Anda di halaman 1dari 201

Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

PANDUAN PRAKTIS

KOPERASI SYARIAH
INDONESIA

1
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Gerakan Koperasi di Indonesia


Pada tahun 1896 seorang pamong praja Patih R. Aria Wiria Atmaja di Purwokerto
mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Terdorong oleh
keinginan untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh
lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maka patih
tersebut mendirikan koperasi kredit model Raif feisen seperti di Jerman. Dengan
dibantu oleh asisten Residen Belanda (Pamong Praja Belanda) yang pada waktu cuti
berkunjung ke Jerman. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengubah “Bank
Pertolongan Tabungan” menjadi “Bank Pertolongan Tabungan dan Pertanian”
Mengingat bukan hanya pegawai negeri saja yang menderita melainkan petanipun
terjerat pengijon.
Undang-Undang Koperasi yang Pertama lahir tahun 1915 dikenal dengan nama
Verordening op de Cooperative Vereeningen (Koninkklijk Besluit 7 April 1915 Stbl
No. 431), yakni undang-undang tentang perkumpulan koperasi yang berlaku untuk
segala bangsa dan bukan khusus Bumi Putra saja. Pada tahun 1920 diadakan
Cooperative Commissie (Komisi atau Panitia Koperasi) yang diketuai oleh Prof, DR.
J.H Boeke. Tugas Panitia ini adalah mengadakan penelitian apakah koperasi ini
bermanfaat untuk Indonesia (d/h Nederlandsch Indie).
Undang-undang Dasar 1945 menempatkan koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia. Atas dsar itu koperasi sebagai suatu perusahaan yang
permanen dan memungkinkan koperasi untuk berkembang secara ekonomis. Dengan
demikian akan mampu memberikan pelayanan secara terus menerus dan meningkat
kepara anggotanya serta masyarakat sekitarnya, juga dapat memberikan sumbangan
yang mendasar kepada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia

2
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

B. Gerakan Koperasi Syariah


Koperasi Syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi
semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal
Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya oleh
BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna bagi
perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha gurem.
Kendati awalnya hanya merupakan KSM Syariah (baca Kelompok Swadaya
Masyarakat Berlandaskan Syariah) namun memiliki kinerja layaknya sebuah Bank.
Diklasifikasinya BMT sebagai KSM guna menghindari jeratan hukum sebagai bank
gelap dan adanya program PHBK Bank Indonesia (Pola Hubungan kerja sama antara
Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat) Hasil Kerjasama Bank Indonesia
dengan GTZ sebuah LSM dari Jerman.
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa
segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk tabungan
dan menyalurkan dalam bentuk kredit harus berbentuk Bank (pasal 26). Maka
munculah beberapa LPSM (Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat) yang
memayungi KSM BMT. LPSM tersebut antara lain : P3UK sebagai penggagas awal,
PINBUK dan FES Dompet Dhuafa Republika.
Jika melihat Pasal 33 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa
perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan. Dalam penjelasan pasal ini menyatakan bahwa kemakmuran masyarakat
sangat diutamakan bukan kemakmuran orang perseorang dan bentuk usaha seperti itu
yang tepat adalah Koperasi. Atas dasar pertimbangan itu maka disahkan Undang-
Undang RI Nomor 25 tahun 1992 pada tanggal 12 Oktober 1992 “Tentang
Perkoperasian” oleh Presiden Soeharto.
BMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan falsafah yang sama
yaitu dari anggota oleh anggota untuk anggota maka berdasarkan Undang-undang RI
Nomor 25 tahun 1992 tersebut berhak menggunakan badan hukum koperasi, dimana
letak perbedaannya dengan Koperasi Konvensional (nonsyariah) hanya terletak pada

3
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

teknis operasionalnya saja, Koperasi Syariah mengharamkan bunga dan mengusung


etika moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Koperasi Syariah adalah usaha
ekonomi yang terorganisir secara mantap, demokratis, otonom partisipatif, dan
berwatak sosial yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip yang mengusung
etika moral dan berusaha dengan memperhatikan halal atau haramya sebuah usaha
yang dijalankan sebagaimana diajarkan dalam Agama Islam.
Pada tahun 1994 berdiri sebuah forum komunikasi (FORKOM) BMT sejabotabek
yang beranggotakan BMT-BMT di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek).
Forum Komunikasi BMT Sejabotabek tersebut sejak tahun 1995 dalam setiap
pertemuan bulanannya, berupaya menggagas sebuah payung hukum bagi anggotanya,
maka tercetuslah ide pendirian BMT dengan badan hukum Koperasi, kendati badan
hukum Koperasi yang dikenakan masih sebatas menggunakan jenis Badan Hukum
Koperasi Karyawan Yayasan. Pada tahun 1998 dari hasil beberapa pertemuan Forkom
BMT yang anggotanya sudah berbadan hukum koperasi terjadi sebuah kesepakatan
untuk pendirian sebuah koperasi sekunder yakni Koperasi Syariah Indonesia
(KOSINDO) pada tahun 1998, sebuah koperasi sekunder dengan keputusan Menteri
Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor.
028/BH/M.I/XI/1998. yang diketuai DR, H. Ahmat Hatta, MA.
Selain KOSINDO berdiri pula koperasi sekunder lainnya seperti INKOPSYAH
(Induk Koperasi Syariah) yang diprakarsai oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil). ICMI, dan KOFESMID (Koperasi Forum Ekonomi Syariah Mitra Dompet
Dhuafa) yang didirikan oleh Dompet Dhuafa. Republika.
Berangkat dari kebijakan pengelolaan BMT yang memfokuskan anggotanya pada
sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana dan pendayagunaan dana tersebut
maka bentuk yang idealnya adalah Koperasi Simpan Pinjam Syariah yang selanjutnya
pada tahun 2004 disebut KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah). Berdasarkan
keputusan Menteri Koperasi RI No. 91 /Kep/M.KUKM/IX/2004. “Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangansyariah”.

4
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Namun demikian, jika melihat dari banyaknya akad-akad muamalah yang ada,
tidak menutup kemungkinan Koperasi Syariah dapat berbentuk Koperasi Serba Usaha
(KSU). Khususnya jika ditinjau dari akad jasa persewaan, Gadai dan jual beli secara
tunai (Bai ‘ Al Musawamah) Sehingga dapat dikatakan KSU Syariah. Disisi lain
kegiatan usaha pembiayaan anggota dalam bentuk tidak tunai dapat dikatagorikan
sebagai Unit Simpan pinjam (USP) atau berdasarkan Kep.Men tersebut dinamakan
Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) yang merupakan unit dari KSU Syariah tersebut.
Karena KSU biasanya hanya diperbolehkan 1 (satu) KSU dalam sebuah kelurahan
maka beberapa dinas koperasi membolehkan dengan sebutan Koperasi Syariah yang
memiliki usaha UJKS dan Unit Sektor Riil lainnya .
Badan hukum Koperasi Syariah dianggap syah setelah Akta pendiriannya
dikeluarkan oleh Notaris yang ditunjuk dan disahkan oleh pemerintah melalui Dinas
Koperasi Daerah untuk keanggotaannya wilayah Kabupaten/Kodya, sedangkan untuk
keanggotaannya meliputi propinsi harus dibuat di Kanwil Koperasi propinsi yang
bersangkutan.

5
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB II
KOPERASI DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Gambaran Tentang Koperasi Syariah

Koperasi Syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional melalui


pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan
Rasulullah dan para sahabatnya.
Konsep pendirian Koperasi Syariah menggunakan konsep Syirkah Mufawadhoh
yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih,
masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan
berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-masing partner saling
menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Dan tidak diperkenankan salah
seorang memasukan modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih
besar pula dibanding dengan partner lainnya.
Azas usaha Koperasi Syariah berdasarkan konsep gotong royong, dan tidak
dimonopoli oleh salah seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan yang
diperoleh maupun kerugian yang diderita harus dibagi secara sama dan proporsional.
Penekanan manajemen usaha dilakukan secara musyawarah (Syuro) sesama anggota
dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan melibatkan seluruhnya potensi anggota
yang dimilikinya.

“…..Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,


dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah
kamu kepada Allah, Allah amat berat siksaannya “.
(Q.S Al Maidah ayat 2).

6
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

B. Landasan Dasar Sistem Koperasi Syariah

Yang menjadi landasan dasar Koperasi Syariah sebagaimana lembaga ekonomi


Islam lainnya yakni mengacu pada sistem ekonomi Islam itu sendiri seperti tersirat
melalui fenomena alam semesta dan juga tersurat dalam Al Qur’an serta Al Hadits.
Landasan dasar Koperasi Syariah antara lain :

1) Koperasi Melalui Pendekatan Sistem Syariah


• Merupakan sistem ekonomi Islam yang integral dan merupakan suatu kumpulan
dari barang-barang atau bagian-bagian yang bekerja secara bersama-sama
Sebagai suatu keseluruhan.
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara
keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguh
nya Syetan itu adalah musuhmu yang nyata”. (Q.S. Al Baqarah : 208)

• Merupakan bagian dari nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam yang mengatur bidang
perekonomian umat yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek lain dari
keseluruhan ajaran Islam yang komprehensif dan integral
“Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah aku
cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah aku ridhoi Islam sebagai agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] Karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(Q.S. Al Maidah : 3)

2) Tujuan Sistem Koperasi Syariah


• Mensejahterakan Ekonomi Anggotanya sesuai norma dan moral Islam :
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi, dan jangalah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena
sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S Al Baqarah : 168)
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui
7
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.


Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya”. (Q.S AL Maidah : 87-88)

“ Apa bila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah dimuka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung..” (Q.S Al Jumu’ah : 10)

• Menciptakan Persaudaraan dan Keadilan Sesama Anggota


“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
serta seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.
( Q.S Al Hujarat (49) : 13)

“Katakanlah; “Hai manusia sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah


kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak
ada tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang Ummi yang beriman kepada
Allah dan kepada kalimat-kalimat Nya (kitab-kitab Nya) dan ikutilah dia,
saupaya kamu dapat petunjuk”. ( Q.S Al A’raaf (7) : 158)

• Pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang merata sesama anggota


berdasarkan kontribusinya. Agama Islam mentolerir kesenjangan kekayaan dan
penghasilan karena manusia tidak sama dalam hal karakter, kemampuan,
kesungguhan dan bakat. Perbedaan diatas tersebut merupakan penyebab
8
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Hal ini dapat terlihat pada Al
Qur’an :
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya tuhan
mu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” (Q.S Al An’aam (6) : 165)

‘Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal
rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan
rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama
(merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah…?”
(Q.S An Nahl (16) : 71)

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu ? Kami telah


menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain.
Dan RahmatTuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” .
(Q.S Az Zukhruf (43) :32)

• Kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada pengertian


bahwa manusia diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah.

“Orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka, bergembira dengan


Kitab yang diturunkan kepadamu dan di antara golongan-golongan (Yahudi
dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya.
Katakanlah : “ Sesungguhnya aku hanya diperintah menyembah Allah dan
tidak untuk mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya Kepada-Nya aku
seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali ”. (Q.S Ar Ra’d (13) : 36)
9
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

“ Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan.” (Q.S
Lukman (31) : 22)

3) Karakteristik Koperasi Syariah


• Mengakui hak milik anggota terhadap modal usaha
• Tidak melakukan transaksi dengan menetapkan bunga (riba)
• Berfungsinya institusi ziswaf
• Mengakui mekanisme pasar yang ada
• Mengakui motif mencari keuntungan
• Mengakui kebebasan berusaha
• Mengakui adanya hak bersama

C. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah


Dalam koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari keuntungan untuk
kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai atau membungakan uang yang ada pada
anggota. Ironisnya sebagian anggota yang meminjam biasanya anggota yang
mengalami defisit keuangan untuk kebutuhan sehari-hari (emergency loan) dan pihak
koperasi memberlakukannya sama dengan peminjam lainnya dengan mematok bunga
sebagai jasa koperasi yang sama besar.
Pada Unit jasa Keuangan Syariah (UJKS) Koperasi Syariah hal ini tidak dibenarkan,
setiap transaksi pembiayaan diperlakukan secara berbeda tergantung jenis kebutuhan
anggotanya dengan imbalan yang diterima seperti : Fee (untuk pelayanan jasa-jasa),
Margin (untuk jual beli) dan Bagi Hasil (untuk kerja sama usaha). Oleh karenanya
Koperasi Syariah memiliki peran dan Fungsi antara lain :

10
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

1) Sebagai Manajer Investasi


Koperasi Syariah merupakan Manajer Investasi dari pemilik dana yang
dihimpunnya. Besar kecilnya Hasil Usaha Koperasi tergantung dari keahlian,
kehati-hatian, dan profesionalisme Koperasi Syariah. Penyaluran dana yang
dilakukan Koperasi Syariah memiliki implikasi langsung kepada berkembangan
sebuah Koperasi Syariah.
Koperasi Syariah melakukan fungsi ini sebagai “agency contract” yaitu sebagai
lembaga yang menginvestasikan dana-dana anggotanya pada usaha-usaha yang
menguntungkan. Jika terjadi kerugian karena faktor Force major maka Koperasi
Syariah tidak boleh meminta imbalan sedikitpun karena kerugian dibebankan
pada pemilik dana. Fungsi ini terlihat pada penghimpunan dana khususnya dari
bentuk tabungan Mudharabah dalam UJKS maupun investasi sektor riel. Oleh
karenanya tidak sepatutnya UJKS Koperasi Syariah menghimpun dana yang
bersifat mudharabah baik tabungan maupun investasi tidak terikat jika tidak
memiliki obyek usaha yang jelas dan menguntungkan.

11
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2) Sebagai Investor
Koperasi Syariah menginvestasikan dana yang dihimpun dari anggota maupun
pihak lain dengan pola investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi yang
sesuai meliputi akad jual beli secara tunai (Al Musawamah) seperti pendirian
waserda dan Jual beli tidak tunai (Al Murabahah), Sewa-menyewa (Ijaroh),
kerjasama penyertaan sebagian modal (Musyarakah) dan penyertaan modal
seluruhnya (Mudharabah). Keuntungan yang diperoleh dibagikan secara
proporsional (sesuai kesepakatan nisbah) pada pihak yang memberikan dana
seperti tabungan sukarela atau investasi pihak lain sisanya damasukan pada
pendapatan Operasi Koperasi Syariah.

3) Fungsi Sosial
Konsep Koperasi Syariah mengharuskan memberikan pelayanan sosial baik
kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada masyarakat dhu’afa.
Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman darurat (emergency loan) dapat
diberikan pinjaman kebajikan dengan pengembalian pokok (Al Qard) yang
sumber dananya berasal dari modal maupun laba yang dihimpun. Dimana
anggota tidak dibebankan bunga dan sebagainya seperti di koperasi
konvensional. Sementara bagi anggota masyarakat dhuafa dapat diberikan
pinjaman kebajikan dengan atau tampak pengembalian pokok (Qardhul Hasan)
yang sumber dananya dari dana ZIS (zakat, infak dan shadaqoh). Pinjaman
Qardhul Hasan ini diutamakan sebagai modal usaha bagi masyarakat miskin
agar usahanya menjadi besar, jika usahanya mengalami kemacetan, ia tidak
perlu dibebani dengan pengembalian pokoknya.
Fungsi ini juga yang membedakan antara koperasi konvensional dengan
Koperasi Syariah dimana konsep tolong menolong begitu kentalnya sesuai
dengan ajaran Islam “ Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan
ketaqwaan dan janganlah kamu tolong menolong dalam permusuhan dan
perbuatan dosa.” (QS Al Maidah : 2)

12
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

D. Prinsip Operasional Koperasi Syariah


Pada prinsipnya, operasional UJKS Koperasi Syariah tidak berbeda dengan
BMT (Baitul Maal Wattamwil), Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha
Syariah (UUS), dan BPR Syariah, hanya sekalanya saja yang berbeda. Di Koperasi
Syariah ini justru dapat lebih luas lagi pengembangannya terutama dalam
mempraktekan akad-akad muamalat yang sulit dipraktekan di Perbankan Syariah
karena adanya keterbatasan PBI (Peraturan Bank Indonesia).
Prinsip Dasar Operasional Koperasi Syariah tersebut dapat digambarkan berikut :
Porsi Koperasi Syariah
1. L/R SHU Berjalan
Penyaluran Dana
Koperasi Syariah

Jasa – Jasa FEE


Sumber Dana 1. Wakalah 55 %
Koperasi Syariah 2. Kafalah
3. HAwalah
4. Ijaroh
1. Simpanan Sukarela
- Simp. Wadi’ah
- Simp. Berjangka (mdrb) Jual Beli Reveue
2. Investasi pihak lain 1. Murabahah Distribution
] terikat 2. Salam Margin
- Investasi
- Investasi tidak terikat 3. Istishna
3. Dana ZIS 4. Musawwamah
- Zakat
- Infak dan Shadaqoh Investasi Pembiayaan
4. Modal Koperasi 1. Mudharabah Bagi 45 %
- Simpanan Pokok + wajib 2. Musyarakah Hasil
- Dana Hibah
- L/R SHU berjalan
Penempatan Lainnya
Bagi Hasil
1. Banksyariah
bank/kop
2. Koperasi Syariah

Porsi
Porsi
1.Simp. Berjangka
1. Simp. Wadi’ah Bagi Hasil
2. Investasi pihak lain

Bonus

Gambar Alur Operasional Koperasi Syariah

13
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB III
PRODUK DAN JASA KOPERASI SYARIAH

A. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana Koperasi Syariah bersumber dari :
1. Simpanan Pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana
besar simpanan pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara anggota.
Akad Syariah simpanan pokok tersebut masuk katagori akad Musyarakah. Konsep
pendirian Koperasi Syariah tepatnya menggunakan konsep Syirkah Mufawadhoh
yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama dua orang atau lebih,
masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama dan
berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-masing partner
saling menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Dan tidak
diperkenankan salah seorang memasukan modal yang lebih besar dan memperoleh
keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan partner lainnya.

2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib masuk dalam katagori modal koperasi sebagaimana
simpanan pokok dimana besar kewajibannya diputuskan berdasarkan hasil syuro
(musyawarah) anggota serta penyetorannya dilakukan secara kontinyu setiap
bulannya sampai seseorang dinyatakan keluar dari keanggotaan Koperasi Syariah.

3. Simpanan Sukarela
Simpanan anggota merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon
anggota yang memiliki kelebihan dana kemudian menyimpannya di Koperasi
Syariah.
Bentuk simpanan sukarela ini memiliki 2 jenis karakter antara lain :

14
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

1) Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut (Wadi’ah) dan dapat diambil
setiap saat. Titipan (Wadi’ah) terbagi atas 2 macam yaitu titipan (wadiah)
Amanah dan titipan (Wadi’ah) Yad dhomanah.
Titipan (Wadi’ah) Amanah merupakan titipan yang tidak boleh
dipergunakan baik untuk kepentingan koperasi maupun untuk investasi usaha,
melainkan pihak koperasi harus menjaga titipan tersebut sampai diambil oleh
sipemiliknya. Wadi’ah Amanah yang dimaksud disini biasanya berupa dana ZIS
(Zakat,infak dan shadaqoh) yang dimiliki oleh 8 asnaf mustahik dan disalurkan
baik dalam bentuk mustahik produktif maupun konsumtif. Sementara titipan
(wadi’ah) Yad dhomanah adalah dana titipan anggota kepada koperasi yang di
izinkan untuk dikelola dalam usaha riil sepanjang dana tersebut belum diambil
oleh sipemiliknya. Mengingat dana tersebut dapat dikelola maka sepantasnya
Koperasi Syariah memberikan kelebihan berupa bonus kepada sipenitip, meski
tidak ada larangan untuk tidak memberikan bonusnya.

“ Diriwayatkan dari Abu Rafie bahwa Rasulullah pernah meminta seseorang


untuk meminjamkannya seekor unta, maka diberikannya unta qurban. Setelah
selang beberapa waktu Abu Rafie diperintahkan Rasulullah untuk
mengembalikan unta tersebut kepada pemiliknya, tetapi Abu Rafie kembali
berbalik menghadap Rasulullah seraya berkata “ Ya Rasulullah untuk yang
sepadan tidak kami temukan, hanya untuk yang lebih besar dan berumur empat
tahun” Rasulullah SAW membalas sambil berkata “ Berikan itu karena
sesungguhnya sebaik-baik kamu adalah yang terbaik ketika membayar”

2) Karakter kedua bersifat investasi, yang memang ditujukan untuk kepentingan


usaha dengan mekanisme bagi hasil (Mudharobah) baik Revenue Sharing
maupun Profit and loss sharing. Konsep Simpanan yang diberlakukan dapat
berupa simpanan berjangka Mudharobah Mutlaqoh maupun simpanan berjangka
Mudharabah Muqayadah. Mudharabah Mutlaqoh adalah bentuk kerja sama
antara pemilik dana (Shahibul Maal) dengan Koperasi Syariah selaku

15
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

pengusaha (Mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah usaha. Sementara Mudharabah
Muqayadah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dengan Koperasi
Syariah selaku pengusaha (Mudharib) dimana penggunaan dana dibatasi oleh
ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemilik dana. Dan merupakan kebalikan
dari Mudharabah Mutlaqoh.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a bahwasanya Sayyidina Abbas jikalau


memberikan dana kepada mitra usahanya secara mudharabah, ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu-paru basah, jika
menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana
tersebut. Disampaikan syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah dan diapun
memperkenankannya.

4. Investasi pihak lain


Dalam melakukan operasionalnya lembaga Koperasi Syariah sebagaimana
koperasi konvensional biasanya sangat membutuhkan suntikan dana agar dapat
mengembangkan usahanya secara maksimal, mengingat prospek pasar yang teramat
besar sementara simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas. Oleh karenanya
dibenarkan untuk bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti Banksyariah
maupun program-program pemerintah. Investasi pihak lain ini dapat dilakukan
dengan menggunakan konsep mudharabah maupun konsep Musyarakah. Konsep
Musyarakah adalah suatu perkongsian atau kerjasama yang dilakukan 2 pihak atau
lebih dimana masing-masing pihak memberikan kontribusinya baik sebagian modal
maupun ketrampilan usaha. Dengan batasan waktu yang ditentukan dan disepakati
bersama kedua pihak.

16
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

B. Penyaluran Dana
1. Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS)
1.1 Investasi/Kerjasama
Kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.
Dalam penyaluran dana dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah Koperasi
Syariah bertindak selaku pemilik dana (Shahibul Maal) sedangkan pengguna dana
adalah pengusaha (Mudharib) kerjasama dapat dilakukan untuk mendanai sebuah
usaha yang dinyatakan layak untuk didanai.
Contohnya : untuk pendirian klinik, kantin, toserba dan usaha lainnya

1.2 Pembiayaan Jual Beli (Al Bai’)


Pembiayaan Jual beli dalam UJKS pada koperasi syariah memiliki beragam
jenis yang dapat dilakukan antara lain seperti :

1. Jual beli secara tangguh antara sipenjual dengan sipembeli dimana sudah terjadi
kesepakatan harga dan sipenjual menyatakan harga belinya dan si pembeli
mengetahui besar keuntungan si penjual transaksi ini disebut disebut Bai Al
Murabahah. Jika sipembeli membayar secara tunai tetap dinamakan murabahah
mengingat modal awalnya sudah diketahui dan jumlah keuntungan yang
diterima sipenjual juga diketahui.

2. Jual beli secara pararel yang dilakukan oleh 3 pihak, sebagai contoh pihak 1
memesan pakaian seragam sebanyak 100 stel kepada Koperasi Syariah dan
Koperasi Syariah memesan dari konveksi untuk dibuatkan 100 stel seragam
yang dimaksud dan Koperasi membayarnya dengan DP dan dibayar setelah jadi,
setelah selesai diserahkan ke pihak 1 dan pihak ke 1 membayarnya baik secara
tunai maupun diangsur. Pembiayaan ini disebut Al Bai Istishna jika Koperasi
membayarnya dimuka disebut Bai’ Salam.

17
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

1.3 Pembiayaan dalam bentuk Sewa (Ijaroh)


Disamping produk kerja sama dan jual beli Koperasi Syariah juga dapat
melakukan kegiatan jasa layanan antara lain :

1) Jasa Al Ijaroh (sewa)


Jasa Al Ijaroh adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. Contohnya penyewaan tenda, Sound
system dan lain-lain.
“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Baqarah (2) : 233)

2) Jasa Wadi’ah (Titipan)


Jasa wadi’ah dapat dilakukan pula dalam bentuk barang seperti jasa
penitipan barang dalam Locker Karyawan atau penitipan sepedah motor ,
mobil dan lain-lainnya.
“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanah
(titipan) kepada yang berhak menerimanya.” (Q.S An Nisa ayat 58).

18
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

“ Berkata Rasulullah SAW “Tunaikanlah Amanah (titipan) kepada yang


berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang
telah mengkhianatimu” (HR. Ibnu Umar).

1.4 Produk UJKS lainnya seperti :


1. Hawalah (Anjak Piutang)
Pembiayaan ini timbul karena adanya peralihan kewajiban dari seseorang
anggota terhadap pihak lain dan dialihkan kewajibannya tersebut kepada
Koperasi Syariah. Contoh kasus anggota yang terbelit dengan kartu kredit yang
bunganya mencekik dan pihak koperasi menyelesaikan kewajiban anggota
tersebut dan anggota membayar kewajibannya kepada koperasi. Hawalah
adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya.

“ Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kedzaliman.


Dan jika salah seorang dari kamu diikutkan (dihawalahkan) kepada orang
yang mampu/kaya, maka terimalah hawalah itu. (HR. Bukhori dan Muslim dari
riwayat Abu Hurairah)

2. Rahn (Gadai)
Rahn (Gadai) timbul karena adanya kebutuhan keuangan yang mendesak dari
para anggotanya dan Koperasi Syariah dapat memenuhinya dengan cara barang
milik anggota dikuasai oleh koperasi dengan kesepakatan bersama. Pengertian
Rahn sendiri adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Dalam produk Gadai ini Koperasi
Syariah tidak mengenakan bunga melainkan mengenakan tarif sewa
penyimpanan dari barang yang digadaikan tersebut seperti contohnya gadai
emas.

19
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai)


sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh orang yang berpiutang).” (Q.S Al baqarah
ayat 283).

Dari Anas r.a berkata :”Rasulullah SAW menggadaikan baju besinya


kepada seorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum untuk
keluarga beliau”. (HR.Bukhori, Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah)

2. Unit Sektor Riil


Perdagangan
Jual beli secara tunai seperti adanya usaha toserba dengan melakukan transaksi
jual beli antara si penjual dengan si pembeli dimana sudah terjadi kesepakatan
harga. Jika si pembeli tidak mengetahui berapa keuntungan sipenjual/modal
awal dari barang yang dijualnya maka transaksi tersebut dinamakan Bai’ Al
Musaawamah (jual beli tunai).

Jasa
1. Jasa Wakalah (Perwakilan)
Jasa ini timbul dari hasil pengurusan sesuatu hal yang dibutuhkan
anggotanya dimana anggota mewakilkan urusan tersebut kepada koperasi
seperti contohnya : pengurusan SIM, STNK pembelian barang tertentu disuatu
tempat. Dan lain-lain. Wakalah berarti juga penyerahan, pendelegasian atau
pemberian mandat.
“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman”. (Q.S Yusuf ayat (12) : 55)

“Bahwasanya Rasulullah mewakilkan kepada Abu Rafie dan seorang Anshor


untuk mewakilinya mengawini Maimunah binti Al harits”. (Al Hadits)

20
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2. Jasa Kafalah (Penjaminan)


Jasa ini timbul karena adanya transaksi anggota dengan pihak lain dan
pihak lain tersebut membutuhkan jaminan dari koperasi yang anggotanya
berhubungan dengannya. Contoh kasus bila para anggotanya mengajukan
pembiayaan dari Banksyariah dimana Koperasi Syariah bertindak sebagai
penjamin atas kelancaran angsuran anggotanya. Pengertian kafalah adalah
jaminan yang diberikan oleh penanggung (Koperasi) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban anggotanya atau yang ditanggung atau seputar
mengalihkan tanggung jawab.

“Penyeru-penyeru itu berseru, ‘kami kehilangan piala raja, barang siapa


yang dapat mengembalikannya akan memperoleh makanan (seberat) beban
unta dan aku menjamin terhadapnya “. (Q.S Yusuf ayat (12) : 72)

2.3 Produksi
Disamping perdagangan dan jasa Koperasi Syariah dapat menjadi produsen
barang yaitu memproduksi barang-barang yang dapat dijual kepada
konsumen dengan ukuran/timbangan yang pas dan menghindari kecurangan
dalam hal timbangan. Seperti contohnya Koperasi Syariah memproduksi
makanan-makanan tradisionil daerah seperti dodol, wajid, atau kue kering
yang dapat dikemas dengan memberikan keterangan dan kondisi barang
yang sebenarnya.

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang


yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhinya.
Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
menguranginya”. (QS. Al Muthaffifin (83) :1 – 3)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Rasulullah saw. sampai ke


Madinah, diketahui bahwa orang-orang Madinah termasuk yang paling
21
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

curang dalam takaran dan timbangan. Maka Allah menurunkan ayat ini
(S.83:1,2,3) sebagai ancaman kepada orang-orang yang curang dalam
menimbang. Setelah ayat ini turun orang-orang Madinah termasuk orang
yang jujur dalam menimbang dan menakar.
(Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih
yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

C. Distribusi Pendapatan
Jika dalam koperasi konvensional pendapatan dari jasa pinjaman koperasi
disebut jasa pinjaman (bunga), maka pendapatan Koperasi Syariah memiliki berbagai
karakteristik tersendiri, tergantung dari tujuan penggunaan dana itu sendiri. Pendapatan
yang bersumber dari jasa-jasa koperasi seperti wakalah, Hawalah, kafalah disebut
pendapatan Fee Koperasi Syariah dan pendapatan sewa (Ijaroh). Pendapatan yang
bersumber dari Jual beli (piutang dagang) Murabahah, Salam dan Istishna disebut
Margin sedangkan pendapatan hasil investasi ataupun kerjasama (Musyarakah dan
Mudharabah) disebut pendapatan Bagi Hasil. Pendapatan Bagi hasil dari penempatan
Koperasi Syariah di Bank Syariah, BPRS maupun Koperasi Syariah lainnya tidak
termasuk distribusi pendapatan yang harus dibagi kepada pemilik dana pihak ketiga
melainkan masuk kedalam porsi pendapatan Koperasi Syariah. Setiap pendapatan unit
usaha Koperasi Syariah dibukukan secara tersendiri yang kelak akan dilaporkan dalam
laporan konsolidasi Koperasi Syariah.

22
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB IV
MANAJEMEN KOPERASI SYARIAH

A. Manajemen Umum
1. Strategi Sasaran
Strategi dan Sasaran Koperasi Syariah harus dituangkan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Tahunan Koperasi Syariah (RKATKS) sebagai acuan Manager dalam
melakukan kegiatan operasional Koperasi Syariah. RKATKS dibuat oleh Pengelola
dan Pengurus pada periode akhir tahun, sehingga awal tahun sudah dapat digunakan
sebaga acuan Operasional. RKATKS sekurang-kurangnya memuat antara lain :
a) Pendahuluan
1) Visi, Misi dan Tata Nilai
• Visi Koperasi Syariah harus mencerminkan semangat usaha bersama
dengan berpedoman pada Al Qur’an dan Sunah Rasulullah SAW.
• Misi Koperasi Syariah merupakan penjabaran dari visi yang
diembannya.
• Tata Nilai Koperasi Syariah merupakan karakter kerja yang menjadi
budaya dalam menjalankan operasionalnya .
2) Arah Pengembangan Koperasi Syariah
Pengurus harus dapat memprediksikan pengembangan Koperasi Syariah
kedepan dengan jangka panjang 5 tahun mendatang.
3) Analisa dan Potensi Pasar
Dalam mengembangkan Koperasi Syariah, Pengurus maupun pengelola
harus mengumpulkan data-data potensi usaha yang kemungkinan dapat
dikembangkan.
b) Rencana Strategis Tahunan
1) Segmen Pasar yang dibidik
Segmen pasar yang paling baik dibidik Koperasi Syariah adalah “Ceruk
Pasar” usaha-usaha individu maupun lembaga-lembaga masyarakat, dimana
segmen ini tidak menjadi daya tarik bagi industri perbankan. Kompetiter
23
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

yang ada terdiri dari para rentenir ataupun koperasi lainnya. Sementara bagi
Koperasi Karyawan Syariah yang memiliki segmen pasar yang jelas tinggal
memperhatikan jenis-jenis kebutuhan yang diperlukan karyawan.
2) Target Pasar yang diharapkan
Dari segmen pasar yang dibidik, di buat proyeksi dengan asumsi nominal
rupiah yang diinginkan setiap transaksi penghimpunan maupun penyaluran.
3) Nilai Jual Koperasi Syariah
Koperasi Syariah harus memiliki nilai jual seperti : Serba Mudah, Serba
Murah dan Serba Ada serta pelayanan prima kepada anggota dan
masyarakat. Koperasi Syariah juga harus memiliki penampilan kantor yang
layak dan suasana yang nyaman dengan nuansa Islami.
4) Formulasi Program
Formulasi program disesuaikan dengan segmen pasar dari Koperasi Syariah.
Dalam mengekspresikan programnya dibuat secara sederhana dan dapat
dimengerti dengan mudah oleh anggotanya.

c) Sasaran, Strategi, Kebijakan dan Program Kerja


1) Unit Jasa Keuangan Syariah
• Marketing
 Sasaran
Terhimpunnya dana pihak ke tiga dan menyalurkannya guna
mendapat keuntungan sesuai target
 Strategi
Membuat leaflet /brosur dan feature-feature produk simpanan dan
produk pembiayaan serta memberikan hadiah menarik bagi
penyimpan dana di Koperasi Syariah.
 Kebijakan
Menghimpun dana dari anggota maupun non anggota ataupun
lembaga lainnya dan mengelolanya dalam bentuk pembiayaan yang
menguntungkan.
24
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Program Kerja
Menawarkan produk dan jasa kepada anggota, non anggota maupun
lembaga lainnya.

• Operation
 Sasaran
Terciptanya kelancaran transaksi keuangan Koperasi Syariah dengan
tertib, rapih dan nyaman. Serta dapat menyajikan laporan keuanagan
yang real time.
 Strategi
Menggunakan teori antrian dan menambah petugas sesuai kebutuhan
dan melengkapi dengan software komputer.
 Kebijakan
Menciptakan kepuasan pelayanan terhadap anggota dan masyarakat
di Koperasi Syariah.
 Program Kerja
Melayani transaksi uang masuk dan uang keluar serta mebukukannya
setiap hari hingga menjadi laporan yang dapat disajikan setiap saat.

2) Unit Sektor Riel


• Bidang Perdagangan
 Sasaran
Tercapainya penjualan barang-barang dagangan serta mendapat
keuntungan sesuai target.
 Strategi
Membuat leaflet, brosur-brosur dagangan dan memberikan Feature-
feature hadiah menarik bagi mereka yang berbelanja di Koperasi
Syariah.
 Kebijakan

25
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Mengklasifikasikan barang-barang berdasarkan jenis dan ukurannya


serta menjaga kondisi barang agar tetap terjual.
 Program Kerja
Menawarkan barang-barang yang dijual kepada anggota, non anggota
maupun masyarakat lainnya.

• Bidang Jasa
 Sasaran
Terlaksananya usaha dibidang jasa sesuai dengan rencana pencapaian
target yang telah dirumuskan
 Strategi
Membuat leaflet /brosur dan feature-feature produk jasa yang
ditawarkan Koperasi Syariah.
 Kebijakan
Memilih potensi usaha unggulan dibidang jasa dengan melihat
peluang dan SDM yang ada.
 Program Kerja
Menawarkan produk jasa Koperasi Syariah kepada anggota, non
anggota maupun lembaga lainnya secara terus menerus.

• Bidang Industri/ Produksi


 Sasaran
Terlaksananya produksi suatu barang yang dihasilkan sesuai dengan
rencana pencapaian target yang telah dirumuskan
 Strategi
Membuat model dan feature-feature produk barang komoditi yang
dihasilkan Koperasi Syariah.

26
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Kebijakan
Memilih potensi produk dengan melihat peluang pasar, sumber bahan
baku, penyimpanan dan distribusi dan pengelolaan SDM trampil
dibidangnya.
 Program Kerja
Menghasilkan produk barang kebutuhan, penetrasi pasar,
memperbaiki kemasan sesuai tren, pemantauan pesaing melakukan
strategi marketing mix. secara terus menerus.

d) Menyusun Proyeksi Keuangan Tahunan


1) Proyeksi Neraca Konsolidasi dari UJKS dan Sektor Riil.
Menyusun proyeksi Aktiva dan Pasiva konsolidasi dari bulan Januari sampai
dengan bulan Desember tahun yang bersangkutan yakni dengan
menggabungkan proyeksi Aktiva dan Pasiva dari masing-masing unit.
2) Proyeksi Laba Rugi Konsolidasi
Menyusun proyeksi pendapatan dan biaya-biaya konsolidasi dari bulan
Januari sampai dengan Desember dari masing-masing unit
3) Proyeksi Arus Kas Konsolidasi
Menyusun Proyeksi Kenaikan dan Penururnan aktifitas Operasi dan Non
Operasi dari bulan Januari sampai dengan Bulan Desember dari masing-
masing unit.

2. Penerapan Sistem pada UJKS


a) Mekanisme Pemberian Pembiayaan
Mekanisme pemberian pembiayaan dengan memperhatikan Legal, Lending,
Limit serta menganut prinsip kehati-hatian dengan memperhatikan 6 C yaitu
Carakter (Karakter nasabah), Condition of economic (kondisi usaha), Capacity
(Kemampuan Manajerial), Capital (Modal), Collateral (Jaminan), Constrain
(Keadaan yang menghambat).

27
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b) Pencatatan transaksi-transaksi
Transaksi uang masuk dan keluar dicatat secara teratur dan sistematis dimulai
dari pencatatan bukti-bukti transaksi, buku besar, jurnal sampai menjadi laporan
keuangan
c) Pengamanan dokumen-dokumen penting.
Dokumen-dokumen dikelompokan berdasarkan jenisnya tersendiri dan disimpan
pada lemari arsip dengan menggunakan kode-kode tertentu yang dapat
memudahkan kita untuk mencarinya. Dokumen jaminan disimpan pada lemari
Besi tahan api guna melindungi dari kemungkinan kebakaran ataupun
pencurian.
d) Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Operasional
Kegiatan Operasional harus melibatkan Dewan Pengawas Syariah setiap kali
ada transaksi yang dilakukan pengelola guna menhindari adanya unsur Gharar
(ketidak pastian) ataupun tidak sesuai dengan akad syariah.

