Anda di halaman 1dari 21

Koperasi dan UKM

“Manajemen Koperasi”

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Koperasi dan UKM


Dosen Pengampu: Sri Hidayati, S.Ag., M.Ed.

Disusun Oleh:

1. Anjar Hanif Fadhlia (11180850000052)


2. Happy Haq (11180850000058)
3. Ahmadullah Khan Zada (11180850000109)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
MANAJEMEN KOPERASI
Anjar Hanif Fadhlia , Happy Haq, Ahmadullah Khan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jl. Ir H. Juanda No.95, Cemp. Putih, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten

(15412)

ABSTRAK

Tujuan penulisan ini untuk memberikan pengetahuan koperasi dan bagimana


mengelolanya dengan menerapkan konsep manajemen dalam koperasi dan mampu
menggunakan pengetahuan itu untuk mengawasi, mengevaluasi/menilai sesuatu.
Koperasi merupakan suatu organisasi otonom yang terdiri dari orang-orang yang
berhimpun secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi,
sosial dan budaya secara bersama-sama dan kekeluargaan melalui kegiatan usaha
yang dimiliki kelompok dan dikendalikan secara demokratis. Untuk
keberlangsungan koperasi dan pengembangannya maka, diperlukan adanya
manajemen koperasi yang dapat mengelola dan memastikan koperasi berjalan
sebagaimana mestinya dikarenakan koperasi merupakan salah satu pilar
perekonomian yang telah terbukti menjadi penyokong perekonomian nasional di
Indonesia.

Kata kunci : koperasi, manajemen koperasi, pengelolaan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran dan manfaat koperasi sudah kita rasakan manfaatnya di kalangan


masyarakat. Koperasi juga bergerak dalam perekonomian dan beranggotakan
secara sukarela atas dasar persamaan hak dan kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan para anggotanya. Koperasi tujuan utamanya bukan untuk mencari
laba, tetapi bagaimana bisa melayani anggotanya agar lebih berjaya dengan
prinsip kekeluargaan. Partisipasi anggota merupakan kunci utama
keberhasilan anggota dan usaha koperasi. Secara umum,partisipasi berarti
meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai visi dan misi yang
sama untuk mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi. Menurut
Sitio dan Tamba (2001:30) keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya
dengan partisipasi aktif anggota dalam koperasinya akan maju dan
berkembang sehingga koperasi dapat dikatakan berhasil.Partisipasi anggota
koperasi dapat diwujudkan dalam bentuk telatennya anggota dalam
membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela,
berbelanja di toko koperasi, menghadiri rapat anggota koperasi serta
memberikan kritik dan saran untuk membangun perkembangan koperasi agar
lebih maju.Aktifnya anggota koperasi diharapkan akan meningkatkan
perolehan sisa hasil usaha (SHU). Oleh karena itu,penting sekali untuk kita
mengetahuin bagaimana manajemen koperasi.

B. Rumusan Masalah

Untuk membangun koperasi yang beroperasi yang sesuai dengan cita-cita


nasional sebagai suatu lembaga yang berprinsip pada azas kekeluargaan yang
mencerminkan jiwa dan kepribadiaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu
terdapat beberapa poin penting yang akan dibahas, antara lain :
a. Memahami koperasi dari berbagai sudut pandang para ahli/ekonom.
b. Mengikuti dan menaati sendi-sendi atau prinsip-prinsip koperasi yang
ditetapkan dalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992 dan prinsip-
prinsip koperasi yang ditetapkan oleh International Cooperatives
Alliance (ICA) pada kongres tahun 1966.
c. Mengetahui dan mengkaji lebih lanjut mengenai tipe-tipe pengawasan
koperasi yang dapat mengontrol kegiatan di koperasi.
d. Mengetahui berbagai macam metode pengawasan yang dilakukan di
koperasi.
e. Bagaimana koperasi menerapkan manajemen koperasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja koperasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Koperasi
Arifinia Chaniago (1984) mendefinisikan koperasi sebagai suatu
perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang
memberikan kebebasasn kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan
bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi
kesesjahteraan para anggotanya.
Menurut Moh. Hatta sebagai ‘Bapak Koperasi di Indonesia’ mendefinisikan
koperasi lebih sederhana, jelas, pada dan ada suatu visi dan misi yang
dikandung koperasi, beliau berkata “Koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.
Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa
kepada kawan berdasarkan seseorang buat semua dan semua buat seseorang”.

