MASYARAKAT
Disusun Oleh
AGNI PILSYAFWANI
3
ABSTRAK
Pada tahun 1905,koperasi telah hadir dimasyarakat dengan tujuan membantu penyetabilan
ekonomi masyarakat. Meskipun memiliki tujuan yang baik,koperasi masih belum bisa menjadi
favorit masyarakat sesuai dengan data statistik perbankan tahun 2018,dimana masyarakat lebih
memilih perbankan dalam transaksi keuanganya. Karena permasalahan tersebut saya sebagai
peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh terkait menganalisis peranan koperasi simpan pinjam
Rumusan masalah yang akan saya teliti yaitu bagaimana kinerja koperasi simpan pinjam
dan pembiayaan syariah terhadap ekonomi masyarakat? Apa saja yang menjadi faktor
pendorong dan penghambat kinerja koperasi pinjam dan pembiayaan syariah dalam membantu
ini ?dan Bagaimana penerapan konsep koperasi simpan pinjam pada perbankan syariah?
KATA KUNCI : Peranan KSPPS Dalam Pembiayaan Syariah Untuk Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat
4
PENDAHULUAN
membangun sebuah perekonomian yang kreatif dan bersaing. Sebagaimana yang kita lihat
bahwa saat ini perkembangan ekonomi semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan
semakin banyaknya lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Namun demikian kemajuan di
bidang ekonomi ini tidak mendukung sepenuhnya dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat Indonesia. Tarif ekonomi yang berbeda-beda menjadi salah satu faktor sulitnya
masyarakat dalam memperoleh pelayanan jasa keuangan yang dibutuhkan. Oleh karena itu
Jasa Koperasi telah hadir ditengah-tengah masyarakat sejak puluhan tahun lalu menjadi
salah satu cara untuk menjaga kestabilan ekonomi. Sejalan dengan perkembangannya
masyarakat mulai menyadari bahwa sistem yang digunakan dalam setiap akad pada koperasi
konvensional tidak sesuai dengan prinsip syariah, dimana akad yang digunakan masih
mengandung unsur bunga. Mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam berpikir
bahwa sistem yang digunakan harus diubah sesuai dengan prinsip syariah. Koperasi Simpan
Pinjam syariah secara khusus dalam kegiatan usahanya menerima tabungan (penghimpunan
dana) dan menyalurkannya, yang berasal dari dan untuk para anggotanya atau koperasi lain
dan/atau anggotanya (Pasal 44 UU No. 25 Ta- hun 1992) dan juga dalam rangka peningkatan
yang ber- pendapatan rendah, maka penguatan usaha koperasi diutamakan untuk men- dorong
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dimana tujuannya untuk memberikan
koperasi simpan pinjam belum menjadi favorit masyarakat dan penerapan konsep koperasi
simpan pinjam pada perbankan syariah. Informasi dan data yang saya dapatkan mengenai
koperasi simpan pinjam yaitu melalui media sosial maupun media lain nya.
PEMBAHASAN
Koperasi merupakan salah satu bentuk badan hukum yang sudah lama
dan sampai saat ini beliau sangat dikenal sebagai bapak koperasi Indonesia.
Dalam perjalanannya koperasi yang sebenarnya sangat sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia
justru perkembangan tidak menggembirakan. Koperasi yang dianggap sebagai anak kandung
dan tulang punggung ekonomi kerakyatan justru hidupnya menghidupkan dan memperdayakan
koperasi di tengah-tengah masyarakat. Begitu banyak kemudahan yang di- peroleh oleh badan
hukum koperasi melalui berbagai fasilitas, namun tidak banyak mengubah kehidupan koperasi
itu sendiri. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian kecil koperasi yang masih tetap
Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan atau
kepentingan besama, sama halnya seperti Bank Pengkreditan Rakyat (BPR). Jadi koperasi
merupakan bentukan dari seke- lompok orang yang memiliki tujuan bersama. Kelompok orang
memerlukan bantuan tidak berbentuk barang ataupun pinjaman uang. Koperasi yang dapat
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) atau sebelumnya disebut Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) terlahir dari Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan keuangan
mikro syariah yang unik dan spesifik khas Indonesia. Kegiatan KSPPS dalam melaksanakan
fungsi dan perannya menjalankan peran ganda yaitu sebagai lembaga bisnis (tamwil) dan disisi
yang lain melakukan fungsi sosial yakni menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana
ZISWAF (zakat, infaq, Sodaqah, wakaf). Sedangkan perinsip syariah adalah prinsip hukum
islam dalam kegiatan usaha koperasi berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
KSPPS merupakan koperasi yang kegiatan usahanya hanya simpan pinjam dan pembiayaan
syariah. Sesuai dengan peraturan Bidang Pengawasan Kemantrian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Repub- lik Indonesia Nomor 09/Per/Dep. 6/IV/2016 tentang petunjuk Teknis
Dalam Undang-Undang Perkoperasian No. 17 tahun 2012, koperasi adalah badan hukum yang
didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan
atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaaan para anggotanya sebagai modal
7
untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi,
kesejahteraan anggota pada terutama dan masyarakat pada lazimnya serta ikut membina
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, dan
masyarakat dan ikut serta dalam membina perekonomian Indonesia menurut prinsip-prinsip
islam.
Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasal 3 UU No. 25/1992, yang berbunyi: “koperasi
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarkat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945”. Berdarkan pasal tersebut,
1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan
2) Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional
KSPPS telah memberikan pelayanan pinjaman berupa modal usaha, dalam pemberian modal
usaha ada beberapa sistem pembiayaan yang alternatif yakni; Pembiayaan murabahah yang
umumnya berupa jual beli secara langsung. Yaitu dilaksanakan tanpa menggunakan wakalah
(wakil). Jadi, akad murabahah yang dilakukan dalam KSPPS yaitu membelanjakan kebutuhan
dalam berusaha dari anggota seperti perlengkapan alat-alat dalam berbisnis, perlengkapan kain
Sistem pembiayaan kedua menggunakan Sistem mudharabah (bagi hasil). KSPPS juga
memberikan modal usaha dalam sistem bagi hasil guna meningkatkan ekonomi. Adapun juga
hasil. Akan tetapi dalam sistem musyarakah pembagian modalnya dibagi menjadi dua antara
nasabah dengan KSPPS. Sebagai contoh yang telah diterapkan selama ini KSPPS
dengan beberapa usaha toko, warung, dan lainnya. Nisbah dapat dibagikan berdasarkan waktu
yang telah disepakati sebelumnya, dapat dilakukan pada setiap bulan, dapat juga dilakukan
Adapun sistem pembiayaan yang terakhir yakni sistem Ijarah atau dapat disebut dengan sewa-
menyewa. Dalam KSPPS sistem pembiayaan ijarah berlaku hanya dalam sewa – menyewa.
Sewa – menyewa yang dilakukan dalam pembiayaan tersebut dapat berupa menyewa tempat
untuk usaha, dapat juga menyewa perlengkapan atau fasilitas yang dibutuhkan dalam usahanya,
seperti menyewa toko atau ruko, menyewa kendaraan dan alat- alat, dan lain sebagainya.
9
Selain dalam pemberian modal usaha, peran KSPPS dalam peningkatan ekonomi anggotanya
bisa juga dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan komsumtif dari anggotanya. Seperti
pembelian barang elektronik, kendaraan bermotor, tanah, rumah, dan lain sebagainya.
Faktor Pendorong & Penghambat Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Organisasi memiliki korelasi erat dengan kinerja ekonomi dan kinerja organisasi secara
keseluruhan. Budaya organisasi akan menjadi faktor keberhasilan koperasi apabila budaya
tersebut mampu mengikat dab mempengaruhi perilaku para individu anggota koperasi untuk
menyelaraskan tujuan individu dan tujuan kelompok mereka dengan
tujuan organisasi. Kemudian budaya organisasi harus fleksibel dan responsif terhadap
perkembangan lingkungan baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal.
Faktor pendorong Keberhasilan KSPPS ini diantaranya:
Modal, yang merupakan bagian terpenting dalam suatu organisasi koperasi. Dengan adanya
modal koperasi ini dapat berkembang sesuai dengan program-program serta tujuan yang
ingin dicapai koperasi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai
pengetahuan luas untuk mengembangkan KSPPS guna mencapai tujuan. Itu artinya dengan
adanya sumber daya manusia yang memadai akan dapat mengembangkan program-program
yang telah ada.Managemen koperasi yang baik yaitu pengelolaan koperasi dengan
melibatkan semua unsur yang ada di KSPPS seperti, anggota, pengurus maupun karyawan,
Managemen koperasi lebih bersifat managemen partisipatif.
