Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN 1

Dinamika Koperasi Syariah di Indonesia

Grand Launching Koperasi Syariah 212, Kampus STEI Tazkia, 6 Januari 2017.

Koperasi merupakan bentuk badan hukum suatu lembaga usaha yang memposisikan semua pihak di
dalamnya, yaitu pengurus dan anggota dalam posisi yang setara. Dengan bentuk koperasi yang berasas
kekeluargaan, setiap pihak memiliki rasa memiliki yang besar. Apalagi semua pihak akan mendapatkan
manfaat berdasarkan kontribusi dan partisipasinya. Pada dasarnya asas kekeluargaan ini ingin
meminimalisir kekuasaan satu pihak yang dominan dan cenderung mengeksploitasi pihak lain
sebagaimana Kasus yang seringkali terjadi pada lembaga usaha komersial non-koperasi. Gerakan
koperasi telah menjadi dasar pembangunan ekonomi dalam mencapai kemakmuran rakyat. Hal ini
tertuang jelas dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.”

Dengan demikian, konstitusi telah menegaskan bahwa kesejahteraan masyarakat umum haruslah
diprioritaskan, bukan hanya kemakmuran segelintir orang. Oleh karena itu, perekonomian hendaknya
disusun sebagai gerakan bersama berdasarkan asas kekeluargaan, yaitu melalui koperasi. Pasal 33 UUD
1945 tersebut juga menjelaskan bahwa kedudukan koperasi sebagai sokoguru perekonomian Indonesia
serta menjadi bagian integral tata perekonomian nasional. dalam menjalankan sistem perekonomian
nasional. Menurut Bung Hatta selaku “bapak koperasi Indonesia”, ada sejumlah alasan kenapa koperasi
harus menjadi sokoguru perekonomian Indonesia sekaligus pilar utamanya, antara lain:

Koperasi mendidik masyarakat menjadi mandiri;

Koperasi memiliki sifat kemasyarakatan, sehingga kepentingan umum lebih didahulukan dibanding
kepentingan golongan;

Koperasi berkembang dari budaya asli bangsa Indonesia;

Koperasi menentang segala paham yang berbau individualisme dan kapitalisme.

Koperasi tidak saja mempertahankan, namun juga memperkuat identitas budaya bangsa Indonesia.
Kepribadian bangsa dalam bergotong-royong akan tumbuh subur di dalam koperasi. Dengan demikian,
koperasi mampu memupuk kekuatan ekonomi lemah untuk menghadapi tantangan globalisasi. Oleh
karena itu, koperasi menjadi tulang punggung perekonomian bangsa sebagai amanah konstitusional
yang merangkum seluruh aspek kehidupan. Koperasi yang dicita-citakan ini belum terwujud, karena
dalam praktiknya hanya menjadi pelengkap ekonomi kerakyatan secara simbolis, sampai kahirnya lahir
koerasi syariah.

Secara historis, keinginan masyarakat untuk bermuamalah berdasarkan prinsip syariah telah muncul
sejak berdirinya Sarikat Dagang Islam (SDI), pada tahun 1905. Model sarikat tersebut berbentuk
koperasi. Namun sarikat tersebut berubah haluan saat berubah dari SDI menjadi Sarikat Islam (SI) sejak
tahun 1911 (Pusponegoro dan Notosunanto, 2008), dan cakupannya tidak hanya terbatas pada kegiatan
perkonomian dan sosial, namun juga agama dan politik.

Secara kelembagaan, koperasi syariah muncul pada dekade 1980-an, yakni Koperasi Jasa Keahlian
Teknosa yang beroperasi pada 4 Juli 1984, merupakan koperasi syariah pertama yang berdiri di
Indonesia. Meskipun pada saat itu belum terdapat regulasi khusus yang mengatur perihal pendirian
koperasi berdasarkan prinsip syariah di Indonesia. Setelah berdirinya koperasi syariah tersebut, mulai
bermunculan koperasi dengan prinsip syariah, maupun unit syariah dari suatu koperasi. Pada tahun
2004 operasional koperasi syariah diresmikan dengan dikeluarkannya landasan hukum tersendiri berupa
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik IndonesiaNo 91 Tahun
2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha KJKS. Kemudian pada tahun 2007, diterbitkan
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola
Syariah, yang mengatur tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah.

