sendiri.
5. Permodalan
Untuk bisa maju dan besar, logika sederhana masyarakat
berlaku: perlu modal besar juga. Bagaimana mungkin sebuah
koperasi syariah akan bisa besar dan maju dalam melayani
masyarakat kecil, jika modalnya pas-pasan? Diperlukan usaha
terpadu, baik di kalangan koperasi sendiri maupun pemerintah

14
dalam menggalang peningkatan modal dalam rangka peningkatan
layanan kepada masyarakat.
6. Teknologi
Hal yang paling tertinggal dalam koperasi syariah adalah
masalah teknologi, meskipun secara mendasar, hampir tidak ada
koperasi syariah/KOPERASI SYARIAH yang tidak menggunakan
tekonologi komputer saat ini. Akan tetapi untuk yang besar, mereka
terpaksa harus gigit jari. Ambil misalnya yang paling sederhana dan
mudah dilihat masyarakat seperti ATM (Automatic Teller
Machine). Bank-bank baik konvensional maupun syariah dengan
mudah melakukan investasi dalam jaringan ini karena besarnya
modal yang dimiliki. Atau dengan mudahnya masuk dalam jaringan
ATM bersama karena kemampuan untuk membayar biaya bulanan
atas jaringan yang digunakan.
7. Dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu
Terkadang koperasi harus rela dimanfaatkan secara politis
oleh pihak lain untuk memperoleh kedudukan maupun duit.
Sedangkan koperasinya sendiri tidak memperoleh apa-apa dari
manuver yang dilakukan pihak itu. Salah satu contohnya adalah
klaim keberhasilan yang diperoleh koperasi Syariah yang diakui
sebagai keberhasilan suatu kepemimpinan. Sikap koruptif segelintir
anggota masyarakat semacam ini sampai hari ini masih dirasakan
negatifnya buat koperasi syariah.
pengawas manajemen dengan pengawas syariah. Tidak
sedikit koperasi kecolongan karena tidak sempurnanya dua
pengawasan di atas. Dari segi syariah mungkin sudah memenuhi
syarat, namun dari segi manajemen masih berantakan, sehingga
membuka peluang kecurangan dan kesalahan besar dalam praktek
berkoperasi.

15
2.7 Kebijakan dalam Menyelesaikan Kendala yang dihadapi Koperasi
Syariah
Porsi industri keuangan syariah, termasuk koperasi syariah, di
Indonesia masih berkisar di angka 4% dari keseluruhan kegiatan
perekonomian di Indonesia. Dengan jumlah penduduk muslim yang
sangat besar dan konsep koperasi yang bersifat kerakyatan,koperasi
syariah diyakini masih akan berkembang pesat. Diharapkan koperasi ini
akan dapat terus dan semakin banyak berkontribusi terhadap
pembangunan perekonomian nasional.Usaha bersama ini diharapkan
dapat mengembangkan kemampuan produksi anggota dan masyarakat
dan juga memperkuat anggota agar lebih profesional dan konsisten
terhadap usahanya. Selain itu koperasi juga berperan sebagai mediator
pemilik dana dan pengelola dana sehingga tercapai optimalisasi
pemanfaatan aset, memperluas kesempatan kerja, dan
menumbuhkankembangkan usaha-usaha produktif anggota. Didasarkan
pada berbagai permasalahan yang dihadapi KOPERASI SYARIAH
dalam operasianalnya maka dapat dirumuskan beberapa konsep
kebijakan :

1. Ditetapkan badan hukum yang jelas serta independen bagi


KOPERASI SYARIAH. Hali ini dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat dalam mengivestasikan uangnya di KOPERASI
SYARIAH karena secara hukum sudah ada jamianan yang jelas.
2. Didirikan satu KOPERASI SYARIAH induk dari seluruh
KOPERASI SYARIAH yang ada di Indonesia. Di mana unsur-unsur
di dalamnya harus ada regulasi. Jadi harus ditetapkan undang-
undang khusus untuk KOPERASI SYARIAH. Peraturan
pelaksanaan sebagai penjabaran dari undang-undang dilakukan
secara desentralisasi melalui KOPERASI SYARIAH pusat dari
setiap daerah, sedangkan induk KOPERASI SYARIAH nasional
berfungsi sebagai penetapan kebijakan yang bersifat umum. Dengan
demikian akan memudahkan dalam pengaturan dan penentuan