3. Penerapan Sistem pada Unit Sektor Riil


a) Mekanisme investasi pada Perdagangan, Jasa dan Produksi
Mekanisme investasi pada Perdagangan, Jasa dan Produksi, lebih ditekankan
pada aspek peluang yang ada di lingkungan terdekat kantor Koperasi Syariah.
Jangan melakukan investasi usaha sektor riil jika belum melihat potensi peluang
maupun kesiapan SDM pengelola.
b) Pencatatan transaksi-transaksi
Transaksi uang masuk dan keluar dicatat secara teratur dan sistematis dimulai
dari pencatatan bukti-bukti transaksi yang terdiri dari faktur, buku besar, jurnal
sampai menjadi laporan keuangan harian dan bulanan.
c) Pengamanan dokumen-dokumen penting.
Dokumen-dokumen dikelompokan berdasarkan jenisnya tersendiri dan disimpan
pada lemari arsip dengan menggunakan kode-kode tertentu yang dapat
memudahkan kita untuk mencarinya. Dokumen jaminan disimpan pada Brankas

28
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Besi tahan api guna melindungi dari kemungkinan kebakaran ataupun


pencurian.
d) Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Operasional
Kegiatan Operasional harus melibatkan Dewan Pengawas Syariah setiap kali
ada transaksi yang dilakukan pengelola guna menhindari adanya unsur Gharar
(ketidak pastian) ataupun tidak sesuai dengan akadsyariah.
4. Kepengurusan dan Pengelolaan Koperasi Syariah
a) Pengambilan-Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dibuat mekanisme dan aturan dengan pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab kepada Pengurus dan Pengelola Koperasi
Syariah.
b) Penanganan Permasalahan
Penanganan Permasalahan dapat dilakukan baik di tingkat pengelola maupun
ditingkat Pengurus, tergantung tingkat permasalahan yang ada
c) Tertib Dan Disiplin Kerja
Guna menciptakan ketertiban dan disiplin kerja karyawan perlu diciptakan
Reward and Punisment dalam bentuk penghargaan maupun teguran hingga
pemecatan.
B. Manajemen Resiko Koperasi Syariah
Resiko manajemen Koperasi Syariah pada Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) memiliki
5 macam tingkat resiko yang terdiri atas :
1. Resiko Likuiditas
a) Kelancaran Pengembalian Investasi harus tetap di jaga guna memperkecil resiko
likuiditas Koperasi Syariah.
b) Pemeliharaan Likuiditas dapat dilakukan dengan menghitung
1) Cash Rasio (CR) : Kas dan setara kas
Hutang Lancar

2) Financing Debt Ratio (FDR) : Total Pembiayaan


Penghimpunan dana

29
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2. Resiko Pembiayaan
a) Dalam memberikan Pembiayaan perlu ditekankan analisa pembiayaan yang
cermat dengan memperlakukan prinsip kehati-hatian
b) Pemantauan Kepatuhan anggota pembiayaan harus senantiasa dapat dikontrol
melalui Kartu Pembiayaan setiap bulannya oleh bagian pembiayaan maupun
manager Koperasi Syariah.
c) Pengikatan Agunan dilakukan secara nota riel setelah diadakan taksasi agunan
dengan melihat NJOP bagi anggota pembiayaan yang menyerahkan jaminan
dalam bentuk SHM (Sertifikat Hak Milik) atau harga pasaran bagi BPKB
kendaraan mobil maupun motor setelah dibuktikan kebenarannya nomor mesin
dengan BPKB nya.

3. Resiko Operasional
a) Pembentukan Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva (CPPA) harus
dibentuk oleh manajemen Koperasi Syariah yakni sebesar 0,5 % bagi setiap
pembiayaan lancar, 10 % bagi pembiayaan yang kurang lancar, 50 % bagi
pembiayaan yang diragukan tingkat pengembaliannya dan 100 % bagi
pembiayan dengan katagori macet.
b) Setiap kali dewan pengawas menemukan transaksi yang tidak sesuai dengan
Rencana Kerja yang dibuat pengurus Koperasi Syariah ataupun terjadi
penyimpangan dalam operasional oleh manajemen, maka harus segera
melaporkan pada Pengurus untuk segera mengadakan perbaikan maupun
pembenahan.

4. Resiko hukum
a) Setiap Akad-Akad Perjanjian sedapat mungkin dibuat berdasarkan nota riel, dan
menyebutkan dalam klausul akad tersebut “apabila terjadi permasalahan
dikemudian hari, maka kedua belah pihak sepakat akan diselesaikan oleh
BASYARNAS (Badansyariah Arbitrase Nasional)” atau Pengadilan Agama
setempat.

30
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b) Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Remedial)


Bagi koperasi yang melayani anggotanya dari berbagai lapisan masyarakat
sangat rentan terhadap pembiayaan-pembiayaan bermasalah. Untuk itu perlu
mengambil langkah-langkah tertentu dalam penyelesaian pembiayaan
bermasalah terebut dalam bentuk prefentif yaitu dengan melakukan perubahan
melalui Restructuring (Penataan Kembali), Rescheduling (penjadwalan
Kembali), dan Reconditioning (Persyaratan kembali). Secara detail penyelesaian
pembiayaan bermasalah akan dijelaskan pada bab V Sistem Operasi dan
Prosedur Koperasi Syariah.

5. Resiko Kepengurusan dan Pengelolaan


a) Pengurus dan Pengelola Koperasi Syariah Tidak boleh Mencampuri usaha-usaha
koperasi dengan kepentingan usaha pribadi, saudara dan keluarganya. Usaha-
usaha Koperasi Syariah harus dilakukan secara independent tanpa dicampuri
urusan pribadi pengurus maupun pengelola.
b) Pengurus dan Pengelola harus memiliki kemampuan peningkatan permodalan
Koperasi Syariah, jika tidak maka usahanya tidak akan berkembang
c) Dalam menjalankan Operasional Koperasi Syariah, penanggung jawab bidang
pembiayaan tidak boleh melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan
pribadinya seperti meminta atau menerima suatu pemberian sesuatu baik uang
tips maupun dalam bentuk barang dari anggota yang terlibat dalam pembiayaan.
d) Dewan pengawas harus benar-benar melakukan fungsi pengawasan secara
kontinyu ataupun berkala, guna menghindari resiko penyimpangan yang
kemungkinan terjadi.
Sementara itu, resiko terbesar yang mungkin terjadi pada unit sektor riil untuk jenis
perdagangan umum dan Industri adalah ;

a) Fluktuasi harga yang dapat berubah setiap saat


b) Masalah gudang dan Penyimpanan barang
c) Pengadaan bahan baku dan pasar

31
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

d) Aksesibilitas kendaraan
e) Kondisi makro ekonomi negara dan
f) Stabilitas politik yang tidak kondusip

Sedangkan bagi unit sektor riil untuk jenis jasa resiko tertinggi lebih banyak
bertumpu pada :
a) Reputasi lembaga dan pengeloala
b) Service Customer
c) Komunikasi

C. Manajemen Pemasaran

Pemasaran merupakan ujung tombak dari sebuah usaha, oleh karenanya komponen-
komponen pemasaran Koperasi Syariah harus memenuhi kriteria-kreteria berikut ini :
1. Analisa Pasar (Sasaran Pasar, Pesaing, harga dan kemasan produk )
2. Strategi Pemasaran
3. Periklanan yang berkaitan dengan produk Koperasi Syariah
4. Humas sebagai sarana sosialisasi produk
5. Anggota dan calon anggota atau masyarakat lain.
1) Difinisi
"Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha Koperasi Syariah yang
ditujukan untuk memperkenalkan produk yang ditawarkan, menentukan tingkat
margin, bagi hasil dan fee, mempromosikan, dan mendistribusikan aktiva secara
produktif yang dapat memberikan keuntungan maksimal baik kepada stake holder
maupun share holder potensial."
Dari difinisi tersebut dapat diketahui bahwasanya proses pemasaran
Koperasi Syariah harus dimulai sebelum terjadinya akad-akad pembiayaan.
Keputusan-keputusan pemasaran dibuat untuk :
 Memperkenalkan Produk dan jasa Koperasi Syariah yang ditawarkan
 Menentukan anggota, calon anggota dan masyarakat yang akan dibidik
 Menentukan tingkat margin, bagi hasil dan fee sebagai Agen
32
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Memberikan kepuasan pada anggota maupun masyarakat luas.

2) Konsep Pemasaran Koperasi Syariah


"Konsep Pemasaran dalam Koperasi Syariah merupakan falsafah usaha yang
menyatakan bahwa banyaknya transaksi yang terjadi adalah syarat utama bagi
kelangsungan sebuah Koperasi Syariah. Untuk itu pemasaran ini diarahkan untuk
mengetahui kebutuhan anggota, calon anggota dan masyarakat sebagai pengguna
Koperasi Syariah dan memenuhi kebutuhan tersebut sehingga akan menghasilkan
laba usaha.
Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain dengan cara :
a. Menciptakan Manfaat
Pengertian dasar dalam menciptakan nilai ekonomi adalah yang memilih Skim
yang tepat dalam mendanai usaha anggota maupun masyarakat dengan tingkat
margin, bagi hasil dan fee agen yang kompetitif dan Tren usaha, manfaat waktu,
manfaat tempat, manfaat kepemilikan (kejelasan status), manfaat informasi :
 Pemilihan skim pembiayaan usaha dalam hal ini adalah dengan melakukan
inovasi berbagai jenis produk dan transaksi keuangan yang sering terjadi di
masyarakat luas dengan kemudahan fasilitas dan margin, bagi hasil dan fee
agen yang kompetitip..
 Tren Usaha, yaitu kondisi dimana kecenderungan masyarakat dalam
melakukan usahanya berdasarkan permintaan pasar seperti terjadi pada
bulan Romadhon, Idul Adha, Tahun Baru dan sebagainya..
 Manfaat Waktu, adalah waktu transaksi yang dapat diciptakan secara
fleksibel dengan menyediakan pelayanan prima pada saat anggota, calon
anggota dan masyarakat membutuhkannya. Langkah ini harus didahului
melalui riset pemasaran dengan mencari tahu kebutuhan anggaran usaha
yang dibutuhkan.
 Manfaat Tempat dapat diciptakan dengan penyediaan counter-counter
bayangan seperti pelayanan keliling yang strategis, sedapat mungkin
memiliki lokasi yang dekat dengan simpul-simpul masyarakat ataupun

33
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

mudah dari sisi transportasi dengan penampilan dari karyawan yang baik,
ramah dan sopan.
 Manfaat kepemilikan
Manfaat bukti kepemilikan diciptakan dengan mempersiapkan pemindahan
hak kepemilikan dari Koperasi Syariah kepada anggota, calon anggota dan
masyarakat atau dengan stake holder lainnya berdasarkan prinsip jual beli,
bagi hasil dan jasa yang dilengkapi surat-surat transaksi. (Surat Jalan,
Faktur, Delivery Order dll).
 Manfaat Informasi
Manfaat Informasi dapat diciptakan dengan cara memberikan informasi
mengenai penawaran produk-produk yang dihasilkan Koperasi Syariah
kepada anggota, calon anggota dan masyarakat, sehingga konsumen akan
lebih memahami tentang produk yang ditawarkannya. Sarana-sarana
informasi ini dapat menggunakan :
 Brosur, Leaflet, Surat Penawaran
 Media-media On Line di Internet
 Sumber-sumber informasi pemerintahan dan swasta.

b. Pendekatan Komplementer
Pendekatan Komplementer adalah pendekatan serba sistem yang
mencakup kumpulan simpul-simpul masyarakat yang melakukan tugas
pemasaran, barang, jasa, ide dan faktor-faktor lingkungan yang saling
memberikan pengaruh, dan membentuk serta mempengaruhi hubungan
Koperasi Syariah dengan anggota, calon anggota ataupun masyarakatnya.

34
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Sistem Kop.syariah

Produk Lembaga
Kopsyah
Manajemen
Fungsi

Fungsi Manajemen

 Pendekatan Produk Koperasi Syariah


Merupakan suatu pendekatan pada pemasaran yang melibatkan
bagaimana sebuah produk Koperasi Syariah yang dihasilkan dapat
diterima dan dibutuhkan anggota, calon anggota dan masyarakat
pengguna. Proses dan organisasi yang digunakan disini dibuat untuk
masing-masing produk yang ditawarkan dan dihasilkan baik produk
Unit sektor Riil maupun Unit Jasa Keuangan Syariah. Mengingat
pemasaran membutuhkan desain produksi, maka Produk Koperasi
Syariah yang dihasilkan sebaiknya didesain sedemikian rupa agar
menarik peminat contohnya pada UJKS seperti produk tabungan
berjangka dinamakan : TASAKA (Tabungan Saleh Artha Berjangka)
persis seperti nama Kereta Eksekutif “Yogyakarta” atau untuk tabungan
wadi’ah dinamakan TAWADHU (Tabungan Wadhi’ah Umat) persis
seperti sifat orang mu’min yang rendah hati. Kata-kata yang dikenal
masyarakat merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk lebih
mengetahuinya jasa Koperasi Syariah yang ditawarkan.

35
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Pendekatan Lembaga
Pendekatan melalui lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan
pemasaran akan menciptakan mekanisme pasar yang sehat dan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing lembaga. Lembaga-lembaga yang
terlibat antara lain :
1. Penyedia kebutuhan anggota, calon anggota dan masyarakat, dalam
hal ini seperti Dealer mobil/motor/ toko-toko elektronik
2. Suplier terhadap produk yang ditawarkan. Pengurus Koperasi Syariah
hendaknya melihat tren yang ada pada masyarakat maupun kebijakan
moneter pemerintah serta situasi politik yang ada. Pada tingkat ini
produk-produk Koperasi Syariah dipesan dan harus didesain menurut
kebutuhan dan permintaan masyarakat luas.
3. Perantara dagang, dalam hal ini Koperasi Syariah memberikan
reverensi produk-produk unggulan yang dihasilkan baik jenis home
industri, jasa-jasa, kerjasama atau sebagai agen. Untuk selanjutnya
dapat langsung menjualnya kepada anggota maupun masyarakat. Bila
Koperasi Syariah sebagai perantara Agen, dapat bertindak selaku
perantara kepada konsumen akhir. Ataupun sebagai pusat informasi
pasar.
o Pendekatan Serba Fungsi
Pendekatan ini tergantung pada produk yang ada dan kebiasaan dalam
Jual Beli (Al Bai), Jasa (Ijaroh) dan kerjasama usaha (Mudharabah atau
Musyarakah). Dengan memperhatikan fungsi pokok pemasaran antara
lain :

1. Kemampuan menjual
Penjualan merupakan fungsi terpenting dalam pemasaran, karena
menjadi tulang punggung sebuah Koperasi Syariah. Untuk itu perlu
berbagai macam cara untuk memajukan penjualan produk dan jasa
Koperasi Syariah. Akan tetapi perlu juga memperhatikan rambu-

36
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

rambu syariah sebagaimana hadits yang diiriwayatkan dari Hakim


bin Hizam bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Dua orang yang
melakukan transaksi jual beli berdasarkan pilihan selama keduanya
belum berpisah. Bila keduanya benar melakukan transaksi dan
membuat jelas segala sesuatu, maka keduanya mendapat berkah dari
transaksi keduanya. Bila keduanya bohong dan menyembunyikan
sesuatu, maka keberkatan keduanya dihapuskan ”

2. Desain Produk dengan berbagai featur seperti hadiah payung, pulpen,


bola dan sebagainya.
Produk harus didesain menarik dengan memberikan prototipe-
prototipe yang dapat diperlihatkan kepada anggota, calon anggota
dan masyarakat pengguna jasa Koperasi Syariah, sehingga dapat
menarik perhatian.

3. Penentuan Harga Jual


Strategi harga sangat dibutuhkan sesuai dengan lingkungan
persaingan dan segmen pasar. Strategi yang paling umum adalah
menggunakan "Cost-Plus Pricing Method" yaitu penentuan harga
jual dihitung berdasarkan total biaya dengan rumus : Total Harga
Pokok + Marjin = Harga Jual. Sementara untuk menentukan Total
Biaya adalah : Biaya Tetap + Biaya Variabel = Total Biaya. Namum
demikian manajemen dapat melakukan langkah dengan melihat
kompetiter yang ada mengingat pasar Koperasi Syariah termasuk
golongan ceruk pasar.

4. Promosi
Promosi dibutuhkan untuk memperluas jaringan keanggotaan yang
berasal dari masyarakat luas, disertai dengan informasi produk dan
jasa Koperasi Syariah meliputi jenis produk pembiayaan ataupun

37
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

sektor riil dan sebagainya. Sebelum memutuskan promosi harus


diputuskan segmen pasar dan calon anggota pengguna jasa Koperasi
Syariah.
Kelangkaan Suplai atas Dimand menyebabkan harga barang tidak
stabil dan cenderung naik, untuk menstabilkan harga dilakukan
dengan mencari sumber dan informasi pasar sebanyak-banyaknya.

Diriwayatkan dari Anas bahwa ia mengatakan : Harga pernah


mendadak naik pada masa Rasulullah SAW. Para sahabat
mengatakan : “ Wahai Rasulullah ! tentukanlah harga untuk kita !
Beliau menjawab : “ Allah itu sesungguhnya penentu harga,
penahan dan pencurah serta pemberi rizki. Aku mengharapkan
dapat menemui tuhanku dimana salah seorang dari kalian tidak
menuntutku karena kezholiman dalam hal darah dan harta.”

5. Pembelian
Pembelian barang yang menjadi obyek pembiayaan Koperasi Syariah
harus dipisahkan berdasarkan jenis, kualitas, harga jual, merk
maupun mekanisme pengirimannya.
Pengelola Koperasi Syariah harus aktif sehingga konsumen tidak lagi
menunggu sampai barang itu ditawarkan kepadanya. Ia akan melihat
sumbernya dari siapa ia akan membeli.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :


“Barang siapa yang membeli makanan, maka ia tidak menjualnya
sampai ia menimbangnya.”.

38
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

6. Penyimpanan
Barang-barang yang dimiliki Koperasi Syariah setelah dipilah
berdasarkan jenis dan kualitasnya disimpan dalam penyimpanan
yang aman. Penyimpanan ini juga memiliki alasan antara lain :
 Menstabilkan harga, yaitu dengan jalan menimbun hasil komoditi
pada saat hasil produk berlimpah ruah, sehingga harganya
rendah. Kemudian menjualnya pada waktu komoditi dibutuhkan.
 Spekulasi, yaitu dengan menampung hasil produksi untuk dijual
pada saat harga naik.
 Menjaga kemungkinan terjadi pembelian dalam jumlah besar.
Perlunya penyimpanan barang dan jasa selama waktu antara
dihasilkan dan dijual, kadang dalam fase penyimpanan perlu
diadakan pengolahan lebih lanjut contohnya pengadaan barang-
barang produk retail atau eceran.

Diriwayatkan dari Yahya putera Sa’id yang mengatakan : Sa’id bin


Al Musayap menceritakan bahwa Mu’amar mengatakan : Rasulullah
SAW bersabda : “Orang yang mnimbun barang adalah orang yang
bersalah. “ Kepada Sa’id ditanyakan : Kamu sesungguhnya
melakukan penimbunan barang. Said menjawab : “Mu’ammar yang
meriwayatkan hadits ini juga pernah melakukan penimbunan
barang”.
Menurut Muhammad Akram Khan : Tidak semua penimbun
berbuat salah, yaitu orang yang menyimpan barang dalam waktu
tertentu dan menjualnya secara komparatif ada permintaan yang
lebih terhadap barang tersebut, maka orang semacam ini berhak
mendapatkan satu bagian dari produksi karena ia menyimpan barang
untuk satu periode tertentu dan membantu dalam mempertahankan
perputaran barang secara tetap dipasar. Sementara penimbun yang
disalahkan dan berdosa adalah orang yang menahan barang dipasar

39
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

dari konsumer sesungguhnya untuk tujuan menciptakan kelangkaan


artifisial dan dengan demikian ia mengambil keuntungan yang tidak
patut dari masyarakat yang tidak berdaya.

7. Perkuatan Pendanaan
Perkuatan Pendanaan ini merupakan sebuah fungsi untuk
mendapatkan modal dari sumber ekstern. Sumber-sumber tersebut
antara lain : Lingkage dengan Bank Umum Syariah (BUS), Laba
BUMN, Proyek-proyek Pemerintah, dll.
Yakni dengan market financing yang dimaksudkan fungsi mencari,
mengurus modal uang secara profit sharring ataupun revenue
sharring dengan pihak-pihak tertentu guna melancarkan transaksi-
transaksi pengalihan barang dari sumber tertentu kepada Koperasi
Syariah dilanjutkan ke anggotanya. Konsep Islam membenarkan
pemberian imbalan atas modal dengan tanggung jawab untuk
memikul resiko kerugian. Seseorang dapat menginvestasikan modal
kedalam sebuah syirkah (perkongsian, kemitraan) berdasarkan modal
kerja, atau keahliannya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam bentuk hadits marfu, yang


mengatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman : “ Aku adalah orang ke
tiga dari dua orang yang bermitra, selama salah satu dari kedua
orang itu tidak menghianati yang lainnya. Bila salah satu
berkhianat, Aku keluar dari orang itu.”.

8. Penanggungan Resiko
Penanggungan resiko adalah fungsi untuk menghindari dan
mengurangi kemungkinan timbulnya resiko dalam pemasaran seperti:

40
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Resiko yang ditimbulkan oleh alam : banjir, penyakit, ombak.


 Resiko yang ditimbulkan oleh manusia : Pencurian, perampokan
dan Kebakaran.
 Resiko yang ditimbulkan oleh pasar : Merosotnya harga. Dan
kelangkaan barang
Resiko tersebut dapat dihindari dengan cara-cara seperti memperkecil
persediaan barang dengan memperbanyak order. (Just in Time) atau
melakukan stok barang dengan menggunakan tempat penyimpanan
yang baik dan kuat.
Risiko Management adalah suatu cara bagaimana mengurangi
atau menghindari kerugian yang timbul karena rusaknya barang,
penyusutan,hilangnya barang, atau turunnya harga sehingga tidak
mempengaruhi aktifitas usaha Koperasi Syariah.

Diriwayatkan dari ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya,


bahwa Rasulullah bersabda : “ Tidak dihalalkan penjualan yang
bukan milik kalian dan tidak pula dihalalkan keuntungan yang tidak
terjamin.”.

9. Pengumpulan Informasi Pasar.


Keberadaan Koperasi Syariah diharapkan dapat terciptanya Business
Centre dengan dilengkapi Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS).
Sehingga dapat diketahui Produk yang dihasilkan dan keberadaannya
dipasar. Kebutuhan Anggota, calon anggota dan masyarakat terhadap
produk tersebut, dengan indikasi serba mudah, serba murah, serba ada
(One Stop Shopping shariah) sehingga tercipta segmentasi pasar yang
jelas.
Kelangkaan Suplai atas Dimand akan menyebabkan harga barang
tidak stabil dan cenderung naik, untuk menstabilkan harga dilakukan
dengan mencari sumber dan informasi pasar sebanyak-banyaknya.

41
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Diriwayatkan dari Anas bahwa ia mengatakan : Harga pernah


mendadak naik pada masa Rasulullah SAW. Para sahabat
mengatakan : “ Wahai Rasulullah ! tentukanlah harga untuk kita !
Beliau menjawab : “ Allah itu sesungguhnya penentu harga, penahan
dan pencurah serta pemberi rizki. Aku mengharapkan dapat menemui
tuhanku dimana salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena
kezholiman dalam hal darah dan harta.”

o Pendekatan Manajemen
Pendekatan ini menitik beratkan pada sisi manajerial yang mengambil
keputusan-keputusan dalam menentukan kebijakan pemasaran produk Koperasi
Syariah sebagai suatu kerangka yang terdiri atas variabel-variabel yang dapat
dikontrol seperti : pemahaman produk yang dihasilkan, pengaturan likuiditas,
penentuan margin dan promosi, ditambah dengan variabel-variabel yang tidak
dapat dikontrol seperti : kompetiter yang ada, permintaan anggota, calon anggota
dan masyarakat.

D. Laporan Keuangan
1. Fungsi Koperasi Syariah :
a) Manajer Investasi
• Agen Mudharabah
• Agen Investasi
b) Penyedia Jasa Keuangan (Investor)
c) Pengemban fungsi sosial

2. Tujuan :
a) Pedoman penyusunan laporan keuangan Koperasi Syariah agar sesuai tujuan :
• Pengambilan putusan investasi dan pembiayaan
• Menilai prospek arus kas

42
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Memberikan informasi atas sumber daya ekonomi


b) Memberikan informasi kepatuhan Koperasi Syariah terhadap prinsip-prinsip
syariah..
• Memberikan informasi mengenai akad-akad yang harus digunakannya
• Memberikan informasi pemenuhan fungsi sosial Koperasi Syariah terhadap
anggota
c) Agar laporan keuangan dapat menjadi daya banding
d) Sebagai acuan minimum penyusunan laporan keuangan

3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi Syariah


a) Standar Akutansi PSAK 27
b) Standar Akutansi PSAK 59
c) PAPSI 2003
d) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.
91/KEP/M.KUKM/IX/2004

4. Ketentuan Umum
a) Tujuan Laporan Keuangan
b) Tanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan Koperasi Syariah
c) Komponen laporan keuangan Koperasi Syariah
d) Bahasa laporan keuangan Koperasi Syariah menggunakan Bahasa Indonesia
e) Mata uang Rupiah jika ada penggunaan mata uang asing maka di kurskan ke
rupiah dengan standar Bank Indonesia. Keuntungan dan kerugian mata uang asing
dikurskan kerupiah dengan kurs standar BI.
f) Kebijakan Akutansi mencerminkan kehati-hatian, Informasi yang material, sesuai
PSAK 27 dan PSAK 59, jika tidak ada dalam PSAK kebijakan harus relevan dan
andal bagi seluruh pengguna
g) Penyajian wajar seluruh komponen laporan Keuangan
h) Penyajian unsur Neraca :
• Aktiva disajikan berdasarkan likuiditasnya
43
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Kewajiban disajikan berdasarkan urutan jatuh tempo


• Investasi tidak terikat disajikan sebagai unsur tersendiri
i) Pemisahan antara transaksi normal dan transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa.
j) Laporan Laba Rugi berjenjang (multiple step)
k) Catatan Atas Laporan Keuangan terdiri atas :
• Gambaran umum Koperasi Syariah
• Ikhtisar kebjakan akutansi
• Penjelasan pos-pos dalam komponen laporan keuangan
• Pengungkapan hal-hal penting
• Pernyataan bahwa “ Catatan Atas Laporan Keuangan tidak terpisahkan dari
laporan keuangan
l) Konsistensi Penyajian
• Penyajian dan klasifikasi pos-pos laporan keuangan harus konsisten kecuali :
o Terjadi perubahan signifikan terhadap sifat operasi Koperasi Syariah.
o Perubahan tersebut diperkenankan PSAK
• Perubahan penyajian dan klasifikasi pos-pos diberlakukan secara
retrospektif dan diungkapkan.
• Materialitas dan agregasi
• Saling Hapus (offsetting)
o Tidak diperkenankan kecuali :
 Secara hukum dibenarkan
 Mencerminkan penyelesaian aktiva dan kewajibannya
o Pos-pos pendapatan dan beban tak boleh disaling hapus kecuali
 Pendapatan dan beban yang berhubungan dengan pos aktiva
dan kewajiban yang disaling hapus
m) Periode pelaporan :
• Tahun takwim
• Koperasi konvensional saat konversi ke Koperasi Syariah boleh
menggunakan periode yang lebih pendek
44
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

n) Informasi komparatif
• Laporan Keuangan Tahunan dan interim, atau
• Informasi naratif dan deskriptif (diungkapkan kembali untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan).
o) Laporan Keuangan Interim
• Bagian integral dari laporan keuangan tahunan
• Komponen laporan keuangan sama dengan laporan keuangan tahunan
p) Laporan Keuangan Konsolidasi
• Menggabungkan pos-pos sejenis yang dimiliki Koperasi Syariah dan
cabang-cabangnya..
• Langkah konsolidasi :
o Transaksi dan saldo resiprokal dieliminasi
o Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi dieliminasi
o Tanggal dan periode laporan keuangan pada dasarnya harus sama,
jika berbeda maka konsolidasi masih dapat dilakukan sepanjang :
 Tidak lebih dari 3 bulan
 Peristiwa/transaksi material di antara tanggal pelaporan
diungkapkan.
 Jika kedua syarat tidak terpenuhi harus dilakukan
penyesuaian
• Kebijakan akutansi sama
• Hak minoritas dan hak laba minoritas disajikan tersendiri dalam neraca dan
laporan laba rugi.

5. Keterbatasan Laporan Keuangan


a) Pengambilan keputusan ekonomi tidak semata-mata didasarkan atas informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan.
b) Laporan keuangan memiliki keterbatasan :
• Bersifat histories (transaksi dan peristiwa lampau).
• Informasi dan manfaat bagi pengguna, bersifat umum
45
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Informasi khusus pihak tertentu (dipenuhi laporan lain


• Menggunakan berbagai taksiran dan pertimbangan tertentu
• Hanya melaporkan informasi yang material
• Bersifat konservatif
o Dipilih alternatif perlakuan yang menghasilkan laba bersih atau nilai
aktiva yang paling kecil.
• Penyajian transaksi dan peristiwa sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi dan bukan bentuk hukumnya.
• Adanya berbagai alternatif metode akutansi
o Menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan
tingkat kesuksesan Koperasi Syariah
• Disusun dengan menggunakan istilah teknis informasi kualitatif

6. Pencerminan Laporan Keuangan Terhadap Fungsi Koperasi Syariah

•Neraca Koperasi Syariah:


•Laporan Laba Rugi Investor,
•Laporan Perubahan Equitas Manajer Investasi
•Laporan Arus Kas

Laporan Perubahan Koperasi Syariah:


Investasi Terikat Agen Investasi

• Laporan Sumber dan


Penggunaan Dana ZIS Koperasi Syariah:
• Laporan Sumber dan Pengemban
Penggunaan Dana Qardhul Fungsi Sosial
Hasan

46
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

7. Laporan Keuangan Koperasi Syariah


a) Laporan Keuangan Kop. Jasa Keuangan Syariah
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
No : 91/KEP/M.KUKM/IX/2004
Tanggal : 10 September 2004
Tentang : Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
Keuangan Syariah

ILUSTRASI NERACA
KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH
NERACA 31 DESEMBER 200X DAN 31 DESEMBER 200X

NO NAMA 200X 200X NO NAMA 200X 200X


URUT PERKIRAAN URUT PERKIRAAN

1 AKTIVA 2 KEWAJIBAN
1.1 Kas/ Bank 2.1. Kewajiban segera
1.2 Tabungan dan Simpanan 2.2 Tabungan Wadiah
Pada Bank 2.3 Hutang Salam
1.3 Surat Berharga 2.4 Hutang Istishna
1.4 Piutang : 2.5 Kewajiban Lain-Lain
a. Murabahah 2.6 Pembiayaan Yang Diterima
b. Salam
c. Istishna INVESTASI TIDAK TERIKAT
1.5 Pembiayaan Mudharabah 2.7 Tabungan Mudharabah
1.6 Pembiayaan Musyarakah 2.8 Simpanan Berjangka
1.7 Pinjaman Qardh Mudharabah
1.8 (Peny. Penghapusan
Pembiayaan)
1.9 Piutang Anggota dan 3 EKUITAS
Pihak Lain 3.1 Modal Anggota :
1.10 Penyertaan pada Koperasi- a. Simpanan Pokok
Anggota dan Pihak Lain b. Simpanan Wajib
1.11 Persediaan (untuk dijual)
1.12 Ijarah 3.2 Modal Penyetaraan
1.13 Aktiva Istishna Dalam 3.3 Modal Penyertaan
Penyelesaian 3.4 cadangan Umum
1.14 Aktiva tetap 3.5 cadangan Tujuan Resiko
1.15 (Akumulasi Penysusutan- 3.6 Modal Sumbangan
Aktiva tetap) 3.7 SHU Belum Dibagi
1.16 Piutang Pendapatan Jumlah Ekuitas
Bagi Hasil
1.17 Piutang Pendapatan Ijarah
1.18 Aktiva Lain-Lain

Jumlah Aktiva Jumlah Kewajiban & Modal

47
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

PERHITUNGAN HASIL USAHA


KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH
PERIODE TANGGAL 1 JANUARI 200X S/D 31 DESEMBER 200X
DENGAN PERBANDINGAN PERIODE TANGGAL 1 JANUARI 200X S/D 31 DESEMBER 200X

A PENDAPATAN & BEBAN OPERASI UTAMA Tahun 200X Tahun 200X


1 Pendapatan Jual-Beli :
1.1. Pendapatan Marjin Murabahah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
1.2 Pendapatan Bersih Salam Paralel Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
1.3 Pendapatan Bersih Istishna Paralel Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
1.4 Pendapatan Ijarah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

2 Pendapatan dari Bagi Hasil :


2.1 Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
2.2 Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

3 Pendapatan Operasi Utama Lainnya


Pendapatan Bagi Hasil Simpanan pada Bank Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

Jumlah Pendapatan Operasi Utama Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

4 Beban Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat :


4.1 Bagi Hasil Tabungan Mudharabah (Rp. XXXXXX) (Rp. XXXXXX)
4.2 Bagi Hasil Simpanan Berjangka Mudharabah (Rp. XXXXXX) (Rp. XXXXXX)

5 Beban Bagi Hasil Pembiayan Yang Diterima : (Rp. XXXXXX) (Rp. XXXXXX)

Pendapatan Koperasi Sebagai Mudharib Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

6 Pendapatan Operasi Lainnya :


6.1 Pendapatan Fee Qardh Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
6.2 Pendapatan jasa administrasi Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
6.3 Beban Administrasi Pembiayaan Yang Diterima Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
Jumlah Pendapatan Operasi lainnya Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

7 Beban Operasional Lainnya


7.1 Beban Bonus Wadiah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
7.2 Beban Umum & Administrasi Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
7.3 Beban Kantor/ Organisasi Pusat (Untuk UKMS) Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
7.4 Beban Operasional Lainnya Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
Jumlah Beban Operasional Lainnya Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

Pendapatan Operasional Kotor Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

Hasil Usaha/ Rugi Usaha Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

48
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

LAPORAN ARUS KAS


KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH
Untuk Periode yang Berakhir Tanggal…..

KETERANGAN JUMLAH ( Rp )

Arus Kas Masuk


Saldo Awal xxxxxxxx
1. Penerimaan Pendapatan :
a. Marjin Murabahah xxxxxxxx
b. Salam Paralel xxxxxxxx
c. Istishna Paralel xxxxxxxx
d. Ijarah xxxxxxxx

2. Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil : xxxxxxxx


a. Tabungan Mudharabah xxxxxxxx
b. Simpanan Berjangka Mudharabah xxxxxxxx
c. Musyarakah xxxxxxxx
d. Simpanan pada Bank xxxxxxxx

3. Penerimaan Pendapatan Lainnya : xxxxxxxx


a. Fee Qardh xxxxxxxx
b. Jasa Administrasi xxxxxxxx
xxxxxxxx
4. Penerimaan Piutang : xxxxxxxx
a. Anggota xxxxxxxx
b. Pihak Lain xxxxxxxx

5. Penerimaan Setoran :
a. Tabungan Mudharabah
b. Simpanan Berjangka Mudharabah
c. Simpanan Pokok
d. Simpanan Wajib

Jumlah Penerimaan Kas Bulan…… xxxxxxxx


Total Arus Kas Masuk xxxxxxxx

KETERANGAN JUMLAH ( Rp )
49
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Arus Kas Keluar


1. Penyaluran Pinjaman Qardh xxxxxxxx
2. Penyaluran Pembiayaan : xxxxxxxx
a. Mudharabah xxxxxxxx
b. Musyarakah xxxxxxxx

3. Pembayaran Bagi Hasil : xxxxxxxx


a. Tabungan Mudharabah xxxxxxxx
b. Simpanan Berjangka Mudharabah xxxxxxxx

4. Pembayaran Beban : xxxxxxxx


a. Administrasi Pembiayaan yg Diterima xxxxxxxx
b. Bonus Wadiah xxxxxxxx
c. Umum & Administrasi xxxxxxxx
d. Operasional lainnya xxxxxxxx

5. Penyerahan : xxxxxxxx
a. Tabungan Mudharabah xxxxxxxx
b. Simpanan Berjangka Mudharabah xxxxxxxx
c. Simpanan Pokok xxxxxxxx
d. Simpanan Wajib xxxxxxxx

6. Pembayaran hutang xxxxxxxx


7. Pembelian Perlengkapan xxxxxxxx
8. Pembelian Aktiva Tetap xxxxxxxx

Jumlah Pengeluaran Kas Bulan….. xxxxxxxx


Saldo Akhir xxxxxxxx

50
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b) Laporan Keuangan Unit Jasa Keuangan Syariah

ILUSTRASI NERACA
UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH
NERACA 31 DESEMBER 200X DAN 31 DESEMBER 200X

NO NAMA 200X 200X NO NAMA 200X 200X


URUT PERKIRAAN URUT PERKIRAAN

1 AKTIVA 2 KEWAJIBAN
1.1. Kas / Bank 2.1 Kewajiban segera
1.2 Tabungan dan Simpanan 2.2 Tabungan Wadiah
Pada Bank 2.3 Hutang Salam
1.3 Surat Berharga 2.4 Hutang Istishna
1.4 Piutang : 2.5 Modal Tidak Tetap
a. Murabahah 2.6 Kewajiban Lain-Lain
b. Salam Jumlah Kewajiban
c. Istishna
1.5 Pembiayaan Mudharabah
1.6 Pembiayaan Musyarakah
1.7 Pinjaman Qardh INVESTASI TIDAK TERIKAT
1.8 (Penyisihan Penghapusan 2.7 Tabungan Mudharabah
Pembiayaan) 2.8 Simpanan Berjangka
Mudharabah
1.9 Piutang Anggota dan Jumlah Investasi
Pihak Lain Tidak Terikat
1.10 Persediaan (untuk dijual)
1.11 Ijarah
1.12 Aktiva Istishna Dalam 3 EKUITAS
Penyelesaian 3.1 Modal Disetor
1.13 Aktiva tetap 3.2 Modal Tetap Tambahan
1.14 (Akumulasi Penysusutan 3.3 Cadangan Umum
Aktiva tetap) 3.4 Cadangan Tujuan Resiko
1.15 Piutang Pendapatan 3.5 SHU Belum Dibagi
Bagi Hasil Jumlah Ekuitas
1.16 Piutang Pendapatan Ijarah
1.17 Aktiva Lain-Lain

Jumlah Aktiva Jumlah Kewajiban & Modal

51
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

PERHITUNGAN HASIL USAHA


UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH
PERIODE TANGGAL 1 JANUARI 200X S/D 31 DESEMBER 200X
DENGAN PERBANDINGAN PERIODE TANGGAL 1 JANUARI 200X S/D 31 DESEMBER 200X

A PENDAPATAN & BEBAN OPERASI UTAMA Tahun 200X Tahun 200X


1 Pendapatan Jual-Beli :
1.1. Pendapatan Marjin Murabahah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
1.2 Pendapatan Bersih Salam Paralel Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
1.3 Pendapatan Bersih Istishna Paralel Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
1.4 Pendapatan Ijarah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

2 Pendapatan dari Bagi Hasil :


2.1 Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
2.2 Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

3 Pendapatan Operasi Utama Lainnya


Pendapatan Bagi Hasil Simpanan pada Bank Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

Jumlah Pendapatan Operasi Utama Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

4 Beban Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat :


4.1 Bagi Hasil Tabungan Mudharabah (Rp. XXXXXX) (Rp. XXXXXX)
4.2 Bagi Hasil Simpanan Berjangka Mudharabah (Rp. XXXXXX) (Rp. XXXXXX)

5 Beban Bagi Hasil Pembiayan Yang Diterima : (Rp. XXXXXX) (Rp. XXXXXX)

Pendapatan Koperasi Sebagai Mudharib Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

6 Pendapatan Operasi Lainnya :


6.1 Pendapatan Fee Qardh Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
6.2 Pendapatan jasa administrasi Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
6.3 Beban Administrasi Pembiayaan Yang Diterima Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
Jumlah Pendapatan Operasi lainnya Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

7 Beban Operasional Lainnya


7.1 Beban Bonus Wadiah Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
7.2 Beban Umum & Administrasi Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
7.3 Beban Kantor/ Organisasi Pusat (Untuk UKMS) Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
7.4 Beban Operasional Lainnya Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX
Jumlah Beban Operasional Lainnya Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

Pendapatan Operasional Kotor Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

Hasil Usaha/ Rugi Usaha Rp. XXXXXX Rp. XXXXXX

52
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

LAPORAN ARUS KAS


UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH
Untuk Periode yang Berakhir Tanggal…..