Sejak diterbitkannya peraturan menteri tersebut, maka terdapat payung hukum yang jelas bagi KJKS
maupun UJKS di Indonesia. Setelah itu beberapa peraturan terkait dengan KJKS dan UJKS diterbitkan
pada tahun yang sama, yaitu tahun 2007 yang membahas tentang standar operasional prosedur,
pengawas, sampai dengan penilaian kesehatan bagi KJKS dan UJKS. Sejak saat itu pula penyebutan
koperasi dengan prinsip dasar syariah secara resmi disebut sebagai KJKS, dan UJKS bagi koperasi
konvensional yang memiliki unit layanan syariah pada operasionalnya.

Landasan hukum bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS)
semakin diperkuat dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Pada undang-undang tersebut dinyatakan bahwa usaha mikro dan usaha kecil
dapat bekerjasama dengan koperasi jasa keuangan syariah. Kemudian diperkuat kembali landasan
hukumnya pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Dalam undang-undang
tersebut ditegaskan bahwa koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah.
Ketentuan mengenai koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah diatur dengan peraturan
pemerintah. Adanya payung hukum tersebut membuat KJKS dan UJKS lebih berkembang dalam
menjalankan usahanya sesuai prinsip syariah.

Dinamika pun terjadi, ketika pada tahun 2014, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian -sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang
dianggap tidak lagi sesuai- dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Menurut MK, undang-undang tersebut
dibatalakan -atau berlaku sementara sampai keluar undang-undang baru- karena berjiwa ‘korporasi’,
bukan koperasi, serta menghilangkan asas kekeluargaan dan gotong royong yang menjadi ciri khas
koperasi, serta bertentangan dengan UUD 1945. Putusan ini lahir setelah MK menerima permohonan
pengujian materi dari Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GPRI) Provinsi Jawa Timur, Pusat
Koperasi Unit Desa (Puskud) Jawa Timur, Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur (Puskowanjati), Pusat
Koperasi An-Nisa Jawa Timur, Pusat Koperasi Bueka Assakinah Jawa Timur, Gabungan Koperasi Susu
Indonesia, Agung Haryono, dan Mulyono.

Koperasi syariah terus berkembang di Indonesia, baik dalam bentuk BMT dan lainnya. Berdasarkan data
dari Kementerian Koperasi dan UKM yang disampaikan oleh Braman Setyo pada tahun 2016, jumlah unit
usaha koperasi mencapai 150.223 unit usaha, dari jumlah tersebut 1,5% merupakan koperasi simpan
pinjam pembiayaan syariah (KSPPS). Tercatat jumlah KSPPS sebanyak 2.253 unit dengan angggota 1,4
juta orang. Modal sendiri mencapai Rp 968 miliar dan modal luar Rp 3,9 triliun.dengan volume usaha Rp
5,2 triliun.

Pada hari Jumat, tangga 6 Januari 2017 di Ballroom al-Hambra Komplek Kampus STEI TAZKIA, Sentul
Bogor Jawa Barat, Indonesia mengukir sejarah baru dengan peluncuran Koperasi Syariah 212. Koperasi
ini merupakan spirit berkelanjutan dari Aksi Bela Islam 212 yang idenya pertama kali muncul dari Ega
Gumilar (Ketua Barisan Putra Putri Indonesia). Setelah melalui serangkain pertemuan dan musyawarah
yang melibat banyak pihak, koperasi ini pun terbentuk dan Muhammad Syafii Antonio diangkat sebagai
ketua umumnya. (rz)

Struktur organisasi Koperasi Syariah 212 secara lengkap dapat dilihat pada tautan berikut:

https://www.koperasisyariah212.co.id/koperasi-syariah-212/struktur-organisasi/

Pendaftaran Anggota

Koperasi Syariah 212

Hadir karena berbagai pertimbangan, landasan dasar dan tujuan yang melandasinya.