16
kebijakan dalam rangka pengembangan potensi serta perluasan
jaringan KOPERASI SYARIAH di seluruh Indonesia.
3. Pengawasan terhadap KOPERASI SYARIAH dilakukan oleh
lembaga pengawasan independen. Dewan pengawas memiliki tugas
utama dalam pengawasan KOPERASI SYARIAH terutama yang
berkaitan dengan sistem syariah yang dijalankan. Landasan kerja
dewan ini berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).
Fungsi utama dewan tersebut meliputi: sebagai penasihat dan
pemberi saran atau fatwa kepada pengurus dan pengelola mengenai
hal-hal yang terkait dengan syariah seperti penetapan produk,
sebagai mediator antara KOPERASI SYARIAH dengan Dewan
Syariah Nasional, mewakili anggota dalam pengawasan syariah.
Srategi Pengembangan KOPERASI SYARIAH. Dengan
mempertimbangkan arah kebijakan pengembangan KOPERASI
SYARIAH dan permasalahan yang dihadapi maka strategi
pengembangan KOPERASI SYARIAH dirumuskan sebagai berikut:
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan
dan pelatihan yang tepat dan berkesinambungan dengan menjalin
kerjasama dengan lembaga pendidikan formal ataupun non formal. .
5. Adanya pengetahuan srategik dalam bisnis (business strategy). Hal
ini diperlukan untuk meningkatkan profesionalisme KOPERASI
SYARIAH dalam bidang pelayanan. Isu yang selalu berkembang
dalam bidang ini biasanya adalah pelayanan tepat waktu, pelayanan
siap sedia, pelayanan siap dana dan sebagainya.
6. Pengembangan aspek paradigmatik, diperlukan pengetahuan
mengenai aspek bisnis islami sekaligus meningkatkan muatan–
muatan islam dalam setiap perilaku pengelola dan karyawan
KOPERASI SYARIAH dengan masyarakat pada umumnya dan
nasabah pada khususnya.
7. Memperluas jaringan kerjasama antar KOPERASI SYARIAH, BPR
syariah, bank syariah yang merupakan satu kesatuan

17
berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya serta
mempunyai tujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan menegakan
syariat islam di dalam bidang ekonomi. Dengan demikian akan
terbentuk jaringan vertikal dan horizontal yang mendukung
perkembangan dan eksistensi KOPERASI SYARIAH. Jaringan
secara horizontal yaitu jaringan antar KOPERASI SYARIAH dan
jaringan secara vertikal yaitu antara KOPERASI SYARIAH dengan
lembaga lain yang lebih besar. Jaringan merupakan hal yang penting
karena memungkinkan KOPERASI SYARIAH memperoleh
informasi yang dibutuhkan, akses dana, serta alih pengetahuan dan
teknologi.
8. Dilakukan pengawasan secara intensif, karena hal ini sangat penting
sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan operasional KOPERASI
SYARIAH. Pengawasan yang intensif penting untuk meyakinkan
bahwa tidak terdapat penyimpangan dalam operasional KOPERASI
SYARIAH, sebagai suatu peringatan dini mengenai kondisi
kesehatan KOPERASI SYARIAH.
9. Perlunya inovasi produk sesuai syariah yang ditawarkan kepada
masyarakat. Pengembangan produk yang inovatif dapat dilakukan
melalui program replikasi produk-produk yang telah terbukti
keberhasilannya.
10. Strategi pemasaran yang local oriented berdampak pada lemahnya
upaya KOPERASI SYARIAH untuk mensosialisasikan produk–
produk KOPERASI SYARIAH di luar masyarakat di mana
KOPERASI SYARIAH itu berada. Guna mengembangkan
KOPERASI SYARIAH maka upaya–upaya meningkatkan teknik
pemasaran perlu dilakukan, untuk memperkenalkan eksistensi
KOPERASI SYARIAH di tengah–tengah masyarakat.
11. Memperbanyak jumlah KOPERASI SYARIAH dengan
mendirikannya di setiap desa. Hal ini dikarenakan saat ini
KOPERASI SYARIAH yang ada di Indonesia pada umumnya