KETERANGAN JUMLAH ( Rp )

Arus Kas Masuk


Saldo Awal xxxxxxxx
1. Penerimaan Pendapatan :
a. Marjin Murabahah
b. Salam Paralel
c. Istishna Paralel
d. Ijarah

2. Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil : xxxxxxxx


a. Tabungan Mudharabah
b. Simpanan Berjangka Mudharabah
c. Musyarakah
d. Simpanan pada Bank

3. Penerimaan Pendapatan Lainnya : xxxxxxxx


a. Fee Qardh
b. Jasa Administrasi
xxxxxxxx
4. Penerimaan Piutang : xxxxxxxx
a. Anggota
b. Pihak Lain

5. Penerimaan Setoran :
a. Tabungan Mudharabah
b. Simpanan Berjangka Mudharabah

Jumlah Penerimaan Kas Bulan…… xxxxxxxx


Total Arus Kas Masuk xxxxxxxx

53
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

KETERANGAN JUMLAH (Rp)

Arus Kas Keluar


1. Penyaluran Pinjaman Qardh xxxxxxxx
2. Penyaluran Pembiayaan : xxxxxxxx
a. Mudharabah xxxxxxxx
b. Musyarakah xxxxxxxx

3. Pembayaran Bagi Hasil : xxxxxxxx


a. Tabungan Mudharabah xxxxxxxx
b. Simpanan Berjangka Mudharabah xxxxxxxx

4. Pembayaran Beban : xxxxxxxx


a. Administrasi Pembiayaan yg Diterima xxxxxxxx
b. Bonus Wadiah xxxxxxxx
c. Umum & Administrasi xxxxxxxx
d. Operasional lainnya xxxxxxxx

5. Penyerahan : xxxxxxxx
a. Tabungan Mudharabah xxxxxxxx
b. Simpanan Berjangka Mudharabah xxxxxxxx

6. Pembayaran hutang xxxxxxxx


7. Pembelian Perlengkapan xxxxxxxx
8. Pembelian Aktiva Tetap xxxxxxxx

Jumlah Pengeluaran Kas Bulan….. xxxxxxxx


Saldo Akhir xxxxxxxx

c) Laporan Koperasi Syariah


Bagi Koperasi Syariah pada prinsipnya sama dengan Laporan Keuangan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah hanya ditambah investasi sektor Riil pada neraca konsolidasi. Hal ini
dimaklumi dan dapat dilihat dari segi fiqih muamalahnya. Sektor Riil seperti kantin,
toko khususnya transaksi jual beli secara tunai (Bai al Musawwamah) yang merupakan
ciri khas koperasi serba usaha dapat dimasukan pada investasi mudharabah yang sumber
permodalannya di dapat dari modal koperasi itu sendiri atau dari pihak lain sebagai
investasi terikat ataupun investasi tidak terikat. Maka sewajarnya jika Menteri Negara
Koperasi segera mengeluarkan Surat keputusannya mengenai Koperasi Syariah yang
serba usaha sebagaimana keputusan menteri yang dikeluarkan bagi Koperasi Jasa
Keuangan Syariah. Sehingga semua jenis koperasi dapat beoperasional secara syariah.

54
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB V
SISTEM OPERASI DAN PROSEDUR

A. Struktur Organisasi Koperasi Syariah


Struktur Organisasi Koperasi Syariah terdiri dari :
1. Rapat anggota;
Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dimana dalam rapat
anggota ini menetapkan :
 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
 Kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi;
 Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas.
 Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan, dan belanja koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan.
 Pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
 Pembagian sisa hasil usaha;
 Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi
Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat
dimana tiap-tiap anggota mempunyai hak suara yang sama. Disamping rapat
anggota tahunan, Koperasi Syariah juga dapat melakukan rapat anggota luar biasa
atas permintaan sejumlah anggota akibat adanya suatu permasalahan yang
mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada rapat
anggota.

2. Kepengurusan Koperasi Syariah;


Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi Syariah dalam rapat Anggota
dimana untuk pertama kalinya susunan dan nama-nama pengurus dicatat dalam akta
pendirian. Dan masa jabatannya paling lama 5 (lima) tahun. Pengurus minimal
terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris, dan 1 (satu) orang
bendahara. Tugas-tugas pengurus antara lain :

55
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Mengelola Koperasi Syariah dan usahanya;


 Mengajukan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan
belanja Koperasi Syariah;
 Menyelenggarakan rapat anggota;
 Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas;
 Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
 Memelihara daftar buku anggaran dan pengurus.
Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan usaha Koperasi
Syariah kepada rapat anggota tahunan atau rapat anggota luar biasa. Oleh karenanya
pengurus memiliki wewenang seperti :
 Mewakili Koperasi Syariah didalam dan diluar pengadilan;
 Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;
 Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi
Syariah sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.
Guna meringankan tugasnya pengurus dapat mengangkat pengelola yang diberi
wewenang untuk mengelola usaha Koperasi Syariah. Pengelola minimal terdiri dari
1 (satu) orang manajer, 1 (satu) orang Pembukuan, dan 1 (satu) orang Kasir, atau
disesuaikan berdasarkan tingkat kebutuhan tenaga kerja. Hubungan pengurus
dengan pengelola berdasarkan hubungan kerja atas dasar perikatan.
Setelah tahun buku ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan
Rapat Anggota Tahunan, pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat
Laporan Keuangan yang berisi : Laporan Neraca akhir tahun, Laporan Lab/Rugi,
Laporan perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan CALK (Catatan Atas Laporan
Keuangan) serta penjelasan atas dokumen-dokumen tersebut dan keadaan serta
usaha Koperasi Syariah yang dapat dicapai. Sedangkan pihak pengelola
bertanggung jawab penuh kepada pengurus dan melporkannya secara berkala
melalui rapat pengelola dengan pengurus setiap pekannya.

56
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

3. Perngelola Koperasi Syariah


Dalam mengelola Koperasi Syariah, pengurus dapat menunjuk pengelola yang
dianggap cakap dan professional dengan jabatan Direktur. Koperasi Syariah
dapat dikelola oleh seorang Direktur yang dibantu oleh para Manager seperti
Manager Unit Jasa Keuangan Syariah dan Manager Sektor Riil dan karyawan
lainnya. Adapun tugas-tugas yang dapat dikerjakan para pengelola antara lain :

1) Direktur
 Memimpin Usaha Koperasi Syariah sesuai dengan RKATKS (Rencana
Kerja dan Anggaran Tahunan Koperasi Syariah)
 Membuat rencana kerja dan anggaran tahunan Koperasi Syariah
 Menyelenggarakan rapat evaluasi kinerja Koperasi Syariah
 Menyusun laporan keuangan setiap bulannya dan pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas;
 Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
 Memelihara inventaris dan asset-aset Koperasi Syariah
 Mewakili Koperasi Syariah dalam urusan setiap usaha koperasi
 Memutuskan penerimaan dan penolakan pembiayaan anggota koperasi
bagi UJKS dan menyetujui dan menolak pengadaan barang bagi Unit
Sektor Riil yang diusulkan Manager Unit.

2) Manager Unit
Manager Unit terdiri dari Manager Unit Jasa Keuangan Syariah dan Unit
Sektor Riil, masing-masing manager unit memiliki beberapa staf kerja antara
lain :
2.1) Manager Unit Jasa Keuangan
a) Staf Operation
• Staf Operation terdiri atas :
o Petugas Teller /Kasir
 Melayani transaksi uang masuk dan uang keluar setiap harinya
dari para anggota.
57
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Mencatat segala transaksi keuangan masuk dan keluar


 Menghitung Uang yang masuk dan keluar terlebih dahulu sesuai
dengan nominal yang tertulis pada tiket.
 Melapor dan Menyetorkan dana pada Bendahara pada akhir hari
(sore).
 Menyerahkan tiket transaksi pada bagian Accounting untuk
dibukukan sebagai laporan keuangan.
 Meminta Volt Dana pada Bendahara pada awal hari (pagi hari)
sebelum operasional dibuka.

o Petugas Accounting
• Menerima tiket transaksi uang masuk dan uang keluar yang
sudah divalidasi dari teller.
• Membukukan kedalam transaksi dan membuat jurnal transaksi
harian.
• Menyimpan bukti tiket transaksi kedalam File bukti trasaksi.
• Menyusun laporan Keuangan Neraca, L/R, Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Melaporkannya pada Manager untuk diteruskan pada Pengurus.

b) Staf Marketing
• Staf Marketing terdiri atas :
o Petugas Funding Dana
• Bertugas menghimpun dana-dana anggota atau pihak lain
• Membuat feature-feature produk penghimpunan dana dalam
bentuk simpanan wadi’ah dan berjangka mudharabah.
• Membuat target-target penghimpunan dana
• Melakukan evaluasi target penghimpunan dana

58
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

o Petugas Pembiayaan
• Mencari dan mawarkan produk pembiayaan kepada anggota dan
masyarakat lain.
• Mengusulkan pembiayaan yang akan diabiayai UJKS kepada
komite pembiayaan.
• Melakukan monitoring dan pembinaan terhada penerima
pembiayaan secara berkala.
• Melakukan tagihan-tagihan pembiayaan yang sudah dicairkan
dan menyetorkannya pada teller/kasir.
• Menyusun tingkat kolektibilitas pembiayaan kepada
• Melaporkan kondisi pembiayaan dalam rapat pengelola.

2.2) Manager Unit Sektor Riil


a) Sektor Perdagangan
• Melakukan survey pasar kebutuhan anggota/masyarakat.
• Mengadakan/ menyiapkan barang-barang kebutuhan anggota/
masyarakat baik melalui pendirian waserda ataupun
berdasarkan pesanan.
• Membuat dan mengusulkan anggaran yang dibutuhkan dan
perolehan laba yang dikehendaki.

b) Sektor Jasa
• Melakukan survey peluang jasa yang dapat ditawarkan
• Menentukan jenis usaha jasa yang sesuai dengan kebutuhan
dengan memperhatikan biaya dan kemampuan SDM.
• Menjalin hubungan dengan para stake holder

c) Sektor Industri/ produksi


• Memanfaatkan potensi anggota yang memiliki ketrampilan
yang berbasis home industri.
59
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Melakukan marketing mix ( produk, price, place, promotion)


• Memperhatikan Aksesibilitas pasar dan bahan baku
• Memperhatikan penyimpanan, kemasan dan takaran

4. Dewan Pengawas Syariah dan Operasional


Dewan pengawas dalam Koperasi Syariah memiliki dua badan pengawasan
yang terdiri atas :
1) Pengawasan pertama disebut Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas
Syariah melakukan fungsinya dengan meberikan fatwa kehalalan suatu
produk yang dikeluarkan Koperasi Syariah sekaligus mengawasi jalannya
produk tersebut yang dilakukan oleh pengelola sesuai dengan Fatwa-
fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Bagi Unit Jasa Keuangan Syariah,
DPS melakukan pengawasan tentang transaksi pembiayaan serta akad
yang dipakai oleh pengeloa UJKS kepada anggota/masyarakat.
Sedangkan bagi Unit Sektor Riil, DPS lebih menekankan pada kehalalan
produk yang dihasilkan dan yang dijual baik jenis barang nya maupun
timbangan / takarannya .

2) Pengawasan kedua disebut dengan Dewan Pengawas Operasional.


Pengawas Operasional melakukan tugas pengawasan terhadap pelaksaan
kebijakan dan Pengelolaan Koperasi Syariah. Membuat laporan tertulis
tentang hasil pengawasannya berdasarkan hasil penelitiannya atas catatan
yang ada pada Koperasi Syariah dan segala keterangan yang didapat dari
pihak pengelola. Dewan pengawas dipilih berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya dan diusulkan oleh pengurus dalam rapat anggota.

60
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

RAT

Dewan Syariah KETUA Dewan Pengawas

Pengurus
Sekretaris Bendahara

Direktur
Pengelolaa

Manager Manager
Unit Jasa Keuangan Syariah Unit Sektor Riil

Operasition Marketing Perdagangan Jasa Produksi

Contoh Bagan Koperasi Syariah

B. SOP Unit Jasa Keuangan Syariah


1) Penghimpunan Dana UJKS
1. Kebijakan Penghimpunan Dana
Koperasi Syariah sebagai lembaga usaha bersama, dalam mengelola dana
anggotanya harus memiliki komitmen dan integritas terhadap prinsip muamalah,
oleh karenanya dalam proses menghimpun danannya harus memperhitungkan asas
dana yang sehat dan benar serta prosedur persetujuan, dokumentasi dan administrasi
serta pengawasan penghimpunan dana. Sumber dana yang dihimpun harus diketahui
dengan baik kalau dana tersebut bersumber dari dana yang halal. Penghimpunan
61
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

dana yang harus dihindari meliputi penghimpunan dana yang tidak sesuai Syariah
dan berseberangan dengan peraturan pemerintah seperti hasil korupsi, hasil
perjudian, money laundering atau melalui cara-cara licik dengan iming-iming
hadiah yang tidak masuk akal. Dalam penghimpunan dana ini harus menggunakan
akad titipan (wadi’ah), Investasi (mudharabah mutlaqah ataupun mudharabah
muqayadah), juga dapat berupa akad sosial dalam bentuk zakat, infak, shadaqoh dan
wakaf tunai serta dana-dana hibah lainnya.

2. Organisasi dan Manajemen Penghimpunan Dana


1. Pelakasanaan penghimpunan dana UJKS Koperasi Syariah
Pelaksanaan penghimpunan dana Koperasi Syariah dapat dilakukan oleh Ketua,
Direktur, Manager Unit, Petugas Funding, Accounting dan teller (kasir).
Pelaksanaan penghimpunan dana tersebut dikoordinasikan oleh Dewan
Pengawas Syariah agar dipastikan dana yang dihimpun terbebas dari unsur
gharar dan maisir. Sehingga mendapat rekomendasi Dewan Pengawas Syariah
yang menyatakan dana tersebut dikatagorikan halal.

Ketua DPS

Direktur

Manajer UJKS

Petugas Funding Teller (kasir) Accounting

Simpanan Wadi’ah Simpanan Mudharabah Investasi Terikat


( Berjangka ) Investasi Tidak Terikat

Bagan Alur Penghimpunan Dana UJKS

62
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2. Tugas pelaksana penghimpunanan Dana UJKS


1. Ketua Umum Koperasi Syariah
• Menetapkan kebijakan penghimpunan dana
• Memastikan ketetapan kebijakan penghimpunan dana dilaksanakan
secara konsisten oleh pengelola Koperasi Syariah
• Memantau pelaksanaan dan indentifikasi anggota baru sesuai dengan
kebijakan yang telah di tetapkan.
• Melakukan analisis terhadap transaksi dana yang mencurigakan
• Menyelesaikan pengaduan ketidak puasan anggota terhadap pelayanan
dari pengelola.
2. Direktur
• Melaksanakan kebijakan penghimpunan dana
• Memimpin pelaksanaan penghimpunan dana
• Memantau pelaksanaan dan indentifikasi anggota baru sesuai dengan
kebijakan yang telah di tetapkan
• Melakukan analisis terhadap transaksi mencurigakan
• Melaporkan setiap kejadian penghimpunan dana kepada ketua
3. Manajer UJKS
• Melaksanakan kebijakan penghimpunan dana
• Membuat rencana dan proyeksi penghimpunan dana
• Menentukan target dan sasaran penghimpunan dana
• Melakukan analisis terhadap transaksi mencurigakan
• Melaporkan setiap kejadian penghimpunan dana kepada manager
4. Petugas Funding
• Menjalankan rencana dan proyeksi penghimpunan dana
• Mengunjungi target dan sasaran penghimpunan dana
• Melakukan kunjungan secara teratur kepada anggota
• Melakukan analisis terhadap transaksi mencurigakan
• Melaporkan setiap kejadian penghimpunan dana kepada Kabag Funding

63
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

5. Petugas Teller (kasir)


• Mengisisi form stok opname dan menyiapkan dana harian sebagai volt
dari kas Hasanah
• Memeriksa kelengkapan transaksi penghimpunan dana yang terdiri dari
slip setoran dan nominal uang yang diterimanya.
• Melakukan validasi setelah diyakini kelengkapan slip setoran dan
keaslian uang yang diterimanya.
• Menyerahkan bukti transaksi pada bagian accounting dan mengamankan
perolehan dana harian pada kas hasanah
• Melaporkan setiap kejadian transaksi mencurigakan atas penghimpunan
dana kepada Kabag. Funding.
6. Petugas Accounting
• Menerima bukti-bukti trasaksi dari teller
• Melakukan validasi terhadap bukti transaski yang diterima
• Menyusun laporan pendapatan keuangan harian
• Menyusun laporan keuangan harian
• Melaporkan setiap kejadian transaksi mencurigakan atas penghimpunan
dana kepada Kabag Funding.

3. Kebijakan Penerimaan dan Indentifikasi


• Meminta Informasi Calon Anggota Koperasi Syariah
• Identitas pemohon (KTP/SIM/KK)
• Maksud dan tujuan menyimpan dana di Koperasi Syariah

d) Identitas Calon Anggota Koperasi Syariah sekurang-kurangnya :


• Nama, alamat tinggal tetap, nama gadis ibu kandung, status pernikahan.
• Pekerjaan dan alamat pekerjaan
• Specimen tanda tangan
• Keterangan sumber dana dan ahli waris

64
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

e) Meneliti Kebenaran Dokumen Pendukung


• Form yang sudah di isi diteliti secara seksama
• Meminta melengkapi berkas jika belum lengkap.

f) Dokumentasi dan Administrasi


1. Dokumentasi
• Untuk setiap dana yang masuk harus ada dokumentasi yang lengkap dan
akurat.
• Setiap dokumen yang ada harus di cek kebenarannya.
• Seluruh dokumen disimpan dalam file masing-masing per produk
penghimpunan yang ada.
• Memelihara dokumentasi anggota sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
sejak penutupan rekening sesuai dengan Undang -Undang No. 8 tahun
1997 tentang dokumen perusahaan.
• Pengambilan dokumen harus sepengetahuan dan seizin manager.
2. Administrasi
• Setiap permohonan pembukaan rekening harus diadministrasikan
dengan baik sesuai dengan jenis penghimpunan dana.
• Data base calon anggota sekurang-kurangnya mencakup; data identitas,
pekerjaan/ bidang usaha, jumlah penghasilan, rekening yang dimiliki
dan tujuan pembukaan rekening.
• Semua dokumen harus terjaga kerahasiaanya.
• Kepala Bagian penghimpunan dana membuat laporan kepada manager
dalam rangka pemantauan rekening.

g) Pengawasan Penghimpunan Dana Koperasi Syariah


1. Pengawasan Rekening
• Kabag Penghimpunan Dana melakukan pemantauan atas mutasi
rekening secara periodik.

65
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Anggota yang memiliki simpanan terbesar diperlukan pengawasan lebih


intensif.

h) Pemantauan Transaksi
• Pemantauan juga meliputi setiap transaksi yang tidak sesuai dengan
frofil anggota.

i) Evaluasi hasil pemantauan


• Eavaluasi dilakukan terhadap pemantauan rekening dan transasksi
anggota untuk memastikan aliran dana.
• Dalam memastikan transaksi mencurigakan, pengelola Koperasi Syariah
dapat melakukan analisis lanjutan guna menemukan adanya unsur yang
mencurigakan.
• Menyampaikan hasil laporan transaksi keuangan mencurigakan pada
instansi yang mencurigakan.
• Mendokumentasikan hasil evaluasi.

3. Jenis Produk, Ketentuan dan Implementasi


3.1 Simpana Wadi’ah
a) Ketentuan
• Koperasi Syariah bertindak sebagai penerima dana titipan dan anggota
bertindak sebagai pemilik dana titipan
• Dana simpanan wadi’ah disetor penuh kepada teller dan dinyatakan
dalam jumlah nominal..
• Simpanan Wadi’ah dapat diambil setiap saat. Jika dalam jumlah besar,
sekurang-kurangnya 1 (satu) hari sebelumnya dikonfirmasikan terlebih
dahulu kepada teller/manager.
• Tidak diperbolehkan menjanjikan memberikan imbalan.

66
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Koperasi dapat memberikan imbalan bonus kepada anggota sebagai


tanda terimakasih atas penggunaan dana tersebut oleh Koperasi
Syariah.
• Koperasi Syariah menjamin dana titipan anggota secara mutlak.
b) Implementasi
• Syarat-syarat simpanan wadi’ah harus dalam mata uang rupiah,
anggota atau calon anggota, setoran pertama, media penyetoran dan
penarikan dana dengan tiket setoran tunai dan penarikan tunai.
• Kelengkapan dokumen harus didukung dengan Foto Copy KTP/SIM
yang masih berlaku, dan aplikasi permohonan pembukaan/Penutupan
rekening..
• Bonus diberikan bila rata-rata saldo diatas minimal (tidak di
perjanjikan). Biaya penutupan ditanggung anggota.
• Keuntungan bagi anggota antara lain : anggota mendapat bonus sesuai
kebijakan manajemen, dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan

Simpanan Wadi’ah Pembiayaan


Anmggota Koperasi Anggota
penyimpan Bonus
Syariah Pendapatan Pembiayaan

c) Kriteria Rekening
• Aktif, yaitu simpnanan yang transaksi penyetoran, penarikan atau
pendebetan masih dilakukan anggota sekurang-kurangnya dalam kurun
waktu 6 (enam) bulan.
• Pasif, yaitu simpanan yang selama 6 (enam) bulan tidak terdapat
transaksi penyetoran maupun penarikan. Simpanan pasif hendaknya
diberitahukan kepada pemiliknya.

67
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Koperasi Syariah membebankan biaya administrasi sebesar dua ribu lima


ratus rupiah kepada rekening pasif yang dimasukan kedalam pendapatan
non operasional
• Koperasi Syariah harus menjamin pengembalian simpanan wadi’ah
sepenuhnya.

3.2 Simpanan Berjangka (Mudharabah)


a) Ketentuan
• Koperasi Syariah bertindak sebagai pengusaha (Mudharib) dan
anggota sebagai pemilik dana (Shahibul Maal)
• Dana harus dinyatakan dalam bentuk mata uang rupiah secara tunai
dan bukan piutang.
• Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan simpanan berjangka.
• Anggota tidak boleh menarik dana diluar kesepakatan
• Jika anggota menarik dananya diluar kesepakkatan maka Koperasi
Syariah boleh mengenakan biaya administrasi.
• Koperasi Syariah tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
b) Implementasi
• Syarat-syarat simpanan berjangka harus dalam mata uang rupiah,
adanya setoran pertama, media penyetoran dan penarikan dana
dengan slip setoran tunai dan slip penarikan tunai.
• Kelengkapan dokumen harus didukung dengan Foto Copy KTP/SIM
yang masih berlaku, dan aplikasi permohonan pembukaan/
Penutupan rekening..
• Bagi hasil diberikan bila rata-rata saldo diatas minimal (Nisbah
ditentukan diawal pembukaan rekening). Biaya penutupan
ditanggung anggota.

68
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Keuntungan bagi anggota antara lain : anggota mendapat bagi hasil sesuai
kesepakatan nisbah yang ditentukan, dapat dijadikan sebagai jaminan
pembiayaan

Simpanan berjangka Pembiayaan


Anggota Koperasi Anggota
penyimpan Bagi hasil
Syariah Pendapatan Pembiayaan

4. Skema Proses Penghimpunan Dana

INISIASI

DOKUMENTASI
Kelengkapan dokumen; Form
pembukaan, KTP/SIM dsb

REALISASI
Penerimaan dana anggota

PEMELIHARAAN ACCOUNT
Pengawasan atas transaksi,
pelayanan dan administrasi

Pasif Aktif

Tutup

69
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

1. Inisiasi
Dalam Penghimpunan dana ada dua cara yang dilakukan petugas Funding,
Pertama, anggota Koperasi Syariah datang langsung ke kantor untuk
menyetorkan dananya. Kedua, bagian penghimpunan dana mencari calon
anggota baru yang mau menempatkan dananya di Koperasi Syariah.
Membuat daftar prospek, melakukan presentasi merupakan hal yang mutlak
harus dilakukan oleh petugas funding. Petugas funding dapat melakukan
metode jemput bola ke anggota/calon anggota.

2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses administrasi setelah adanya transaksi
penyetoran dana milik anggota di Koperasi Syariah baik simpanan wadi’ah
maupun simpanan berjangka yang meliputi :
• Pengisian aplikasi anggota baru/pembukaan rekening/ slip setoran.
• Penandatanganan pada kartu specimen yang sesuai dengan KTP.
• Penyerahkan foto copy KTP
• Dokumen dikumpulkan dalam file yang sejenis

3. Realisasi
Realisasi merupakan kejadian transaksi pada saat anggota/ calon anggota
menyetorkan dananya baik simpanan wadi’ah maupun simpanan berjangka
mudharabah pada petugas funding ataupun langsung di Teller/ kasir.

4. Pemeliharaan Account
Bagian penghimpunan dana wajib memelihara account-account dengan cara:
• Melakukan monitoring seluruh rekening yang aktif, volume keluar masuk
dana anggota.
• Membuat laporan perolehan dana anggota dan laporan kinerja bagian
penghimpunan dana kepada manager koperasi setiap bulannya.
• Inventeriasasi status anggota yang aktif dan pasif.
70
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Menindaklanjuti rekening anggota yang pasif agar menjadi aktif kembali

5. Kerahasiaan anggota
Pengelola dan Pengurus Koperasi Syariah wajib merahasiakan besaran
simpanan para anggotanya dan menjaga kerahasiaan simpanan tersebut dari
keingin tahuan orang lain.

2) Penyaluran Dana UJKS


1. Difinisi Penyaluran Dana
Penyaluran dana dalam UJKS adalah suatu transaki penyediaan dana kepada
anggota/ calon anggota yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam, juga
tidak termasuk jenis penyaluran dana yang dilarang secara hukum positif.
Penyaluran dana memiliki fungsi :
• Meningkatkan daya guna, peredaran dan lalu lintas uang anggota/ calon
anggota Koperasi Syariah.
• Meningkatkan aktifitas investasi Koperasi Syariah
• Sebagai sumber penadapatan terbesar Koperasi Syariah

2. Kebijakan Penyaluran Dana


UJKS dalam mengelola dana anggota Koperasi Syariah harus memiliki
komitmen dan integritas terhadap prinsip muamalah, oleh karenanya dalam
proses penyaluran danannya harus memperhitungkan prinsip kehati-hatian
secara sehat dan benar serta prosedur komite persetujuan, dokumentasi dan
administrasi serta pengawasan penyaluran dana.

3. Organisasi dan Manajemen Penyaluran Dana


1. Pelakasana penyaluran dana UJKS
Pelaksanaan penyaluran dana Koperasi Syariah dapat dilakukan oleh Ketua,
Direktur, Manager UJKS, Petugas Pembiayaan (AO). Pelaksanaan
penyaluran dana tersebut dikordinasikan oleh dewan pengawas Syariah agar
71
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

dipastikan dana yang disalurkan terbebas dari unsur riba. Sehingga harus
mendapat rekomendasi Dewan Pengawas Syariah yang menyatakan
penyaluran tersebut masuk katagori halal.

Ketua DPS

Direktur

Manajer UJKS

Ptgs. Pembiayaan Teller/ kasir Accounting

Anggota/ Calon Sinpanan Berjangka Investasi terikat /


(Mudharabah) Investasi Tidak Terikat

Bagan Alur Penyaluran Dana UJKS Koperasi Syariah

2. Tugas Pelaksanaan Penyaluran Dana


1. Ketua Umum Koperasi Syariah
• Menetapkan kebijakan penyaluran dana
• Memastikan ketetapan kebijakan penyaluran dana dilaksanakan
secara konsisten oleh pengelola Koperasi Syariah
• Memantau pelaksanaan dan indentifikasi anggota baru sesuai dengan
kebijakan yang telah di tetapkan.
• Melakukan analisis terhadap dokumen permohonan yang masuk
• Menyelesaikan pengaduan ketidak puasan anggota terhadap
pelayanan dari pengelola.
72
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2. Direktur
• Melaksanakan kebijakan penyaluran dana
• Memimpin pelaksanaan penyaluran dana kepada anggota
• Memantau pelaksanaan penyaluran dana dan indentifikasi anggota
baru sesuai dengan kebijakan yang telah di tetapkan
• Melakukan analisis terhadap transaksi penyaluran yang masuk
• Melaporkan setiap kejadian penyaluran dana kepada ketua

3. Manajer UJKS
• Melaksanakan kebijakan penyaluran dana Koperasi Syariah
• Membuat rencana dan proyeksi penyaluran dana
• Menentukan target dan sasaran penyaluran dana
• Melakukan analisis terhadap dokumen yang masuk
• Melaporkan setiap kejadian penyaluran dana kepada manager

4. Staf Pembiayaan (Account Officer)


• Menjalankan rencana dan proyeksi penyaluran dana
• Mengunjungi target dan sasaran penyaluran dana
• Melakukan kunjungan secara teratur kepada anggota yang dibiayai
• Melakukan analisis terhadap dokumen yang masuk
• Melaporkan setiap kejadian penyaluran dana kepada Kabag
Penyaluran Dana.

5. Teller/ Kasir
• Mengisisi form stok opname dan menyiapkan dana harian sebagai
volt dari kas hasanah

73
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Memeriksa kelengkapan transaksi pengeluaran dana yang terdiri dari


slip realisasi pembiayaan dan nominal uang yang akan
dikeluarkannya.
• Melakukan validasi setelah diyakini kelengkapan slip realisasi
pembiayaan dan menghitung serta menunjukan keaslian uang yang
dikeluarkannya pada anggota pembiayaan.
• Menyerahkan bukti transaksi pengeluaran uang pada bagian
accounting
• Melaporkan setiap kejadian transaksi mencurigakan yang berkaitan
dengan dokumen pengeluaran dana.

6. Accounting
• Menerima bukti-bukti trasaksi dari teller
• Melakukan validasi terhadap bukti transaski yang diterima
• Menyusun laporan pendapatan keuangan harian
• Menyusun laporan keuangan harian
• Melaporkan setiap kejadian transaksi mencurigakan atas
penghimpunan dana kepada Kabag Funding.

3. Jenis Penyaluran Dana


Dalam peyaluran dana UJKS dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan dan
jenis pembiayaan yang dibagi menjadi :
• Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan dana usaha bagi pembelian / pengadaan / penyediaan
unsur – unsur barang dalam rangka perputaran usaha.
• Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan pengadaan sarana/ prasarana usaha ( aktiva tetap).
• Pembiayaan multiguna, yaitu pembiayaan yang dapat digunakan untuk sewa
suatu barang, talangan dana, maupun biaya jasa suatu pengurusan keperluan
anggota
74
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

4. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Segmen Pasar


Jenis pembiayaan berdasarkan segmen pasar UJKS dibagi menjadi :
• Pembiayaan usaha-usaha kecil anggota,
Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada para anggota yang berprofesi
sebagai pedagang atau pengusaha lainnya untuk mengembangkan perputaran
maupun prasarana dan sarana usaha yang dimilikinya.
• Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota
untuk tujuan kebutuhan konsumtif seperti pembelian Barang Elektronik,
Kendaraan, perumahan dan sebagainya.

5. Skema Pembiayaan
Skema Pembiayaan adalah suatu akad yang dipilih dengan berdasarkan objek
penggunaan dana UJKS oleh anggota Koperasi Syariah yang menggunakannya.

“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu “. ( Q.S. An – Nisa (04) : 29)

Oleh karena itu, skema yang diterapkan pada UJKS Koperasi Syariah senantiasa
menjauhi kebatilan, perdagangan dan kerjasama sesama anggota dengan suka sama
suka. Skema-skema pembiayan dalam Koperasi Syariah meliputi :

• Skema Produk Jual Beli


1) Piutang Murabahah
Difinisi secara fiqih adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan termasuk
harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya
laba/ keuntungan dalam jumlah tertentu.

75
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Difinisi menurut teknis Koperasi Syariah adalah akad jual beli barang
sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati.
Dalil Qur’an :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba1 tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila2. keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya
apa yang Telah diambilnya dahulu3 (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”
( Q.S. Al Baqarah (2) ayat 275)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu..” (Q.S. Annisa (04) : 29)

Dalil Hadits;
“Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan
jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad, Al Bazzar, Ath – Thabrani)

Dari Syuaib ar Rumi ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda :

1
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh
orang yang meminjamkan. riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih
banyak jumlahnya Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan
emas, padi dengan padi, dan sebagainya. riba yang dimaksud dalam ayat Ini riba nasiah yang berlipat ganda
yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah.
2
Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
3
riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
76
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

“ Tiga perkara didalamnya terdapat keberkahan (1) Menjual dengan


pembayaran tangguh (Murabahah), (2) Muqorodhah (nama lain dari
Mudharabah) (3) Mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan
rumah bukan untuk diperjual belikan”

• Teknis Pelaksanaan Skema Murabahah


1) Tujuan Jual beli
Akad murabahah digunakan untuk memfasilitasi anggota Koperasi
Syariah dalam melakukan pembelian kebutuhannya seperti : rumah,
kendaraan, elektronik, furniture, pengadaan barang dagangan, bahan
baku atau bahan pembantu produksi dan barang lainnya yang tidak
bertentangan dengansyariah
2) UJKS Koperasi Syariah
UJKS Koperasi Syariah boleh menunjuk Unit Sektor Riil Koperasi
Syariah sebagai supplier atas barang yang dibeli anggota dimana
UJKS Koperasi Syariah akan mentransper/ menyetorkan dana
pembelian barang langsung ke unit sektor riil. UJKS Koperasi
Syariah dapat mewakilkan pembelian barang tersebut pada unit
sektor riil dengan cara memberikan akad wakalah jika unit sector riil
tidak memiliki stok barang, setelah secara prinsip barang menjadi
milik Koperasi Syariah maka baru dilaksanakan akad jual beli
Murabahah.
3) Anggota
Anggota harus balig atau cakap hukum dan mempunyai kemampuan
membayar.
4) Harga Jual UJKS Koperasi Syariah
Harga jual ditentukan didepan pada awal perjanjian dan tidak boleh
berubah selama jangka waktu pembayaran angsuran, termasuk jika
dilakukan perpanjangan waktu.
5) Uang Muka
77
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

UJKS Koperasi Syariah dapat meminta uang muka (Urbun) jika


diperlukan, uang muka merupakan pengurang dari kewajiban
anggota kepada koperasi. Besar uang muka relative berdasarkan
kesepakatan.
6) Jangka Waktu
Jangka waktu diupayakan tidak melebihi 1 (satu) tahun, jika lebih
harus dikeluarkan SK dari pengurus.
7) Denda kepada Anggota
Jika anggota melakukan ingkar janji dalam pembayaran angsurannya
maka Koperasi Syariah berhak mengenakan denda, kecuali
disebabkan adanya musibah.
8) Potongan
Jika anggota melunasi kewajibannya sebelum jatuh tempo,
kepadanya dapat diberikan ‘Muqossah” potongan margin
berdasarkan kebijakan Manajemen Koperasi Syariah.
9) Jaminan
UJKS Koperasi Syariah diperbolehkan untuk meminta jaminan
kepada anggota atas piutang murabahah.

10) Dokumentasi
• Formulir pengajuan pembiayaan
• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat Persetujuan Prinsip
• Akad Jual Beli
• Surat permohonan Realisasi Murabahah
• Tanda terima uang untuk akad wakalah
• Tanda terima barang yang ditandatangani nasabah

78
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Bagan alur Murabahah

1. Negosiasi dan persyaratan

2. Akad Jual
UJKS Anggota
Kop.syariah
4. Kirim

5. Terima Barang
3. Beli Barang Unit Sektor 4. Kirim
Riil Kop Syah

2) Piutang Salam
Difinisi secara fiqih menurut bahasa adalah salaf (pendahuluan) sementara
menurut istilah adalah penjualan suatu barang dengan pesanan yang
disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang tersebut
masih dalam tanggungan penjual, dimana syarat-syarat tersebut diantaranya
adalah mendahulukan pembayaran pada waktu akad disepakati.
Difinisi menurut teknis UJKS Koperasi Syariah adalah akad jual beli barang
(komoditi) dengan pesanan dimana harganya dibayar dengan segera (pada
saat akad disepakati), sedang barangnya akan diserahkan kemudian dalam
jangka waktu yang disepakati.
Salam pararel adalah suatu transaksi dimana UJKS Koperasi Syariah
melakukan dua akad salam dalam waktu yang sama. Dalam akad salam
pertama UJKS Koperasi Syariah (selaku muslam) melakukan pembelian
suatu barang kepada pihak penyedia barang (muslam ilaihi) diutamakan
melalui Unit Sektor Riil, dengan pembayaran dimuka dan pada akad salam
kedua UJKS Koperasi Syariah (selaku muslam ilaihi) menjual lagi kepada
pihak lain (muslam) dengan jangka waktu penyerahan yang disepakati
bersama. Pelaksanaan kewajiban Koperasi Syariah selaku muslam ilaihi
(penjual) dalam akad salam ke dua tidak tergantung pada akad salam yang
pertama.
79
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Dalil Qur’an :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu..” (Q.S. Annisa (04) : 29)

Dalil Hadits;
“Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan
jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad, Al Bazzar, Ath – Thabrani)

Dari Syuaib ar Rumi ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda :


“Tiga perkara didalamnya terdapat keberkahan (1) Menjual dengan
pembayaran tangguh (Murabahah), (2) Muqorodhah (nama lain dari
Mudharabah) (3) Mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan
rumah bukan untuk diperjual belikan”

• Teknis Pelaksanaan Skema Piutang Salam


1) Tujuan Jual beli Salam
Produk Salam diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil
produksi pertanian, perkebunan atau peternakan. Menurut Ibnu
Qudhamah, “ Karena orang-orang mempunyai kebutuhan akan salam
dan karena petani memerlukan uang untuk biaya-biaya hidup mereka
dan melakukan pengeluaran atas usaha mereka agar mendatangkan
hasil, sehingga mereka menghadapi kebutuhan keuangan”
2) UJKS Koperasi Syariah
Koperasi Syariah menggunakan akad salam untuk memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan permodalan/ penyaluran dana dengan cara

80
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

melakukan pemesanan pembelian dengan pembayaran sekaligus


dimuka.
3) Prasyarat yang harus dipenuhi
• Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum
meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya.
• Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli
dan penjual diawal akad. Ketentuan harga barang
• Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama
jangka waktu akad
• Dalam hal UJKS bertindak sebagai pembeli maka dapat
dimintakan jaminan kepada penjual (supplier) unit sektor riil
untuk menghindari resiko yang merugikan anggotanya.
• Jika barang pesanan yang diterima UJKS Koperasi Syariah salah
atau cacat maka penjual (suplier) jika unit sektor rill yang
menjadi suplier tetap harus bertanggung jawab.
4) Anggota
Jika Anggota sebagai muslam ilaihi menjual barang pesanan kepada
Koperasi Syariah dengan pembayaran dimuka dan menyerahkan
kemudian. Jika anggota sebagai muslam ilaihi ingkar janji, misalnya
gagal menyediakan barang pesanan atau menjual kepada pihak lain,
maka ia bertanggung jawab atas seluruh perjanjian yaitu mengganti
seluruh biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan barang pesanan .
5) Harga Jual Koperasi Syariah
Anggota sebagai muslam ilaihi menjual barang pesanan kepada
Koperasi Syariah dengan pembayaran dimuka dan penyerahan
kemudian. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan
hutang.
6) Jangka Waktu
Jangka waktu diupayakan tidak melebihi 6 (enam) bulan, jika lebih
harus dikeluarkan SK dari pengurus.
81
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

7) Penyerahan Barang
Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai waktu
penyerahan, kualitas atau jumlahnya sebagaimana kesepakatan maka
UJKS Koperasi Syariah memiliki pilihan untuk membatalkan (mem-
fasakh-kan) akad dan meminta pengembalian dana hak Koperasi
Syariah atau menunggu barang tersedia atau minta anggota untuk
mengganti dengan barang lain yang sejenis.
8) Jaminan
UJKS Koperasi Syariah diperbolehkan untuk meminta jaminan
kepada anggota atas piutang Salam
9) Dokumentasi
• Formulir pengajuan Pembioayaan
• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat permohonan pemesanan barang
• Surat Persetujuan Prinsip
• Akad Salam pararel
• Surat permohonan Realisasi Salam
• Tanda terima barang yang ditandatangani nasabah

Skema Piutang Salam


4. Kirim Pesanan
Unit Sektor Riil Anggota
Kop Syah
5. Bayar
2. Pesanan barang 3. Kirim dokumen
anggota & bayar tunai
UJKS
Kop.Syah 1. Negosiasi pesanan
dengan kriteria

3) Piutang Istishna

82
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Difinisi secara fiqih menurut bahasa Istishna adalah minta dibuatkan


sementara menurut istilah adalah akad jual beli dimana shanni (produsen)
ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) oleh Mustashni (pemesan).
Difinisi menurut teknis UJKS Koperasi Syariah Istishna adalah akad jual beli
dalam bentuk pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pesanan (pembeli, mustashni) dan penjual
(pembuat, shanni).
Jika pembeli dalam akad Istishna tidak mewajibkan UJKS Koperasi Syariah
untuk membuatnya sendiri barang pesanan, maka untuk memenuhi kewajiban
pada akad pertama, UJKS Koperasi Syariah dapat mengadakan akad Istishna
kedua dengan pihak ketiga (sub kontraktor). Akad Istishna ini disebut istishna
pararel. Jika kedua belah pihak telah memnuhi kewajibannya maka akad
Istishna ini dihentikan.