Definisi koperasi sendiri telah disebutkan di dalam UU No 25 Tahun 1992


yang menyebutkan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan”. Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang
berwatak sosial sebagai suatu usaha bersama yang berdasarkan asas
kekeluargaan dan gotong royong. Koperasi juga disebut sebagai soko guru
perekonomian di Indonesia dan diharapkan mampu menjadi penopang
perekonomian nasional, keberadaannya sangat penting bagi masyarakat
golongan ekonomi menengah kebawah.

B. Menaati Prinsip-prinsip Koperasi


Bermula dari didirikannya Koperasi pertama di dunia pada tahun 1844,
yaitu di kota Rochdale (Inggris) atas inisiatif Robert Owen. Owen
mencetuskan ide tentang perkumpulan koperasi untuk membantu para petani
dan buruh dikala itu yang menderita akibat revolusi agraris dan revolusi
industri. Adapun unsur-unsur prinsip Rochdale, yaitu :
a. Pengawasan secara demokratis (democratic control)
b. Keanggotan yang terbuka (open membership)
c. Bunga atas modal dibatasi (a fixed or limited interest on capital)
d. Pembagian sisa hasil usaha (SHU) kepada anggota sebanding
dengan jasa masing-masing anggota (the distribution of surplus in
dividend to the members in proportion to their purchoses)
e. Penjualan sepenuhnya dengan tunai (trading strictly on a cash basis)
f. Barang-barang yang dijual harus asli dan tidak yang dipalsukan
(selling only pure and unadulterated goods)
g. Penyelenggaraan pendidikan kepada anggota dengan prinsip-prinsip
koperasi (providing the education of the members in cooperative
principles)
h. Netral terhadap politik dan agama (political and religious neutrality).

Namun, seiring perkembangan zaman, setiap organisasi koperasi sudah


tidak mengacu kepada prinsip Rochdale tersebut dan mulai menggunakan
beberapa prinsip tertentu tetapi masih berpegang kepada prinsip mutlak yang
mana memberikan ciri-ciri utama kepada koperasi dan yang dapat
membedakan koperasi dengan badan usaha dagang pada umumnya.
Prinsip koperasi (coorporative principle) merupakan ketentuan-ketentuan
pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja
koperasi itu sendiri. Prinsip juga sering disebut “rules of the game” dalam dunia
koperasi. Namun, sejatinya prinsip-prinsip koperasi merupakan cerminan jati
diri dari koperasi itu sendiri.
Dr. Fauguet menegaskan sekiranya ada 4 prinsip yang harus dimiliki dan
dipenuhi oleh setiap koperasi, hal tersebut dijelaskan dalam bukunya yang
berjudul “The Coorporative Sector” (1951), Adapun keempat prinsip tersebut
antara lain :
a. Adanya ketentuan tentang perbandingan yang berimbang di dalam
hasil yang diperoleh aras pemanfaatan jasa-jasa oleh setiap pemakai
dalam koperasi
b. Ketentuan tentang persamaan hak antara para anggota koperasi
c. Adanya pengaturan tentang keanggotan organisasi yang berdasarkan
kesukarelaan
d. Ketentuan tentang peraturan dan partisipasi anggota dalam kegiatan
usaha koperasi.