Kontak

Gerakan perubahan untuk kebangkitan ekonomi umat harus dilakukan secara berjamaah, dan dimulai
dari diri kita sendiri. Koperasi Syariah 212 merupakan golden momentum kebangkitan ekonomi umat
sebagai langkah strategis untuk mengambil kembali kekuatan ekonomi umat muslim Indonesia. Koperasi
Syariah 212 dari umat, oleh umat, untuk umat, dan yang untung juga umat. Mari bung! Kita rebut
kembali ekonomi umat muslim Indonesia.

Dr. KH. Ma’ruf Amin

Dewan Penasehat, Koperasi Syariah 212

Berjama'ah - Amanah – Izzah


BAGIAN 2

Koperasi Syariah Indonesia


Pernahkah mendengan istilah Koperasi Syariah? Mgungkin, Koperasi Syariah masih terdengar asing di telinga masyarakat
Indonesia. Hal ini karena Koperasi Syariah Indonesia tidak sebuming Koperasi Konvensioan yang sudah ada sejak awal
berkembang di Indonesia.

PENGERTIAN
Koperasi Konvensional dan Koperasi Syariah telah diatur dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah RI No.91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. Pada Keputusan tersebut dijelaskan pengertian dari Koperasi Syariah yang
dikenal dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Adapun pengertian dari Koperasi dan KJKS yaitu :
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan Orang-orang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
2. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
investasi, dan simpanan yang sesuai pola bagi hasil (Syariah).

NILAI-NILAI KOPERASI SYARIAH


Dalam menjalankan Koperasi Syariah, ada nilai-nilai yang harus diikuti. Nilai-nilai tersebut diadopsi dari 7 (Tujuh) nilai
Syariah dalam bisnis. Berikut beberapa nilai-nilai Koperasi Syariah, diantaranya :

1. Shiddiq yang mencerminkan Kejujuran, Akurasi dan Akuntabilitas.


2. Istiqamah yang mencerminkan Konsistensi, Komitmen dan Loyalitas.
3. Tabligh yang mencerminkan Transparansi, Kontrol, Edukatif, dan Komunikatif.
4. Amanah yang mencerminkan Kepercayaan, Integritas, Reputasi, dan Kredibilitas.
5. Fathanah yang mencerminkan Etos Profesional, Kompeten, Kreatif, dan Inovatif.
6. Ri’ayah yang mencerminkan Semangat Solidaritas, Empati, dan Kepedulian.
7. Mas’uliyah yang mencerminkan Responsibilitas.

MANAJEMEN KOPERASI SYARIAH (KJKS)


Seperti halnya Jasa Keuangan lainnya ataupun Koperasi pada umumnya, KJKS juga memiliki susunan Manajemen yang
mengawasi dan mengatur jalannya lembaga ini. Adapun Manajemen Koperasi KJKS ini terdiri dari :

1. Dewan Pengawas Syariah. Di dalam Koperasi KJKS juga memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang
anggotanya terdiri dari Alim Ulama yang ahli persoalan dalam Syariah. DPS ini berfungsi sebagai Pengawas Syariah
pada Koperasi KJKS dan berwenang untuk memberikan tanggapan dan penafsiran atas Fatwa yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional.
2. Pengurus Eksekutif, Pengurus ini berfungsi untuk mengangkat pengelola usaha.
3. Direktur.
4. Manajer.
5. Kepala Unit.
6. Pengelola Usaha Koperasi. Pengelola ini terdiri dari Tenaga Profesional dan berpengalaman yang diangkat oleh
pengurus Eksekutif dan telah disetujui oleh anggota dalam rapat anggota.