18
berlokasi di perkotaan, seperti kabupaten dan kecamatan. Padahal
komunitas masyarakat miskin sebagian besar terdapat di pedesaan.
Hal ini menyebabkan masih banyak masyarakat miskin yang
menggunakan jasa rentenir dikarenakan ketertidaksediaannya
KOPERASI SYARIAH di lingkungan tempat tinggal mereka.
Selain itu pangsa pasar di daerah pedesan sangat potensial dalam
mengembangkan KOPERASI SYARIAH.
12. Meraih dukungan dari tokoh masyarakat dan agama dalam
mensosialisasikan potensi dan eksistensi KOPERASI SYARIAH
sebagai lembaga keuangan yang siap membantu dalam
pemberdayaan potensi usaha kecil dan menemgah. Dukungan dari
para tokoh tersebut sangat sangat penting dikarenakan sebagian
masyarakat sangat mepercayai tokoh-tokoh yang mereka hormati.
13. Perlu adanya evaluasi bersama guna memberikan peluang bagi
KOPERASI SYARIAH untuk lebih kompetitif. Evaluasi ini dapat
dilakukan dengan cara mendirikan lembaga evaluasi KOPERASI
SYARIAH atau lembaga sertivikasi KOPERASI SYARIAH.
Lembaga ini bertujuan khusus untuk memberikan laporan peringkat
kinerja kwartalan atau tahunan KOPERASI SYARIAH di seluruh
Indonesia

2.7 Landasan Hukum Koperasi Syariah


Landasan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia tidak memiliki
perbedaan dengan koperasi konvensional yaitu Undang-undang No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Namun saat ini masalah koperasi
syariah diatur khusus melalui Perundang-undangan tersendiri. BMT
yang berbadan hukum koperasi menggunakan Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar
Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit
Jasa Keuangan Syariah.

19
Perkembangan peraturan hukum koperasi syariah dari masa ke masa,
maka akan dibagi dalam beberapa pereode, antara lain:

1. Pra kelahiran UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.


Ada berbagai rujukan yang dijadikan sebagai landasan hukum
koperasi syariah pada pereode ini, antara lain:

 Verordening op de Cooperatieve Verenigingen (Stbl. Nomor


431 Tahun 1915) Merupakan regulasi pertama yang berlaku
bagi semua golongan penduduk (Pasal 131 IS) yang ada di
Indonesia. Peraturan ini timbul atas adanya kekosongan hukum
akan pengaturan koperasi

 Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen (Stbl Nomor.


91Tahun 1927) Pada saat politik balas budi Belanda baru saja
didengungkan, perjuangan para nasionalis berhasil dengan
keluarnya “Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen”.
Peraturan Koperasi ini tunduk pada Hukum Adat dan bukan
pada BW( Hukum Perdata Belanada).

 Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen (Stb


Nomor . 108 Tahun 1933) merupakan perubahan dari
Verordening op de Cooperatieve Verenigingen yang berlaku
bagi penduduk golongan I, II dan III, namun di sisi lain
Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen masih
diberlakukan untuk Gol. III(pribumi). Pada masa ini,
Departemen Ekonomi atas anjuran dari Jawatan Koperasi
mendirikan gabungan dari pusat-pusat koperasi di Hindia
Belanda yang dinamakan Moeder Centrale.