Adapun Prinsip Koperasi yang ditetapkan oleh International Cooperatives


Alliance (ICA) pada kongres tahun 1966 adalah :

a. Keanggotaan koperasi harus secara sukarela dan terbuka


b. Pengawasan koperasi diselenggarakan secara demokratis
c. Pembatasan bunga atas modal
d. Pembagian sisa hasil usaha yag dibagi tiga, sebagian untuk cadangan,
sebagian untuk masyarakat dan sebagian untuk dibagikan kembali
kepada anggota sesuai jasa dan keterlibatan masing-masing anggota

Di Indonesia sendiri prinsip-prinsip koperasi telah ditetapkan di dalam


perundang-undangan koperasi di Indonesia, antara lain : UU No. 12 tahun 1967
yang menggunakan istilah “sendi-sendi dasar” dan UU No. 25 tahun 1992
disebut dengan prinsip koperasi.

Adapun sendi-sendi dasar koperasi menurut UU No. 12 tahun 1967, yaitu :

a. Sifat keanggotan sukarela dan terbuka untuk seluruh WNI


b. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi sebagai
pencerminan demokrasi di lingkungan koperasi
c. Pembagian SHU diatur menurut besarnya kontribusi jasa dari masing-
masing anggota
d. Adanya pembatasan bunga atas modal
e. Mengembangkan kesejahteran anggota koperasi dan masyarakat
umum
f. Usaha dan ketatalaksanaanya bersifat terbuka
g. Swadaya, swakarta, dan swasembada sebagai pencerminan prinsip
dasar percaya pada diri sendiri.

Sedangkan prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992, yaitu :

a. Prinsip keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.


b. Prinsip pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Prinsip pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
d. Prinsip pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal yang
dimiliki anggota.
e. Prinsip kemandirian koperasi.
f. Prinsip pendidikan perkoperasian.
g. Prinsip kerjasama antar koperasi.

C. Tipe-tipe Pengawasan Koperasi

Pengawasan merupakan suatu usaha sistematis untuk membuat semua


kegiatan perusahaan berjalan sesuai rencana. Proses pengawasan dapat
dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :

a. Menetapkan standar
b. Membandingkan kegiatan yang sudah terlaksana dengan standar yang
ditetapkan
c. Mengukur kesalahan-kesalahan yang terjadi selama kegiatan
d. Mengoreksi kesalahan tersebut dan bertindak cepat dalam mengambil
tindakan.

Pengawasan dibagi menjadi 3 berdasarkan waktu pengawasan, antara lain :

a. Pengawasan pendahuluan (preliminary control), yang mana dirancang


untuk mengantisipasi adanya penyimpangan standar dan memungkinkan
koreksi dilakukan sebelum kegiatan berakhir. Maksud dari pengawasan
pendahuluan yaitu untuk mencegah serta membatasi se-awal mungkin
kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan sebelum terjadinya kegiatan
tersebut.
Dalam pengawasan pendahuluan meliputi :
 Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia (SDM)
 Pengawasan pendahuluan bahan-bahan
 Pengawasan pendahuluan modal
 Pengawasan pendahuluan sumber daya finansial (keuangan)
b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (concurrent control),
merupakan tindakan yang dilakukan supervisor yang langsung
(direction) mengarahkan pekerja bawahannya. Proses memberikan
pengarahan bukan hanya cara petunjuk-petunjuk dikomunikasikan, tetapi
juga bagaimana sikap orang yang memberikan pengarahan.
c. Pengawasan umpan balik (feedback control), yaitu mengukur hasil suatu
kegiatan yang telah dilakukan kemudian dikoreksi untuk tujuan yang
akan datang. Adapun sejumlah pengawasan feedback yang banyak
dilakukan di dunia bisnis, yaitu :
 Analisis Laporan Keuangan
 Analisis Biaya Standar
 Pengawasan Kualitas
 Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja

Sedangkan menurut Victor M. Situmorang dan Yusuf Juhir,


pengawasan dapat diklarifikasikan sebagai berikut :

a. Pengawasan Langsung dan Pengawasan Tidak Langsung


 Pengawasan langsung Pengawasan langsung adalah
pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan atau
pengawas dengan mengamati, memeriksa sendiri secara “on the
spot” di tempat pekerjaan dan menerima laporan-laporan secara
langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi.
 Pengawasan tidak langsung Pengawasan tidak langsung
dilakukan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima
dari pelaksana baik lisan maupun tertulis, mempelajari
pendapat-pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa
pengawasan “on the spot”.