FUNGSI DAN PERAN KOPERASI SYARIAH (KJKS)


Seperti Koperasi dan Lembaga Keuangan lainnya, Koperasi KJKS memiliki fungsi dan peran. Adapun Fungsi dan Peran
Koperasi KJKS antara lain :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya,
guna meningkatkan Kesejahteraan Sosial Ekonominya.
2. Memperkuat Kualitas Sumber Daya Insani anggotanya, agar menjadi lebih Amanah, Profesional (Fathonah),
Konsisten, dan Konsekuen (Istiqamah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan prinsip-prinsip
Syariah Islam.
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan Perekonomian Nasional yang merupakan usaha bersama
berdasarkan Azas Kekeluargaan dan Demokrasi Ekonomi.
4. Sebagai Mediator antara penyandang dana dengan pengguna dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta.
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan kontrol terhadap Koperasi
secara efektif.
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7. menumbuh-kembangkan usaha-usaha produktif para anggotanya.

BAGIAN 3

Koperasi Syariah Berkembang


Pesat Di Indonesia
26/09/2017

Berbagi di Facebook

Tweet di Twitter
Direktur Utama LPDB-KUMKM, Braman Setyo, membuka acara Sosialisasi
Direktorat Pembiyaan Syariah LPDB-KUMKM

SURAKARTA, MENARA62.COM- Pertumbuhan koperasi dengan pola syariah


cukup menggembirakan. Hingga kini tercatat sudah lebih dari 3000 koperasi
syariah berkembang di Indonesia.

“Memang dibanding koperasi simpan pinjam konvesional yang sudah mencapai


11 ribuan, tentu jumlah 3000 masih jauh. Tetapi bleh dikatakan
perkembangannya cukup menggembirakan,” kata Direktur Utama LPDB-
KUMKM, Braman Setyo, pada acara Sosialisasi Direktorat Pembiyaan Syariah
LPDB-KUMKM, bertajuk “Membangun Komitmen dan Kerja Bersama
Mengembangkan Keuangan Mikro Syariah Indonesia”, di The Sunan Hotel, Solo,
Jateng, Selasa (26/9/2017).
Ia mencontohkan di daerah Solo, Jawa Tengah. Munculnya koperasi syariah
beriring dengan main berkembangnya bisnis syariah.

Menurut Braman, agar bisnis koperasi syariah dan koperasi konvensional terus
berkembang, maka harus mengikuti perkembangan zaman termasuk
diantaranya menyesuaikan dengan era digitali atau fintech. Saat ini, semua
telah menggunakan teknologi sebagai penunjang kemudahan. Contohnya, Bank
Mandiri, BTN, BNI sudah berkolaborasi menjadi satu ATM, sehingga menjadi
lebih efisien.

“Jadi itu hanya sebagai contoh. Oleh karena itu sesuai harapan Pak Menteri
(AAGN Puspayoga), harus ada reformasi koperasi. Kalau kita tidak kritis seperti
itu akan ketinggalan,” tuturnya.

Dia menambahkan, bisnis koperasi syariah maupun koperasi konvensional


khususnya di Jateng juga harus menangkap peluang usaha baik di perbankan,
asuransi dan investasi senilai 40,6 juta dolar AS atau setara kurang lebih Rp
527 triliun.

“Potensi Rp 527 triliun berdasarkan data Bank Indonesia. Kalau kita lihat dari
Jawa Tengah, dari rangking kualitas, bersaing dengan Jawa Timur, keduanya
saling salip-menyalip, satu, dua. Jadi koperasi di Jawa Tengah tidak kalah
penting selalu unggul di atas koperasi konvesional,” katanya lagi.

Alokasi penyaluran dana LPDB-KUMKM tahun 2017 mencapai Rp 1,5 triliun,


akan dioptimalkan penyalurannya kepada koperasi sebesar 40 persen atau Rp
600 miliar serta bagi UKM baik langsung maupun melalui lembaga perantara
sebesar Rp 900 persen atau 60 persen. Dari alokasi tersebut, sebesar Rp 450
miliar dialokasikan untuk pola syariah.

Sekedar informasi, sejak tahun 2008 sampai 2017 LPDB-KUMKM telah


menyalurkan dana bergulir sebesar Rp 8,49 triliun kepada 1.014.078 UMKM
melalui 4.300 mitra yang terdiri dari para pelaku koperasi dan UKM di seluruh
Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak Rp. 1,4 triliun disalurkan dengan pola
syariah.