Dalil Qur’an
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
( Q.S. Al Baqarah (2) ayat 275)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu..” ( Q.S. Annisa *04) 29)

83
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Dalil Hadits;
“Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan
jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad, Al Bazzar, Ath – Thabrani)

Dari Abdullah Ibnu Haris dari Al Hakim Ibnu Hizam, bahwa Rasulullah
Saw bersabda :
“ Penjual dan Pembeli sama-sama bebas menentukan jual belinya selagi
keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan berterus terang, maka
jual beli mereka akan diberkati Allah, tetapi jika saling mendustai dan
curang maka berkah dalam jual; beli mereka itu akan terhapus.” Rasulullah
bersabda ; “ Umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan”
(HR. Ahmad bin Ahmbal, Ibnu Majah dan At Thabrani)

• Teknis Pelaksanaan Skema Piutang Istishna


1) Tujuan Jual beli Istishna
Akad Istishna dipakai oleh UJKS Koperasi Syariah untuk
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan anggotanya terhadap barang
yang masih dalam proses pembuatan. Spesifikasi barang pesanan
harus jelas diketahui jenis, jangka waktu, tempat, kualitas, kuantitas
dan harga yang disepakati. Jika barang pesanan yang dikirim salah
atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab. Perpindahan
kepemilikan barang pesanan dari penjual ke pembeli dilakukan pada
saat penyerahan sesuai dengan kriteria yang disepakati. Harga jual
Koperasi Syariah adalah harga yang disepakati bersama. Selisih
harga jual dan pokok barang merupakan keuntungan Koperasi
Syariah. Harga jual tidak bisa berubah selama masa perjanjian
2) Anggota Pemesan (mustashni)
• Pemesan dapat mengikuti/ mengawasi tahapan proses pembuatan
barang untuk memastikan kesesuaian kualitas barang yang
dibuat.
84
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Pesanan yang sudah selesai wajib dibeli oleh pemesan


• Jika ada perubahan kriteria pesanan dari pihak pemesan, maka
harus segera dilaporkan ke pihak Koperasi Syariah dan akan
melaporkannya kembali pada sipembuat. Perubahan kriteria
hanya dapat dilakukan manakala mendapat persetujuan pihak
Koperasi Syariah dan si pembuatnya dalam hal ini dapat
dibuatkan oleh Unit Sektor Riil..
• Jika terjadi perubahan harga yang disebabkan adanya perubahan
kriteria pesanan maka seluruh biaya tambahan menjadi beban si
pemesan.
3) Jangka Waktu
Jangka waktu sesuai dengan kesepakatan bersama.
4) Jaminan
UJKS Koperasi Syariah berhak meminta jaminan dari penjual atas;
jumlah yang telah dibayarkan. Penyerahan barang pesanan sesuai
dengan spesifikasi dan tepat waktu
5) Uang Muka (Urbun)
• Anggota dapat memberikan uang muka secara penuh atau
sebagian..
• Penerimaan uang muka tersebut diperlakukan sebagai
pembayaran termin.
6) Pembayaran
• Penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa
harga yang disepakati akan dibayar tepat waktu.
• Pembayaran anggota kepada UJKS Koperasi Syariah tidak boleh
dalam bentuk pembebasan hutang pesanan kepada UJKS
Koperasi Syariah.
• Jika dibayar dengan cara angsur maka harus proporsional
• Mekanisme pembayaran Istishna dapat dilakukan dimuka, pada
saat penyerahan barang atau ditangguhkan yaitu pembayaran
85
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

dilakukan setelah aktiva Istishna diserahkan kepada pembeli


akhir.
7) Dokumentasi
• Formulir pengajuan pembiayaan
• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat permohonan Realisasi Istishna
• Surat Persetujuan Prinsip
• Akad Istishna
• Perjanjian pengikatan jaminan
8) Kuitansi tanda terima uang oleh pembuat (Shanni)
9) Tanda terima barang oleh pemesan (Mustashni)
10) Dokumentasi
• Formulir pengajuan Pembioayaan
• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat permohonan pemesanan barang
• Surat Persetujuan Prinsip
• Akad Salam pararel
• Surat permohonan Realisasi Salam
• Tanda terima barang yang ditandatangani nasabah

Skema Bai Al Istishna

Anggota Unit Sektor Riil


Pembeli Kop. Syah

1. Pesan

3. Jual 2. Beli
UJKS
Kop. Syah

86
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Skema Produk Bagi Hasil


1) Penyaluran Dana Mudharabah
• Difinisi
Difinisi secara fiqih Mudharabah disebut juga Muqaradhah yang
berarti bepergian untuk urusan dagang. Secara muamalah berarti pemilik
modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja/ pedagang/
pelaku usaha (mudharib) untuk diputar sebagai usaha, sedangkan
keuntungan usaha itu dibagi menurut kesepakatan bersama.
Difinisi di Koperasi Syariah dari akad mudharabah adalah bentuk
kerja sama antara Koperasi Syariah selaku pemilik dana (shahibul maal)
dengan anggotanya yang bertindak sebagai pengelola usaha yang produktif
dan halal (mudharib).
Mudharabah memiliki dua jenis karakteristik, yaitu Mudharabah
Mutlaqoh (Investasi tidak terikat) dan mudharabah Muqayadah (Investasi
terikat).

• Dalil Syariah
1. Dalil Al Qur’an
”Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sholat)
kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya
dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.
dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui
bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-
waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, Karena itu Bacalah
apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. dia mengetahui bahwa akan
ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-
orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka Bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat
dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan
87
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik
dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S Al Baqarah (2) : 198)

2. Dalil Hadits
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwasanya, Sayidina Abbas jikalau
memberikan dana kemitra usahanya secara Mudharabah, ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, menyalahi peraturan maka yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikannya lah syarat-syarat
tersebut ke pada Rasulullah SAW dan Rasulpun memperkenan kannya

“ Rahmat Allah SWT tercurahkan atas dua pihak yang sedang bekerja
sama selama mereka tidak melakukan penghianatan, manakala
berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkahan pun akan sirna
dari padanya”. (HR. Abu Daud, Baihaqi dan Al Hakam)

• Ketentuan Penyaluran Mudharabah.


1. Penyaluran dana Mudharabah adalah penyaluran dana yang disalurkan
oleh Koperasi Syariah kepada anggotanya untuk suatu usaha yang
produktif.
2. Dalam penyaluran dananya UJKS Koperasi Syariah bertindak sebagai
shahibul maal membiayaai 100 % kebutuhan dana suatu proyek (usaha).
Anggota sebagai Mudharib/ pengelola usaha tersebut.
3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian ditentukan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak.

88
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

4. Koperasi Syariah sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian


kecuali jika anggota sebagai pengelola melakukan kesalahan yang
disengaja, atau menyalahi perjanjian.

• Teknis penerapan pada UJKS Koperasi Syariah


1. Pembiayaan Mudharabah diberikan dalam bentuk tunai yang dinyatakan
jumlahnya atau dalam bentuk barang yang dinyatakan harga
perolehannya. Pembiayaan hanya diberikan untuk tujuan yang sudah
jelas dan disepakati bersama. Apa bila modal diserahkan secara bertahap
harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
2. Pembagian keuntungan dengan metode profit and loss sharing yakni
untung dan rugi dibagi bersama atau bagi pendapatan (revenue sharing).
Pembagian keuntunan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam nisbah.
Yang disepakati. Pengelola usaha membagikan keuntungan yang
menjadi hak Koperasi Syariah secara berkala sesuai dengan periode
yang disepakati. Koperasi Syariah tidak diperkenankan mengakui
pendapatan berdasarkan proyeksi yang dibuat.
3. UJKS Koperasi Syrai’ah berhak melakukan pengawasan terhadap usaha
anggota. Namun tidak berhak membatasi tindakan pengelola usaha
dalam menjalankan usahanya, kecuali sebatas perjanjian usaha yang
telah ditetapkan atau yang menyimpang dari aturan syariah.
4. Untuk pembiayaan jangka waktu sampai dengan satu tahun,
pengembalian modal dapat dilakukan pada akhir periode akad atau
dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk dari usaha
nasabah. Sementara untuk jangka waktu lebih dari satu tahun
pengembalian dilakukan dengan cara angsuran berdasarkan aliran kas
masuk.
5. Untuk mengantisipasi resiko akibat kelalaian atau kecurangan, Koperasi
Syariah dapat meminta jaminan dari mudharib.
6. Dokumentasi
89
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Formulir pengajuan pembiayaan


• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat Persetujuan Prinsip
• Surat Permohonan Realisasi Penyaluran Dana
• Tanda terima uang/ barang oleh Anggota
• Akad Perjanjian Mudharabah
• Perjanjian pengikatan jaminan
• Proyeksi Pendapatan Usaha Nasabah

Skema pembiayan Mudharabah

PERJANJIAN BAGI HASIL

ANGGOTA KOPERASI
Keahlian/Ketrampilan
(MUDHARIB) SYARIAH
Modal 100%

PROYEK
USAHA

Nisbah x % Nisbah y %
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN

MODAL

2) Penyaluran Dana Musyarakah


• Difinisi
Difinisi secara fiqih Musyarakah berasal dari kata syirkah
yang berarti percampuran. Menurut istilah fiqih Musyarakah berarti
‘Akad antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan

90
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

keuntungan’4. Jenis Syirkah terbagi beberapa golongan yaitu ;


Syirkah Al Inan (penggabungan modal dua orang atau lebih yang
tidak harus sama jumlahnya dan keuntungannya dibagi secara
proporsional dengan jumlah modal masing-masing berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak). Syirkah Al Mufawadhah
(persyarikatan modal dua orang atau lebih yang harus sama
jumlahnya dan keuntungannya dibagi rata). Syirkah Al Abdan
(persyarikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi sama.
Syirkah Wujuh (Persyarikatan tanpa modal).
Difinisi di Koperasi Syariah dari akad Musyarakah adalah
bentuk kerja sama antara Koperasi Syariah dengan anggotanya. Baik
Koperasi Syariah maupun anggotanya masing-masing menyetorkan
sebagian modal usaha.

• Dalil Syariah
1. Dalil Al Qur’an

“Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu


dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada
kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini".
dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta
ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat”.
(QS. Shad (38) : 24)

2. Dalil Haddits

4
Lihat Sayid Sabik, Fiqhih Sunnah, jilid 13 hal.174
91
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Dalam hadits Qudsi yang diriwaqyatkan oleh Abu Hurairah bahwa


Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT telah berfirman , Aku ini ke
tiga dari orang yang bersyarikat, selama salah seorang mereka tidak
menghianati temannya. Apabila salah seorang telah berhianat
terhadap temannya maka saya keluar dari persyarikatan tersebut” .
(HR. Abu Daud)

“Rahmat Allah SWT tercurahkan atas dua pihak yang sedang


bekerja sama selama mereka tidak melakukan penghianatan,
manakala berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkahan
pun akan sirna dari padanya”.
(HR. Abu Daud, Baihaqi dan Al Hakam)

• Ketentuan Penyaluran Musyarakah


1. Penyaluran dana Musyarakah didahului dengan pernyataan ijab
Qabul oleh para pihak untuk menunjukan kehendak mereka
dalam pengadaan kontrak (akad).
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan
memperhatikan hak-hak kedua belah pihak
3. Modal yang diberikan harus uang tunai, dan para pihak tidak
boleh meminjamkan, menghibahkan atau menghadiahkan modal
Musyarakah kepada pihak lain kecuali atas dasar kesepakatan
bersama.
4. Partispasi antara UJKS Koperasi Syariah dengan anggotanya
merupakan dasar pelaksanaan Musyarakah, kedua belah pihak
masing-masing mengutus wakilnya.
5. Keuntungan maupun kerugian dibagi secara proporsional
berdasarkan kesepakatan diawal akad.

• Teknis penerapan pada UJKS Koperasi Syariah


92
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

1. Pembiayaan Musyarakah digunakan Koperasi Syariah untuk


memfasilitasi pemenuhan sebagian kebutuhan permodalan
anggotanya, guna menjalankan usaha atau proyek yang
disepakati. Anggota bertindak sebagai pengelola usaha dan
Koperasi Syariah sebagai mitra atau dapat pula sebagai pengelola
usaha berdasarkan kesepakatan
2. Pembagian keuntungan dengan metode profit and loss sharing
yakni untung dan rugi dibagi bersama atau bagi pendapatan
(revenue sharing) berdasarkan prosentase modal yang disetorkan
para pihak. Pembagian keuntunan dari pengelolaan dana
dinyatakan dalam nisbah.yang disepakati. Pengelola usaha
membagikan keuntungan yang menjadi hak Koperasi Syariah
secara berkala sesuai dengan periode yang disepakati. Koperasi
Syariah tidak diperkenankan mengakui pendapatan berdasarkan
proyeksi yang dibuat.
3. Koperasi Syariah berhak melakukan pengawasan terhadap usaha
anggota. Namun tidak berhak membatasi tindakan pengelola
usaha dalam menjalankan usahanya, kecuali sebatas perjanjian
usaha yang telah ditetapkan atau yang menyimpang dari aturan
Syariah.
4. Untuk pembiayaan jangka waktu sampai dengan satu tahun,
pengembalian modal dapat dilakukan pada akhir periode akad
atau dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk dari
usaha nasabah. Sementara untuk jangka waktu lebih dari satu
tahun pengembalian dilakukan dengan cara angsuran berdasarkan
aliran kas masuk.
5. Untuk mengantisipasi resiko akibat kelalaian atau kecurangan,
Koperasi Syariah dapat meminta jaminan dari mudharib.
6. Dokumentasi
• Formulir pengajuan pembiayaan
93
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Kelengkapan dokumen pendukung


• Surat Persetujuan Prinsip
• Surat Permohonan Realisasi Penyaluran Dana
• Tanda terima uang/ barang oleh Anggota
• Akad Perjanjian Mudharabah
• Perjanjian pengikatan jaminan
• Proyeksi Pendapatan Usaha Nasabah

Skema pembiayan Musyarakah


PERJANJIAN BERSERIKAT

ANGGOTA UJKS
(MUDHARIB) KOP. SYAH

PROYEK
USAHA

Nisbah x % Nisbah y %
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN

MODAL

Keterangan :
• UJKS Koperasi Syariah dan anggota sebagai penyedia dana, sesuai
dengan kemampuan dan kesepakatan bersama..

• Skema Produk Jasa


1) Al Ijaroh

94
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Definisi secara Fiqih Ijaroh adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/
upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
• Dalil Syariah
1. Dalil Al Qur’an
“ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah
ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)
ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya". (QS. Al Qashas(28) : 26)

2. Dalil Hadits
Ahmad, Abu Daud dan An Nasa’i meriwayatkan dari Saad bin Abi
Waqash r,a. berkata : “Dahulu kami menyewa tanah dengan (jalan
membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami
cara itu dan memerintahkan kami membayarnya dengan uang emas atau
perak”

• Teknis penerapan pada UJKS Koperasi Syariah


1. UJKS Koperasi Syariah memberikan fasilitas kepada anggota yang
membutuhkan manfaat atas barang atau jasa dengan pembayaran
tangguh.
2. Objek sewa meliputi : Properti, alat transportasi, alat-alat berat, Multi
Jasa (Pendidikan, kesehatan, Ketenagakerjaan dan kepariwisataan dan
lain-lain.

3. Memperhatikan Spesifikasi Obyek sewa.meliputi


• Jumlah, ukuran, dan jenis obyek sewa harus diketahui jelas serta
tercantum dalam akad.

95
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Obyek sewa dapat berupa barang yang telah dimiliki UJKS Koperasi
Syariah atau barang yang diperoleh dengan menyewa dari pihak
lain untuk kepentingan nasabah.
• Obyek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan di
identifikasi secara spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk
pembayaran sewa dan jangka waktunya.
4. Pemilik sewa dalam hal ini Koperasi Syariah wajib menyediakan barang
sewa, menjamin penentuan kualitas dan kuantitas barang sewa serta
ketepatan waktu penyediaan barang sewa sesuai kesepakatan. Koperasi
Syariah juga dapat mewakilkan kepada anggotanya untuk mencarikan
barang yang akan disewa anggotanya.
5. Penyewa dalam hal ini Anggota/ calon anggota/ masyarakat dilarang
menyewakan kembali barang yang disewanya dan wajib menjaga
keutuhan barang sewa. Jika terjadi kerusakan pada barang sewaan
maka UJKS Koperasi Syariah menanggung kerusakaannya kecuali
disebabkan karena pelanggaran yang dilakukan oleh si penyewa.
6. Pendapatan sewa
• Besarnya sewa harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
• Apabila periode pembayaran sewa kurang dari satu tahun, maka
sewa diakui sebagai pendapatan Koperasi Syariah setiap
pembayaran sewa.
• Apabila periode pembayaran sewa lebih dari satu tahun maka
sewa diakui sebagai pendapatan secara proporsional sesuai jangka
waktu.
• Apabila obyek sewa bukan milik Koperasi Syariah, maka
pendapatan koperasi merupakan selisih antara harga perolehan
sewa dengan harga sewa.
• Biaya administrasi, biaya asuransi, dan notaris atau biaya lain
yang telah disepakati diawal dapat dibebankan kepada sipenyewa.
96
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

7. Dokumentasi
• Formulir pengajuan pembiayaan
• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat Persetujuan Prinsip
• Akad Ijaroh
• Perjanjian pengikatan jaminan
• Surat Permohonan Realisasi Ijaroh

Skema Teknis Ijaroh

PENJUAL/ ANGGOTA/
SUPLIER MASYARAKAT

2. Beli Obyek Sewa 3. Sewa

OBYEK
SEWA

1. Butuh Obyek
Sewa

KOPERASI
SYARIAH

2) Ijaroh Muntahiya Bittamlik (IMBT)


Definisi secara Fiqih adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/ upah, diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

97
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pada dasarnya Produk Ijaroh Muntahiya Bittamlik (IMBT) dengan


Ijaroh biasa memiliki kesamaan yaitu objek sewa barang. Perbedaannya
hanya pada akhir sewa. Pada Ijaroh biasa barang yang disewa tetap
menjadi milik Koperasi Syariah sementara pada akad IMBT pada akhir
sewa barang diberikan kepada si penyewa yang dinyatakan diawal akad.

• Dalil Syariah
1. Dalil Al Qur’an
“ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat
dipercaya". (QS. Al Qashas (28) : 26)

2. Dalil Hadits
Ahmad, Abu Daud dan An Nasa’i meriwayatkan dari Saad bin
Abi Waqash r,a. berkata : “Dahulu kami menyewa tanah dengan
(jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah
melarang kami cara itu dan memerintahkan kami membayarnya
dengan uang emas atau perak”

• Teknis penerapan pada UJKS Koperasi Syariah


1. UJKS Koperasi Syariah memberikan fasilitas kepada anggotanya
yang membutuhkan manfaat atas barang atau jasa dengan sistem
sewa dimana si penyewa mempunyai hak terhadap kepemilikan
barang yang disewa pada akhir masa akad.
2. Obyek sewa meliputi : Properti, alat transportasi, alat-alat berat,
Multi Jasa (Pendidikan, kesehatan, Ketenagakerjaan dan
kepariwisataan dan lain-lain.
3. Memperhatikan Spesifikasi Obyek sewa.meliputi :
98
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

(a) Jumlah, ukuran, dan jenis obyek sewa harus diketahui jelas
serta tercantum dalam akad.
(b) Obyek sewa dapat berupa barang yang telah dimiliki UJKS
Koperasi Syariah atau barang yang diperoleh dengan
menyewa dari pihak lain untuk kepentingan nasabah.
(c) Obyek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan di
identifikasi secara spesifik dan dinyatakan dengan jelas
termasuk pembayaran sewa dan jangka waktunya
4. Pemilik sewa dalm hal ini Koperasi Syariah wajib menyediakan
barang sewa, menjamin penentuan kualitas dan kuantitas barang
sewa serta ketepatan waktu penyediaan barang sewa sesuai
kesepakatan. Koperasi Syariah juga dapat mewakilkan kepada
anggotanya untuk mencarikan barang yang akan disewa
anggotanya.
5. Penyewa dalam hal ini Anggota/ calon anggota/ masyarakat
dilarang menyewakan kembali barang yang disewanya dan wajib
menjaga keutuhan barang sewa. Jika terjadi kerusakan pada
barang sewaan maka Koperasi Syariah menanggung
kerusakaannya kecuali disebabkan karena pelanggaran yang
dilakukan oleh si penyewa.
6. Pendapatan sewa
• Besarnya sewa harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
• Apabila periode pembayaran sewa kurang dari satu tahun,
maka sewa diakui sebagai pendapatan Koperasi Syariah setiap
pembayaran sewa.
• Apabila periode pembayaran sewa lebih dari satu tahun maka
sewa diakui sebagai pendapatan secara proporsional sesuai
jangka waktu.

99
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Apabila obyek sewa bukan milik Koperasi Syariah, maka


pendapatan koperasi merupakan selisih antara harga
perolehan sewa dengan harga sewa.
• Biaya administrasi, biaya asuransi, dan notaris atau biaya lain
yang telah disepakati diawal dapat dibebankan kepada
sipenyewa.
• Perpindahan hak kepemilikan obyek sewa dilakukan dengan
cara :
1) Hibah diakui sebagai aktiva sebesar nilai wajar dari obyek
sewa, dan disisi lain diakui sebagai pendapatan operasi
lainnya.
2) Pembelian sebelum berakhirnya jangka waktu dengan
harga sebesar sisa pembayaran sewa diakui sebesar kas
yang dibayarkan
3) Pembelian secara bertahap diakui sebesar harga perolehan
7. Dokumentasi
• Formulir pengajuan pembiayaan
• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat Persetujuan Prinsip
• Akad Ijaroh IMBT
• Perjanjian pengikatan jaminan
• Surat Permohonan Realisasi IMBT
• Akad pengalihan kepemilikan obyek sewa

100
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Skema Teknis IMBT

PENJUAL/ ANGGOTA/
SUPLIER Menjadi Milik MASYARAKAT

2. Beli Obyek Sewa 3. Sewa

OBYEK
SEWA

1. Butuh Obyek
Sewa

UJKS KOPERASI
SYARIAH

• Skema Produk Kebajikan


• Al Qardh
Difinisi secara fiqih Qard atau disebut Iqrad secara etimologi berarti
pinjaman. Secara terminology muamalah (ta’rif) adalah “memiliki
sesuatu yang harus dikembalikan dengan mengganti yang sama. Hukum
Qard itu mubah (boleh), yang didasarkan pada saling tolong menolong.
1. Dalil Qur’an
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah) maka Allah akan
memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda
yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan
Kepada –Nya-lah kamu dikembalikan”. (Q.S Al Baqarah : 245)

2. Dalil Hadits
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
Barang siapa yang melepaskan saudaranya yang muslim satu dari
kesusahan-kesusahan didunia, maka Allah akan melepaskan dari
101
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

padanya satu kesusahan di hari akherat (Qiyamat). Barang siapa telah


membantu saudaranya yang sulit/lemah di dunia maka Allah akan
membantunya didunia dan akherat. Sesungguhnya Allah SWT
senantiasa membantu seorang hamba, selama hamba tersebut
membantu saudaranya“. (HR Muslim)

• Teknis penerapan pada Koperasi Syariah


a) UJKS Koperasi Syariah memberikan fasilitas pinjaman darurat
(emergency loan) kepada anggotanya yang membutuhkan tanpa
disertai imbalan dengan kewajiban anggota mengembalikan pokok
pinjaman sekaligus atau dicicil dalam jangka waktu tertentu. Sumber
dana Qard berasal dari dana modal Koperasi Syariah atau dari laba
yang disisihkan.
b) UJKS Koperasi Syariah diperbolehkan membebankan biaya
administrasi sehubungan dengan pemberian Qard. Biaya administrasi
ditetapkan dengan nominal tertentu tanpa terkait dengan jumlah dan
jangka waktu pinjaman.
c) UJKS Koperasi Syariah dapat meminta agunan kepada sipeminjam
jika dipandang perlu. Dan dapat pula menjatuhkan sangsi kewajiban
pembayaran atas keterlambatan membayaran atau melelang agunan
tersebut untuk menutupi kerugian yang ditimbulkan. Jika penggunaan
pinjaman tidak sesuai dengan perjanjian semula (terjadi
penyimpangan) maka pihak UJKS Koperasi Syariah dapat
memberikan sangsi denda.
d) Peminjam (angota) wajib mengembalikan jumlah pokok pinjaman
Qard pada waktu yang disepakati. Dan jika peminjam memberikan
tambahan/ sumbangan secara sukarela maka dapat dterima sebagai
pendapatan dana sosial (infak/ shadaqoh) selagi tidak dipersyaratkan
dalam akad.
e) Dokumentasi
102
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Formulir pengajuan Al Qard


• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat Permohonan Realisasi Pinjaman Qard
• Tanda terima uang dari anggota

Skema teknis Al Qard


PERJANJIAN QARD

ANGGOTA
KOPERASI SYARIAH KOPERASI SYARIAH

KEBUTUHAN
ANGGOTA

PENGEMBALIAN
ANGGOTA

2) Al Qardhul Hasan
Al Qardhul Hasan (AQH) secara operasionalnya sama dengan Al Qardh
Difinisi secara fiqihnya pun sama dengan Qard atau disebut Iqrad yang
didasarkan pada perbuatan saling tolong menolong. Yang membedakan
antara Qardh dengan AQH adalah sumber dananya. Pada Al Qardhul
Hasan sumber dana yang dipinjamkan bersumber dari dana ZIS
sementara Qard bersumber dari dana modal Koperasi Syariah atau laba
yang disisihkan.

103
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

1. Dalil Qur’an
“ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah) maka Allah akan
memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda
yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan
Kepada –Nya-lah kamu dikembalikan”. (Q.S Al Baqarah : 245)

2. Dalil Hadits
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
Barang siapa yang melepaskan saudaranya yang muslim satu dari
kesusahan-kesusahan didunia, maka Allah akan melepaskan dari
padanya satu kesusahan di hari akherat (Qiyamat). Barang siapa telah
membantu saudaranya yang sulit/lemah di dunia maka Allah akan
membantunya didunia dan akherat. Sesungguhnya Allah SWT
senantiasa membantu seorang hamba, selama hamba tersebut
membantu saudaranya “. (HR Muslim).

• Teknis penerapan pada Koperasi Syariah


a) UJKS Koperasi Syariah memberikan fasilitas pinjaman usaha mikro atau
kebutuhan lainnya kepada anggotanya atau masyarakat yang dianggap
dhuafa yang membutuhkan tanpa disertai imbalan dengan kewajiban
anggota mengembalikan pokok pinjaman sekaligus atau dicicil dalam
jangka waktu tertentu. Sumber dana AQH berasal dari dana ZIS.
b) UJKS Koperasi Syariah diperbolehkan membebankan biaya administrasi
sehubungan dengan pemberian AQH. Biaya administrasi ditetapkan
dengan nominal tertentu tanpa terkait dengan jumlah dan jangka waktu
pinjaman.
c) UJKS Koperasi Syariah tidak mensyaratkan agunan kepada sipeminjam.
Apabila anggota berkeberatan dalam pengembalian maka diberi tangguh
samapi mampu, akan tetapi jika sipeminjam tidak juga mampu untuk
104
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

mengembalikannya maka hutangnya harus di ikhlaskan dan dianggap


shadaqoh sebagai mana firman Allah :
“Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapagan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua
hutang) itu. Lebih baik bagimu, jika kamu mengetahuinya”.
(Q.S Al Baqarah (2) : 280)
d) Dokumentasi
• Formulir pengajuan Al Qard
• Kelengkapan dokumen pendukung
• Surat Permohonan Realisasi Pinjaman Qard
• Tanda terima uang dari anggota

105
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Skema teknis Al Qardhul Hasan


PERJANJIAN AQH

ANGGOTA
KOPERASI SYARIAH KOPERASI SYARIAH

KEBUTUHAN
ANGGOTA

PENGEMBALIAN
ANGGOTA

4. Skema Proses Penyaluran Pembiayaan

INISIASI
Identifikasi dan analisis resiko pembiayaan

DOKUMENTASI
Kelengkapan dokumentasi pembiayaan,
jaminan, perijinan, jatidiri, dll.

KOMITE PEMBIAYAAN
Menolak Menyetujui

PENCAIRAN

Kontrol atas transaksi


Dan administrasi pembiayaan

LANCAR BERMASALAH

106
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

A. INISIASI

Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh bagian pembiayaan dalam
memperoleh calon anggota penerima pembiayaan yaitu Walk in Client dan
solitasi. Walk in Client adalah calon anggota pembiayaan datang ke kantor
Koperasi Syariah untuk mendapatkan pelayanan dan jasa. Biasanya calon anggota
pembiayaan yang diperoleh dengan cara tersebut sebagian besar adalah memiliki
cukup beresiko tinggi. Hal ini wajar karena ada kemungkinan calon anggota
tersebut sudah mengajukan pembiayaan ke koperasi atau ke bank lain dan ternyata
ditolak. Untuk itu prinsip kehati–hatian sangat diperlukan walaupun calon anggota
pembiayaan mengeluarkan bermacam-macam dalih.
Agar dana pembiayaan UJKS Koperasi Syariah aman dan menguntungkan,
sebaiknya petugas pembiayaan mencari calon anggota pembiayaan yang disebut
solitasi. Kata lain dari solitasi adalah tindakan menjemput bola. Petugas
pembiayaan harus proaktif dalam mencari calon anggota pembiayaan pilihan dan
sesuai criteria yang layak untuk di biayai harus memenuhi syarat 5 C yaitu :
1. Charakter Akhlaq (Karakter Ahlaknya)
Karakter ini dapat dilihat dari interaksi kehidupan keluarga dan para
tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam adalah dengan bertanya kepada
tokoh masyarakat setempat maupun para tetangga tentang karater/akhlaknya
dari si calon penerima pembiayaan.

2. Condition of Economy ( kondisi usaha )


Usaha yang dijalankan calon anggota pembiayaan harus baik, dalam arti
mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menutupi biaya operasi
usaha dan kelebihan dari hasil usaha dapat menjadi penambah modal usaha
untuk berkembang. Apalagi kelak mendapat pembiayaan dari Koperasi
Syariah maka usaha tersebut dapat tumbuh lebih baik dan akhirnya mampu
untuk melunasi kewajibannya

3. Capacity ( kemampuan manajerial )

107
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Calon anggota pembiayaan mempunyai kemampuan manajerial, handal dan


tangguh dalam menjalankan usaha. Biasanya seorang wiraswasta sudah dapat
mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dari usahanya apabila sudah
berjalan minimal dua tahun. Oleh karena itu kebijakan yang berlaku di
Koperasi Syariah sebaiknya apabila calon anggota pembiayaan tersebut belum
menjalankan usaha sejenis minimal dua tahun maka tidak dapat diproses
permohonan pembiayaannya.

4. Capital ( modal )
Calon anggota pembiayaan harus mampu mengatur keuanganya dengan baik.
Pengusaha harus dapat menyisihkan sebagian keuntungan usahanya untuk
menambah modal sehingga skala usahnya dapat ditingkatkan. Satu hal yang
perlu diwaspadai adalah apabila usaha calon anggota pembiayaan yang
sebagian besar struktur permodalannya berasal dari luar (bukan modal
sendiri)maka hal ini akan menimbulkan kerawanan pembiayaan bermasalah.

5. Collateral ( jaminan )
Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota
pembiayaan di mana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya
dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. Untuk mengatasi kemungkinan
sulitnya pembayaran kembali kepada Koperasi Syariah maka perlu dikenakan
jaminan. Ada dua fungsi jaminan. Pertama, sebagai pengganti pelunasan
pembiayaan apabila nasabah sudah tidak mampu lagi. Namun demikian
Koperasi Syariah tidak dapat langsung mengambil alih jaminan tersebut, tetapi
memberikan tangguh atau tenggang waktu untuk mencari alternatif lain yang
disepakati bersama dengan anggotanya. Kedua, sebagai pelunasan pembiayaan
apabila anggotanya melakukan tindakan wanprestasi.

108
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

B. DOKUMENTASI
Apabila dari hasil proses inisiasi disimpulkan bahwa calon nasabah layak
unuk dibiayai maka Petugas Pembiayaan mengumpulkan data penunjang untuk
pembuatan usulan pembiayaan kepada komite pembiayaan. Data tersebut
adalah :

1. Formulir permohonan pembiayaan


Calon anggota pembiayaan mengisi formulir pembiayaan yang telah
disediakan UJKS Koperasi Syariah (pembiayaan kolektif dan usaha kecil).
Untuk calon anggota yang memliki badan usaha seperti Perseroan Terbatas,
Yayasan dan CV, permohonan pembiayaan dibuat oleh yang bersangkutan
dengan mendapat persetujuan dari pengurus yang lain sesuai dengan akte
pendirian maupun perubahannya.

2. Kelengkapan umum
Permohonan pembiayaan biasanya terbagi tiga usulan yaitu : pembiayaan
kolektif, usaha kecil yang belum berbadan usaha dan pembiayaan usaha yang
telah berbadan usaha. Pada pembiayaan kolektif dan usaha kecil yang belum
berbadan hukum wajib melengkapi :
• Fotocopy KTP suami dan istri.
• Fotocopy kartu keluarga dan surat nikah.
• Surat pernyataan belum menikah ( bagi yang belum ).
• Surat keterangan domisili apabila pemohon bertempat tinggal tidak
menetap.
• Peta lokasi rumah.
• Daftar barang yang akan dibeli apabila pembiayaan dimaksudkan untuk
pembelian suatu barang.
Namun untuk usaha yang berbadan hukum perlu menambahkan kelengkapan
berupa :
109
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Laporan keuangan sederhana (dapat dibuatkan oleh Petugas Pembiayaan).


• Fotocopy surat Perintah Kerja ( SPK ) apabila tujuan pembiayaan adalah
untuk pemenuhan modal pelaksanaan suatu proyek.
• Fotocopy Surat Izin Usaha Perdagangan ( SIUP ), Nomor Pokok Wajib
Pajak ( NPWP ), Tanda Daftar Perusahaan ( TDP ).
• Surat Keterangan Domisili Usaha.

3. Jaminan pembiayaan
Karakteristik jaminan pembiayaan terbagi bagi dua yaitu :
a. Jaminan utama
• Jaminan Utama berbentuk benda tak bergerak, seperti tanah dan
bangunan. Berdasarkan atas hak kepemilikan atas tanah, maka terbagi
menjadi :

 Akte Jual Beli.


Bukan merupakan tanda kepemilikan hak suatu tanah. Untuk
jaminan ini, pemohon wajib melengkapi Surat Keterangan
Riwayat Tanah ( SKRT ) yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa
dan Camat di mana jaminan tersebut barada. Surat ini
menjelaskan sejarah pemindah alihan tanah sejak tahun 1961.
 Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai.
Untuk Sertifikat selain Hak Milik maka kepemilikan tanah
mempunyai jangka waktu tertentu.
• Untuk jaminan tanah beserta banguan namun tidak disertai dengan
surat Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ), maka yang dinilai oleh
petugas penilai ( Appraiser ) hanya tanahnya saja.
• Benda bergerak, seperti kendaraan, mesin, serta tagihan.
• Kebijakan Koperasi Syariah tentang jaminan berupa kendaraan
bermotor adalah :
110
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Usia kendaraan bermotor maksimal lima tahun bagi motor dan 10


tahun bagi mobil, terhitung pada saat calon anggota pembiayaan
mengajukan pembiayaan ke Koperasi Syariah
 Apabila kepemilikan kendaraan bermotor tersebut berasal dari
pihak lain yang dibeli oleh calon anggota pembiayaan dan belum
di balik nama, maka calon anggota pembiayaan wajib
menyertakan bukti transaksi aslinya.
• Mesin dan tagihan hanya merupakan jaminan tambahan. Calon
nasabah tetap wajib menyerahkan jaminan materi.
• Benda tak berwujud, seperti Tabungan berjangka dan tabungan
Wadiah. Jaminan ini dapat diterima apabila calon nasabah adalah
deposan dan atau penabung aktif.
b. Jaminan tambahan
• Borgtocht, yaitu garansi atau jaminan kepercayaan (Kafalah) atas
pembiayaan yang diterima oleh nasabah dari pihak ketiga. Yang
termasuk pihak ketiga adalah perorangan (garansi pribadi),
Perusahaan, maupun Yayasan.
• Avalist, adalah jaminan yang berupa uang giral seperti cek, giro, dan
wesel.

Nilai jaminan materi minimal 125 % dan atau sebanding dengan nominal
pembiayaan yang diajukan oleh calon anggota. Kepemilikan jaminan
materi harus milik keluarga inti. Yang dimaksud dengan keluarga inti
adalah suami/istri, anak, orang tua pemohon itu sendiri.