b. Pengawasan Preventif dan Pengawasan Represif


Walaupun prinsip pengawasan adalah preventif, namun bila
dihubungkan dengan waktu pelaksanaan, dapat dibedakan antara
pengawasan preventif dan pengawasan represif.
 Pengawasan preventif Pengawasan preventif dilakukan melalui
preaudit sebelum pekerjaan dimulai. Misalnya dengan
mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan rencana
kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan
sumber-sumber lain.
 Pengawasan represif Pengawasan represif dilakukan melalui
post audit, dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat
(inspeksi), meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya.

c. Pengawasan Intern dan Ekstern


 Pengawasan intern Pengawasan intern adalah pengawasan yang
dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri.
 Pengawasan ekstern Pengawasan ekstern adalah pengawasan
yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi itu sendiri.

Adapun jenis-jenis pengawasan koperasi sebagaimana yang dijabarkan


dalam Peraturan Mentri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No
17/Per/M.KUKM/IX/2015 bab III pasal 7 tentang pengawasan koperasi.
Jenis pengawasan koperasi meliputi :

 Pengawasan aktif dan pasif


 Pengawasan rutin dan sewaktu-waktu
 Pengawasan bersifat preventif dan represif

d. Metode Pengawasan Koperasi


Metode pengawasan ditarik secara garis besar dibagi menjadi 2 metode,
yaitu metode pengawasan kualitatif dan metode pengawasan kuantitatif.
Pengawasan kualitatif biasa dilakukan oleh pihak manajer untuk menjaga
performance suatu organisasi, sikap dan kinerja suatu karyawan organisasi.
Sedangkan metode pengawasan kuantitatif dilakukan menggunakan data
sebagai acuannya dan biasanya digunakan untuk menghitung kuantitas dan
kualitas produk. Penerapan pengawasan kuantitatif yitu untuk menggunakan
anggaran, melakukan auditing, analisis break event point, analisis rasio, dan
masih banyak lagi.
Adapun metode-metode yang disebutkan tadi dikelompokkan dan dirincikan
sebagai berikut :
1) Pengawasan kualitatif
Pengawasan kualitatif tidak menggunakan angka-angka sebagai acuan
melainkan dengan teknik-teknik seperti :
a. Pengamatan terhadap kegiatan atau produk yang diobservasi
b. Inspeksi secara rutin dan langsung
c. Laporan lisan dan tulisan, laporan lisan dan tulisan dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan dengan feedback dari
pekerja langsung
d. Evaluasi dan pelaksanaan
e. Diskusi antar manajer dengan karyawannya sehingga masalah yang
ada dapat dipecahkan bersama-sama
f. Management by exception (MBE) atau menggunakan prinsip
pengecualian, MBE dilakukan dengan memperhatikan perbedaan
yang signifikan antara rencana dengan realisasi.

2) Pengawasan kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka untuk menilai suatu kegiatan
atau produk. Berikut merupakan teknik yang dapat digunakan dalam
pengawasan kuantitatif :

a. Anggaran, terdiri dari :


 Anggaran operasi {anggaran pembelanjaan modal, anggaran
penjualan, anggaran kas}
 Anggaran khusus {planning programming, bud getting system
(PBS), zero based budgeting (ZBB), dan human resource
accounting {HRA}. )
b. Audit
Audit dapat dilakukan dalam internal dan eksternal. Internal Audit
bertujuan untuk membantu semua anggota manajemen dalam
melaksanakan tanggungjawab dengan cara mengajukan analisis,
penilaian, rekomendasi dan komentar terhadap kegiatan mereka.
Sedangkan Eksternal audit bertujuan menentukan apakah laporan
keuangan menyajikan secara wajar (sesuai) dengan keadaan
keuangan dan hasil perusahaan.
c. Analisa break event
Analisas break event digunakan untuk menganalisa dan
menggambarkan hubungan biaya dari penghasilan untuk
menentukan pada tingkatan volume berapa agar biaya total tidak
mengalami kerugian.
d. Analisis rasio
Terdapat 2 jenis perbandingan :
 Membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu
 Membandingkan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan
lainnya yang sejenis.