Menyoal Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD), lanjut Braman, sangat


membantu sekali dalam penyaluran LPDB-KUMKM. Saat ini, baru 19 BLUD yang
sudah beroperasi, 5 BLUD di tingkat provinsi, dan sisanya di Kabupaten/Kota.
“Jadi dengan BLUD menjadi kepanjangan tangan dalam penyaluran LDPB-
KUMKM,” ungkapnya. (Agus Y)

BAGIAN 4

Koperasi Pembiayaan Syariah Terus


Berkembang
By Rezkiana Nisaputra on October 28, 2016No Comment

Surabaya–Koperasi syariah telah mengalami perkembangan dengan baik di Indonesia.


Meski jumlahnya saat ini masih minim, namun koperasi syariah di Indonesia
menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi (Kemenkop & UKM), jumlah unit usaha
koperasi mencapai 150.223 unit usaha, dari jumlah tersebut 1,5% merupakan
koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah (KSPPS). Tercatat jumlah KSPPS
sebanyak 2.253 unit dengan angggota 1,4 juta orang dengan volume usaha Rp5,2
triliun.

“Perkembangan koperasi pembiayaan syariah sangat potensial. Kinerjanya saat ini


sangat baik, berkualitas dari sisi kesehatan koperasi, SDM dan IT,” ujar Deputi
Pembiayaan, Kemenkop dan UKM, Braman Setyo, di Surabaya, Jumat, 28 Oktober
2016.

Dia menilai, perlu akselarasi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di


Indonesia dan mendorong akses keuangan inklusif dalam pendalaman pasar keuangan,
meningkatkan akses keuangan masyarakat termasuk optimalisasi pemanfaatan zakat
dan wakaf untuk kegiatan produktif.

Sementara dari sisi Badan wakaf Indonesia (BWI), kata dia, saat ini BWI telah
mengelola sebanyak 145 lembaga wakaf. Di mana Kemenkop juga telah memfasilitasi
103 KSPP sebagai pengumpul wakaf dan zakat. Pasalnya, potensi wakaf pertahun
mencapai Rp11,4 triliun.

“Ini potensi yang luar biasa dan sangat menjanjikan bagi pengembangan keuangan
syariah Indonesia,” ucap Braman.

Dia mengatakan, dibutuhkan pedoman akuntasi dalam pelaporan dana wakaf. Maka
dari itu, perlu disusun pedoman sistim akuntansi (PSAK) Wakaf yang merupakan
amanat Peraturan Menteri koperasi dan UKM No 16/2015 tentang pelaksanaan
kegiatan unit simpan pinjam pembiayaan syariah oleh koperasi.

“Pada pasal 27disebutkan KSPPS Wajib melakukan Kegiatan Mal (menghimpun,


mengelola dan menyalurkan zakat infaq dan wakaf),” kata Braman.

Selain itu, lanjut dia, untuk memperkuat keungan syariah di Indonesia Kemenkop UKM
akan memperkuat dukungan kepada Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) sebagai
lembaga APEX khususnya pembentukan jaringan APEX koperasi syariah. (*)

BAGIAN 6
Koperasi Syariah Indonesia merupakan koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi syariah
primer yang tersebar di seluruh Indonesia, koperasi syariah merupakan sebuah konversi dari
konvensional melalui pendekatan yang sesuai dengan peneladanan ekonomi yang dilakukan
Rasulullah dan para sahabatnya.

VIDEO TUTORIAL SOFTWARE APLIKASI KOPERASI SIMPAN


PINJAM KLIK DISINI, GRATIS !!!
Koperasi syariah mempunyai kesamaan pengertian dalam kegiatan usahanya bergerak di bidang
pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah), atau lebih dikenal dengan
koperasi jasa keuangan syariah. Sebagai contoh produk jual beli dalam koperasi umum diganti
namanya dengan istilah murabahah, produk simpan pinjam dalam koperasi umum diganti namanya
dengan mudharabah. Tidak hanya perubahan nama, sistem operasional yang digunakan juga
berubah, dari sistem konvesional (biasa) ke sistem syari’ah yang sesuai dengan aturan Islam.