C. KOMITE PEMBIAYAAN
Komite Pembiayaan adalah team yang terdiri dari orang-orang yang
ditunjuk untuk menilai suatu pembiayaan layak atau tidaknya untuk
direalisasikan. Pada proses ini sidang komite dilakukan dengan dua secara
seperti :

111
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

1. Semua anggota komite berkumpul dan pihak Petugas pembiayaan dan


Kabag. Pembiayaan mempresentasikan prospek pembiayaan secara
detail berdasarkan analisa dan on the spot (OTS) yang dilakukannya.
Kemudian pihak legal memperkuat dari sisi legal prospek yang
diajukannya. Manager dan Ketua Koperasi menyetujui atau menolak
prospek tersebut. Untuk selanjutnya dikembalikan pada Kabag
Pembiayaan untuk dicairkan atau ditangguhkan untuk jangka waktu
tidak terbatas.
2. Prospek yang diajukan oleh Petugas Pembiayaan kepada Kabag
Pembiayaan dibuatkan usulannya dan diserahkan ke Bagian Legal.
Kabag Legal mengembalikan prospek jika persyaratannya kurang
lengkap atau meneruskan prospek tersebut setelah ditanda tangani
manager. Manager memeriksa tingkat resiko dan profit margin, prospek
dikembalikan setelah menandatangani nota pencairan, jika dibawah
nominal 1 juta. Namun jika diatas 1 juta Manager Koperasi Syariah
membuatkan memorandum interen kepada Ketua umum untuk
penandatanganan pencairan jika disetujui.

D. PENCAIRAN
Langkah – langkah ke arah pengambilan keputusan pembiayaan yang
dilakukan petugas pembiayaan pada saat pengajuan usulan pembiayaan
disetujui atau ditolak ada empat langkah. Apabila dari hasil analisis
dinyatakan layak, maka terjadilah pencairan pembiayaan kepada calon
nasabah tersebut. Keempat langkah tersebut adalah :
1. Identifikasi kebutuhan pembiayaan
Petugas Pembiayaan harus dapat mengetahui tujuan calon anggota
pembiayaan mengajukan permohonan pembiayaan, apakah untuk modal
kerja, invcestasi atau multiguna.

2. Analisis resiko

112
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

a. Analisis keuangan, adalah menilai kelayakan usaha dengan dasar


laporan keuangan ( neraca dan rugi / laba ).
b. Analisis manajemaen, adalah melihat kemampuan manjerial
pengelola terhadap usahanya.
c. Analisis industri, membandingkan usaha calon anggota pembiayaan
dengan usaha sejenis yang ada di pasar,. Sebagai contoh apabila
calon anggota pembiayaan adalah pengusaha kue kering, maka
petugas pembiayaan harus membandingkan dengan usaha roti yang
dikelola oleh orang lain.
d. Analisis bisnis, melihat kondisi usaha calon anggota pembiayaan
dihubungkan dengan usaha lain yang langsung berhubungan.
Misalnya calon anggota pembiayaan adalah pengusaha mebel, maka
petugas pembiayaan harus menganalisa sumber bahan baku,
transportasi, calon konsumen, dan sebagainya.
e. Analisis resiko makro, petugas pembiayaan harus dapat menganalisis
kondisi/ situasi, ekonomi, sosial, politik dan budaya. Misalnya kapan
resesi akan terjadi, apakah dengan pergantian kepemimpinan suatu
lembaga pemerintah akan berpengaruh besar pada kebijakan
ekonomi, dan sebagainya.
f. Analisis jaminan, apakah jaminan yang diberikan cukup baik dalam
arti dapat dipasarkan dan dapat dijual. Tidak semua barang yang
dapat dipasarkan dapat dijual, namun semua barang yang dapat dijual
pasti dapat juga dipasarkan.
g. Analisis yuridis, menilai kelayakan calon anggota pembiayaan
beserta usahanya dari segi hukum. Untuk calon anggota pembiayaan
misalnya apakah sudah menikah yang dibuktikan dengan surat nikah,
apakah KTP-nya sudah kadaluwarsa dan sebagainya. Untuk usaha
calon anggota pembiayaan dapat dilihat apakah telah memperoleh
izin dari lembaga yang berwenang, bagaimana soal ketenagakerjaan,
dan sebagainya.

113
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

3. Strukturisasi pembiayaan
Strukturisasi pembiayaan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Seasonal Working Capital Financing (Pembiayaan Modal Kerja
Musiman) yang disebut juga Asset Coversion Lending. Pembiayaan
ini diberikan untuk kenaikan musiman aktiva lancar sehingga jangka
waktunya relatif pendek maksimal 12 bulan. Misalnya pembiayaan
untuk calon nasabah yang berdagang daging sapi. Pada saat
menjelang hingga lebaran usai, permintaan pasar akan daging sapi
melonjak pesat. Oleh karena itu pedagang sapi memerlukan modal
kerja tambahan guna menutupi kebutuhan permintaan yang melonjak
tersebut. Pembiayaan yang diberikan harus terlunasi paling lama dua
bulan setelah lebaran.

b. Permanent Working Capital Financing (Pembiayaan Modal Kerja


Permanen) atau disebut juga Asset Protecting Lending. Koperasi
Syariah memberikan pembiayaan untuk mengatasi kesenjangan dana
operasi atau modal kerja usaha nasabah sebagai akibat dari
peningkatan skala usahanya. Jika pendapatan usaha cukup kecil dan
kesulitan untuk menutupi pembiayaan dari Koperasi Syariah, maka
sulit bagi Koperasi Syariah untuk menarik kembali dana yang telah
tertanam pada usaha tersebut. Oleh karena itu pembiayaannya harus
diperpanjang kembali setelah jatuh tempo. Salah satu cara agar
Koperasi Syariah dapat menarik dananya kembali adalah dengan cara
take over ( ambil alih ) pembiayaan dengan pihak lain.

c. Cashflow Lending ( Pembiayaan Arus kas )


Pembiayaan ini oleh nasabah digunakan untuk investasi sarana
atau prasarana usaha. Sumber pengembaliannya berasal dari
perputaran usaha calon nasabah sehingga jangka waktu pelunasan
maksimal tiga tahun.

114
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

4. Penetapan harga jual


Penentuan nisbah bagi hasil atau mark up akan dikenakan kepada calon
anggota pembiayaan. Teknik perhitungan dan cara penetapan harga jual
pembiayaan kepada calon anggota pembiayaan adalah :
Ekspetasi biaya dana :a
Biaya operasional :b
CPPA :c
Laba yang diharapkan :d
+
Harga jual ( Mark Up ) :a+b+c+d
Ketentuan ini harus ditinjau secara berkala oleh pengelola dan pengurus
Koperasi Syariah per semester.
Setelah melakukan keempat langkah yang diuraikan di atas Petugas
Pembiayaan menyusun usulan pembiayaan. Usulan ini diajukan kepada panitia
pembiayaan untuk dianalisis kelayakannya. Kerangka analisis usulan
pembiayaan mencakup :
1. Tujuan
Memuat permohonan ringkas calon anggota pembiayaan
2. Kondisi Usaha
a. Legalitas usaha, mencakup analisis yuridis atas calon anggota
pembiayaan dan usahanya.
b. Permodalan menjelaskan tentang sumber modal usaha yang nantinya
akan mempengaruhi pembagian kegiatan wewenang dalam
menjalankan usaha.
c. Riwayat usaha, uraian singkat mengenai kegiatan usaha yang dijalankan
calon anggota pembiayaan sejak awal hingga saat ini.
d. Strategi pemasaran, melihat strategi yang dijalankan oleh calon anggota
pembiayaan dalam menghadapi persaingan pasar.

115
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

e. Prospek usaha, menganalisis kemampuan calon anggota pembiayaan


untuk menghasilkan produk dan jasa yang sesuai dengan perkembangan
kondisi masyarakat di kemudian hari.
3. Analisis kebutuhan pembiayaan
Menguraikan jenis pembiayaan yang sesuai dan menentukan porsi dana
Koperasi Syariah terhadap seluruh kebutuhan calon anggota pembiayaan.
4. Analisis keuangan
Menilai kelayakan usaha dengan dasar laporan keuangan ( neraca dan rugi /
laba ) tiga bulan terakhir.
5. Hubungan perbankan
Mengetahui bank koresponden calon anggota pembiayaan baik untuk
pendanaan maupun pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari Copy rekening
tabungan ataupun giro di Bank yang dimilikinya.

6. Analisis jaminan
Penilaian bagian legal Koperasi Syariah terhadap kelayakan jaminan calon
anggota pembiayaan dan dihubungkan dengan pembiayaan yang akan
diberikan.
7. Kesimpulan dan rekomandasi
Ringkasan dari keenam butir di atas kemudian disimpulkan. Jika komite
pembiayaan setuju terhadap usulan pembiayaa yang diajukan petugas
pembiayaan maka pencairan pembiayaan dapat dilakukan.

E. KONTROL ATAS TRANSAKSI DAN ADMINISTRASI PEMBIAYAAN


Tugas bagian pembiayaan tidak selesai setelah pencairan pembiayaan,
namun harus dapat menjaga agar pembiayaan tersebut lunas pada saatnya. Oleh
karena itu petugas pembiayaan perlu melakukan kontrol atau pemantauan
berkala kepada anggota yang dibiayai. Langkah – langkah yang dapat diambil
misalnya kontak lewat telepon sebulan sekali atau berkunjung ke rumah dan
tempat usaha anggota pembiayaan.

116
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Secara psikologis langkah tersebut akan mendekatkan anggota pembiayaan


dengan petugas pembiayaan..

117
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Nasabah Bagian Manager Ketua


Pembiayaan Koperasi Syariah Koperasi Syariah

Form Pengajuan
Pembiayaan
Periksa kebenaran
pengisian aplikasi & Lengkap
dokumen
Terima Aplikasi &
Tidak dokumen

Lengkapi Kunjungan lokasi &


dokumen/ Revisi Perlu tanbah
Dokumen/ dokumen
Pengisian
Aplikasi revisi
pengisian

Analisis
Surat Penolakan Pembiayaan
ke Nasabah
Pembiayaan Ditolak Penbiayaan disetujui

Surat Verifikasi dokumen,


Pembia
Penolakan ke penghasilan, tempat kerja,
Nasabah tempat tinggal, telepon
Pembiayaan Ditolak Pembiayaan disetujui

Buat kesepakatan
margin/fee/nisbah dan
waktu

Surat Penolakan Negosiasi dua


Ke Customer pihak

Tidak sepakat
Sepakat
Baca Akad Buat Akad
Pembiayaan
Nasabah hadir untuk
menandatangani perjanjian
Menandatangani pembiayaan & pembukaan
Akad dan rekening tabungan
penyerahan
jaminan
ACC / tanda tangan Akad
oleh Ketua Koperasi
Syariah
Ketentuan Pelaksanaan Pencairan Pembiayaan
Perintah Pencairan
118
pembiayaan
ke Bagian Kasir /Teller
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

a) Prosedur Proses Pembiayaan Koperasi syariah


1 Proses Pembiayaan UJKS Koperasi Syariah
a. Aplikasi permohonan pembiayaan berikut dokmen yang dipersyaratkan
diterima oleh petugas Pembiayaan dan diperiksa kelengkapan dan
kebenaran pengisian maupun kebenaran dokumen (copy sesuai asli),
selanjutnya disampaikan kepada Manager UJKS Koperasi Syariah untuk
dilakukan proses pembiayaan
b. Tahapan selanjutnya berupa prosedur dan penilaian pembiayaan sesuai
pedoman dengan merujuk pada kewenangan memutus dan proses
Pembiayaan yang berlaku.
2 Wewenang Memutus Pembiayaan
Wewenang untuk memutuskan permohonan pembiayaan berpedomana pada
batas wewenang persetujuan pembiayaan yang berlaku.
3 Verifikasi Dokumen
Verifikasi pembiayaan dilakukan oleh Bagian Penyaluran dengan langkah :
1. Komposisi kewajiban lain yang dimiliki calon pembiayaan (bila ada)
adalah termasuk dalam perhitungan 30 % penghasilan.
2. Penghasilan atas nama calon anggota pembiayaan dengan melakukan
verifikasi melalui Rekening tabungan. Dilakukan analisa performance
kemampuan bayar calon anggota pembiayaan.
3. Melakukan kunjungan langsung atau kontak via telepon kepada anggota
yang telah mendapatkan pembiayaan
4 Surat Pemberitahuan Persetujuan Pembiayaan (SP3)/ Perjanjian Pembiayaan
(PP) dan Persyaratan Pembiayaan).
1. Surat Pemberitahuan Persetujuan Pembiayaan disampaikan kepada
pemohon secara tertulis dalam bentuk SP3. Apabila calon anggota
pembiayaan menyetujuinya maka SP3 tersebut harus ditandatangani
yang bersangkutan diatas materai cukup dan dikembalikan kepada
Koperasi Syariah

119
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2. SP3 berlaku maksimum selama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal


diterbitkannya SP3 dan sesudahnya tidak dapat diperpanjang kembali.
Apabila masa berlaku telah lewat dan calon anggota pembiayaan belum
melaksanakan realisasi pembiayaan. Koperasi Syariah berhak menarik
komitmen penyediaan dana kepada calon anggota pembiayaan.
3. Pencairan Pembiayaan
Pencairan pembiayaan baru bisa dilaksanakan setelah :
4. Anggota pembiayaan terlebih dahulu memenuhi ketentuan dan
persyaratan dalam perjanjian pembiyaan tersebut.
5. Telah dibukakan 2 (dua) rekening atas anggota pembiayaan, masing-
masing : Rekening Pembiayaan dan rekening Simpanan anggota.
6. Pembayaran Angsuran Pembiayaan
Pembayaran angsuran pembiayaan oleh anggota pembiayaan dapat
dilakukan dengan cara menyetor secara tunai ke rekening simpanan
anggota dan Koperasi Syariah mendebet rekening tersebut.
7. Anggota Pembiayaan harus memastikan bahwa setiap tanggal jatuh
tempo pembayaran angsuran pembiayaan, telah tersedia dana yang
cukup di rekening simpanan sukarela anggota untuk pembayaran
angsuran pembiayaan pada setiap bulannya.
8. Pengawasan Pembiayaan
Pengawasan Pembiayaan dilakukan dan menjadi tanggung jawab Bagian
Penyaluran, dengan langkah sebagai berikut :

No. Keterlambatan Langkah-langkah Yang dilakukan


Pembayaran Kewajiban
1. TA + 44 Hari  Ditagih melalui telepon
 Diberikan Surat Peringatan I
2. JT + 60 Hari  Ditagih melalui telepon
 Diberikan surat Peringatan II
 Memanggil anggota pembiayaan untuk
membicarakan pembayaran kewajiban
 Kunjungan ke anggota pembiayaan untuk
menagih pembayaran dan atau mencari solusi
120
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

penyelesaian kewajiban
 Memeriksa kembali status dan kelengkapan
dokumen pembiayaan dan jaminan
3. JT + 74 Hari  Ditagih melalui telepon
 Diberikan Surat Peringatan III (terakhir)

6. JT + 90 Hari  Ditagih melalui telepon


 Memanggil anggota pembiayaan untuk
membicarakan pembayaran kewajiban.
 Kunjungan ke anggota pembiayaan untuk
menagih pembayaran dan atau mencari solusi
penyelesaian kewajiban.
 Dilakukan upaya non legal melalui surat
internal non legal, eksternal agency atau
write off, atau dilakukan upaya hukum jika
diperlukan

5 Pelaporan
Setiap realisasi pencairan pembiayaan, wajib melaporkan dalam laporan
pembiayaan setiap bulanan, paling lambat tgl 14 pada bulan berikutnya,
dengan format laporan :

No. Nama anggota Jenis Limit Jangka Tgl. Jatuh Tingkat


Pembiayaan Pemby. Waktu Tempo Margin

Apabila dalam satu bulan tidak ada suatu realisasi pembiayaan tidak perlu
melapor namun jika ada realisasi dibulan berikutnya agar memberi
keterangan bulan-bulan dimana laporan pembiayaan tidak terjadi.
Contoh :
* Bulan Juni 2007 terjadi realisasi pembayaan maka perlu dilaporkan
* Bulan Juli s/d Agustus 2007 tidak terjadi realisasi pembiayaan maka tidak
perlu dilaporkan.
* Bulan September 2007 terjadi realisasi pembiayaan maka harus
melaporkan sekaligus memberikan keterangan bahwa selama bulan juli
s/d Agustus tidak terjadi realisasi pembiayaan (nihil).
121
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• SOP Unit Sektor Riil


1) Perdagangan, Jasa dan Produksi
1. Kebijakan Opeasional
Koperasi Syariah sebagai lembaga usaha bersama, dalam mengelola dana
anggotanya harus memiliki komitmen dan integritas terhadap prinsip
muamalah, oleh karenanya dalam proses investasi di sektor Riil harus
memperhitungkan asas usaha yang halal dan benar serta memiliki prosedur
pembelian, penjualan dan penyimpanan barang komoditi dan
dokumentasinya serta pengawasan usaha. Sumber barang dan jasa harus
diketahui dengan baik. Dalam investasi sektor riil bidang perdagangan harus
menggunakan akad jual beli secara tunai (Bai Musawamah). Jika terjadi
pembelian dengan tidak tunai oleh anggotanya maka dilayani oleh unit jasa
keuangan syariahnya.

2. Organisasi dan Manajemen Sektor Riil


a. Pelakasana usaha Unit Sektor Riil Koperasi Syariah
Pelaksanaan sektor riil bidang perdagangan, jasa dan produksi Koperasi
Syariah dapat dilakukan oleh Ketua, Direktur, Manager Unit, Petugas
Pelayanan. Pelaksanaan unit Sektor Riil tersebut dikoordinasikan oleh
Dewan Pengawas Syariah agar dipastikan usaha Unit Sektor Riil yang
dilakukan terbebas dari unsur gharar dan maisir. Sehingga mendapat
rekomendasi Dewan Pengawas Syariah yang menyatakan usaha-usaha
tersebut dapat dikatagorikan halal.

122
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Bagan Alur Unit Usaha Sektor Riil

Ketua DPS

Direktur

Manajer Sektor Riil

Perdagangan Jasa Produksi

2) Tugas pelaksana Unit Sektor Riil Koperasi Syariah


1. Ketua Umum Koperasi Syariah
• Menetapkan kebijakan usaha Unit Sektor Riil
• Memastikan ketetapan kebijakan sektor riil dilaksanakan secara
konsisten oleh direktur dan manajer unit Koperasi Syariah
• Melakukan analisis terhadap transaksi keuangan dan barang
• Menyelesaikan pengaduan ketidak puasan anggota terhadap
pelayanan dari pengelola.
2. Direktur
• Melaksanakan kebijakan operasional usaha Unit Sektor Riil
• Memimpin pelaksanaan usaha-usaha sektor riil
• Memantau pelaksanaan usaha setiap hari sesuai dengan kebijakan
yang telah di tetapkan
• Melakukan analisis terhadap transaksi keuangan dan barang-barang.
• Melaporkan setiap kejadian usaha kepada ketua Koperasi Syariah
3. Manajer Unit Sektor Riil
• Melaksanakan kebijakan usaha baik perdagangan, jasa dan produksi
• Membuat rencana dan proyeksi usaha setiap tahunnya
• Menentukan target dan sasaran usaha sektor riil
123
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Melakukan analisis terhadap transaksi keuangan dan barang


• Melaporkan setiap kejadian usaha kepada direktur
4. Petugas Pelayanan (Perdagangan, Jasa dan Produksi)
• Melayani segala keperluan anggota yang berkaitan dengan penjualan
• Membukukan bukti-bukti trasaksi pembelian dari dari anggota
• Melakukan validasi terhadap dokumen faktur-faktur, PO dan
sebagainya yang diterima supplier barang khususnya yang
melakukan konsinyasi.
• Menyusun laporan pendapatan keuangan harian dan melaporkan
setiap ada kejadian dan kondisi usaha kepada manajer unit

124
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB VI
SISTEM DISTRIBUSI BAGI HASIL UJKS

A. Landasansyariah Prinsip Distribusi UJKS Koperasi Syariah


1. Dalil Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah5 tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika
tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan
dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang
demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” (Q.S Al Baqarah (2) : 282).

5
Bermuamalah yang dimaksudkan disini ialah seperti berjual beli, hutang piutang atau sewa menyewa dan
sebagainya
125
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu6. Dihalalkan bagimu


binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.
(Q.S Al Maidah (5) : 1)

2. Dalil Hadits
Hadits Nabi Riwayat Tirmizi dari Amr bin ‘auf : “Perdamaian dapat dilakukan
antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram “.

Hadits Nabi Riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari
Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya : “Tidak boleh membahayakan diri sendiri
dan tidak boleh pula membahayakan orang lain”.

3. Kaidah Fiqh
“Pada Dasarnya, segala bentuk mumalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
“Dimana ada kemaslahatan disana terdapat hukum Allah”

B. Prinsip Distribusi Hasil Usaha

6
Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat
oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. Zaid bin Aslam berkata : Aufu bil Uquud, ada 6 :
Aqdullah (perintah dan larangan Allah), Aqdul Hilf (perjanjian persekutuan suku), Aqdusy
Syarikah (perjanjian persekutuan dagang, Aqdul bai (perjanjian persekutuan jual beli), Aqdun
nikah (aqad nikah), dan Aqdul yamin (perjanjian sumpah). Lihat Ibnu Katsir, jilid 3 hal.3.
126
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pada Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000) berdasarkan dalil tersebut diatas


menyatakan bahwa pada dasarnya LKMS boleh menggunakan Prinsip Bagi Hasil
(Revenue Sharring) maupun bagi untung (Profit sharring) dalam pembagian hasil
usaha dengan mitranya. Akan tetapi jika dilihat dari segi kemaslahatan (al ashlah)
pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prisnsip bagi hasil (Revenue sharring).
Pada bagi hasil dengan prinsip Revenue Sharring, yang dibagikan adalah
pendapatan (revenue). Shahibul Maal (Pemilik Dana) menanggung kerugian jika
usaha dilikuidasi dan jumlah aktiva lebih kecil dari kewajiban.
Bagi hasil dengan prinsip Profit Sharring yang dibagikan adalah keuntungan
(profit). Jika kerugian disebabkan bukan karena kelalaian Mudharib (pengusaha)
maka ditanggung Shahibul Maal dan bukan Loss Sharring, yakni kerugian
dibebankan kepada Mudharib.
Landasan revenue sharring ini dapat merujuk pada Imam Syafi’i yang
mengatakan : Mudharib tidak boleh menggunakan harta Mudharabah sebagai biaya
baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan). Dan karena
Mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan, maka tidak berhak mendapatkan
sesuatu (nafkah) dari harta itu, karena sudah mendapatkan bagian yang lebih besar
dari Rabbul Maal.
Landasan Profit Sharring sendiri merujuk pada Abu Hanifah, Imam Malik,
Zaidiyah yang mengatakan : Mudharib dapat membelanjakan harta Mudharabah
hanya bila perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan,
minum, pakaian dan sebagainya. Dan Imam Hambali membolehkan Mudharib
untuk menafkahkan sebagian dari harta Mudharobah baik dalam keadaan menetap
atau bepergian dengan ijin shahibul maal. Besarnya nafkah yang boleh digunakan
adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) para pedagang dan tidak
boleh boros.
Pada dana (simpanan) wadi’ah, Imam Malik, Al Laits, Abi Yusuf sepakat
jika mengembalikan harta (simpanan) wadi’ah, maka keuntungan tersebut halal
walaupun dengan cara menghasab (menggunakan tanpa izin) Sedangkan Imam Abu
Hanifah, Zufar, Muhammad bin Al Hasan berpendapat : Mengembalikan pokok

127
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

harta (yang dititipkan kepadanya) sedangkan keuntungannya disedekahkan. Oleh


karenanya dalam penerapan prinsip wadi’ah di Koperasi Syariah maka pendapatan
atas pengelolaan dana wadi’ah sepenuhnya menjadi hak Koperasi Syariah dan dapat
diberikan sebagian sebagai bonus si penitip (anggota Koperasi Syariah). Dan
Koperasi Syariah tidak boleh memperjanjikan bagi hasil ataupun besaran bonus di
awal akadnya.

C. Mekanisme Distribusi Bagi Hasil Pada UJKS Koperasi Syariah


1. Porsi Pendapatan pada Distribusi Bagi Hasil

Pendapatan
No. Penghimpunan Penyaluran Pendapatan yang Keterangan
Dana Dana Penyaluran dibagikan
Semua pendapatan
1. 150.000 150.000 325 325 penyaluran dibagikan
150.000/175.000=350
2. 150.000 175.000 350.000 312 Sebesar porsi
penghimpunan dana saja
• Semua pendapatan
3. 150.000 125.000 275.000 275.000 dibagikan
• Ada dana yang belum
disalur kan

2. Tabel Distribusi Bagi Hasil


Jenis Saldo Porsi Porsi Pemilik Dana Porsi Pengelola Dana
Penghimpunan Rata- Pendapatan (Shahibul Maal) (Mudharib)
Rata Mudharabah
Nisbah Jumlah Nisbah Jumlah
(A) (B) (C) (D) (E) (F)
Simp. Wadi’ah A1 B1 0.00 D1 1.00 F1
Simp. Berjangka A2 B2 0.50 D2 0.50 F2
Mudharabah
Investasi lain A3 B3 0.55 D3 0.45 F3
Total (A) (B) (C) (D) (E) (F)

128
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

3. Keterangan Tabel
A) Rata-Rata Sebulan Saldo Harian (Kolom A)
• Sumbernya dari saldo SSR yang bersangkutan (misalnya : saldo akhir
tgl 1 = a 1 , tgl 2 = a 2 dan seterusnya…… tgl 31 = a 31)
• Perhitungannya :
a 1 + a 2 + a3+ …………………….a 31
Jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan

B) Pendapatan (Kolom B)
• Porsi Pendapatan pengelola dana mudharobah yang akan
didistribusikan (sebagai unsur pendapatan pada distribusi bagi hasil/
pendapatan yang berupa :
1. Margin – untuk prinsip jual beli murabahah, istishna, salam.
2. Pendapatan Bagi hasil – untuk prinsip bagi hasil Mudharabah dan
Musyarakah.
3. Pendapatan fee /Jasa – Ijaroh, Ijaroh Multi Jasa, Ijaroh Muntahiya
bittamlik, Hawalah, Wakalah dsb
• Perhitungannya.
Pendapatan perproduk (misalnya simpanan mudharabah kolom B2)
adalah :
Saldo Rata-Rata simpanan Mudharobah (A2) Total porsi Pend.
X
Total jumlah penghimpunan dana mudharobah (A) Mudharabah (B)
C) Nisbah Anggota penyimpan Koperasi Syariah (pemilik Dana/Shahibul Maal)
( Kolom C).
• Angka pembagian untuk pemilik dana (shahibul Maal) yang telah
disepakati dari awal
D) Pendapatan Pemilik Dana/ Shahibul Maal ( Kolom D)
• Adalah porsi pendapatan penyimpan dana dalam rupiah (nominal)
• Perhitungannya : D2 = B2 x nisbah untuk Shahibul Maal.
• Perhitungan indikasi rate masing-masing produk adalah :
129
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pendapatan penyimpanan dana 365


X
Rata-rata sebulan saldo harian Umur bulan ybs
E) Nisbah Koperasi Syariah (Mudharib) Kolom – E
• Angka nisbah untuk pengelola dana/ Koperasi Syariah (mudharib)
F) Pendapatan Koperasi Syariah (Mudharib) – Kolom F
• Adalah porsi pendapatan Koperasi Syariah (mudharib) dalam rupiah
(nominal)
• Perhitungannya : F 2 = B 2 x Nisbah Koperasi Syariah.
BAB VII
MEGUKUR TINGKAT KESEHATAN UJKS KOPERASI SYARIAH

A. Pengertian Kesehatan Koperasi Syariah


1. Kesehatan Koperasi Syariah adalah suatu kondisi yang dinyatakan dalam bentuk
penilaian dengan predikat Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.
2. Modal Inti Koperasi Syariah terdiri dari :
• Simpanan Pokok anggota
• Simpanan Wajib anggota
• Dana Hibah Koperasi Syariah
• Cadangan Umum
• SHU berjalan
3. Modal Pelengkap Koperasi Syariah terdiri atas :
• Pembiayaan diterima dari pihak lain
• Dana Penyertaan Pihak Ke Tiga
• Dana Program lainnya
4. Pembiayaan yang diberikan adalah sejumlah dana yang digunakan oleh anggota
untuk memenuhi kebutuhannya baik secara produktif maupun konsumtif dan masih
belum dikembalikan ke Koperasi Syariah.
5. Pembiayaan katagori lancar disebut sebagai Aktiva Produktif artinya mendatangkan
keuntungan/ penghasilan koperasi sementara pembiayaan katagori kurang lancar,
130
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

diragukan dan macet disebut Aktiva Produktif yang diklasifikasikan artinya kurang
atau tidak mendatangkan keuntungan/ penghasilan koperasi.
6. Manajemen adalah Kondisi Operasional Koperasi Syariah secara Umum dan Risiko
yang mungkin ditimbulkannya.
• Manajemen Umum meliputi : Strategi, Struktur, Sistem dan Kepemimpinan.
• Manajemen Resiko adalah teknik pengurus dan pengelola dalam
mengendalikan dan meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.
7. Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva (CPPA) adalah dana yang disisihkan dari
SHU berjalan setelah yang dicadangkan untuk menutupi resiko pembiayaan
bermasalah/ NPF (Non Performing Financing).
8. Rentabilitas adalah kemampuan Koperasi Syariah untuk memperoleh pendapatan
sisa hasil usaha
9. Acuan Penyusunan Kesehatan Koperasi Syariah
• SE BI No.30/3/UPPB Tanggal 30 April 1997
• Acuan Manajemen yang tidak bertentangan secara prinsip
• Peraturan Pemerintah Nomor : 227/KEP/M/V/1996
10. Penentuan Penilaian Tingkat Kesehatan
1. Tingkat kesehatan Koperasi Syariah dinilai dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan Koperasi Syariah.
2. Pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan penilaian terhadap faktor-faktor
C – A – M – E – L yaitu :
• C  Capital Permodalan (Simpanan Pokok, Simpanan
Wajib, Hibah, Cadangan Umum dan Sisa
Hasil Usaha berjalan)
• A  Aset Quality Kualitas Aktiva Produktif (Aktiva yang
Menghasilkan)
• M  Manajemen Manajemen Pengurus dan pengelola
• E  Earnings Rentabilitas (kemampuan untuk
menghasilkan pendapatan)
131
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• L  Liquidity Likuiditas (Kemampuan memenuhi


kewajiban segera)

B. Penilaian Bobot Aspek dan Komponen.

No. Aspek yang Komponen Bobot


Dinilai Nilai Penilaian
(dalam %)
CAR, Rasio Modal terhadap Aktiva
1. Permodalan Tertimbang Menurut Resiko ( ATMR) 25 %
• Rasio Aktiva Produktif yang
diklasisfikasikan terhadap aktiva 25 %
2. Kualitas Aktiva produktif
Produktif • Rasio CPPA terhadap CPPAWD. 5%
b) Manajemen Umum
b. Strategi 1%
c. Struktur 2%
d. Sistem 4%
e. Kepemimpinan 3%
c) Manajemen Resiko
3. Manajemen • Risiko Liquiditas 2%
• Risiko Pembiayaan 3%
• Risioko Operasional 3%
• Risiko Hukum 3%
• Risiko Pengurus dan 4%
Pengelola.
4. Rentabilitas a) Rasio Laba Terhadap Total Aset
(ROA) 5%
b) Rasio Biaya Operasional Terhadap 5%
Operasional (BOPO)
5. Liquiditas 1. Cash Rasio, Perbandingan alat
likuid dengan hutang lancar 5%
2. Financing To Deposit Ratio (FDR).
Perbandingan antara Pembiayaan
diberikan dengan dana yang 5%
diterima dari anggota dan pihak
132
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

lainnya.
Total Bobot dan Komponen 100 %

10. Cara Penilaian Untuk Memperoleh Angka Skor


1. Permodalan (Capital Adequacy Ratio))
• Untuk rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan nol diberikan nilai poin
(reward system) 0 sampai 100
• Untuk setiap kenaian rasio modal 1 % mulai dari 0 %, nilai poin ditambah 5
dengan maksimum nilai 100
• Nilai poin dikalikan bobot sebesar 25 % maka diperoleh nilai skor
permodalan.
• Rasio CAR = Modal Inti – Kekurangan CPPAWD X 100 %
ATMR

Rasio Modal % Nilai Poin Bobot % Skor


5 25 25 6,25
10 50 25 12,50
15 75 25 18,75
20 100 25 25,00

• Penilaian Modal
a) Sehat > 20,00
b) Cukup Sehat < 20,00 > 12,50
c) Kurang Sehat < 12,50 > 10,00
d) Tidak Sehat < 10,00

• Komponen Modal Bobot


a) Simpanan Pokok 100 %
b) Simpanan Wajib 100 %
c) Modal Hibah 100 %

133
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

d) Cadangan Umum 100 %


e) Laba SHU tahun lalu 50 %
f) Laba SHU berjalan 50 %

• Komponen ATMR Bobot


a) Kas 0%
b) Simpanan di Bank Syariah lain 20 %
c) Deposito di Bank Syariah Lain 30 %
d) Pembiayaan Kepada Anggota 100 %
e) Investasi Sektor Riil 50 %
f) Penyertaan sektor usaha lainnya 70 %
g) Aktiva Tetap dan Inventaris 100 %
h) Aktiva lainnya 100 %

• Rasio permodalan Koperasi Syariah berbeda dengan Rasio permodalan Bank,


hal ini disebabkan sistem permodalan koperasi setiap bulannya meningkat
melalui simpanan pokok maupun simpanan wajib.

2. Kualitas Aktiva Produktif


• Penilaian KAP terdiri atas :
a) Rasio Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva
produktif memiliki bobot 25 %.
b) Rasio CPPA terhadap CPPA yang wajib dibentuk (CPPAWD) memiliki
bobot 5 %.
• Kriteria Aktiva Produktif
a) Pembiayaan katagori “LANCAR” yaitu pembiayaan yang diberikan dan
dapat dikembalikan sesuai jadwal, atau hingga menunggak tiga kali
angsuran.
• Krieria Aktiva Produktif yang diklasifikasikan

134
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

a) Pembiayaan Katagori “Kurang Lancar” yaitu pembiayaan yang dberikan


mengalami tunggakan angsuran empat sampai dengan enam kali angsuran.
b) Pembiayaan Katagori “Diragukan” yaitu pembiayaan yang diberikan
mengalami tunggakan tujuh sampai dua belas kali angsuran
c) Pembiayaan Katagori “Macet” yaitu pembiayaan yang diberikan
mengalami tunggakan lebih dari 12 kali angsuran.

• Rumus Rasio AP yang diklasifikasikan terhadap total AP


(50 % KL + 75 % DR + 100 % Macet)
X 100 %
Total AP (L + KL + DR + Macet)

• Perhitungan Nilai Poin


Rasio > 22,5 %, NP = 0
Penurunan 0,15 %, NP + 1 maks 100

• Penilaian AP yang diklasifikasikan terhadap total AP


a) Sehat < 10,35
b) Cukup Sehat > 10,35 < 12,60
c) Kurang Sehat > 12,60 < 14,85
d) Tidak Sehat > 14,85

• Kriteria persentase dana yang disisihkan untuk PPPAPWD


Kolektibiltas X Bobot Jumlah PPAPWD
a) Lancar x 0,5 % --------------------
b) Kurang Lancar x 10 % --------------------
c) Diragukan x 50 % -------------------
d) Macet x 100 % -------------------

135
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Perhitungan : Setiap Rasio 0 %, memiliki NP = 0 dan setiap kenaikan 1 %,


maka NP ditambah 1 maksimal 100.

• Penilaian CPPA terhadap total CPPAWD


a) Sehat > 81,00 %
b) Cukup Sehat > 66,00 % < 82,00 %
c) Kurang Sehat > 51,60 % < 66,00 %
d) Tidak Sehat < 51,00 %

3. Penilaian Manajemen
• Penilaian Manajemen terdiri atas :
1) Manajem Umum, bobot 10 %.
2) Manajemen Resiko, bobot 15 %.

• Krieria Manajemen Umum yang dinilai


a) Strategi /Sasaran yang dibuat pengurus Koperasi yang dituangkan dalam
RKATKS sebagai dasar acuan kegiatan usaha koperasi.
b) Struktur/ bagan organisasi yang mencerminkan seluruh kegiatan dan
batasan tugas dan wewenang yang jelas untuk masing-masing pengurus
dan pengelolanya.
c) Sistem Kegiatan Operasional dari pengimpunan dan penyaluran dana yang
tercatat dan sesuai dengan standar akutansi yang berlaku. Juga sistem
pengaman yang baik dengan melaksanakan fungsi pengawasan melekat.
d) Pengambilan keputusan oleh pengurus dan pengelola sesuai jabatan
fungsionalnya. Pengurus dan pengelola memiliki komitmen untuk
menangani permasalahan Koperasi Syariah dan memiliki tertib kerja yang
baik.

• Kriteria Manajemen Risiko yang dinilai


1. Risiko Liquiditas
136
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Meliputi pemantauan dan pencatatan tagihan dan kewajiban yang jatuh


tempo secara tertib dan pemeliharaan liquiditas koperasi.
2. Risiko Pembiayaan
a. Perlakuan analisis terhadap kemampuan anggota untuk membayar
kewajibannya.
b. Pemantauan terhadap penggunaan dana koperasi serta kepatuhan
anggota memenuhi kewajibananya.
c. Peninjauan, penilaian dan pengikatan pembiayaan Koperasi Syariah
terhadap agunan anggota pembiayaan.
3. Risiko Operasional Koperasi Syariah
 Penetapan Kebijakan pembentukan CPPA
 Koperasi Syariah tetap memperlakukan pelayanan yang sama baik
kepada anggota, pengelola maupun pengurus
 Pengurus dan pengelola pro aktif melakukan perbaikan terhadap
adanya temuan hasil pemeriksaan.
4. Risiko Hukum
 Perjanjian Pembiayaan koperasi telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
 Koperasi Syariah telah memastikan bahwa agunan yang diterima telah
memnuhi persyaratan secara yuridis.
 Koperasi menatausahakan secara aman segala surat-surat berharga,
buku simpanan dan sebagainya.
5. Risiko Pengurus dan Pengelola
 Pengurus tidak mencampuri kegiatan operasional yang cenderung
menguntungkan pribadi dan keluarganya.
 Pengurus dan Pengelola mempunyai kemampuan dan kemauan untuk
meningkatkan permodalan Koperasi Syariah.
 Pengelola tidak mencampuri kegiatan operasional yang cenderung
menguntungkan pribadi dan keluarganya.

137
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

 Dewan Pengawas Operasional dan Dewan Pengawas Syariah


melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
pengurus dan pengelola dalam batasan tugas dan wewenang yang jelas
yang dilakukan secara efektif.