Pengawasan pada dasarnya dilakukan sepenuhnya untuk menghindari


adanya kemungkinan penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai, melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan
efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktifitas yang berkaitan
erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja
sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana
kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang
terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan


merupakan bagian dari fungsi manajemen, dimana pengawasan dianggap
sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas
kepada pihak dibawahnya. Sementara itu, dari segi hukum administrasi
negara, pengawasan dimaknai sebagai proses kegiatan yang membandingkan
apa yang dijalankan, dilaksanakan atau diselenggarakan itu dengan apa yang
dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan. Hasil pengawasan ini harus
dapat menunjukkan sampai dimana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan
dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks
membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan
aspek paling penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan
sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini pengawasan menjadi terhadap
pemerintahan sama pentingnya dengan pengawasan terhadap suatu organisasi
koperasi yang berbadan hukum sesuai dengan aturan yang berlaku agar tidak
terjadi suatu penyelewengan dan penyimpangan.

e. Manajemen Koperasi

Menurut Terry dan Franklin, salah satu pemikir manajemen terkenal


menyebutkan definisi manajemen yaitu, “Manajemen adalah proses berbeda
yang terdiri dari perencanaan kegiatan, pengorganisasian, penggerakkan dan
pengendalian, dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang
diyatakan dengan menggunkan manusia dan sumber daya lainnya.”

Manajemen koperasi pada hakekatnya adalah penerapan ilmu manajemen


di koperasi dimana orang-orang yang diberi wewenang dan tanggungjawab
melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian
sumber daya yang dimiliki oleh koperasi untuk mencapai tujuan koperasi
yaitu meningkatkan kesejahteraan berdasarkan nilai dan prinsip-prinsip
koperasi.

Pada kenyataannya suatu lembaga/organisasi memerlukan adanya


manajemen dalam lembaga/organisasinya untuk mengelola agar
lembaga/organisasinya beroperasi dengan baik, begitupula dengan koperasi
yang merupakan lembaga bisnis yang harus dikelola dengan baik agar
koperasi beroperasi secara efektif dan efisien. Selain itu dalam pencapaian
tujuan organisasi sering ditemukan berbagai hal yang bertentangan dengan
kepentingan pribadi beberapa anggota atau bahkan ada berbagai pihak yang
mempunyai kepentingan yang saling bertentangan, untuk menjaga
keseimbangan diantara para anggota dibutuhkan manajemen yang baik yang
dapat mengendalikan pertentangan-pertentangan tersebut sehingga
pencapaian tujuan oraganisasi tidak terganggu.

Prof. Ewell Paul Roy, Ph.D. Salah seorang profesor dari Agricultural
Economics and Agribusiness Louisiana State University mengatakan bahwa
didalam manajemen koperasi melibatkan 4 unsur, yaitu : anggota koperasi,
pengurus koperasi, manajer dan karyawan. Karyawan disini merupakan
penghubung antara manajemen dan anggota pelanggan. Sedangkan menurut
Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, bahwasanya
perangkat organisasi koperasi terdiri dari 3 unsur, yaitu : rapat anggota,
pengurus dan pengawas. Berbeda hal nya dengan di Indonesia, di Amerika
Serikat perangkat organisasi koperasi terdiri dari : rapat anggota (general
meeting), pengurus (board of directiors), dan staff managerial.
A.H. Gophar mengatakan bahwa konsep manajemen koperasi pada
dasarnya dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu , organisasi, proses dan
gaya manajemen (Hendar dan Kusnadi, 1999).