 Regeling Cooperatieve Verenigingen (Stb. Nomor 179 Tahun


1949). Regulasi yang pertama kali dicetuskan sejak
kemerdekaan Indonesia ini, muncul karena adanya krisis yang

20
berkepanjangan mulai dari agresi militer Belanda, hingga
pemberontakan PKI.

 Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958 Tentang Perkumpulan


Koperasi. Undang undang ini dibuat dengan sangat tergesa-
gesa, sehingga tidak membawa banyak perubahan bagi
eksistensi kelembagaan koperasi.

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun


1959 tentang Perkembangan Gerakan Koperasi.

 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 dan 3 Tahun


1960. Sebagai peraturan pelaksana dari Peraturan Pemerintah,
maka dibentuk Badan Penggerak Koperasi sebagai wadah
tunggal kerjasama antar jawatan koperasi dan masyarakat

 UU Nomor 14 tahun 1965 Tentang Pokok-pokok


Perkoperasian. Undangundang ini sebagai pengejahwantahan
prinsip Nasakom yang mengebiri prinsip koperasi di
Indonesia.

 Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1967 Tentang Pokok-


pokok Perkoperasian.

2. Masa berlakunya UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang


Perkoperasian.
Berlakunya UU tentang Perkoperasian ternyata belum
memberikan angin segar bagi keberadaan Koperasi Syariah,
sehingga untuk mengatasi kekosongan hukum di bidang koperasi
berbasis syariah yang sebagian besar merupakan hasil konversi
dari BMT, banyak dibuat regulasi setingkat dengan Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Menteri. Beberapa Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Menteri terkait, yang mengatur tentang
landasan hukum Koperasi syariah saat ini, antara lain:

21
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995,
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi;

 Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah


Republik Indonesia Nomor : 323/BH/KWK-12/V/1999,
Tanggal 24 Mei 1999;

 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik


Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10
September 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah;

 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan


Menengah RI No:3

 5.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar


Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan
Unit Jasa Keuangan Syariah;

 Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan


Menengah Republik IndonesiaNomor :
35.3/Per/M.Kukm/X/2007 Tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Jasa KeuanganSyariah Dan Unit Jasa
Keuangan Syariah Koperasi;

 Landasan hukum lain yang juga dijadikan sebagai rujukan


Koperasi syariah, misalnya:

 Pasal 1320 KUH Perdata tentang Syarat sah perjanjian;

 Pasal 1243 KUH Perdata tentang penggantian biaya, kerugian


dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan;

 Undang – undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan


Agama terkait dengan Penyelesaian sengketa

22
 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 02/DSNMUI/
IV/2000 Tentang Tabungan (wa’diah);

 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia


Nomor: 03/DSNMUI/IV/2000, tentang Deposito;

 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No:


04/DSN-MUI/IV/2000;

 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 08/DSNMUI/ IV/2000


Tentang Pembiayaan Musyarakah dan peraturan- peraturan
lainnya yang terkait dan

 Undang undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha


Mikro, Kecil dan Menengah.

3. Periode pasca UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian


Masa ini ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 sebagai pengganti undang
undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Namun,
Undang- undang Perkoperasian yang baru ini, ternyata tidak
secara jelas dan tegas memuat tentang norma hukum Koperasi
Syariah. Pasal 87 ayat (3) dan (4) adalah satu-satunya pasal yang
bisa dijadikan sebagai rujukan bagi keberadaan Koperasi Syariah.
Pasal 87 ayat (3) berbunyi: “Koperasi dapat menjalankan usaha
atas dasar prinsip ekonomi syariah, dan ayat (4), berbunyi: “
Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi
syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah”.
Bunyi Pasal 87 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2012 Tentang Perkoperasian tersebut, justeru semakin
mempertegas bahwa kelembagaan Koperasi syariah di satu sisi
diakui sebagai bagian dari kerangka sistem Koperasi Nasional,

23
namun di sisi lain adanya keengganan dari pembuat Undang
undang untuk secara tegas mengatur tentang kelembagaan ini.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang terdapat dalam bab II, penulis dapat
menyimpulkan bahwa :