 Contoh Penilaian Manajemen


 Manajemen Umum
Aspek 10 Pertanyaan/Pernyataan
Strategi 1
Sturktur 2
Sistem 4
Kepemimpinan 3
 Manajemen Resiko
Aspek 15 Pertanyaan/Pernyataan
Risioko Liquiditas 2
Risiko Pembiayaan 3
Risioko Operasional 3
Risiko Hukum 3
Risiko Pengelolaan 4

Penilaian Skor Manajemen


a) Setiap jawaban diberi nilai 0, 1, 2, 3, 4
b) Nilai Nol kondisi Lemah
c) Nilai 1, 2, 3 kondisi antara

138
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

d) Nilai 4 kondisi baik


• Rumus Penilaian Skor NP Manajemen
Total Nilai seluruh x 4 x 25 % = Skor NP Manajemen
• Penilaian Manajemen
a) Sehat = 81 - 100
b) Cukup Sehat = 66 < 81
c) Kurang Sehat = 51 < 66
d) Tidak Sehat < 51

4. Penilaian Kesehatam Rentabilitas


• Penilaian Kesehatan Rentabilitas terdiri atas :
a) Rasio Laba SHU berjalan sebelum dikurangi pajak Terhadap Total aset
dalam 12 bulan ( Return On Aset), memiliki bobot 5 %.
Jumlah Laba SHU sebelumpajak
X 100 %
Rata-rata volume usaha 12 bulan
b) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
memiliki bobot = 5 %.
Jumlah Beban Operasi 12 bulan
X 100 %
Jumlah Pendapatan Operasi 12 bulan
• Krieria NP Rentabilitas yang dinilai
a) Untuk rasio 0 atau negative diberi nilai 0
b) Untuk setiap kenaikan Laba 0,02 % NK nilai ditambah 1 sampai dengan
100
• Perhitungan NP ROA
NP X Bobot
• Hasil Penilaian
a) Sehat > 1,215
b) Cukup Sehat > 0,999 < 1,215
c) Kurang Sehat > 0,765 < 0,999
139
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

d) Tidak Sehat < 0,765


• Kriteria NP BOPO yang dinilai
a) Untuk rasio > = 100 Nilai kesehatan = 0
b) Untuk setiap penurunan rasio sebesar 0,15 %, NP ditambah 1 maksimal
100
• Penilaian NK untuk BOPO
a) Sehat <= 93,52 %
b) Cukup Sehat > 93,52 % < 94,72 %
c) Kurang Sehat > 94,72 % < 95,92 %
d) Tidak Sehat > 92,92 %
5. Penilaian Likuiditas
• Penilaian NP Liquiditas terdiri atas :
a) Cash Rasio yaitu perbandingan antara alat liquid dengan hutang lancar
memiliki bobot 5 %.
b) Financing Debt Ratio (FDR) yaitu perbandingan antara pembiayaan
terhadap dana yang diterima memiliki bobot 5 %.

• Cash Rasio
a) Alat likuid terdiri atas :
1) Kas
2) Giro, tabungan dan deposito di Bank Syariah/ Koperasi Syariah
lainnya.
b) Hutang Lancar
1) Kewajiban segera
2) Simpanan Wadi’ah
3) Simpanan Berjangka

• Perhitungan Cash Ratio


a) Rasio 0 %, NP = 0
b) Setiap kenaikan 0,15, NP ditambah 1 maks 100
140
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Penilaian NP untuk Cash Ratio


a) Sehat >= 4,05 %
b) Cukup Sehat >= 3,30 % - < 4,05 %
c) Kurang Sehat >= 2,55 % < 3,30 %
d) Tidak Sehat < 2,55
• Financing Debt Ratio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan terhadap dana yang diterima.
Pembiayaan yang diberikan
X 100 %
Dana yang diterima kopyah

• Pembiayaan yang diberikan meliputi :


a) Pembiayaan Murabahah, Istishna dan Salam
b) Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah
c) Pembiayaan Ijaroh, Multijasa dan Ijaroh Muntahiya Bittamlik
d) Penyertaan usaha Unit Sektor Riil

• Dana yang diterima meliputi :


a) Simpanan Wadi’ah
b) Simpanan berjangka Mudharabah
c) Pembiayaan dari pihak lain
d) Simpanan Pokok
e) Simpanan Wajib
f) Dana hibah
g) Laba SHU berjalan

• Perhitungan FDR
a) Rasio > 115 %, NK = 0
b) Setiap Penurunan 1%, NK ditambah 4 maksimal 100

• Penilaian NP untuk FDR


a) Sehat <= 94,75 %
b) Cukup Sehat > 94,75 % - <= 98,50 %
141
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

c) Kurang Sehat > 98,50 % <= 102,25 %


d) Tidak Sehat > 102,25

C. Faktor Yang dapat menurunkan Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah


1. Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam Koperasi
Syariah yang bersangkutan.
2. Adanya campur tangan pihak diluar Koperasi Syariah atau kerjasama yang tidak
wajar sehingga fungsi koperasi tidak dilaksanakan dengan baik.
3. Rekayasa pembukuan atau window dressing dalam pembukuan sehingga
mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap koperasi.
4. Melakukan kegiatan usaha Koperasi Syariah tanpa membukukan dengan benar.
5. Melampaui Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP)
Apabila terjadi pelanggaran (BMPP) tanpa melihat besar atau jenisnya NP dikurangi
5.Setiap 1 % pelanggaran (BMPP), nilai poin dikurangi lagi dengan 0,05 %,
maksimal 10

142
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Anggaran Dasar koperasi biasanya sudah disiapkan oleh pihak kantor Dinas Koperasi yang
merupakan standar usaha bagi koperasi, akan tetapi bagi koperasi yang berbasis syariah
perlu adanya penyesuaian terutama pada mekanisme kerjanya dan prinsip operasionalnya.
Bagi pengelola koperasi yang berbasis syariah dapat pula disesuaikan pada Anggran
Rumah Tangganya dengan mengacu pada anggaran dasar koperasi yang ada dengan
menambahkan aspek-aspek operasional secara syariahnya. Anggaran Rumah Tangga
Koperasi Syariah dapat dibuat seperti contoh dibawah ini.

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI SYARIAH “X”

BAB 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1

(1) Badan Usaha ini bernama Koperasi Syariah ”X” dengan nama singkat dalam anggaran
Rumah Tangga disebut Kopsyah ”X”.
(2) Koperasi Syariah ”X” berkedudukan ................................................................................

BAB 2

VISI DAN MISI

Pasal 2

(1) Visi Koperasi Syariah (Kopsyah) “X” Adalah :


“Menjadikan Koperasi Syariah Sebagai Pilar Pembangunan Ekonomi Umat ”
(2) Misi Kopersisyariah (Kopsyah) ”X”
a. Meningkatkan pendapatan anggota khususnya dan masyarakat pada Umumnya.

143
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b. Mensejahterakan anggota khususnya dan masyarakat luas pada Umumnya


c. Membentuk stabilitas ketahanan pangan masyarakat luas melalui perluasan swa
sembada pangan yang kokoh dan berkelanjutan
d. Membangun kesadaran masyarakat akan kehidupan bergotong royong dalam
melakukan aktifitas usahanya.
e. Menciptakan pengusaha-pengusaha tangguh dilingkungan masyarakat Bekasi.

BAB III

LANDASAN DASAR DAN PRINSIP KOPERASI

Pasal 3
(1) Kopsyah “X” berlandaskan Syari’at Islam yang merujuk kepada Al Qur’an dan
Sunah Rasulullah SAW.
(2) Kopsyah ”X” berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
(3) Kopsya ”X” berdasarkan Azas Kekeluargaan sesuai UU No. 25 Tahun 1992
Tentang Perkoperasian.
Pasal 4
(1) Kopsyah ”X” melakukan kegiatanya berdasarkan prinsip-prinsip :
a. Keanggotaannya bersifat Sukarela dan Tebuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian SHU dilakukan secara Adil sebanding dengan besarnya jasa Usaha
masing-masing anggota.
d. Kemandirian
(2) Dalam mengembangkan Koperasi Syariah ”X”, dilaksanakan pula prinsip-prinsip :
a. Pendidikan Koperasi Syariah
b. Kerjasama antar Koperasi Syariah dan Institusi Pemerintah dan Swasta.

144
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB IV
FUNGSI DAN PERAN
Pasal 5
(1) Membangun, mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Serta untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
(2) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan anggota dan
masyarakat muslim pada umumnya.
(3) Memperkokoh dan menjaga keberlanjutan perekonomian anggota dan masyarakat
muslim melalui kegiatan ekonomi berlandaskan Syari’at Islam.

BAB V
TUJUAN SERTA USAHA KOPERASI SYARIAH “X”
Pasal 6
(1) Kopsyah “X” bertujuan memajukan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat
muslim pada Umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.

Pasal 7
(2) Untuk mencapai tujuan tersebut maka Koperasi Syariah “X” menyelenggarakan usaha-
usaha sebagai berikut :
a. Menggiatkan anggota untuk menyimpan/menabung pada koperasi secara teratur.
b. Menjalankan usaha perdagangan umum (General Trade)
c. Menjalankan usaha Jasa Foto Copy, Periklanan, Percetakan, angkutan karyawan dan
sekolah serta angkutan barang, Suplier dan Kantin.
d. Menyelenggarakan pembiayaan kepada anggota sesuai prinsip syariah Islam.
e. Turut aktif berusaha yang berkaitan dengan dengan program pemerintah.
f. Menyelenggarakan kerjasama/ kemitraan usaha dengan pihak ketiga, perusahaan
swasta dan BUMN.

145
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 8
(1) Anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa Koperasi Syariah “X” yang
tercatat di buku anggota Koperasi Syariah “X”
(2) Yang dapat diterima menjadi anggota Koperasi Syariah “X” adalah WNI/Keturunan
yang memenuhi syarat antara lain :
a. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum.
b. Beralamat di wilayah Kabupaten maupun Kotamadya “XX”
c. Berprofesi sebagai Guru, Karyawan, profesional, pedagang dan wiraswasta.
d. Telah membayar simpanan Pokok dan simpanan wajib yang ditetapkan dalam
anggaran Rumah Tangga ini.
e. Telah menyetujui isi anggaran Dasar dan Rumah Tangga, Keputusan Rapat
Anggota serta peraturan-peraturan Koperasi Syariah yang berlaku.

(3) Keanggotaan Koperasi Syariah “X” mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan dengan
catatan dalam buku daftar anggota.
(4) Seseorang yang akan masuk menjadi anggota Koperasi Syariah “X” harus mengajukan
permohonan secara tertulis.
(5) Permintaan berhenti sebagai anggota harus diajukan secara tertulis kepada pengurus.
(6) Seseorang anggota yang diberhentikan oleh pengurus dapat meminta pertimbangan
pada rapat anggota berikutnya yang terdekat.
(7) Keanggotaan Koperasi Syariah melekat pada diri anggota sendiri dan tidak dapat
dipindah tangankan.

Pasal 9
Setiap anggota Koperasi Syariah ”X” mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi anggaran Dasar dan Rumah Tangga, peraturan khusus dan keputusan
yang telah disepakati dalam rapat anggota.

146
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b. Membayar simpanan pokok dan simpanan wajib serta simpanan beku yang
diputuskan dalam Rapat Anggota.
c. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan Koperasi Syariah ”X”
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan asas kekeluargaan.
e. Menanggung kerugian sesuai dengan pasal 40 Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 10
(1) Setiap anggota Koperasi Syariah “X” mempunyai Hak :
a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota.
b. Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas
c. Meminta diadakan rapat anggota, rapat anggota luar biasa sesuai dengan ketentuan
pasal 13 dan 14.
d. Mengemukakan pendapat dan saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik
diminta maupun tidak diminta.
e. Memanfaatkan Koperasi Syariah dan mendapatkan pelayanan yang sama antara
sesama anggota.
f. Memperoleh sisa pembagian SHU sesuai dengan jasa atau transaksi

Pasal 11
(1) Keanggotaan berakhir bilamana :
a. Meninggal dunia
b. Meminta berhenti atas kehendak sendiri
c. Diberhentikan oleh pengurus karena tidak mengindahkan kewajiban sebagai
anggota, atau berbuat sesuatu yang merugikan koperasi.

Pasal 12
(1) Disamping anggota dimaksud dalam pasal 7, Koperasi Syariah “X” dapat menerima
anggota luar biasa.
(2) Yang dapat diterima sebagai anggota luar biasa adalah :

147
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

a. Penduduk WNI/ Keturunan yang bukan berdomisili diwilayah Kabupaten/


Kotamadya.
b. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum (dewasa).
c. Menyetakan secara tertulis telah menyetujui isi anggaran dasar, anggaran rumah
tangga dan peraturan yang berlaku di Koperasi Syariah “X”.
(3) Dalam hal anggota luar biasa tidak ada ikatan hak dan kewajiban sebagaimana halnya
anggota Koperasi Syariah “X” tetapi tetap berpartisipasi dalam kegiatan.
(4) Anggota Luar Biasa tidak mempunyai hak suara dalam rapat anggota dan tidak punya
hak dipilih atau memilih menjadi pengurus atau pengawas.

BAB VII
RAPAT ANGGOTA
Pasal 13
(1) Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi Syariah ”X”
(2) Dalam rapat anggota tiap anggota mempunyai hak 1 (satu) hak suara.
(3) Rapat anggota diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun dan diselenggarakan
paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku.
(4) Rapat anggota dapat diadakan atas keputusan pengurus dan diberitahukan sekurang-
kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan.
(5) Rapat anggota harus dihadiri 51 % dari jumlah anggota Koperasi Syariah.

Pasal 14
(1) Jika rapat anggota tidak dapat berlangsung karena tidak dapat memenuhi ketentuan
dimaksud pasal 13 ayat 5 maka rapat ditunda selama 1 (satu) bulan, namun jika dalam 1
(satu) bulan tidak juga memenuhi quorum maka pengurus dapat mengadakan Rapat
Anggota Luar Biasa.
(2) Keputusan Rapat anggota diambil secara musyawarah untuk mufakat. Jika dalam hal ini
tidak tercapai kata mufakat keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(3) Anggota yang tidak hadir tidak dapat diwakili dan dianggap menyetujui hasil mufakat.

148
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pasal 15
(1) Rapat anggota berhak meminta keterangan dan pertanggung jawaban Pengurus dan
Pengawas mengenai segala sesuatu yang terjadi dalam pengelolaan Koperasi Syariah
“X”
(2) Rapat anggota mempunyai wewenang menetapkan antara lain :
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Kebijakan Umum dibidang Organisasi, manajemen dan usaha Koperasi Syariah ”X”
c. Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas.
d. Pengesahan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas dalam pelaksanaan
tugasnya, termasuk laporan keuangan, neraca dan rugi laba.
e. Rencana/ Program kerja Koperasi Syariah ”X” meliputi anggaran belanja dan
pendapatan.
f. Penggabungan, peleburan atau pembubaran Koperasi Syariah ”X”.
g. Pembagian sisa Hasil Usaha.

Pasal 16
(1) Setiap rapat anggota harus dibuat berita acara Rapat.yang ditanda tangani oleh
pimpinan dan notulen rapat.
(2) Keputusan Rapat Anggota Koperasi Syariah ”X” ditanda tangani oleh ketua dan
sekretaris Koperasi Syariah ”X”

Pasal 17
(1) Acara Rapat Anggota Tahunan Koperasi Syariah ”X” memuat antara lain :
a. Pembukaan
♦ Pembacaan kalam Ilahi dan sari tilawah
♦ Pengantar kata dari panitya
♦ Laporan singkat dari pengurus
♦ Sambutan-sambutan
b. Acara Pokok
♦ Penyampaian quorum rapat
149
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

♦ Pengesahan acara rapat anggota tahunan/luar biasa.


♦ Laporan pertanggung jawaban pengurus termasuk laporan kelembagaan, usaha
dan keuangan.
♦ Laporan hasil pengawasan oleh pengawas.
♦ Pembacaan dan pengesahan rencana kerja dan rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Koperasi Syariah “X” untuk tahun berjalan.
♦ Penetapan pembagian sisa hasil usaha
♦ Pemilihan pengurus dan pengawas.
♦ Tausiyah oleh Dewan Syariah/ alim ulama
♦ Penutup.

(2) Laporan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas serta program kerja dari
RKATKS (Rencana Kerja Anggaran Tahunan Koperasi Syariah) disampaikan kepada
anggota paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat anggota tahunan dilaksanakan.

BAB VIII
PENGURUS
Pasal 18
(1) Pengurus Koperasi Syariah “X” dari dan oleh Anggota dalam RAT/ Luar biasa.
(2) Pengurus merupakan pemegang Kuasa RAT/ Luar biasa
(3) Yang dipilih menjadi pengurus adalah anggota yang memenuhi syarat-syarat :
a. Bertaqwa kepada Allah dan Rasulnya
b. Dapat membaca dan menulis Al Qur’an
c. Memiliki sifat jujur dan trampil dan berakhlak/ berprilaku baik di dalam maupun
diluar Koperasi Syariahl.
d. Mempunyai wawasan yang luas tentang perkoperasian syariah
e. Sudah menjadi anggota Koperasi Syariah “X” minimal 1 (satu) tahun dan
memperlihatkan kedisiplinan dan loyalitas kepada Koperasi Syariah “X”
f. Tida menjadi anggota organisasi terlarang atau tersangkut perkara pidana baik
dalam proses maupun terpidana.
150
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

g. Tunduk kepada ketetapan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga.


(4) Pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali.
(5) Bilamana Anggota pengurus meninggal dunia atau berhenti sebelum masa jabatannya
habis, maka Rapat Anggota Luar Biasa dapat mengangkat penggantinya dari pengurus
lainnya atau dari kalangan anggota Koperasi Syariah ”X”

Pasal 19
(1) Pengurus terdiri atas sekurang-kurangnya 5 orang atau sebanyak-banyaknya 7 orang.
(2) Nama-nama pengurus dicatat dalam daftar buku daftar pegurus.
(3) Pengurus setiap waktu dapat diberhentikan oleh rapat anggota apabila :
a. Pengurus melakukan kecurangan dan merugikan Koperasi Syariah ”X”
b. Pengurus tidak mentaati ketetapan AD/ART Koperasi Syariah “X”.
c. Pengurus tidak loyal lagi kepada Koperasi Syariah ”X”

Pasal 20
Tugas dan kewajiban Pengurus antara lain :
(1) Memimpin organisasi dan usaha Koperasi Syariah “X”, melakukan segala perbuatan
hukum untuk dan atas nama Koperasi Syariah “X” serta mewakilinya dihadapan dan
diluar pengadilan.
(2) Menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan/ Luar biasa dan rapat pengurus serta
mempertanggung jawabkan pada rapat anggota mengenai tugas kepengurusannya.
(3) Menyelenggarakan administrasi organisasi secara tertib dan rapih.
(4) Memutuskan menerima dan menolak anggota baru serta pemberhentian anggota.
(5) Membantu pengawas dalam melakukan pengawasan dengan memberikan keterangan
yang diperlukan.

Pasal 21
(1) Setelah tahun buku Koperasi Syariah “X” ditutup, paling lambat setelah satu bulan
sebelum diadakan RAT, pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat antara lain :
a. Keadaan organisasi dan usaha Koperasi Syariah “X” yang dicapai.

151
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b. Perhitungan tahunan yang terdiri atas dari neraca rugi laba, serta penjelasan berupa
Catatan Atas Laporan Keuangan.
(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditanda tangani oleh semua
anggota yang hadir.
Pasal 22
(1) Pengurus Koperasi Syariah “X” dapat mengangkat Pengelola (Direktur, manager dan
karyawannya) yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha maupun
kegiatan.
(2) Rencana pengangkatan tersebut (ayat 1) diajukan dalam rapat anggota untuk mendapat
persetujuan.
(3) Kegiatan yang dilakukan oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus.
(4) Hubungan antara pengelola tersebut (ayat 1) merupakan hubungan kerja atas dasar
perikatan.
(5) Pengelolan bertanggung jawab terhadap pengurus.

BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 23
(1) Pengawas dipilih dari dan oleh Anggota dalam Rapat Anggota.
(2) Pengawas terdirii atas Pengawas Syariah dan Pengawas Operasional
(3) Pengawas bertanggung jawab terhadap rapat Anggota.
(4) Yang dipilih menjadi anggota pengawas adalah anggota Koperasi Syariah “X” yang
memenuhi syarat-syarat :
h. Bertaqwa kepada Allah dan Rasulnya
i. Dapat membaca dan menulis Al Qur’an
j. Memiliki sifat jujur dan trampil dan berakhlak/ berprilaku baik di dalam maupun
diluar Koperasi Syariah “X”
k. Mempunyai wawasan yang luas tentang perkoperasian syariah
l. Sudah menjadi anggota Koperasi Syariah “X” minimal 1 (satu) tahun dan
memperlihatkan kedisiplinan dan loyalitas kepada Koperasi Syariah “X”

152
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

m. Tidak menjadi anggota organisasi terlarang atau tersangkut perkara pidana baik
dalam proses maupun terpidana.
n. Tunduk kepada ketetapan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga.
(5) Pengawas dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali.

Pasal 24
(1) Pengawas bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap kebijakan dan pengelolaan
Koperasi Syariah sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
(2) Pengawas bertugas untuk membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan dan
disampaikan kepada pengurus dan dilaporkan kepada rapat anggota.

Pasal 25
(1) Pengawas berwenang meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada Koperasi Syariah
“X”
(2) Pengawas berwenang untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan.
(3) Pengawas berwenang memberikan koreksi, saran dan peringatan kepada pengurus.
(4) Dalam hal-hal tertentu pengawas bisa meminta bantuan kantor akuntan publik dengan
persetujuan pengurus.
(5) Biaya akuntan Publik dibeban kan Koperasi Syariah ”X”

Pasal 26
(1) Pengawas tidak menerima gaji tetapi dapat diberikan uang jasa.
(2) Pengawas sebanyak-banyaknya 3 orang dengan susunan Ketua dan anggota.

BAB VIII
DIREKTUR MANAJER DAN KARYAWAN

Pasal 27
(1) Pelaksanakan usaha-usaha Koperasi Syariah “X” dilakukan oleh Direktur, para manajer
dan karyawan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pengurus.

153
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

(2) Direktur, manajer-manajer dan karyawan diangkat dan diberhentikan oleh pengurus
serta hubungan kerja antara pengurus dan dan direktur, manajer dan karyawan
dituangkan dalam kontrak kerja yang ditanda tangani bersama kedua pihak.
(3) Direktur dan para manjer bertanggung jawab kepada pengurus Koperasi Syariah ”X”

BAB IX
DEWAN PENASEHAT
Pasal 28
(1) Untuk kepentingan Koperasi Syariah “X” Rapat anggota dapat mengangkat dewan
penasehat
(2) Dewan penasehat tidak menerima gaji tetapi dapat diberikan uang jasa.
(3) Dewan penasehat dapat memberi saran atau pendapat kepada pengurus untuk kemajuan
koperasi baik diminta maupun tidak diminta adan saran-sarannya tidak mutlak
diterima/dilaksanakan.

BAB X
PEMBUKUAN KOPERASI SYARIAH “X”
Pasal 29
(1) Tahun buku Koperasi Syariah “X” dimulai dari tanggal 1 Januari s/d 31 Desember.
(2) Pembukuan Koperasi Syariah ”X” dilakukan oleh Pengelola (Direktur, para manejer
dan karyawan)
(3) Setiap tahun buku dilaporkan oleh pengurus mengenai keadaan rugi/ laba usaha.
(4) Pembukuan Koperasi Syariah ”X” dapat menggunakan sistem akutansi yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
BAB XI
MODAL KOPERASI SYARIAH “X”
Pasal 30
(1) Modal Koperasi Syariah “X” terdiri dari modal sendiri dan modal luar/ pinjaman.
(2) Modal sendiri dapat berasal dari :
a. Simpanan Pokok

154
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b. Simpanan Wajib
c. Dana Cadangan
d. Hibah
e. Donasi

(3) Modal Luar/ pinjaman berasal dari :


a. Anggota
b. Koperasi Syariah lain
c. Bank dan lembaga lain dengan sistem syariah
d. Penerbitan obligasi dan surat-surat berharga.
e. Sumber dana lain yang syah.
(4) Selain modal yang dimaksud ayat 1 (satu), dapat pula melakukan pemupukan modal
penyertaan.

Pasal 31
(1) Setiap anggota harus menyimpan atas namanya sendiri pada Koperasi Syariah “X
berupa simpanan pokok sebesar Rp …..,00 (…………. rupiah).
(2) Setiap anggota diwajibkan pula atas namanya sendiri menyimpan simpanan wajib
sebesar Rp ………… (………. rupiah) setiap bulannya dan simpanan beku sebesar Rp
……..,00 (………. rupiah) yang dapat diangsur sesuai kemampuan anggota dan
simpanan sukarela.

Pasal 32
(1) Simpanan Pokok dan simpanan wajib serta simpanan beku tidak dapat diminta kembali
selama masih menjadi anggota Koperasi Syariah “X”
(2) Simpanan yang dimaksud dalam ayat 1 (satu) diatas dapat dikembalikan kepada
amggota setelah dukurangi bagian tanggungan yang ditetapkan jika anggota tersebut
disebabkan kelalaiannya telah merugikan Koperasi Syariah “X”

155
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB XII
SISA HASIL USAHA
Pasal 33

(1) Sisa hasil usaha Koperasi Syariah “X” merupakan pendapatan yang diperoleh dalam
satu tahun buku dukuragi dengan biaya penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
(2) Sisa hasil usaha yang diperoleh pembagiannya diatur sebagai berikut :
a. 35 % untuk dana cadangan Koperasi Syariah ”X”
b. 45 % untuk anggota sebanding dengan partisipasi modal
c. 5 % untuk dana pendidikan.
d. 5 % untuk dana pengurus
e. 5 % untuk dana kesejahteraan karyawan
f. 5 % untuk dana sosial

Pasal 34
(1) Uang cadangan adalah kekayaan Koperasi Syariah yang disediakan untuk menutup
kerugian sehingga tidak boleh dibagikan kepada anggota.
(2) Rapat anggota dapat memutuskan untuk mempergunakan paling tinggi 75 % dari
jumlah cadangan untuk perluasan usaha Koperasi.Syariah “X”

BAB XIII
TANGGUNGAN ANGGOTA
Pasal 35
(1) Apabila Koperasi Syariah ”X” dibubarkan dan pada penyelesaiannya ternyata kekayaan
Koperasi Syariah ”X” tidak mencukupi untuk melunasi segala kewajibannya, maka
sekalian anggota diwajibkan menanggung kerugian masing-masing terbatas pada
simpanan Pokok dan simpanan Wajib. Masing-masing anggota menangung kerugian
sama banyaknya.

156
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

(2) Kerugian yang diderita oleh Koperasi Syariah “X” pada suatu akhir tahun buku ditutup
dengan uang cadangan.
BAB IV
PEMBUBARAN KOPERASI SYARIAH “X” DAN PENYELESAIAN
Pasal 36

(1) Pembubaran Koperasi Syariah “X” dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat
Anggota.
Pasal 37
(1) Pembubaran Koperasi Syariah ”X” harus diadakan Rapat Anggota Khusus mengenai
pembubaran.
(2) Pembubaran Koperasi Syariah ”X” didasarkan pada kondisi tidak adanya kegiatan lagi
serta tidak akan melanjutkan kegiatannya lagi.
(3) Keputusan Pembubaran Koperasi Syariah ”X” oleh rapat anggota dilakukan secara
tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada semua kreditor dan Pejabat yang berwenang.

BAB XV
JANGKA WAKTU
Pasal 38
(1) Koperasi Syariah ”X” didirikan dalam jangka waktu tidak terbatas sesuai dengan
maksud dan tujuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 6.

BAB XVII
SANGSI-SANGSI
Pasal 39
(1) Seluruh anggota, pengurus dan pengawas wajib mentaati segala ketentuan-ketentuan
dalam anggaran Dasar/ Anggaran RumahTangga dan peraturan lainnya yang berlaku.
(2) Apabila ketentuan-ketentuan tersebut tidak ditepati, dilanggar atau di ingkari maka
kepada anggota, pengurus dan pengawas dapat dikenakan sangsi oleh rapat anggota
berupa :
a. Peringatan.
157
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b. Diberhentikan atas kemauan sendiri


c. Diberhentikan dari jabatan pengurus
d. Diberhentikan dari keanggotaan setelah 3 (tiga) kali peringatan
(3) Manajer dan karyawan yang merugikan Koperasi Syariah ”X” akan diselesaikan
menurut ketentuan hukum yang berlaku.

BAB XVIII
Pasal 40
PERATURAN KHUSUS

(1) Rapat Anggota menetapkan Peraturan Khusus yang memuat ketentuan yang tidak
tercantum dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangga.

BAB XIX
PENUTUP
Pasal 41

Demikian Anggaran Rumah Tangga Koperasi Syariah “X” ini ditetapkan dan diatur oleh
rapat anggota dan ditanda tangani oleh pengurus yang diberi kuasa oleh Rapat Anggota
Koerasisyariah “X” di “XXX”
Pengurus Koperasi Syariah “X”
(1) ……………………

(2) …………………..

(3) ………………….

(4) ………………….

(5) …………………

158
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB IX
TEKNIS PENDIRIAN KOPERASI SYARIAH

A. Pembentukan Koperasi Syariah


Pembentukan koperasi sebagaimana pasal 6 Bab IV Undang-undang nomor 25 tahun
1992 dilakukan dengan Akta Pendirian Koperasi Primer yang dituangkan dalam
anggaran Dasar Koperasi. Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua)
puluh orang dan berkedudukan diwilayah Indonesia. Dalam anggaran dasar
sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (1) UU nomor 25 tahun 1992 berisikan sekurang-
kurangnya :

 Daftar nama pendiri;


 Nama dan tempat kedudukan;
 Maksud dan tujuan serta bidang usaha;
 Ketentuan mengenai keanggotaan;
 Ketentuan mengenai rapat anggota;
 Ketentuan mengenai pengelolaan;
 Ketentuan mengenai permodalan;
 Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
 Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
 Ketentuan mengenai sangsi

Sebelum Akta pendirian dibuat di notaris, ada baiknya para pendiri mengundang
dinas koperasi setempat untuk memberikan penyuluhan tentang usaha dengan badan
hukum Koperasi Syariah, meskipun masih sedikit pegawai dinas koperasi yang
memahami tentang seluk beluk Koperasi Syariah, namun setidaknya dapat dipahami
tentang mekanisme perkoperasian itu sendiri. Untuk memperoleh pengesahan Akta
Koperasi, para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai Akta pendirian Koperasi.
Saat ini Akta Koperasi Syariah dibuat di kantor Notaris yang ditunjuk, untuk selanjutnya

159
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

disahkan di Kantor departemen koperasi ataupun di kanwil koperasi. Pengesahan Akta


pendirian diberikan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya
permintaan pengesahan. Pengesahan akta pendirian akan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Anggota Koperasi Syariah adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa dimana
keanggotaan ini dicatat dalam buku anggota (data base anggota) disamping itu Koperasi
Syariah memiliki anggota luar biasa dan calon anggota yang persyaratan, hak, dan
kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam anggaran dasar.

B. Tahapan Pendirian
1. Rapat Anggota Pendiri Minimal 20 orang
Sebagaimana UU No.25 tahun 1992 bahwa koperasi didirikan sekurang-
kurangnya oleh 20 orang pendiri. Rapat anggota pendiri mengagendakan antara
lain :

• Bentuk dan jenis koperasi yang akan didirikan seperti Koperasi Jasa
Keuangansyariah (KJKS) jika cor bisnisnya sebatas simpan pinjam atau
Koperasi Syariah jika cor bisnisnya mempunyai beberapa unit bisnis baik
Unit jasa Keuangan Syariah (UJKS) ataupun Int bisnis sector riil
(perdagangan, produksi dan jasa)
• Menunjuk dan mengangkat pengurus dan dewan pengawas. Pengurus
diupayakan berjumlah ganjil yakni sekurang-kurangnya 3 orang. Dewan
Pengawas terdiri atas Dewan Pengawas Operation dan Dewan
Pengawassyariah.
• Merumuskan Permodalan Koperasi yang terdiri atas ketetapan Simpanan
Pokok dan Simpanan wajib anggota dalam Rapat Anggota Pendirian
Koperasi Syariah yang diadakan pertamakalinya..
• Menyiapkan Modal di Setor minimal Rp 15.000.000,00 (lima belas juta )
• Menetapkan Tahun Buku Keuangan Koperasi dengan didahului pembuatan
Neraca Awal Koperasi Syariah. Bagi Koperasi Syariah neraca awal dapat
160
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

merujuk format Keputusan Menteri Negara Koperasi RI No.


91/Kep./M.KUM/IX/2004 yang memadukan antara PSAK 27 dengan PSAK
59 dengan menambahkan Unit Sektor Riil pada Account Investasi terikat
maupun Investasi Tidak Terikat jika memiliki usaha sektor riil.
• Membuat Berita Acara Pendirian Koperasi Syariah yang disepakati dan
ditandatangani oleh masing-masing para pendiri Koperasi Syariah.
• Melampirkan Identitas Para Pendiri yang terdiri sekurang-kurangnya foto
copy KTP/SIM.
• Mempersiapkan kelengkapan organisasi Koperasi Syariah seperti :
Sekretariat, Inventaris, Buku anggota, Barang cetk dan alat tulis serta form-
form pendukung lainnya.

C. Pengesahan Akte Pendirian.


Setelah dilakukan rapat anggota dan telah dibuat berita acara pendirian
Koperasi Syariah maka langkah selanjutnya adalah mengesahkan Badan Hukum
Koperasi Syariah di Kantor Departemen Koperasi setempat untuk keanggotaan di
area Kotamadya atau Kabupaten atau dikantor wilayah Koperasi untuk area
keanggotaan di tingkat Propinsi atau dapat pula di Kantor Kementrian Koperasi
utuk keanggota area nasional.
Pada saat ini pendirian koperasi telah dilakukan oleh pejabat notaris yang
ditunjuk dan disahkan oleh Kantor Departemen Koperasi setempat. Namun
dibeberapa daerah Akta pendirian masih dapat dilakukan langsung di kantor
Departemen Koperasi setempat.
Untuk melakukan pendaftaran dan pengesahan yang perlu dipersiapkan antara
lain:
• Menghadirkan para pendiri untuk penandatanganan Akta Pendirian dan
pengesahan Koperasi Syariah.
• Melampirkan Foto Copy KTP Pendiri, Berita Acara Pendirian, Neraca
Awal Koperasi Syariah, Surat permohonan Badan Hukum Koperasi
Syariah dan membawa materai secukupnya.
161
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

• Biaya pendirian sangat variatif tergantung derah masing-masing,


meskipun demikian sebenarnya pemerintah membebaskan biaya
sebenarnya karena koperasi merupakan soko guru bangsa Indonesia, akan
tetapi kenyataan dilapangan berbeda. Kemungkinan biaya-biaya yang
timbul antara lain : Biaya pembuatan akta notaries, biaya pengesahan dan
jasa lainnya .

D. Modal Awal
Bagi koperasi untuk jenis Simpan Pinjam (Koperasi Jasa Keuangansyariah)
dipersyaratkan modal sebesar Rp 25.000.000,00. Jika anggota pendirinya
berjumlah 25 orang maka simpanan pokok masing-masing anggota sebesar Rp
1.000.000,00 . Sementara bagi Koperasi Syariah meskipun tidak dipersyaratkan
harus disediakan modal secukupnya atau minimal sebesar Rp 15.000.000,00. Jika
modal tersebut belum terkumpul maka dapat pula diupayakan sebagai Pra
Koperasi atau yang sering disebut dengan KSM (Keompok Swadaya
Masyarakat)syariah yang kegiatannya hanya terbatas beberapa anggota yang
terhimpun dalam sebuah kelompok.
Komponen modal awal koperasi dapat bersumber dari Simpanan Pokok,
simpanan Wajib dan modal hibah. Semakin besar modal koperasi maka akan
semakin baik operasional Koperasi Syariah untuk menjadi besar.
Pertimbangan modal Koperasi Syariah harus besar adalah agar dapat
menggaji karyawannya secara baik sesuai dengan Upah Minimum Propinsi
(UMP) dimana Koperasi Syariah tersebut didirikan demi kebaikan dan
perkembangan koperasi syariah tersebut.

162
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

BAB X
LAMPIRAN KELENGKAPAN FORMULIR KOPERASI SYARIAH

A. Form Lembaga Koperasi Syariah

Contoh Form Bukti Kas

BUKTI KAS KELUAR Disetujui


Manager :
Sudah terima Dari : Koperasi Syariah “X”

Banyaknya Uang :
Teller/Kasir
Untuk Pembayaran :

Penerima :

Rp
Tanggal :

BUKTI KAS MASUK Mengetahui


Manager :
Sudah terima Dari :

Banyaknya Uang :
Teller/Kasir
Untuk Pembayaran :

Penyetor :

Rp
Tanggal :

163
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Contoh Form Mutasi Harian Kas

Koperasi Syariah “X” MUTASI HARIAN KAS Tanggal : ……..

