Koperasi dilahirkan bukan berasal dari ajaran dan kultur Islam, melainkan dari pemikiran
Barat. Koperasi mulai dipraktekkan di negara kapitalis dan negara sosialis. Namun pemanfaatan
koperasi hanya untuk mendukung dan memperkuat sistem perekonomian kapitalis itu sendiri,
tidak ada dalil atau nash mengenai koperasi dan tidak pula dilakukan pada zaman nabi.
Koperasi berbasis Islam di Indonesia sudah ada sejak awal di dirikannya SDI (Serikat
Dagang Islam) di Solo, jawa tengah. Serikat dagang islam selanjutnya menjadi serikat islam
yang cenderung bernuansa politik. Setelah SDI mengkonsentrasikan perjuangannya di bidang
politik, koperasi syariah tidak terdengar lagi di Indonesia, baru sekitar tahun 1990 koperasi
syariah mulai muncul lagi di Indonesia.
Moh. Hatta bapak koperasi Indonesia, mendefinisikan koperasi sebagai usaha bersama
untuk memperbaiki nasib kehidupan ekonomi berdasarkan prinsip saling tolong-menolong.
Keberadaan Koperasi diharapkan mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan
prinsip tolong menolong. Mengingat, sebagian besar masyarakat Indonesia mayoritas muslim.
Ini menjadi landasan kuat bagi masyarakat akan pentingnya koperasi.
Namum, dalam praktiknya, koperasi yang ada pada saat sekarang ini menggunakan sistem
konvensional, yang dinilai oleh sebagian masyarakat masih terdapat riba dan ketidakjelasan
akad dalam syirkah. Sedangkan dalam Islam riba adalah sesuatu yang diharamkan sebagaimana
yang terdapat di dalam QS. Al Baqarah ayat 275 yang berbunyi “ Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba.” Begitu juga dengan akad dalam koperasi yang masih diragukan
di masyarakat, karena dinilai belum sesuai dengan prinsip syariah.
Untuk menjadikan prinsip operasional koperasi agar sesuai dengan prinsip syariah, maka
dibentuk koperasi syariah atau baitul mal wa tamwil (BMT). Saat ini sudah banyak penggerak
koperasi yang berinisiatif untuk mendirikan koperasi syariah dengan tujuan mensejahterakan
para anggotanya yang berlandaskan prinsip syariah. Meski jumlahnya masih minim, namun
perkembangan koperasi syariah sangat berkembang baik di Indonesia. (noer m. a., 2022)
Dalam etimologi koperasi berawal dari kata co dan operation. Co bermakna bersama
sedangkan operation bermakna bekerja atau berusaha. Dengan ini cooperation adalah berusaha
bersama dengan orang lain demi mencapai tujuan dan kepentingan yang disepakati. (Yunia)
(Djoko Budi S dan Ika Yunia F, 2020)
Koperasi adalah bentuk kerjasama oleh kelompok orang dalam menghimpun dana dengan
rutin untuk tujuan memajukan kehidupan anggota. Koperasi merupakan usaha bersama untuk
memperbaiki nasib kehidupan finansial yang didasari pada saling membantu yang didorong oleh
keinginan untuk menawarkan bantuan kepada sahabat dengan jiwa satu untuk semua dan semua
untuk satu. (Bernhardi1Limbong, 2010)
Koperasi adalah lembaga keuangan yang berdiri atas dasar asas gotong-royong dan
kebersamaan. Koperasi banyak ditemukan di seluruh daerah, ini dikarenakan koperasi mampu
menjadi akses bagi orang untuk sukses dan berkembang bersama-sama. Ini menjadikan koperasi
sebagai penggerak berkembangnya perekonomian nasional dan mampu menjadi pendorong
usaha dan keberlangsungan hidup banyak orang.
Tujuan utama kopersi syariah yakni memajukan kesejahteraan anggotanya sesui dengan
norma dan moral syariah yang ada, yaitu dengan cara halal dan meninggalkan perbuatan yang
haram. Koperasi syariah berfungsi untuk melakukan dua hal penting, yaitu tahsil, yakni
mengamankan manfaat dan ibqa, yaitu mencegah kerusakan atau cedera seperti yang diarahkan
oleh Pemberi Hukum. Maslahah di sisi lain adalah perangkat hukum yang digunakan dalam teori
hukum Islam untuk mempromosikan kepentingan publik dan mencegah kejahatan sosial atau
korupsi.
Djoko Budi S dan Ika Yunia F, Koperasi Syariah di Indonesia : Perspektif maqashid Syariah
(Depok : PT RajaGrafindo Persada, 2020) hlm 1
Sholihin, A.I., Buku Pintar Ekonomi Syariah. (PT Gramedia Pustaka Utama, 2010)
Warno dan Sri Wiranti Setiyanti, “Konsistensi Penerapan Sak Syariah pada Koperasi Syariah”,
JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, No.2, 2014