Nilai-nilai Koperasi
Pemerintah dan swasta, meliputi individu maupun masyarakat, wajib mentransformasikan nilai-nilai
syari’ah dalam nilai-nilai koperasi, dengan mengadopsi 7 nilai syariah dalam bisnis yaitu :
a) Shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas.
b) Istiqamah yang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas.
c) Tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan komunikatif
d) Amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan kredibelitas.
e) Fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, inovatif.
f) Ri’ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian, awareness.
g) Mas’uliyah yang mencerminkan responsibilitas.

Tujuan Koperasi Syariah


Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut
membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Fungsi dan Peran Koperasi Syariah yaitu:


a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya.
b. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional
(fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
islam dan prinsip-prinsip syariah islam.
c. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
d. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta.
e. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan kontrol
terhadap koperasi secara efektif
f. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja
g. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota

Koperasi syariah merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan usaha-usahanya dengan
prinsip syariah islam yaitu al-quran dan assunnah. Secara teknis koperasi syariah bisa dibilang
sebagai koperasi yang prinsip anggota dan kegiatannya berdasarkan syariah islam.

BAGIAN 7
Koperasi Syariah
Koperasi Syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya
berdasarkan pada syariah Islam yaitu Al-quran dan Assunnah. Pengertian umum Koperasi syariah adalah badan
usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah. Apabila koperasi memiliki unit usaha
produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada
fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, maka koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang
didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir dan gharar. Disamping itu, koperasi syariah juga tidak diperkenankan
melakukan transaksi-transaksi derivatif sebagaimana lembaga keuangan syariah lainnya juga.

Berikut ini adalah beberapa deskripsi dari Koperasi Syariah yaitu :

Tujuan Koperasi Syariah, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan masyarakat dan
ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip islam.

Landasan koperasi syariah :

 Koperasi syariah berlandaskan syariah islam yaitu al-quran dan assunnah dengan saling tolong menolong (ta’awun) dan saling
menguatkan (takaful)

 Koperasi syariah berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945

 Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan

Fungsi dan Peran Koperasi Indonesia:

 Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya;

 Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional (fathonah), konsisten, dan
konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam;

 Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;

 Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja;

Prinsip Koperasi syariah:

 Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak.

 Manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan ketentuan syariah.

 Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi.

 Menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau
sekelompok orang saja.
Usaha-usaha Koperasi Syariah

 Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan dengan
sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun ketidakjelasan (ghoro).

 Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha
koperasi.

 Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia.

 Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Sumber Dana koperasi syariah

Untuk mengembangkan usaha Koperasi Syariah, maka para pengurus harus memiliki strategi pencarian dana,
sumber dana dapat diperoleh dari anggota, pinjaman atau dana-dana yang bersifat hibah atau sumbangan. Semua
jenis sumber dana tersebut dapat di klasifikasikan sifatnya saja yang komersial, hibah atau sumbangan sekedar
titipan saja. Secara umum, sumber dana koperasi diklasifikasikan sebgai berikut:

1. Simpanan pokok

Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar simpanan pokok tersebut sama dan
tidak boleh dibedakan antara anggota. Akad syariah simpanan pokok tersebut masuk katagori
akad Musyarakah. Tepatnya syirkah Mufawadhah yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama dua
orang atau lebih, masing-masing memberikan dana dalam porsi yang sama dan berpartisipasi dalam kerja dengan
bobot yang sama pula.

2. Simpanan wajib

Simpanan wajib masuk dalam katagori modal koperasi sebagaimana simpanan pokok dimana besar kewajibannya
diputuskan berdasarkan hasil Musyawarah anggota serta penyetorannya dilakukan secara kontinu setiap bulannya
sampai seseorang dinyatakan keluar dari keanggotaan koperasi Syariah.