1. Koperasi Syariah adalah sebuah kegiatan yang menjujung tinggi nilai-


nilai syariah.
2. Tujuan koperasi syariah sama dengan koperasi pada umumnya yakni
meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
3. Koperasi syarian berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 pasal 33 ayat 3, yang berazaskan kekeluargaan serta syariah
islam yaitu Al-Quran dan As-sunah.
4. Jenis Usaha Koperasi syariah sama dengan koperasi pada umumnya.
5. Mendirikan koperasi syariah, kita perlu memiliki modal awal koperasi
yang bersumber dari dana usaha.
6. Contoh dari koperasi syariah di Indonesia yaitu : Koperasi Syariah
Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia(KOPERHAJI), Koperasi Syariah
Indonesia (KOSINDO) dll.
7. Perkembangan koperasi syariah hingga akhir April 2012, jumlah
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah
(KJKS/UJKS) secara keseluruhan terdapat 2.362 buah dengan tingkat
nasional sebanyak 85 buah, tingkat propinsi sebanyak 189 buah dan
tingkat kabupaten/kota sebanyak 2.088 buah.Selain KJKS/UJKS,
terdapat pula BMT dengan jumlah mencapai 3900 buah di tahun 2010.
(http://hatta-rajasa.info) Jumlah anggota KJKS/ UJKS mencapai
232.558 orang pada April 2012.
8. Dalam perkembangannya koperasi syariah masih mengalami banyak
kendala dari mulai permasalahan marketing, sumber daya manusia,
produk yang terbatas hingga dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.
9. Untuk mengurangi kendala yang dihadapi koperasi kita harus
memperbaiki mulai dari internal koperasi itu sendiri seperti

25
memperbaiki keanggotaan dalam segi kinerjanya. Lalu kita harus tahu
update terbaru dari dunia ekonomi dan harus menguasai teknologi.

3.2 Saran
1. Koperasi hendaknya melakukan inovasi-inovasi agar masyarakat lebih
tertarik untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan koperasi.
2. koperasi syariah juga harus melakukan berbagai promosi kepada
masyarakat mengenai kebihan ekonomi syariah.
3. Koperasi syariah hendaknya bukan hanya melakukan kegiatan yang
bersifat keanggotaan namun juga bersifat kemasyarakatan yakni berupa
pelatuhan kegiatan yang produktif.
4. Sebaiknya dalam pelajaran koperasi dijelaskan juga mengenai koperasi
syariah.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://ajoagung.blogspot.com/2012/11/ini-contoh-makalah-koperasi
syariah.html
http://anniequ.blogspot.com/2009/11/makalah-keberadaan-koperasi-
syariah.html
http://berkoperasi.blogspot.com/
http://berkoperasi.blogspot.com/
http://dariislam.blogspot.com/2009/11/peluang-dan-tantangan-ekonomi-
syariah.html
http://duniaiptek.com/sejarah-koperasi-syariah/
http://fauzanrofiki.blogspot.com/2011/10/identifiksi-masalah-koperasi-
syariah.html
http://fossei.org/2013/01/menilik-perkembangan-koperasi-syariah-dan-
potensinya-dalam-
perbaikan-kesejahteraan-masyarakat/
http://gampito.blogspot.com/2008/06/probematika-operasionaliasi-bmt.html
http://pengertiandarisyariah.blogspot.com/
http://stiebanten.blogspot.com/2011/05/pengaruh-prospek-dan-kendala-bmt-
di.html
http://tulusfmaulana.blogspot.com/2013/01/koperasi-syariah.html
http://www.iphi.web.id/koperasi-syariah/
https://agentidicambiamento.wordpress.com/2012/07/14/konsep-koperasi-
berbasis-syariah/
https://muhshodiq.wordpress.com/2009/08/12/koperasi-syariah-apa-bagaimana/

27

Anda mungkin juga menyukai