Dari sudut pandang organisasi, manajemen koperasi pada prinsipnya


terdiri dari tiga unsur : anggota, pengurus dan pengurus. Dapat dibedakan
struktur atau alat perlengkapan organisasi yang sepintas adalah sama yaitu :
rapat anggota, pengurus dan pengawas. Untuk itu, perlu dibedakan antara
fungsi organisasi dengan fungsi manajemen. Unsur pengawas seperti yang
ada apada alat perlengkapan organisasi koperasi pada hakekatnya merupakan
perpanjangan tangan dari anggota, untuk mendampingi pengurus dalam
melakukan fungsi kontrol sehari-hari terhadap berlangsungnya roda
organisasi dan usaha koperasi. Keberhasilan suatu koperasi tergantung dari
kerjasama ketiga unsur organisasi tersebut dalam mengembangkan organisasi
dan usaha koperasi sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
anggota-anggota nya.

Kedua, dilihat dari sudut pandang proses, manajemen koperasi lebih


mengutamakan demokrasi dalam pengambilan suatu keputusan. Dalam
pengambilan keputusan didapatkan dari hasil suara terbanyak dan keputusan
bersama antar anggota oleh karena itu, manajemen koperasi sering dipandang
kurang efektif dan efisien dalam pengambilan suatu keputusan. Ketiga, dari
sudut pandang gaya manajemen (management style), manajemen koperasi
seperti yang sudah disebutkan bahwasanya gaya manajemen koperasi
menganut gaya partisipatif, dimana posisi anggota ditempatkan sebagai
subjek sedangkan manajamen yang aktif dalam mengendalikan manajemen
organisasinya. Sitio dan Tamba menambahkan bahwasanya badan usaha
koperasi di Indonesia memiliki manajemen koperasi yang dituntut
berdasarkan perangkat orgnisasi koperasi, antara lain : rapat anggota,
pengurus, pengawas dan pengelola.
Telah disebutkan bahwasanya gaya manajemen koperasi yaitu gaya
manajemen partisipatif yang mana gaya tersebut menggambarkan adanya
interaksi antar unsur manajemen koperasi. Terdapat pembagian tugas
(jobdesc) kepada masing-masing unsur yang disebutkan sebelumnya dan juga
mempunyai lingkup keputusan (decision area) yang berbeda-beda tiap unsur
nya, namun masih ada lingkup keputusan yang dilakukan secara bersama
(shared decision area). Adapun lingkup keputusan masing-masing unsur
manajemen koperasi, yaitu :

a. Rapat anggota, dimana menjadi puncak/pemegang kekuasaan tertinggi


dalam menetapkan suatu keputusan/kebijan umum dalam organisasi,
manajemen, dan usaha koperasi. Kebijakan yang bersifat strategis
dirumuskan dan ditetapkan pada forum rapat anggota koperasi.
Umumnya, rapat anggota diadakan setiap satu tahun sekali. Dalam rapat
anggota biasanya membahas :
 Anggaran dasar
 Menetapkan kebijakan umum dibidang organisasi manajemen dan
usaha koperasi
 Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan
pengawas koperasi
 Menetapkan rencana kerja, rencana pendapatan dan belanja koperasi,
serta pengesahan laporan keuangan
 Mengesahkan pertanggungjawaban pengurus dalam melaksanakan
tugas nya
 Pembagian SHU (sisa hasil usaha)

Pengambilan keputusan dalam rapat anggota sebagaimana yang sudah


ditetapkan dalam Undang-undang nomer 25 Tahun 1992, yaitu :

 Keputusan rapat anggota berdasarkan musyawarah untuk mencapai


hasil yang mufakat
 Jika tidak mendapatkan keputusan yang mufakat maka diambil dari
jumlah suara terbanyak
 Setiap anggota memiliki satu hak suara
 Hak suara pada koperasi sekunder diatur dalam anggaran dasar
dengan mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa masing-masing
anggota
b. Pengurus, menjadi pengurus koperasi dipilih dan diberhentikan melalui
rapat anggota. Pengurus diberi amanat untuk menjadi pemegang kuasa
rapat anggota yang bertujuan sebagai orang yang merealisasikan
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan selama rapat anggota.
Pengurus koperasi terdiri dari beberapa anggota dan memili masa jabatan
paling lama 5 tahun.