3. Simpanan sukarela
Simpanan anggota merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon anggota yang memiliki kelebihan dana
kemudian menyimpanannya di Koperasi Syariah.

Bentuk simpanan sukarela ini memiliki dua jenis karakter antara lain:

a. Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut (Wadi’ah) dan diambil setiap saat. Titipan (wadi’ah)
terbagi atas dua macam yaitu titipan (wadi’ah) Amanah dan titipan (wadi’ah) Yad dhomamah.

b. Karakter kedua bersifat Investasi, yang memang ditujukan untuk kepentingan usaha dengan mekanisme bagi
hasil (Mudharabah) baik Revenue Sharing, Profit Sharing maupun profit and loss sharing.

4. Investasi pihak lain

Dalam melakukan operasionalnya lembaga Koperasi syariah sebagaimana Koperasi konvensional pada ummnya,
biasanya selalu membutuhkan suntikan dana segar agar dapat mengembangkan usahanya secara maksimal, prospek
pasar Koperasi syariah teramat besar sementara simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas. Oleh karenanya,
diharapkan dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti Bank Syariah maupun program-program pemerintah.
Investasi pihak lain ini dapat dilakukan dengan menggunakan prinsipMudharabah maupun prinsip Musyarakah.

Sumber :

http://ekonomhardi.blogspot.com/2012/04/sumber-dana-produk-dan-jasa-dalam.html
http://muhshodiq.wordpress.com/2009/08/12/koperasi-syariah-apa-bagaimana.html

BAGIAN 8
Tujuan Koperasi Syariah
Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta
turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip islam.
Fungsi dan Peran Koperasi Syariah

 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya;
 2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional
(fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
islam dan prinsip-prinsip syariah islam;
 3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
 4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta;
 5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan kontrol
terhadap koperasi secara efektif;
 6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja;
 7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.

Landasan Koperasi Syariah

 1. Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


 2. Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.
 3. Koperasi syariah berlandaskan syariah islam yaitu al-quran dan as-sunnah dengan saling
tolong menolong (ta’awun) dan saling menguatkan (takaful).

Prinsip Ekonomi Islam dalam Koperasi Syariah

 1. Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak.
 2. Manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan ketentuan syariah.
 3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi.
 4. Menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana
ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja.

Prinsip Syariah Islam dalam Koperasi Syariah

 1. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka.


 2. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen (istiqomah).
 3. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional.
 4. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.
 5. Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan profesional menurut sistem bagi
hasil.
 6. Jujur, amanah dan mandiri.
 7. Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi, dan sumber daya informasi
secara optimal.
 8. Menjalin dan menguatkan kerjasama antar anggota, antar koperasi, serta dengan dan atau
lembaga lainnya.
Usaha Koperasi Syariah

 Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat
(thayyib) serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun
ketidakjelasan (ghoro).
 Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana
tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi.
 Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan ketentuan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
 Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Modal Awal Koperasi


Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan misi di dalam
intern pendiri. Selain itu, mendirikan koperasi syariah memerlukan perencanaan yang cukup
bagus agar tidak berhenti di tengah jalan. Adapun agar diakui keabsahannya, hendaklah
koperasi syariah disahkan oleh notaris. (Biaya pengesahan relatif tidak begitu mahal, berkisar
300 ribu rupiah.)
Untuk mendirikan koperasi syariah, kita perlu memiliki modal awal. Modal Awal koperasi
bersumber dari dana usaha. Dana-dana ini dapat bersumber dari dan diusahakan oleh koperasi
syariah, misalkan dari Modal Sendiri, Modal Penyertaan dan Dana Amanah.
Modal Sendiri didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, Hibah, dan Donasi,
sedangkan Modal Penyerta didapat dari Anggota, koperasi lain, bank, penerbitan obligasi dan
surat utang serta sumber lainnya yang sah. Adapun Dana Amanah dapat berupa simpanan
sukarela anggota, dana amanah perorangan atau lembaga.
————

Anda mungkin juga menyukai