1. SALDO AWAL Rp

Penerimaan Tunai Rp
Penerimaan dari Kas Besar Rp
Selisih Kas Lebih Rp

SUB. TOTAL Rp

Pengeluaran Tunai Rp
Penyetoran Ke Kas Besar Rp
Selisih Kas Kurang Rp

SUB TOTAL Rp

2. SALDO AKHIR Rp

Contoh Form Setoran Kopsyah


KOPERASI SYARIAH “ x” No. :
SLIP SETORAN Tanggal :
No. Cek/BG Jumlah

Jenis Rekening : Simp. Wadi’ah Simp. Berjangka

Angsuran Pembiayaan

TOTAL
Jenis Setoran : Tunai Cek/BG Transper
Untuk setoran diatas 100 juta,
Nama : mohon di isi sumber dana :

No. Rekening : 1. Pribadi :

Terbilang :
2. Lermbaga :

Lembar ke 1. : Pembukuan, lembar 2 untuk anggota

164
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Contoh Form Penarikan

Koperasi Syariah “X” No :


SLIP PENARIKAN Tanggal :

Sudah terima dari Koperasi Syariah “X” atas simpanan Anggota :


Atas N a m a :
No. Rekening :
Sejumlah :

Rp ………. ……………………
Tanda Tangan

Contoh form posisi Kas


Koperasi Syariah “X”
POSISI KAS
KETERANGAN TELLER/KASIR KAS BESAR TOTAL KAS
SALDO AWAL
PENERIMAAN TUNAI
Penerimaan Tunai dari Bank
Penerimaan Tunai dari Kopsyah lain
Penerimaan dari Kas Besar
Selisih Kas Lebih
SUB TOTAL
PEMBAYARAN TUNAI
Penyetoran Tunai ke Bank
Penyetoran Tunai ke Kopsyah lain
Penyetoran ke Kas Besar
Selisih Kurang
SUB TOTAL
SALDO AKHIR

MANAGER ACCOUNTING

165
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Koperasi Syariah “X”


Contoh Form Transaksi Uang Masuk
PENERIMAAN KAS HARIAN Tanggal :
NO NO. REKENING NOMINAL NO NO. REKENING NOMINAL
A. PEMBIAYAAN D. SIMPANAN
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10 10.
11. 11.
12. 12.
JUMLAH JUMLAH
B. SIM.POKOK/WAJIB LAIN-LAIN
1.
2.
3.
4.
5.
JUMLAH JUMLAH
C. BAGIAN UMUM 1.
1. 2.
2. 3.
3. 4.
4. 5.
5. JUMLAH
6.
7.
JUMLAH

166
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Koperasi Syariah “X”


Contoh Form Transaksi Uang Keluar
PENGELUARAN KAS HARIAN Tanggal :
NO NO. REKENING NOMINAL NO NO. REKENING NOMINAL
A. PEMBIAYAAN D. SIMPANAN
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10 10.
11. 11.
12. 12.
JUMLAH JUMLAH
B. SIM.POKOK/WAJIB LAIN-LAIN
1.
2.
3.
4.
5.
JUMLAH JUMLAH
C. BAGIAN UMUM 1.
1. 2.
2. 3.
3. 4.
4. 5.
5. JUMLAH
6.
7.
JUMLAH

167
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

B. Form Penunjang Operasional


1. Contoh Form Pembukaan Simpanan

Koperasi Syariah “X”


No. Base :
APLIKASI PEMBUKAAN REKENING Tanggal :

1. Data Pribadi 2. Data Perusahaan 3. Data Gabungan

A. Nama Lengkap :
Tempat Tgl. Lahir :
Identitas Diri . No : 1. KTP 2. SIM 3. Kartu Pelajar/Mahasiswa No.:
(Khusus WNA) : PASPOR No. 1. KIMS 2..KITAS 3.KITAP No.:
Alamat Terakhir :
Pekerjaan :
Jabatan terakhir :
Penghasilan perbulan : 1. < Rp 1.000 000,00 2. Rp 1,000.001 – Rp 3.000.000 3. Rp5.000.000 <
Penghasilan Tambahan : 1. < Rp 1.000 000,00 2. Rp 1,000.001 – Rp 3.000.000 3. Rp5.000.000 <
Sumber Pengh. Tambahan : 1. Kontrakan 2. Dagang 3. Profesional 4.lain-lain
Nama Perusahaan :
Bidang Usaha :
Alamat :

B. Nama Perusahaan :
Badan Usaha : 1. Yayasan 2. Koperasi 3. Perseroan/CV
Bidang Usaha :
Legalitas : 1. Akte Pendirian 2. SIUP 3. NPWP. 4. TDP
Omset Perusahaan : 1. >Rp 10 Juta 2. Rp 10 Juta - Rp 1 00 Juta 3. > Rp 100 juta Alamat
Perusahaan :

C. Nama QQ (Gabungan) :
Tempat Tgl. Lahir :
Identitas Diri . No : 1. KTP 2. SIM 3. Kartu Pelajar/Mahasiswa No.:
(Khusus WNA) : PASPOR No. 1. KIMS 2..KITAS 3.KITAP No.:
Alamat Terakhir :
Pekerjaan :
Jabatan terakhir :
Penghasilan perbulan : 1. < Rp 1.000 000,00 2. Rp 1,000.001 – Rp 3.000.000 3. > 5.000.000
Penghasilan Tambahan : 1. < Rp 1.000 000,00 2. Rp 1,000.001 – Rp 3.000.000 3. < 5.000.000
Sumber Pengh. Tambahan : 1. Kontrakan 2. Dagang 3. Profesional 4. Lain-lain
Nama Perusahaan :
Bidang Usaha :
Alamat :

168
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia
PEMBUKAAN PRODUK
1. TABUNGAN BERJANGKA MUDHARABAH

Akad dan Penrnyataan


Produk simpanan ini didasarkan pada investasi bagi hasil dengan system revenue
sharing dengan nisbah bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak sebesar 45 :
55 (Nasabah : Bank) serta ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan Oleh Koperasi
Syariah As Syaamil. Dalam hal akan dilakukan perubahan nisbah, maka pihak
Kopsyah cukup mengumumkannya melalui media dengan peredaran local, dan
berlaku minimum 1 pekan setelah pengumumam tersebut dikeluarkan.

2. TAWADHU (Tabungan Wadhiah Umat)

Akad dan Pernyataan


Produk simpnan ini didasari akad wadi’ah yaitu bersifat titipan dana yang dapat
diambil berdasarkan keinginan nasabah, produk ini tidak memiliki nisbah bagi hasil,
namun pihak Koperasi Syariah akan memberikan bonus keuntungan yang akan
dikreditkan setiap bulannya ke rekening anggota sebagai bonus dengan besaran bonus
yang variatif

3. INVESTASI TERIKAT/ INVESTASI TIDAK TERIKAT

Akad dan Pernyataan


Produk Investasi ini didasarkan pada investasi yang dipersyaratkan shahibul Maal
(Mudharabah Muqayadah) prinsip bagi hasil dengan system revenue sharing dan
nisbah bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak sebesar 40 : 60 (Investor :
Koperasi Syariah) khusus Investasi yang tidak dipersyaratkan shahibul maal
(Mudharabah Mutlaqoh) prinsip bagi hasil dengan revenue sharring sebesar 55 : 45
(Investor : Koperasi Syariah) serta ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan Oleh
Koperasi Syariah. Dalam hal akan dilakukan perubahan nisbah, maka pihak Koperasi
Syariah cukup mengumumkannya melalui media dengan peredaran local, dan berlaku
minimum 1 pekan setelah pengumumam tersebut dikeluarkan.

Saya menyatakan data diatas adalah benar oleh karena itu saya menyetujui dan
tunduk pada ketentuan-ketentuan umum dalam formulir Aplikasi pembukaan
rekening maupun ketentuan lain dari waktu kewaktu di Koperasi Syariah “X”.

Koperasi Syariah ”X” Investor :

Nama & Tanda Tangan Pejabat kopsyah Nama & Tanda Tangan Anggota

169
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2. Contoh Kartu Anggota

BUDAYA KERJA KOPERASI SYARIAH KARTU ANGGOTA


“EMPATI” YANG BERARTI : KOPERASI SYARIAH “ X”

• ETIS
• MORALIS
• PROFESIONAL
• AMANAH
• TANGGUH
FOTO 3 X 4
• INOVATIF

Sekretarian : Jalan Mardotilah


Telp. 42443

Nama : Nama :
No. Anggota : No. Anggota :
Alamat : Alamat :

Simpnan Pokok : Rp Simpnan Pokok : Rp

No. Bulan Simp.Wajib Validasi No. Bulan Simp.Wajib Validasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12

Pembagian SHU Rp Pembagian SHU Rp


Saldo Dana Rp Saldo Dana Rp

170
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Koperasi Syariah
3. Contoh “X” Permohonan Pembiayaan
Form
FORMULIR PERMOHONAN PEMBIAYAAN
(Harap di isi lengkap) Nomor : Tanggal :
PERMOHONAN PEMBIAYAAN
Jumlah Pembiayaan yang diajukan : Rp Pengajuan : Baru : Lama: Perubahan :
Jangka Waktu :
Tagihan Penggunaan (dijelaskan) :
DATA PRIBADI PEMOHON
Nama : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Tempat Tgl Lahir : Status : Menikah Belum menikah
Nomor KTP/SIM : Jumlah Tanggungan :
Nomor NPWP : Pendidikan Terakhir :
Ala mat :
Telepon : Wilayah : Kode pos : Lamanya tinggal :
Status Tempat Tinggal : Pribadi Keluarga Lainnya ……………..

Untuk keperluan yang mendadak hubungi (yang tidak serumah)


Nama :
Hubungan :
Ala mat :
Telepon : Wilayah : Kode pos : Lamanya tinggal :
Waktu terbaik untuk mengunjungi anda : Di rumah, pukul…….. Di kantor, pukul……..
DATA PEKERJAAN DATA SUAMI/ISTERI/PENJAMIN
Nama Perusahaan : Nama :
Bidang Usaha : Tempat Tgl Lahir :
Jabatan/Pangkat : (jika berkerja )
Mulai bekerja sejak : Nama Perusahaan :
Ala mat : Bidang Usaha :
Pangkat/Jabatan :
Telepon : Wilayah : Kode pos : Mulai Bekerja sejak :
(khusus wiraswasta) Alamat Kantor :
SIUP : NPWP :
Tgl/tahun didirikan : Telepon : Wilayah : Kode pos :
DATA PENGHASILAN PINJAMAN LAIN
Penghasilan bersih/bulan Pemohon : Rp Nama jenis pinjaman Jumlah Pinjaman/
Penghasilan bersih/bulan Suami/isteri : Rp Kantor Credit Card Jatuh Tempo
Penghasilan tambahan (jika ada) : Rp
Biaya hidup/pengeluaran perbulan : Rp
Angsuran dan Pinjaman lainnya : Rp
Sisa penghasilan bersih : Rp
DATA KEKAYAAN SIMPANAN/REKENING DI BANK
Jenis Jumlah Lokasi/Merk Nilai Rupiah Nama Bank jenis simpanaan Atas nama/nomor
Rumah
Mobil
Motor
DATA JAMINAN
Tanah Rumah Tinggal Ruko BPKB
Alamat Jaminan : Merk Kendaraan :
Telepon : Wilayah : Kode pos : Type :
Th. Dibangun : LT : LB : Tahun :
Harga Taksiran : No. IMB : Harga Kendaraan :
Status Tanah : Nama Pemilik :
Berlaku hingga : Alamat Pemilikr :
Nama Pemilik Jaminan/Pemilik :
Hubungan keluarga : Telepon Dealer :
Alamat Pemilik Jaminan : Klasifikasi :
Telepon : Wilayah : Kode pos :
Saya menyatakan bahwa semua informasi yang diberikan adalah benar. Informasi ini diberikan untuk tujuan permohonan pembiayaan dan dengan ini saya
mengizinkan Koperasi Syariah "X" untuk mendapatkan dan memeriksa seluruh informasi yang diperlukan. Bersama ini saya memberikan kuasa kepada
Koperasi Syariah "X" untuk memotong rekening simpanan saya guna melunasi angsuran pembiayaan dan kewajiban lainnya kepada Koperasi Syariah jika
terjadi penundaan pembayaran. Dengan ini pula saya menyatakan bersedia dan akan patuh pada peraturan dan persyaratan yang ditentukan Koperasi Syariah
dan saya mengetahui bahwa Koperasi Syariah berhak untuk menyetujui atau menolak permohonan ini tanpa memberitahukan alasannya.
Pemohon Suami / Isteri Penjamin

171
( Nama Jelas) (Nama TTD) (Nama TTD)
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

MEMORANDUM PEMBIAYAAN
No. : xxx/PBY-UJKS/bln/thn

Kepada : Komite Pembiayaan


Dari : Bagian Pembiayaan
Tanggal : xx-xx-2006
Perihal : Analisa Pembiayaan an. ____________

Sehubungan dengan permohonan Pembiayaan dari calon Anggota, atas nama _________ tanggal xx-xx-xxxx
dengan ini disampaikan analisa pembiayaan yang telah kami lakukan sebagai berikut:

I. DATA PEMOHON & KONDISI PEMBIAYAAN

1. Nama Pemohon 7. Jenis Pembiayaan


2. Tempat / Tanggal Lahir 8. Tujuan Pembiayaan
3. Status Perkawinan 9. Harga Jual
4. Nama Istri / Suami 10. Harga Beli
dalam rupiah dan perserntase
5. Jenis / Nomor Identitas Diri 11. Margin / Bagi Hasil margin / basil
6. Alamat Pemohon (No. Cantumkan alamat lengkap dengan no.
telp ybs.
12. Jangka Waktu dalam bulan dan tahun
Telp)
_________/(xx tahun). Untuk
7. Jenis & Lama Usaha (Nama karyawan, bagian ini disi dengan 13. Jaminan Yang
Perusahaan) nama perusahaan yang sekarang & Diserahkan
lama bekerja di perusahaan tersebut.
Bagian ini dikosongkan bila pemohon
8. Perizinan Usaha adalah karyawan.
14. Jumlah Angsuran

9. Jabatan / Pangkat 15. Informasi Cantumkan informasi


Tambahan yang akan diuraikan
10. Alamat Perusahaan selain pada butir 1 sd/ 14

II. SANDI USAHA


Modal kerja (10) / Investasi (40) / Konsumsi (70), cantumkan juga keterangan
Jenis Penggunaan penggunaannya. Misal : Modal kerja – Pembelian kios usaha; Konsumsi – renovasi
rumah kost
Terkait dengan UJKS (1) / Tidak Terkait dengan UJKS (2). Yang dimaksud dengan
Hubungan dengan UJKS terkait adalah semua pengurus UJKS seperti Pengurus dan pengelola dengan
dibuktikan oleh akta otentik.
Kolektibilitas Bagian ini hanya diisi bila untuk pembiayaan yang sudah berjalan.

Sektor Ekonomi

Agunan

Tanggal Jatuh Tempo Pembiayaan

172
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

III. LATAR BELAKANG ANGGOTA, GROUP USAHA & KUNCI KEBERHASILAN SELAMA INI
Diisi dengan penjelasan kualitatif (untuk karyawan a.l : kapan mulai bekerja di perusahaan tersebut, bagaimana
perkembangan karirnya, posisi saat ini, dll; untuk wiraswasta : kapan usaha berdiri, apa bidang usahanya, bagaimana
pemasaran produknya, kompetisi bisnis, bagaimana susunan manajemennya, dll).

IV. SARANA USAHA YANG DIMILIKI

Diisi dengan penjelasan sarana penunjang, meliputi al. : Tempat Usaha, alat-alat usaha, dll)

V. RINGKASAN DATA KEUANGAN – Untuk Periode : xx-xx-xxx.


Untuk karyawan, diisi dengan data sebagai berikut :
Penghasilan Calon Pembiayaan Biaya Rumah Tangga
Penghasilan Suami/Istri Calon
Biaya Pribadi/Sekolah/Lainnya
Anggota
Penghasilan Lainnya Pembayaran Hutang
JUMLAH JUMLAH

Untuk wirausaha / perusahaan, diisi dengan data sebagai berikut :


DATA PENJUALAN RASIO-RASIO
Diisi dengan jumlah Aktiva Lancar /
Sales / Income Current Ratio
penjualan per bulan Hutang Lancar
Diisi dengan biaya
Cost of Good Sales yang terkait langsung Days Receivable Piutang/ Sales x 360
dengan usahanya
Persediaan / COGS
Gross Profit Days Inventory
x 360
Diisi dengan biaya
yang tidak terkait (NWC/Sales) x
Total Cost Net Working Capital
langsung dengan 100%
usaha
(Total Debt/Total
Net Profit Debt to Total Assets
Aktiva) x 100%
(Net Profit x Sales)
Total Aktiva Lancar Profit Margin
x 100%
Total Persediaan
Total Piutang
Total Aktiva Tetap
Total Assets
Total Hutang Lancar

VI. ANALISA KEBUTUHAN PEMBIAYAAN /KEBUTUHAN MODAL


Untuk karyawan ditinjau dari sisa pendapatan setelah dipotong biaya-biaya dan dikomparasi dengan besarnya angsuran
yang diajukan oleh calon Anggota..
Untuk usaha kecil/usaha menengah, ditinjau dari Berapa kebutuhan modal (dirinci); Data Realisasi Pembelian dan
Penjualan 6 bulan yang lalu; Aktivitas Rekening Tabungan 6 bulan yang lalu (dalam bulan yang sama dengan Data
Realisasi); dianalisa berapa pembelian / penjualan yang tersalurkan; Rencana Pembelian dan Penjualan proporsional
dengan realisasinya dan Alokasi keuntungan,

173
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

VII. JAMINAN

1. Jenis Jaminan 4. Lokasi Jaminan

2. No Legalitas Jaminan 5. Nilai Pasar

3. Atas Nama Jaminan 6. Nilai Taksasi

VIII. ANALISA YURIDIS


IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka kami memberikan rekomendasi terhadap permohonan pembiayaan tersebut untuk
dipertimbangkan persetujuannya oleh Komite Pembiayaan sebagai berikut
- Plafond Pembiayaan Rp. XXXX
- Penggunaan Pembiayaan Untuk
- Jenis / bentuk fasilitas Pembiayaan
- Jangka Waktu Pembiayaan
- Harga Beli Rp.
- Margin Rp.
- Nisbah Bagi hasil XX% UJKS XX% Anggota.
- Harga Jual Rp.
- Biaya administrasi Rp.
- Biaya asuransi jiwa / kendaraan / rumah Rp.
- Biaya notaries Rp.
- Pengikatan jaminan/pembiayaan Bawah Tangan

PERSETUJUAN PERSETUJUAN
MARKETING OFFICER KOMITE PEMBIAYAAN
Nama / Jabatan Tanda Tangan Nama / Jabatan Tanda Tangan

1. xxxxxxxxxxxxxxxx 1. xxxxxxxxxxxxxxxxx
Account Offier Manager Operasional

2. Bag. Pembiayaan 2. Pengurus UJKS

174
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

SURAT PERSETUJUAN PEMBIAYAAN


IJAROH MULTI JASA

Nomor : 0021/SPK-IMJ/I/2006
Tanggal : 20 Januari 2006
Hal : Biaya Sewa Perlengkapan Pesta Pernikahan

Kepada Yth
Bapak “X”
Jl. Dewi Sartika Rt 013/010 Margahayu Bekasi.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Sehubungan dengan permohonan pembiayaan sewa yang diajukan nasabah, bersama ini
disampaikan bahwa Kopersisyariah ”X” dapat menyetujui dengan persyaratan sebagai
berikut :
Jenis Pembiayaan : Ijaroh
Kegunaan : Sewa Perlengkapan Pesta Pernikahan
Harga Yang disetujui : Rp.5.000.000,-
Jangka Waktu : 18 bulan
Angsuran perbulan : Rp. 402.800,-
Cara Pembayaran : Potong Gaji setiap bulan
Biaya Adm : Rp. 160.000,-
Asuransi : Rp. 10.000,-
Pengikatan Jaminan : SHM
Persyaratan : Nota riel

1. Surat persetujuan pembiayaan sewa ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari perjanjian pembiayaan yang akan dibuat dikemudian hari.
2. Semua beban biaya yang timbul atas proses pembiayaan sewa ini menjadi beban
nasabah dan harus dibayar dimuka pada Koperasi Syariah “X”

175
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

3. Segala kesepakatan yang terjadi antara Kopsyah dan anggota, setelah


ditandatanganinya surat kesepakatan ini harus dilakukan secara tertulis dan disepakati
oleh kedua belah pihak.
4. Apabila menunggak selama 3 ( tiga ) bulan berturut-turut pihak kopsyah akan
melakukan upaya hukum untuk memgambil alih harta kekayaan yang dimilki baik saat
ini maupun dikemudian hari.
5. Koperasi Syariah “X” berhak sewaktu-waktu secara sepihak melakukan pengecekan
tentang kondisi nasabah tersebut.

Demikian persetujuan pembiayaan sewa ini dibuat dan atas perhatian kami ucapkan banyak
terima kasih.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
Koperasi Syariah “X” Menerima dan Menyetujui

Nur S Buchori Krniasih Bapak “X” Ibu “Y”


Ketua Manager Suami Isteri

176
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

C. Form Akad-Akad Koperasi Syariah

PERJANJIAN IJAROH MULTI JASA


NOMOR : 0021/IMJB/I/2006

  




) #$%&'(  ! "


“ Hai Orang-orang yang beriman penuhilah Aqad-Aqad....” ( QS.Al Maidah (5):1)

Perjanjian Al-Ijaroh ini dibuat dan ditandatangani pada hari Rabu tanggal 20 Januari 2006
oleh dan antara :

1. Nama : XX
Jabatan : Ketua Kopsyah “X”

Nama : XXX
Jabatan : Manager Kopsyah “X”

Dalam hal ini bertindak atas nama Koperasi Syariah “X”, berkedudukan di Bekasi,
Jalan Bengawan Solo V No.5, Bekasi Utara.
( Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA )

II. Nama : Bapak “X”


No. KTP : 10.5502.270670.1002
Pekerjaan: Karyawan
Alamat : Jl. Dewi Sartika Rt.13/10 Margahayu Bekasi.

Nama : Ibu “X”


No.KTP : 10.5502.450573.1010
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Dewi Sartika RT. 013/10 Margahayu Bekasi
( Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA )

Untuk melakukan transaksi hukum ini telah mendapat persetujuan dari Isteri pemohon
sebagaimana ternyata dalam Formulir Permohonan Pembiayaan 020/SPK-IMB/I/2006
tertanggal 20-01-06 PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama
disebut PARA PIHAK.

Menimbang bahwa PIHAK KEDUA memerlukan atau membutuhkan beberapa


perlengkapan peralatan Pernikahan ( al : Tenda,Catering,Pelaminan dll ) dan PIHAK
PERTAMA dapat memenuhi kebutuhan perlengkapan tersebut, oleh karenanya
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah setuju menandatangani dan

177
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

melaksanakan perjanjian Ijaroh dengan syarat-syarat dan ketentuan – ketentuan


sebagai berikut.

Pasal 1
BARANG YANG DISEWA

1) BARANG yang disewa Beberapa Perlengkapan Pernikahan (al :


tenda,catering,pelaminan dll ) senilai Rp. 7.250.000,-
2) PIHAK KEDUA dengan ini mengaku dengan sebenarnya dan secara sah telah
menerima Perlengkapan tersebut diatas dalam keadaan baik, tidak ada cacat pada
saat mengadakan Pesta Pernikahan.
3) Mulai hari penyerahan maka segala resiko mengenai Tempat tersebut menjadi
tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Pasal 2
JANGKA WAKTU PEMBIAYAAN DAN ANGSURAN

1) Jangka waktu 18 ( Delapan Belas ) Bulan, terhitung sejak tanggal 20 – 01- 2006,
hingga tanggal 20 –07- 2007.
2) PIHAK KEDUA wajib melakukan pembayaran uang sewa kepada PIHAK
PERTAMA secara angsuran dengan tertib dan teratur sesuai dengan jadwal
angsuran ( terlampir ) sebesar Rp. 402.800,- dalam 18 ( Delapan Belas ) kali
angsuran , pembayaran pertama kali pada tanggal 20-02-06.
Demikian pembayaran selanjutnya setiap tanggal 20 ( Dua Puluh ) dari bulan yang
bersangkutan .
3) Semua pembayaran sewa Perlengkapan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA akan dilaksanakan melalui rekening PIHAK KEDUA yang dibuka oleh
dan atas nama PIHAK KEDUA di PIHAK PERTAMA, dan dengan ini PIHAK
KEDUA memberi kuasa kepada PIHAK PERTAMA untuk mendebet rekening
PIHAK KEDUA guna pembayaran biaya sewa Perlengkapan dan biaya-biaya
lainnya.

Pasal 3
BIAYA ADMINISTRASI

1) Anggota diwajibkan membayar biaya administrasi secara tunai sebesar Rp.160.000,-


terbilang ( Seratus enam puluh ribu rupiah ) .
2) Dalam hal ini diperlukan jasa-jasa notaris, asuransi, dan / atau jasa-jasa lainnya
sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian ini, maka segala ongkos dan/atau biaya
tersebut ditanggung oleh PIHAK Pertama.

178
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pasal 4
JAMINAN

Untuk menjamin pembiayaan biaya sewa Tempat oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA , maka dengan ini PIHAK KEDUA menjaminkan.
Segala harta kekayaan PIHAK KEDUA, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi jaminan guna pelunasan
angsuran biaya sewa Tempat.

Pasal 5
KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

1) Membayar biaya sewa Perlengkapan dengan tertib dan teratur sebagaimana diatur
dalam pasal 2 ayat 1 dan 2 perjanjian ini.
2) Memelihara atau merawat Perlengkapan yang disewa dengan baik, biaya perawatan
atau pemeliharaan Perlengkapan tersebut menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Pasal 6
PERISTIWA CIDERA JANJI

Apabila terjadi hal-hal di bawah ini ( setiap kejadian demikian , sebelum dan sesudah ini
masing-masing secara tersendiri atau secara bersama-sama disebut sebagai “Peristiwa
Cidera Janji “.

1) Kelalaian PIHAK KEDUA untuk melaksanakan kewajibannya menurut perjanjian ini


tepat pad waktunya, dalam hal lewat waktu membayar biaya sewa Perlengkapan saja
telah memberi bukti bahwa PIHAK KEDUA telah melalaikan kewajiban. Untuk hal ini
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyampingkan pasal 1238
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2) Apabila terdapat suatu janji , pernyataan , jaminan atau kesepakatan dari PIHAK
KEDUA menurut perjanjian ini ternyata tidak bear, tidak tepat atau menyesatkan.
3) Apabila PIHAK KEDUA mengajukan permohonan resmi kepada Pengadilan Negeri
untuk menyatakan pailit.
4) Terhadapnya dilancarkan suatu tindakan apabila di dalam waktu 60 ( enam puluh ) hari
takwin tidak dicabut akan menjurus kepada sautu pernyataan pailit dari PIHAK
KEDUA.
5) Apabila ata barang-barang milik PIHAK KEDUA dan/ atau penjamin baik sebagian
ataupun seluruhnya dilakukan sita jaminan atau sita eksekusi.
6) Apabila kekayaan PIHAK KEDUA serta nilai barang-barang dan lain-lain yang
menjadi tanggungan nanti menurut penilaian PIHAK PERTAMA mrnjadi berkurang
sedemikian rupa sehingga tidak lagi merupakan jaminan yang cukup bagi PIHAK
KEDUA.

179
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pasal 7
PEMERIKSAAN DAN ONGKOS PERBAIKAN

1) PIHAK PERTAMA sewaktu-waktu dan setiap saat dapat memeriksa keadaan


PERLENGKAPAN
2) Semua ongkos dan/atau biaya perbaikan atau pemeliharaan menjadi tanggung jawab
PIHAK KEDUA.

Pasal 8
HUKUM YANG MENGATUR

Perjanjian ini dibuat oleh dan ditafsirkan sesuai dengan ketentuan hukum Indonesia.

Pasal 9
ARBITRASE

Sesuatu sengketa yag ditimbul dari atau dengan cara apapun yang ada hubungannya dengan
perjanjian ini yang tidak dapat diselesaikan secara damai, akan diselesaikan melalui dan
menurut Peraturan Prosedur Badan syariah Arbitrase Nasional (BASYARNAS), Putusan
BASYARNAS adalah bersifat final dan mengikat dan dapat diberlakukan di semua
Pengadilan yang mempunyai wewenang hukum diatasnya.

Pasal 10
KETENTUAN TAMBAHAN

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam perjanjian ini, akan diatur berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak ke dalam akta atau surat yang merupakan satu kestuan dengan perjanjian
ini.
Demikian perjanjian ini dibuat dan ditandatangani pada hari dan tanggal sebagaimana
dicantumkan di atas.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Nur S Buchori Kurniasih Bapak “ X” Ibu “Y “


Ketua Manager Suami Isteri

Saksi- saksi

(……………………………) (………………………..)
180
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

PERJANJIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH


No.021/Mdrbh/SA/VIII/2004

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan
jalan bathil, kecuali melalui perniagan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu”. (QS. Annisa(4) : 29).

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang
Telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang Telah
diturunkan Allah), Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan
Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”.
(QS.Al Maidah (5) : 49).

PERJANJIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH ini dibuat dan ditandatangani pada hari


ini Jum’at, 6 Agustus 2004, kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. N a m a : Nur Syamsudin Buchori


Jabatan : Ketua
Nama : Kurniasih
Jabatan : Manager
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Koperasi Syariah “X”,
beralamat di Jalan Bengawan Solo V No.5 Harapanjaya Bekasi.

2. N a m a : Bapak “ X “
No. Angota : 2006012334
Pekerjaan : Ketua Yayasan Sejahtera Umat
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Yayasan Sejahtera Umat, beralamat di Jalan
Karimun Bekasi Barat, Kodya Bekasi.

Para pihak terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :


a. Bahwa menjalankan program Mudik Lebaran bersama Yayasan Sejahtera Umat.
Anggota memerlukan sejumlah dana, dan untuk memenuhi hal tersebut nasabah
telah mengajukan permohonan kepada Kopsyah untuk menyediakan
pembiayaannya, yang keuntungan program ini kelak akan dibagi diantara anggota
dan kopsyah berdasarkan prinsip bagi hasil (Syirkah)
b. Bahwa terhadap permohonan anggota tersebut kopsyah telah menyatakan
persetujuannya, baik terhadap kegiatan usaha yang akan dijalankan anggota maupun
terhadap pembagian keuntungan berdasarkan prinsip bagi hasil.

181
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Selanjutnya kedua belah pihak sepakat menuangkan perjanjian ini dalam perjanjian
pembiayan AL Mudharabah (Selanjutnya disebut “Perjanjian”) dengan syarat-syarat serta
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1

DEFINISI

Dalam perjanjianini yang dimaksud dengan


a. “Mudharabah” adalah akad kerjasama antara Kopsyah selaku Shahibul Maal dengan
Anggota selaku Mudharib yang mempunyai keahlian/kemampuan untuk mengelola
Program Mudik Lebaran Bersama. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut
dibagi bersama nisbah yang disepakati.
b. “Bagi Hasil/Syirkah” adalah pembagian atas pendapatan/keuntungan antara anggota
dengan Kopsyah yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. “Nisbah” adalah bagian dari hasil pendapatan/keuntungan yang menjadi hak
anggota dan kopsyah yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara anggota
dengan kopsyah.
d. “Masa (jangka Waktu)” adalah masa berlakukanya perjanjian sesuai dengan yang
ditentukan dalam Pasal 3 perjanjian ini.
e. “Pendapatan” adalah seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha yang
dijalankan oleh nasabah dengan menggunakan modal yang disediakan oleh kopsyah
sesuai dengan perjanjian ini.
f. “Keuntungan” adalah pendapatan sebagaimana dimaksud dalam butir 8 Pasal 1
Perjanjian ini dikurangi biaya-biaya sebelum dipotong pajak.
g. “Pembukuan Pembiayaan” adalah pembukuan atas nama anggota pada Kopsyah
yang khusus mencatat seluruh transaksi nasabah sehubungan dengan pembiayaan,
yang merupakan bukti syah dan mengikat nasabah atas segala kewajiban
pembayaran sepanjang tidak dapat dibuktikan sebaliknya dengan cara yang syah
menurut hukum.
h. “Cidera Janji” adalah peristiwa-peristiwa sebagaimana yang tercantum dalam Pasal
8 perjanjian ini yang menyebabkan kopsyahk dapat menghentikan seluruh atau
sebagian pembiayaan, dan menagih dengan sekecil dan sekaligus jumlah kewajiban
anggota kepada kopsyah sebelum Jangka waktu perjanjian ini.

Pasal 2

PEMBIAYAAN DAN JANGKA WAKTU PENGGUNAANNYA

1. Kopsyah berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menyediakan fasilitas
pembiayaan kepada anggota sampai sejumlah Rp 9.900.000,00 (Sembilan juta
sembilan ratus ribu rupiah) secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan permintaan
nasabah yang semata-mata akan dipergunakan untuk kerjasama “Program mudik
bersama” sesuai dengan rencana kerja yang disiapkan oleh anggota yang disetujui
182
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

oleh bank, yang dilampirkan pada dan karenanya merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dari perjanjian ini.
2. Jangka (waktu) penggunaan modal tersebut oleh nasabah berlangsung selama 4
(empat) bulan. Terhitung mulai tanggal 6 Agustus 2004 yang dapat diperpanjang
atas atas kesepakatan kedua belah pihak.

Pasal 3

PENARIKAN PEMBIAYAAN

Dengan memperhatikan dan mentaati ketentuan-ketentuan tentang pembatasan penyediaan


dana yang ditetapkan oleh yang berwenang. Kopsyah berjanji dan dengan ini mengikatkan
diri untuk mengizinkan anggota menarik pembiayaan, setelah nasabah memenuhi seluruh
persyaratan sebagai berikut :

1. Menyerahkan kepada kopsyah Permohonan realisasi pembiayaan yang berisi rincian


penggunaan yang akan dibiayai dengan fasilitas pembiayaan, serta tanggal dan
kepada siapa pembiayaan tersebut harus dilakukan. Surat permohonan tersebut
harus sudah diterima oleh Kopsyah selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja dari saat
pencairan harus dilaksanakan.
2. Menyerahkan kepada kopsyah seluruh dokumen anggota dan tidak terbatas pada
dokumen-dokumen penyelenggaraan mudik bersama.
3. Anggota berkewajiban membuat dan menanda tangani tanda bukti penerimaan
uangnya, dan menyerahkan kepada kopsyah.
Sebagai bukti telah diserahkannya setiap surat, dokumen lainnya. kopsyah
berkewajiban untuk menerbitkan dan menyerahkan tanda bukti penerimaan kepada
anggota.

Pasal 4

KESEPAKATAN BAGI HASIL

1. Anggota dan Kopsyah sepakat dan dengan ini mengikatkan diri satu terhadap yang
lain, bahwa nisbah dari masing-masing pihak adalah :
a. 60 % (enam puluh persen) dari pendapatan/keuntungan untuk anggota.
b. 40 % (empat puluh persen) dari pendapatan keuntungan untuk kopsyah.
2. Anggota dan Kopsyah juga sepakat, dan dengan ini saling mengikatkan diri satu
terhadap yang lain, bahwa pelaksanaan bagi hasil akan dilakukan sejak hari ini.
3. Kopsyah baru akan menerima dan mengakui terjadinya kerugian tersebut, apabila
kopsyah telah menerima dan menilai kembali segala perhitungan yang dibuat dan
disampaikan oleh anggota kepada kopsyah, dan kopsyah telah menyerahkan hasil
penilaiannya tersebut secara tertulis kepada anggota.

183
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

4. Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, untuk menyerahkan perhitungan
usaha yang dibiayai dengan fasilitas pembiayaan berdasarkan perjanjian ini, secara
periodik sampai batas waktu kerjasama selesai.
5. Kopsyah berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan penilaian
kembali atas perhitungan usaha yang diajukan oleh anggota, selambat- lambatnya
pada hari ke 5 sesudah kopsyah menerima perhitungan usaha tersebut yang disertai
data dan bukti – bukti lengkap dari anggota.
6. Apabila sampai sepekan kopsyah tidak menyerahkan kembali hasil penilaian
tersebut kepada anggota, maka kopsyah dianggap secara sah telah menerima dan
mengakui perhitungan yang dibuat oleh anggota.
7. Anggota dan kopsyah berjanji dan dengan ini saling mengikatkan diri satu terhadap
yang lain, bahwa kopsyah hanya akan menanggung segala kerugian, maksimum
sebesar pembiayaan yang diberikan kepada anggota tersebut pada pasal 2.

Pasal 5

PEMBAYARAN KEMBALI

1. Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk mengembalikan kepada
kopsyah, seluruh jumlah pembiayaan pokok dan bagian pendapatan/keuntungan
yang menjadi hak kopsyah sesuai dengan Nisbah sebagaimana ditetapkan pada
pasal 4 perjanjina ini, menurut jadwal pembayaran sebagaimana ditetapkan pada
lampiran yang dilekatkan pada dan karenanya menjadi satu kesatuan yang tak
terpisahkan dari perjanjian ini.
2. Setiap pembayaran kembali oleh anggota kepada kopsyah atas pembiayaan yang
diberikan oleh kopsyah dilakukan di kantor kpsyah atau di tempat lain yang
ditunjuk kopsyah, atau dilakukan melalui rekening yang dibuka oleh dan atas
anggota di kopsyah.
3. Dalam hal ini pembayaran dilakukan melalui rekening anggota di kopsyah, maka
dengan ini anggota memberi kuasa yang tidak dapat berakhir karena sebab – sebab
yang ditentukan dalam pasal 18 dan 13 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
kepada kopsyah, untuk mendebet rekening nasabah guna membayar/melunasi
kewajiban anggota kepada kopsyah.
4. Apabila anggota membayar kembali atau melunasi pembiayaan yang diberikan oleh
kopsyah lebih awal dari waktu yang diperjanjikan, maka tidak berarti pembayaran
tersebut akan menghapuskan atau mengurangi bagian dari pendapatan/keuntungan
yang menjadi hak kopsyah sebagaiman yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
5. Apabila anggota membayar kembali atau melunasi pembiayaan yang diberikan oleh
kopsyah melampaui batas waktu yang diperjanjikan dalam surat perjanjian ini ,
maka terhadap anggota dikenakan denda sebesar 1 % per bulan yang harus dibayar
lunas oleh anggota kepada kopsyah. Denda tersebut di masukan kedalam
penerimaan dan ZIS guna kepentingan sosial
6. Apabila anggota tidak dapat mengembalikan Pokok Pembiayaan dikarenakan
Kesalahan Manajemen, dipotong gajinya setiap bulan sampai dengan pembiayaan
dinyatakan lunas .
184
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pasal 6

BIAYA, POTONGAN DAN PAJAK

1. Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung segala biaya
yang diperlukan berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian ini, termasuk jasa Notaris
dan jasa lainnya, sepanjang hal itu diberitahukan kopsyah kepada anggota sebelum
ditandatanganinya perjanjina ini, dan anggota menyatakan persetujuannya.
2. Dalam hal ini anggota cedera janji tidak melakukan pembayaran kembali/melunasi
kewajibannya kepada kopsyah, sehingga kopsyah perlu menggunakan jasa
Penasihat Hukum/Kuasa untuk menagihnya, maka anggota berjanji dan dengan ini
mengikatkan diri untuk membayar seluruh biaya jasa penasihat Hukum, jasa
penagihan, dan jasa –jasa lainnya yang dapat dibuktikan secara sah menurut hukum.
3. Setiap pembayaran kembali/pelunasan anggota sehubungan dengan perjanjian ini
dan perjanjian lainnya yang mengikat anggota dan kopsyah, dilakukan oleh anggota
kepada kopsyah tanpa potongan, pungutan, bea, pajak dan atau biaya- biaya lainnya,
kecuali jika potongan tersebut diharuskan berdasarkan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
4. Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, bahwa terhadap setiap potongan
yang diharuskan oleh peraturan perundang – undangan yang berlaku, akan
dilakukan pembayarannya oleh anggota melalui kopsyah.

Pasal 7

KAWAJIBAN NASABAH

Sehubungan dengan penyediaan pembiayaan oleh Kopsyah berdasarkan perjanjian ini,


anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk :
1. Mengembalikan seluruh jumlah pokok pembiayaan berikut bagian dari
pendapatan/keuntungan kopsyah, sesuai dengan nisbah pada saat jatuh tempo
sebagaiman ditetapkan pada lampiran yang diletakan pada dan karenanya menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisahkan ddari perjanjian ini.
2. memberitahukan secara tertulis kepada kopsyah dalam hal terjadinya perubahan
yang menyangkut nasabah maupun usahanya.
3. Melakukan pembayaran atau semua tagihan dari pihak ketiga dan setiap
penerimaan tagihan dari pihak ketiga disalurkan melalui rekening anggota dan
kopsyah
4. Mengelola dan menyelenggarkan pembukuan pembiayaan secara jujur dan benar
dengan itikad baik dalam pembukuan tersendiri.
5. Menyerahkan kepada kopsyah perhitungan usahanya secara rutin yang difasilitasi
pembiayaannya berdasarkan perjanjian ini, selambatnya satu bulan setelah
berakhirnya program mudik.
6. Menyerahkan kepada kopsyah setiap dokumen, bahan – bahan dan atau keterangan
– keterangan yang diminta kopsyah kepadaanggota.
185
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

7. Menjalankan usahanya menurut ketentuan – ketentuan, atau tidak menyimpang atau


bertentangan dengan prinsip – prinsip syariah.