Adapun tugas dari pengurus koperasi, yaitu :

 Mengelola koperasi dan usaha koperasi


 Mengajakan rancangan kerja, rancangan anggaran , rancangan
pendapatan dan belanja koperasi
 Mengadakan rapat anggota
 Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban dari
tugasnya
 Melakukan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib
 Membuat dan memelihara daftar buku anggota dan pengurus
koperasi

Sedangkan wewenang yang dimiliki pengurus, yaitu :

 Sebagai perwakilan atas nama koperasi bila ada kegiatan di dalam


dan diluar organisasi
 Memutuskan dan menerima anggota baru atau memberhentikannya
sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar
 Melakukan tindakan dan upaya untuk kepentingan dan manfaat yang
dapat dirasakan anggota koperasi

c. Pengawas, yang mewakili anggota untuk melakukan pengawasan


terhadap keberlangsungan direalisasikan nya kebijakan yang dilakukan
oleh pengurus. Pengawas diangkat dan diberhentikan sesuai keputusan
rapat anggota. Menurut Undang-undang nomer 25 Tahun 1992 pasal 39
disebutkan tugas dan wewenang pengawas koperasi.
Adapun tugas pengawas koperasi, yaitu :
 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan
pengelolaan koperasi yang dilakukan pengurus koperasi
 Membuat laporan tertulis terhadap hasil pengawasannya

Sedangkan wewenang pengawas, yaitu :

 Meneliti catatan koperasi


 Memperoleh keterangan-keterangan terhadap pelaksanaan
kebijakan koperasi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan, Koperasi


merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan. Dalam menjalankan usaha nya, koperasi memiliki prinsip yang
mana menunjukkan jati diri koperasi itu sendiri dan juga yang membedakan
dengan usaha bisnis lainnya. Prinsip koperasi (coorporative principle)
merupakan ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan
dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi itu sendiri. Di Indonesia sendiri,
prinsip-prinsip koperasi telah ditetapkan dalam UU No. 12 tahun 1967 dan
UU No. 25 tahun 1992.

Agar koperasi dapat beroperasi dan semua tujuan dan cita-cita koperasi
dapat terealisasikan, maka koperasi perlu melakukan manajemen koperasi
dan memilih pengurus serta pengawas koperasi yang dipilih melalui rapat
anggota dengan musyawarah mencapai mufakat. Seteleh diputuskan
pengurus dan pengawas koperasi diharapkan koperasi dapat mencapai tujuan
dan cita-cita nya serta dapat mensejahterakan anggota dan masyarakat umum
disekitarnya.

Seiring beroperasi nya suatu koperasi terdapat banyak rintangan yang


dihadapi dan tidak menutup kemungkinan ditemukannya penyelewengan atas
tujuan yang akan dicapai koperasi. Melalui pengawasan diharapkan dapat
membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Terdapat banyak
jenis dan metode dalam pengawasan yang dapat dilakukan dan disesuaikan
dengan kondisi koperasi itu sendiri. Pengawasan juga dapat mendeteksi
sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
REFERENSI

Hendar & Kusnadi ,2009, Ekonomi Koperasi: Untuk Perguruan Tinggi


(Edisi 2)
Thoby mutis , 1992, Pengembangan Koperasi.Kumpulan Karangan. Jakarta:
Gramedia widia Sarana Indonesia
Hasmawati, fifi. 2013. Manajemen Koperasi. Sumatra Utara : Penerbit Duta
Azhar
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1992/25TAHUN~1992UU.htm#:~:text=
UNDANG%2DUNDANG%20TENTANG%20PERKOPERASIAN.&text=
Dalam%20Undang%2Dundang%20ini%20yang,yang%20berdasar%20atas
%20asas%20kekeluargaan.

http://www.depkop.go.id/uploads/tx_rtgfiles/permen_kukm_nomor_17_tahu
n_2015_tentang_pengawasan_koperasi.pdf

http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/PH/article/viewFile/1424/1097

http://repository.uin-suska.ac.id/24870/2/GABUNG.pdf

Anda mungkin juga menyukai