Pasal 8

PERNYATAAN PENGAKUAN ANGGOTA

Anggota dengan ini menyatakan pengakuan dengan sebenar – benarnya, menjamin dan
karenya mengikatkan diri pada kopsyah, bahwa :
1. Anggota adalah Ketua Yayasan Sejahtera Umat yang tunduk pada hukum Negara
Republik Indonesia.
2. Pada saat ditandatanganinya perjanjian ini, anggota tidak dalam keadaan berselisih,
bersengketa, gugat menggugat di muka atau di luar lembaga peradilan atau abritase,
berutang kepada pihak lain, diselidik atau dituntut oleh yang berwajib baik pada
saat ini atau pun dalam masa penundaaan, yang dapat mempengaruhi asset,
keadaankeuangan, dan atau mengganggu jalannya usaha nasabah.
3. Anggota memiliki semua perijinan yang berlaku untuk menjalankan usahanya.
4. Orang – orang yang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili dan atau yang
diberi kuasa oleh anggota adalah sah dan berwenang, serta tidak dalam tekanan atau
paksaan dari pihak manapun.
5. Anggota mengijinkan kopsyah pada saat ini dan untuk masa – masa selam
berlansungnya perjanjian , untuk memasuki tempat usaha dan tempat lainnya yang
berkaitan dengan usaha nasabah, mengadakan pemeriksaan terhadap pembukuan,
catatan – catatan, transaksi, dan atau kegiatan lainnya yang berkaitan dengan usaha
berdasarkan perjanjian ini, baik langsung maupun tidak langsung.

Pasal 9

CIDERA JANJI

Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 2 perjanjian ini, kopsyah berhak untuk
menuntut/menagih pembayaran dari nasabah dan atau siapa pun juga yang memperoleh
hak darinya, atas sebagian atau seluruh jumlah kewajiban anggota kepada kopsyah
berdasarkan perjanjian ini, untuk dibayar dengan seketika dan sekaligus, tanpa
diperlukan adanya surat pemberitahuan, surat teguran, atau surat lainnya, apabila terjadi
salah satu hal atau peristiwa tersebut di bawah ini :
1. Anggota tidak melakukan pembayaran atas kewajiban kepada bank sesuai dengan
saat yang ditetapkan dalam pasal 4 dan atau pasal 2 perjanjian ini.
2. Dokumen, surat – surat bukti kepemilikan atau hak lainnya atau barang – barang
yang dijadikan jaminan, dan atau pernyataan pengakuan sebagaimana tersebut pada
pasal 9 perjanjian ini ternyata palsu atau tidak benar isinya, dan atau anggota
melakukan perbuatan yang melanggar ata bertentangan dengan salah satu hal yang
ditentukan dalam pasal 8 dan atau pasal 11 perjanjian ini.
3. Sebagian atau seluruh harta kekayaan anggota disita oleh pengadilan atau pihak
yang berwajib.
186
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

4. Nasabah berkelakuan sebagai pemboros, pemabuk, ditaruh di bawah pengampuan,


dalam keadaan insolvensi, dinyatakan pailit atau dilikuidasi.

Pasal 10

PELANGGARAN

Anggota dianggap telah melanggar syarat – syarat perjanjian ini bila terbukti nasabah
melakukan salah satu dari perbuatan – perbuatan atau lebih sebagai berikut :
1. Menggunakan pembiayaan yang diberikan kopsyah di luar tujuan atau rencana kerja
yang telah mendapatkan persetujuan tertulis dari kopsyah.
2. Melakukan pengalihan usahanya dengan cara apa pun, termasuk dan tidak terbatas
pada melakukan penggabungan, konsolidasi, dan atau akuisisi dengan pihak lain.
3. Menjalankan usahanya tidak sesuai dengan ketentuan teknis yang diharuskan oleh
kopsyah.
4. Lalai tidak memenuhi kewajibannya terhadap pihak lain.
5. Menolak atau menghalang – halangi kopsyah dalam melakukan pengawasan dan
atau pemeriksaan sebagaimana diatur dalam pasal 11 perjanjian ini.

Pasal 11

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

Kopsyah atau kuasanya berhak untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas
pembukuan dan jalannya pengelolaan usaha yang mendapat fasilitas pembiayaan dari
kopsyah berdasarkan perjanjian ini, serta hal – hal lain yang berkaitan langsung atau
tidak langsung dengannya, termasuk dan tidak terbatas pada membuat fotocopinya.

Pasal 12

ASURANSI

Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menutup asuransi berdasarkan
syariah atas bebannya seluruh barang yang menjadi jaminan atas pembiayaan berdasr
perjanjian ini, pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh kopsyah, dengan menunjuk
dan menetapkan kopsyah sebagai pihak yang berhak untuk menyimpan polis
asuransinya, dan yang karena itu kopsyah berhak menerima pembayaran klaim asuransi
tersebut (banker’s clause ).

Pasal 13

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

a. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran atas hal – hal yang tercantum
di dalam surat perjanjian ini atau terjadi perselisihan atau sengketa dalam
187
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

pelaksanaannya, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara


musyawarah untuk mufakat.
b. Apabila musyawarah untuk mufakat telah diupayakan namun perbedaan pendapat
atau penafsiran, perselisihan atau sengketa tidak dapat diselesaikan oleh kedua
belah pihak, maka para pihak bersepakat, dan dengan ini berjanji serta mengikatkan
diri untuk menyelesaikannya melalui Badan Syariah Abritase Nasional
(BASYARNAS) atau pengadilan negeri setempat menurut prosedur beracara yang
berlaku.
c. Para pihak sepakat, dan dengan ini mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa
pendapat hukum (legal opinion) dan atau putusan yang ditetapkan oleh
BASYARNAS/Pengadilan Negeri tersebut bersifat final dan mengikat.

Pasal 14

DOMISILI DAN PEMBERITAHUAN

a. Alamat para pihak sebagaimana yang tercantum pada kalimat – kalimat awal surat
perjanjian ini merupakan alamat tetap dan tidak berubah bagi masing – masing
pihak yang bersangkutan, dan ke alamat – alamat itu pula secara sah segala surat
menyurat atau komunikasi di antara kedua pihak akan dilakukan.
b. Apabila dalam pelaksanaan perjanjian terjadi perubahan alamat, maka pihak yang
berubah alamatnya tersebut wajib memberitahukan kepada pihak lainnya dengan
surat tercatat atau surat tertulis yang disertai tanda bukti penerimaan, alamata
barunya.
c. Selama tidak ada perubahan alamat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pasal ini,
maka surat menyurat atau komunikasi yang dilakukan ke alamat yang tercantum
pada awal surat perjanjian dianggap sah menurut hukum.

Pasal 15

PENUTUP

a. Sebelum surat perjanjian ini ditandatangani, anggota mengakui dengan sebenarnya,


dan tidak lain dari yang sebenarnya, bahwa anggota telah membaca dengan cermat
atau dibacakan kepadanya seluruh isi perjanjian ini berikut semua surat dan atau
dokumen yang menjadi lampiran surat perjanjian ini, sehingga oleh karena itu
anggota memahami dengan sepenuhnya segala yang akan menjadi akibat hukum
setelah nasabah menandatangani surat perjanjian ini.

188
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

b. Apabila ada hal – hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam perjanjian
ini, maka anggota dan kopsyah akan mengaturnya bersama secara musyawarah
untuk mufakat dalam suatu Addendum.
c. Tiap Addendum dari perjanjian ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari perjanjian ini.
Pihak pertama dan pihak kedua sepakat dan dengan ini mengikatkan diri satu terhadap
yang lain, bahwa untuk perjanjian ini dan segala akibatnya memberlakukan syariah
Islam dan peraturan perundang – undangan lain yang tidak bertentangan dengan
syariah.

Demikianlah surat perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh pihak kopsyah dan
anggota di atas kertas yang bermaterai cukup dalam dua rangkap, yang masing –
masing disimpan oleh kopsyah dan anggota, dan masing - masing berlaku sebagai
aslinya.

KOPSYAH “X” ANGGOTA

Nur S. Buchori Kurniasih Bapak “X” Ibu “ X “


Ketua Manager Suami Isteri

Saksi-Saksi

Pihak kopsyah Pihak Anggota

189
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

CONTOH AKAD MURABAHAH

PERJANJIAN JUAL-BELI MURABAHAH


No. …………………………

َ ‫َوَأ َ
 ا
ُ اَْْ َ َو َ
 َم ا‬
"Dan Allah SWT telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba"

(QS. Al-Baqarah: 275).

ْ#ُ ْ$ِ% ‫ض‬


ٍ ‫ن َِ َر ًة َْ ََا‬
َ ُ َ ْ‫ْ َِْ"ِ ِ ِإ
 َأن‬#ُ َ$َْ ْ#ُ َ‫َْا‬%‫ُا َ َ'ْآُُا َأ‬$َ%‫ ءَا‬
َ ‫َ ا
*ِی‬+,‫یََأی‬
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan harta sesama kamu dengan jalan bathil, kecuali melalui
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu"

(QS. An-Nisaa': 29).

PERJANJIAN JUAL-BELI AL-MURABAHAH dibuat dan ditandatangani pada hari ini, ..…………,
tanggal …… bulan ..…………………… tahun ………. oleh dan antara pihak-pihak :

1. Nama : …………………………………………………………………………

dalam hal yang diuraikan di bawah ini bertindak dalam kedudukannya selaku
…………………………..… dari, dan karenanya berdasarkan …...….………………….
……………………………………, bertindak untuk dan atas nama serta mewakili UJKS KOPSYAH
.............. beralamat di……………………….…………………………………………………………………………..
Untuk selanjutnya disebut : PIHAK PERTAMA, UJKS KOPSYAH atau disebut juga PENJUAL.

2. Nama : …………………………………………………………………………

dalam hal yang diuraikan di bawah ini bertindak untuk diri sendiri / dalam kedu-dukannya
selaku ……………...………………………. dari, dan karenanya berdasarkan
……………..………………………………………………….. bertindak untuk dan atas nama
…………………………………………………………., beralamat di ………………………… Untuk selanjutnya
disebut : PIHAK KEDUA, ANGGOTA atau disebut juga PIHAK PEMBELI;
Para pihak terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa, Anggota telah mengajukan permohonan kepada UJKS KOPSYAH untuk membeli
barang sebagaimana didefinisikan dalam Perjanjian ini, dan berdasarkan permohonan
Anggota tersebut UJKS KOPSYAH menyetujui, dan dengan Perjanjian ini mengikatkan diri
untuk membeli, menyediakan, dan selanjutnya menjual barang tersebut kepada Anggota
sesuai dengan ketentuan-ketentuan serta syarat-syarat yang ditetapkan dan diatur dalam
perjanjian ini.

190
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2. Bahwa, berdasarkan ketentuan syariah, pembelian barang oleh UJKS KOPSYAH dari
pemasok dan penjualan barang tersebut oleh UJKS KOPSYAH kepada Anggota berlangsung
menurut ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Anggota untuk dan atas nama UJKS KOPSYAH membeli barang dari pemasok, sesuai
dengan permohonan dan untuk memenuhi kepentingan Anggota berdasarkan harga
beli UJKS KOPSYAH yang telah disepakati bersama oleh UJKS KOPSYAH dan Anggota,
dan selanjutnya UJKS KOPSYAH menjual dengan harga jual UJKS KOPSYAH kepada
Anggota yang telah disepakati, tidak termasuk biaya-biaya yang timbul sehubungan
dengan pelak-sanaan Perjanjian ini.
b. Penyerahan barang tersebut dilakukan langsung oleh Pemasok kepada Anggota
dengan sepersetujuan dan sepengetahuan UJKS KOPSYAH.
c. Dalam jangka waktu yang disepakati, Anggota membayar harga pokok yaitu harga
beli barang oleh UJKS KOPSYAH dari pemasok ditambah margin keuntungan yang
diperoleh UJKS KOPSYAH, sehingga karenanya, sebelum Anggota melunasi
pembayaran harga jual kepada UJKS KOPSYAH, Anggota berutang kepada UJKS
KOPSYAH.
Selanjutnya, kedua belah pihak sepakat untuk membuat dan menandatangani Surat Per-janjian ini
yang selengkapnya sebagai berikut :

Pasal 1
DEFINISI
Dalam Perjanjian ini, yang dimaksud dengan :

a. “Jual-beli al murabahah”

adalah jual beli antara Anggota sebagai pemesan untuk membeli, dan UJKS KOPSYAH sebagai
penyedia barang yang berasal dari milik pihak ketiga, yang di dalam perjanjian jual-belinya
dinyatakan dengan jelas dan rinci mengenai barang, harga beli UJKS KOPSYAH dan harga jual
UJKS KOPSYAH kepada Anggota sehingga termasuk di dalamnya keuntungan yang diperoleh
UJKS KOPSYAH, serta persetujuan Anggota untuk membayar harga jual UJKS KOPSYAH tersebut
secara tangguh, baik secara sekaligus (lumpsum) atau secara angsuran.

b. “Barang”

adalah barang yang menjadi objek dalam Perjanjian Jual-Beli al Murabahah ini, yang meliputi
segala jenis atau macam barang yang dihalalkan oleh syariah, baik zat maupun cara
perolehannya.

c. “Pemasok atau Suplier”

adalah pihak ketiga yang ditunjuk atau disetujui oleh UJKS KOPSYAH untuk menyediakan
barang yang akan dibeli oleh UJKS KOPSYAH dan selanjutnya akan dijual kepada Anggota.

d. “Harga Beli”

adalah sejumlah uang yang dikeluarkan UJKS KOPSYAH untuk membeli barang dari pemasok
yang diminta oleh Anggota dan disetujui oleh UJKS KOPSYAH berdasar Surat Persetujuan

191
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Prinsip dari UJKS KOPSYAH kepada Anggota, termasuk di dalamnya biaya-biaya langsung yang
terkait dengan pembelian barang tersebut.

e. “Keuntungan”

adalah keuntungan UJKS KOPSYAH atas terjadinya jual-beli al-Murabahah ini yang disetujui
oleh UJKS KOPSYAH dan Anggota yang ditetapkan dalam Perjanjian ini.

f. “Harga Jual”

adalah harga beli ditambah dengan sejumlah keuntungan UJKS KOPSYAH yang disepakati oleh
UJKS KOPSYAH dan Anggota yang ditetapkan dalam Perjanjian ini.

g. 1. “Surat Pengakuan Utang”

adalah Surat Pengakuan yang dibuat dan ditandatangani oleh Anggota yang me-nyatakan
bahwa Anggota mempunyai utang yang harus dilunasi kepada UJKS KOPSYAH se-
bagaimana UJKS KOPSYAH mengakui dan menerima pengakuan Anggota tersebut sebesar
jumlah yang tercantum di dalam Surat Pengakuan Utang.

2. “Surat Sanggup Membayar”

adalah surat pernyataan di atas meterei yang cukup yang menyatakan Anggota sanggup
untuk membayar lunas kepada UJKS KOPSYAH utang yang termaktub di dalam Surat
Pengakuan Utang.

h. “Dokumen Jaminan”

adalah segala macam dan bentuk surat bukti tentang kepemilikan atau hak-hak lainnya atas
barang yang dijadikan jaminan bagi terlaksananya kewajiban Anggota terhadap UJKS KOPSYAH
berdasarkan Perjanjian ini.

i. “Hari Kerja UJKS KOPSYAH”

adalah Hari Kerja UJKS KOPSYAH Indonesia.

j. “Cidera Janji”

adalah keadaan tidak dilaksanakannya sebahagian atau seluruh kewajiban Anggota yang
menyebabkan UJKS KOPSYAH dapat menghentikan seluruh atau sebahagian pembayaran atas
harga beli barang termasuk biaya-biaya yang terkait, serta sebelum berakhirnya jangka waktu
perjanjian ini menagih dengan seketika dan sekaligus jumlah kewajiban Anggota kepada UJKS
KOPSYAH.

192
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pasal 2
POKOK PERJANJIAN
1. Pihak Pertama berjanji dan mengikatkan diri untuk menjual ……………………………
…………………………………………………………………………..,- untuk selanjutnya disebut “barang”-,
dan menyerahkannya kepada Pihak Kedua, seba-gaimana Pihak Kedua berjanji dan dengan ini
mengikatkan diri untuk membeli dan me-nerima barang tersebut dari Pihak Pertama.
2. Jual-beli sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disepakati oleh kedua belah pihak untuk saat ini
dan seterusnya tidak berubah karena sebab apa pun, termasuk dan tidak terbatas pada
terjadinya perubahan moneter, dengan harga jual UJKS KOPSYAH sebesar Rp ……………
(………………………………………………………………………. ) yang ditetapkan berdasarkan harga beli
UJKS KOPSYAH sebesar Rp. .…………………… ( …..……………………) ditambah keuntungan UJKS
KOPSYAH sebesar Rp .………………… (…………...……………………).
3. Harga jual UJKS KOPSYAH tersebut pada ayat 2 tidak termasuk biaya-biaya administrasi,
seperti biaya notaris, meterai dan lain-lain sejenisnya, yang oleh kedua belah pihak telah di-
sepakati dibebankan sepenuhnya kepada Pihak Kedua.

Pasal 3
REALISASI PERJANJIAN
Dengan tetap memperhatikan dan menaati ketentuan-ketentuan tentang pembatasan pe-nyediaan
fasilitas jual-beli al murabahah yang ditetapkan oleh yang berwenang, UJKS KOPSYAH ber-janji dan
dengan ini mengikatkan diri untuk melaksanakan perjanjian ini setelah Anggota memenuhi seluruh
persyaratan sebagai berikut :
1. telah menyerahkan kepada UJKS KOPSYAH surat atau formulir permohonan pesanan
barang yang berisi rincian barang yang akan dibeli serta tanggal penyerahan barang yang
dikehen-daki berdasarkan perjanjian ini ;
2. telah menyerahkan kepada UJKS KOPSYAH semua dokumen, termasuk tetapi tidak terbatas
pada dokumen-dokumen jaminan yang berkaitan dengan perjanjian ini ;
3. telah menandatangani Perjanjian ini dan perjanjian-perjanjian jaminan yang dipersya-
ratkan ;
4. telah membayar biaya-biaya yang berkaitan dengan pembuatan Perjanjian ini ;
5. telah menyerahkan kepada UJKS KOPSYAH Surat Pengakuan Utang sebagai Surat Sanggup
untuk membayar lunas harga jual kepada UJKS KOPSYAH.

Atas penyerahan surat-surat tersebut dari Anggota kepada UJKS KOPSYAH, UJKS KOPSYAH wajib
menerbitkan dan menyerahkan kepada Anggota tanda bukti penerimaannya.

Pasal 4
PENYERAHAN BARANG
1. Berdasarkan syarat-syarat pembelian antara UJKS KOPSYAH dan Pemasok, maka atas
persetujuan dan sepengetahuan UJKS KOPSYAH, penyerahan barang dimaksud pada Pasal
2 akan dilakukan langsung oleh Pemasok kepada Anggota.
2. Apabila pelaksanaan teknis pembelian barang oleh UJKS KOPSYAH dari Pemasok dilakukan
oleh Anggota untuk dan atas nama UJKS KOPSYAH berdasarkan kuasa dari UJKS KOPSYAH,
maka kuasa harus dibuat secara tertulis sesuai dengan ketentuan Pasal 1795 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
3.

193
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pasal 5
JANGKA WAKTU DAN CARA PEMBAYARAN
1. Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri kepada UJKS KOPSYAH untuk membayar
harga jual barang sebagaimana tersebut pada pasal 2 perjanjian ini secara tunai dan
sekaligus dalam jangka waktu …….. ( …...…………….. ) bulan terhitung sejak tanggal
ditanda-tanganinya Perjanjian ini, atau pada tanggal …………………………, atau dengan cara
mengangsur pada tiap-tiap bulan pada hari kerja UJKS KOPSYAH, masing-masing sebesar
Rp. …………………… (…………………………………………………………………….) sesuai dengan
jadwal dan besarnya angsuran yang ditetapkan dalam Surat Sanggup untuk membayar
lunas sebagaimana yang dilampirkan pada dan karenanya menjadi satu kesatuan yang tak
terpisahkan dari Surat Perjanjian ini.
2. Bila tanggal jatuh tempo atau saat pembayaran angsuran jatuh tidak pada hari kerja UJKS
KOPSYAH, maka Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan pem-
bayaran kepada UJKS KOPSYAH pada hari pertama UJKS KOPSYAH bekerja kembali.
3. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran oleh Anggota kepada UJKS KOPSYAH, Anggota
berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membayar penalti kepada UJKS KOPSYAH
sebesar Rp ……………………… (……………………………………………………………).

Pasal 6
PENGAKUAN UTANG DAN PEMBERIAN JAMINAN
1. Berkaitan dengan jual-beli ini, selama harga jual UJKS KOPSYAH sebagaimana dimaksud
Pasal 2 ayat 2 belum dilunasi oleh Anggota kepada UJKS KOPSYAH, maka Anggota dengan
ini mengaku berutang kepada UJKS KOPSYAH sebagaimana UJKS KOPSYAH menerima
pengakuan utang tersebut dari Na-sabah sebesar harga atau sisa harga yang belum
dibayar lunas oleh Anggota.
2. Guna menjamin ketertiban pembayaran atau pelunasan utang tersebut pada ayat 1 tepat
pada waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak berdasarkan perjanjian ini, maka
Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membuat dan menanda-tangani
pengikatan jaminan dan menyerahkan barang jaminannya kepada UJKS KOPSYAH seba-
gaimana yang dilampirkan pada dan karenanya menjadi satu kesatuan yang tak ter-
pisahkan dari Surat Perjanjian ini.
Pasal 7
TEMPAT PEMBAYARAN
1. Setiap pembayaran atau pelunasan utang atau angsuran oleh Anggota kepada UJKS
KOPSYAH di-lakukan di kantor UJKS KOPSYAH atau di tempat lain yang ditunjuk UJKS
KOPSYAH, atau dilakukan melalui rekening yang dibuka oleh dan atas nama Anggota di
UJKS KOPSYAH.
2. Dalam hal pembayaran dilakukan melalui rekening Anggota di UJKS KOPSYAH, maka
dengan ini Anggota memberi kuasa yang tidak dapat berakhir karena sebab-sebab yang
ditentukan dalam pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk mendebet
rekening Anggota guna membayar/melunasi utang Anggota.

Pasal 8
BIAYA, POTONGAN DAN PAJAK-PAJAK
1. Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung segala biaya yang
diperlukan berkenaan dengan pembuatan Perjanjian ini, termasuk jasa Notaris dan jasa
lainnya, sepanjang hal itu diberitahukan UJKS KOPSYAH kepada Anggota sebelum ditanda-
tanganinya Perjanjian ini, dan Anggota menyatakan persetujuannya.
2. Dalam hal Anggota cidera janji tidak melakukan pembayaran/melunasi utangnya ke-pada
UJKS KOPSYAH, sehingga UJKS KOPSYAH perlu menggunakan jasa Penasihat
194
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Hukum/Kuasa untuk me-nagihnya, maka Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri
untuk membayar se-luruh biaya jasa Penasihat Hukum, jasa penagihan dan jasa-jasa
lainnya sepanjang hal itu dapat dibuktikan secara sah menurut hukum.
3. Setiap pembayaran/pelunasan utang sehubungan dengan Perjanjian ini dan/atau perjan-
jian lain yang terkait dengan Perjanjian ini dan mengikat UJKS KOPSYAH dan Anggota,
dilakukan oleh Anggota kepada UJKS KOPSYAH tanpa potongan, pungutan, bea, pajak
dan/atau biaya-biaya lainnya, kecuali jika potongan tersebut diharuskan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membayar melalui UJKS KOPSYAH,
se-tiap potongan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9
PERISTIWA CIDERA JANJI

Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 5 Perjanjian ini, UJKS KOPSYAH berhak untuk menagih
pembayaran dari Anggota atau siapa pun juga yang memperoleh hak darinya, atas seluruh atau
sebahagian jumlah utang Anggota kepada UJKS KOPSYAH berdasarkan Perjanjian ini, untuk di-
bayar dengan seketika dan sekaligus, tanpa diperlukan adanya surat pemberitahuan, surat teguran,
atau surat lainnya, apabila terjadi salah satu hal atau peristiwa tersebut di bawah ini :
1. Anggota tidak melaksanakan kewajiban pembayaran/pelunasan utang tepat pada waktu
yang diperjanjikan sesuai dengan tanggal jatuh tempo atau jadwal angsuran yang dite-
tapkan dalam Surat Pengakuan Utang dan Surat Sanggup Membayar yang telah diserahkan
Anggota kepada UJKS KOPSYAH ;
2. dokumen atau keterangan yang dimasukkan/disuruhmasukkan ke dalam dokumen yang
diserahkan Anggota kepada UJKS KOPSYAH sebagaimana tersebut dalam Pasal 11 palsu,
tidak sah, atau tidak benar ;
3. Anggota tidak memenuhi dan/atau melanggar salah satu ketentuan atau lebih sebagai-
mana ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Pasal 12 Perjanjian ini ;
4. apabila berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat Perjanjian ini
ditandatangani atau diberlakukan pada kemudian hari, Anggota tidak dapat atau ti-dak
berhak menjadi Anggota ;
5. Anggota atau pihak ketiga telah memohon kepailitan terhadap Anggota ;
6. Anggota dinyatakan dalam pailit, ditaruh di bawah pengampuan, dibubarkan, insolvensi
dan/atau likuidasi ;
7. apabila karena sesuatu sebab, seluruh atau sebahagian Akta Jaminan dinyatakan batal atau
dibatalkan berdasarkan Putusan Pengadilan atau Badan Arbitase ;
8. apabila pihak yang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Anggota dalam Per-
janjian ini menjadi pemboros, pemabuk, atau dihukum berdasarkan putusan Pengadilan
yang telah berkekuatan tetap dan pasti (in kracht van gewijsde) karena tindak pidana yang
dilakukannya, yang diancam dengan hukuman penjara atau kurungan selama satu tahun
atau lebih.
Pasal 10

AKIBAT CIDERA JANJI

1. Apabila Anggota tidak melaksanakan kewajibannya tersebut pada Pasal 5 Surat Perjanjian ini,
maka demi hukum UJKS KOPSYAH berhak memohon eksekusi kepada Pengadilan Negeri yang
berwenang atau UJKS KOPSYAH untuk dan atas nama Anggota melaksanakan sendiri penjualan
barang jaminan berdasarkan Surat Kuasa yang diberikan Anggota kepada UJKS KOPSYAH
sebagaimana yang dilampirkan dari Surat Perjanjian ini, yang dilakukan baik melalui pelelangan

195
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

umum atau pun melalui penjualan secara langsung, serta meng-gunakan uang hasil lelang
eksekusi, lelang umum atau penjualan langsung tersebut sebagai pelunas kewajiban Anggota
kepada UJKS KOPSYAH.

2. Apabila penjualan barang jaminan dilakukan UJKS KOPSYAH melalui lelang eksekusi atau lelang
umum, maka Anggota dan UJKS KOPSYAH berjanji dan saling mengikatkan diri untuk
menerima harga lelang tersebut setelah dikurangi biaya-biaya lelang sebagai harga jual barang
jaminan.
3. Apabila penjualan barang jaminan dilakukan secara langsung atau di bawah tangan, maka
Anggota dan UJKS KOPSYAH saling sepakat bahwa harga jual barang jaminan ditetapkan oleh
UJKS KOPSYAH menurut harga pasar pada saat barang jaminan itu dijual yang disertai data
mengenai harga pasar dimaksud.
4. Apabila hasil penjualan barang jaminan tersebut tidak mencukupi untuk membayar seluruh
kewajiban Anggota, maka Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk tetap
melunasi sisa kewajibannya kepada UJKS KOPSYAH. Sebaliknya, apabila hasil pen-jualan
barang jaminan setelah dikurangi biaya-biaya penjualan ternyata melebihi besarnya kewajiban
Anggota kepada UJKS KOPSYAH, maka UJKS KOPSYAH berjanji dan dengan ini meng-ikatkan
diri untuk dengan serta merta menyerahkan seluruh kelebihan penjualan tersebut kepada
Anggota.
Pasal 11
PENGAKUAN DAN PEMBEBASAN UJKS KOPSYAH
DARI TUNTUTAN/GUGATAN PIHAK KETIGA

Anggota dengan ini menyatakan mengakui dengan sebenarnya, dan tidak lain dari yang se-
benarnya, bahwa :
1. Anggota berhak dan berwenang sepenuhnya untuk menandatangani Perjanjian ini dan
semua surat dokumen yang menjadi kelengkapannya serta berhak pula untuk menjalan-
kan usaha tersebut dalam Perjanjian ini.
2. Anggota menjamin, bahwa segala surat dan dokumen serta akta yang Anggota tanda-
tangani dan/atau gunakan berkaitan dengan Perjanjian ini adalah benar, keberadaannya
sah, tindakan Anggota tidak melanggar atau bertentangan dengan Anggaran Dasar
perusahaan.
3. Anggota menyatakan, bahwa pada saat penandatanganan Perjanjian ini para anggota
Direksi dan anggota Komisaris perusahaan Anggota telah mengetahui dan menyetujui hal-
hal yang dilakukan Anggota berkaitan dengan Perjanjian ini.
4. Dalam hal berlum dicukupinya barang jaminan untuk melunasi utang Anggota kepada UJKS
KOPSYAH, Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk dari waktu ke waktu se-
lama utangnya belum lunas akan menyerahkan kepada UJKS KOPSYAH, jaminan-jaminan
tam-bahan yang dinilai cukup oleh UJKS KOPSYAH.
5. Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Na-
sabah berjanji dan dengan ini mengikatkan diri mendahulukan untuk membayar dan
melunasi kewajiban Anggota kepada UJKS KOPSYAH dari kewajiban lainnya.
6. Dalam hal-hak yang berkaitan dengan ayat-ayat 1, 2 dan/atau 3 pasal ini, Anggota ber-
janji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membebaskan UJKS KOPSYAH dari segala
tuntutan atau gugatan yang datang dari pihak mana pun dan/atau atas alasan apa pun.

196
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Pasal 12
PEMBATASAN TERHADAP TINDAKAN ANGGOTA

Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, bahwa selama masa berlangsungnya Perjanjian
ini, kecuali setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari UJKS KOPSYAH, Anggota tidak akan
melakukan salah satu, sebahagian atau seluruh perbuatan-perbuatan sebagai berikut :
1. melakukan akuisisi, merger, restrukturisasi dan/atau konsolidasi perusahaan Anggota
dengan perusahaan atau orang lain ;menjual, baik sebagian atau seluruh asset perusahaan
Anggota yang nyata-nyata akan mempengaruhi kemampuan atau cara membayar atau
melunasi utang-utang atau sisa utang Anggota kepada UJKS KOPSYAH, kecuali menjual
barang dagangan yang menjadi kegiatan usaha Anggota ;
2. membuat utang kepada pihak ketiga (pihak lain) ;
3. mengubah Anggaran Dasar, susunan pemegang saham, Komisaris dan/atau Direksi per-
usahaan Anggota ;
4. melakukan investasi baru, baik yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan tu-
juan perusahaan Anggota ;
5. memindahkan kedudukan/lokasi barang jaminan dari kedudukan/lokasi barang itu se-mula
atau sepatutnya berada, dan/atau mengalihkan hak atas barang atau barang ja-minan
yang bersangkutan kepada pihak lain ;
6. mengajukan permohonan kepada yang berwenang untuk menunjuk eksekutor, kurator,
likuidator atau pengawas atas sebagian atau seluruh harta kekayaan Anggota.

Pasal 13
RISIKO

Anggota atas beban dan tanggung jawabnya, berkewajiban melakukan pemeriksaan, dan
karenanya bertanggung jawab baik terhadap keadaan fisik barang maupun sahnya bukti-bukti,
surat-surat dan/atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kepemilikan atau hak-hak lainnya
atas barang dan barang-barang yang yang dijaminkan, sehingga karena itu Anggota berjanji dan
dengan ini membebaskan UJKS KOPSYAH dari segala tuntutan atau gugatan yang datang dari
pihak mana pun dan/atau berdasar alasan apa pun.

Pasal 14
ASURANSI

Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk atas bebannya menutup asuransi berdasar
syariah terhadap seluruh barang dan jaminan yang berkaitan dengan Perjanjian ini, pada
perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh UJKS KOPSYAH, dan dengan serta merta menunjuk dan
menetapkan UJKS KOPSYAH sebagai pihak yang berhak untuk menyimpan polis asuransinya dan
yang karena itu UJKS KOPSYAH berhak menerima pembayaran klaim atas asuransi tersebut (UJKS
KOPSYAHer’s clause).

Pasal 15
PENGAWASAN/PEMERIKSAAN

Anggota berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk memberikan izin kepada UJKS KOPSYAH atau
petugas yang ditunjuknya, guna melaksanakan pengawasan/pemeriksaan terhadap ba-rang maupun barang
jaminan, serta pembukuan dan catatan pada setiap saat selama ber-langsungnya Perjanjian ini, dan kepada
197
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

petugas UJKS KOPSYAH tersebut diberi hak untuk mengambil gambar (foto), membuat fotokopi dan/atau
catatan-catatan yang dianggap perlu.

Pasal 16
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran atas hal-hal yang tercantum di dalam
Surat Perjanjian ini atau terjadi perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaan-nya, para pihak
sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

2. Apabila musyawarah untuk mufakat telah diupayakan namun perbedaan pendapat atau
penafsiran, perselisihan atau sengketa tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak, maka
para pihak bersepakat, dan dengan ini berjanji serta mengikatkan diri satu ter-hadap yang lain,
untuk menyelesaikannya melalui Badan Arbitrase Muamalat Indo-nesia (BAMUI) menurut
prosedur beracara yang berlaku di dalam Badan Arbitrase ter-sebut.

3. Para pihak sepakat, dan dengan ini mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa pendapat
hukum (legal opinion) dan/atau putusan yang ditetapkan oleh badan Arbitrase Muamalat
Indonesia tersebut bersifat final dan mengikat (final and binding).

Pasal 17
DOMISILI DAN PEMBERITAHUAN

1. Alamat para pihak sebagaimana yang tercantum pada kalimat-kalimat awal Surat Perjanjian
ini merupakan alamat tetap dan tidak berubah bagi masing-masing pihak yang
bersangkutan, dan ke alamat-alamat itu pula secara sah segala surat-menyurat atau
komunikasi di antara kedua pihak akan dilakukan.

2. Apabila dalam pelaksanaan perjanjian ini terjadi perubahan alamat, maka pihak yang
berubah alamatnya tersebut wajib memberitahukan kepada pihak lainnya alamat barunya
dengan surat tercatat atau surat tertulis yang disertai tanda bukti penerimaan dari pihak
lainnya.

3. Selama tidak ada pemberitahuan tentang perubahan alamat sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 pasal ini, maka surat-menyurat atau komunikasi yang dilakukan ke alamat yang
tercantum pada awal Surat Perjanjian dianggap sah menurut hukum.

Pasal 18
PENUTUP
1. Sebelum Surat Perjanjian ini ditandatangani oleh Anggota, Anggota mengakui dengan
sebenarnya, dan tidak lain dari yang sebenarnya, bahwa Anggota telah membaca dengan
cermat atau dibacakan kepadanya seluruh isi Perjanjian ini berikut semua surat dan/atau
dokumen yang menjadi lampiran Surat Perjanjian ini, sehingga oleh karena itu Anggota
memahami sepenuhnya segala yang akan menjadi akibat hukum setelah Na-sabah
menandatangani Surat Perjanjian ini.
198
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

2. Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Perjanjian ini, maka
Anggota dan UJKS KOPSYAH akan mengaturnya bersama secara musyawarah untuk
mufakat dalam suatu Addendum.
3. Tiap Addendum dari Perjanjian ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini.
Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat dan dengan ini mengikatkan diri satu terhadap yang lain,
bahwa untuk Perjanjian ini dan segala akibatnya memberlakukan syariah Islam dan peraturan perundang-
undangan lain yang tidak bertentangan dengan syariah.

Demikianlah, Surat Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh UJKS KOPSYAH dan Anggota di
atas kertas yang bermeterai cukup dalam dua rangkap, yang masing-masing disimpan oleh UJKS
KOPSYAH dan Anggota, dan masing-masing berlaku sebagai aslinya.

UJKS KOPSYAH .............. ANGGOTA

………..…………………… ….………..………………
Saksi – Saksi

………..…………………… ….………..………………

199
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Abu Syadi, Khalid, (2006). Bisnis Yang Tak Pernah Rugi. Tips Kebahagiaan Dunia
Akherat.. Jakarta. Robbani Press.

A, Karim, Adiwarman, IR.H, SE,M.B.A, M.A.E.P. (2001). Ekonomi Islam, Suatu Kajian
Kontemporer. Jakarta. Gema Insani.

Akram Khan, Muhammad. (1996). Ajaran Nabi Muhammad Saw Tentang Ekonomi,
Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan Tentang Ekonomi. Jakarta. Pt. Bank Muamalat
Indonesia.

Amin, A. Riawan. (2004). Zikr, Pikr, Mikr. The Celestial Management. Jakarta. Senayan
Abadi Publishing.

Arifin, Zainul. Drs, MBA. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Kerjasama PT.
Bank Muamalat, Tbk dengan Tazkia Institute. Jakarta

Bahreisy, Salim.H. Bahreisy, Said.H. (1980). Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier.
Surabaya. pt. Bina Ilmu.

Bank Indonesia. (2005). Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia Agustus 1999
– Januari 2005. Jakarta. Dirketorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.

Bin Ibrahim, Lam, Abdullah, Bentler, (2005). Fiqih Finansial, Referensi Lengkap Kaum
Hartawan dan Calon Hartawan Muslim untuk Mengelola Hartanya Agar Menjadi
Berkah. Solo. Era Intermedia.

Chapra, Umer. M, DR.. (2001). The Future Of Economics An Islamic Perspective.


Lanscape Baru Perekonomian Masa Depan. Jakarta. Shari’ah Economic And
Banking Institute.

Chapra, Umer.M,DR. Ahmad, Habib (2002). Corporate Governance Lembaga Keuangan


Syariah. Islamic Development Bank. Jakarta. Islamic Research And Training
Institute

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1976). Pendidikan Koperasi. Jakarta. Balai


Pustaka.

DH, Swastha. DR, MBA, SE. Sukotjo, Ibnu. SE. (1995). Pengantar Bisnis Modern.
(Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Edisi ketiga. Yogyakarta. Liberty.

200
Panduan Praktis Koperasi Syariah Indonesia

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (2005). Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Jakarta. Kemetrian
Koperasi dan UKM RI.

Pinson. Linda. (2003). Anatomy Of a Business Plan. Panduan Lengkap Menyusun Proposal
dan Rencana Bisnis, Edisi ke Lima. Jakarta Canary.

Qardhawi, Yusuf. DR. (1997). Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam. Jakarta.
Robbani Press.

Sudarsono, Drs, SH,M.Si. Edilius, SE. (1994). Manajemen Koperasi Indonesia. Jakarta.
Rineka Cipta.

Tim SOP B – BMT Baitul Maal Muamalat. (2000). SOP B-BMT. Jakarta BMM
.
Tim SOP Asbisindo (2005) SOP Produk Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bank
Perkreditan Rayat Syariah. Jakarta. DPP Asbisindo.

Tim SOP, Mitra Consulting (2005) SOP PD. BPRS Kota Bekasi. Jakarta. Mitra Consultan.

Tim Asbisindo Botabek (2005). Modul Pembiayaan Murabahah. Bogor. Asbisindo


Botabek.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. (2001). Konsep, Produk
Dan Implementasi Operasional Bank Syariah.Djambatan. jakarta

Tim Penulis Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia,.(2003) Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional. Edisi Kedua. Jakarta. pt. Intermasa.

Waringin, Dasem, Tung (2006). Financial Revolution. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama..

Wiroso, MBA, SE (2005) Jual Beli Murabahah. Yogyakarta UII Press.

201

Anda mungkin juga menyukai