Sedangkan faktor penghambat : Tingkat partisipasi anggota masih rendah, ini disebabkan
sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu
koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau
pinjaman. Itu artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasin itu sendiri, baik dari segi
permodalan maupun sistem kepemilikinnya Kurangnya kesadaran
masyarakat akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejahteraannya,
atau mengembangkan diri secara mandiri.
Koperasi ialah suatu usaha bersama yang bertujuan untuk memperbaiki nasib
kehidupan. Menurut Ibu Puji Widiahastuti sebagai Manager, Berikut
penuturannya:“Sebenarnya kami menyadari apa yang mnjadi penghambat dan pendorong
kemajuan organisasi atau kita , disini kami selaku pihak yang terkait sama-sama belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal ini berkaitan erat dengan KSPPS . Seperti karyawan dan tata aturan BMT .
Semakin cakap karyawan maka akan sangat berpengaruh pada pemasaran BMT, semakin
cakap yang dimaksud yaitu sanggup melayani anggotanya dengan sangat baik sehingga
10
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini berkaitan dengan anggota dan keadaan lingkungan luar, seperti:
1) Faktor demografis
Faktor demografis yakni faktor yang dipengaruhi oleh tingkat pen- didikan, jenis kelamin,
usia dan lainnya. Dalam hal ini KSPPS membatasi dengan usia minimal 17 tahun dan
maksimal 60 tahun untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan ini. Selain itu calon anggota
pembiayaan harus memiliki kemampuan, kemauan dan kejujuran untuk mengelola
usahanya.
2) Faktorgeografis
Faktor geografi seperti Negara, wilayah, kota, dan desa. Daerah ge- ografis yang dipandang
potensial akan menjadi target operasi KSPPS. Semakin berkembang dan maju suatu daerah
maka akan se- makin mempengaruhi keberlangsungan hidup KSPPS nantinya.
Tidak jauh beda dengan faktor pendorong peningkatan ekonomi masyarakat, faktor
penghambatpun dipengaruhi dari dalam atau dari BMT sendiri dan dari anggotanya,
diantaranya yakni:
Dalam hal ini, peran BMT sangat penting. Semakin baik dan mampu karyawan dalam
memasarkan dan menjelaskan produk BMT, maka BMTakan dapat menarik minat dari
masyarakat.
b. Sistem dan tata aturan KSPPS yang bertele-tele yang dapat menyusahkan anggota dalam
melakukan pembiayaan atau simpanan.
Di era modern ini masyarakat biasanya tidak mau dipusingkan dengan persyaratan
pembiayaan atau simpanan yang susah. Oleh karena itu, semakin mudah dan semakin cepat
BMT dalam pemenuhan kebutuhan anggota, maka akan semakin baik dan cepat pula dalam
peningkatan ekonomi masyarakat tersebut.
c. Kurangnya sosialisasi tentang BMT, sehingga banyak masyarakat hingga kini yang belum
mengenal BMT.
11
Walaupun di beberapa daerah nama BMT cukup banyak dikenal masyarakat, namun di
daerah tertentu, BMT belum dikenal oleh kalangan masyarakat. Berbeda halnya dengan
bank yang hampir tidak ada masyarakat yang tidak tahu. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pro mosi serta sosialisasi secara signifikan agar masyarakat mengetahui kelebihan BMT atau
atau lembaga syariah pada umumnya. Hingga dapat beralih dari konvensional kepada
keuangan syariah yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Dikarenakn koperasi atau BMT tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),
maka hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat enggan menaruh dananya
di BMT upaya dari BMT yaitu; mengantisipasi adanya hal yang tidak baik yang terjadi di
faktor inter nal.
Politik dan keamanan tentu sangat berpengaruh bagi ekonomi masyarakat serta BMT
sendiri, dikarenakan suatu usaha tidak akan berjalan lancar tanpa adanya dorongan dari
pemerintah dalam mem- perbaiki suhu politik dan tingkat keamanan.
Masyarakat modern ini tentu tidak asing lagi dengan lembaga keuangan. Sedikit-sedikit
pasti berhubungan dengan lembaga keuangan, mulai dari kredit rumah, kendaraan, dan
modal usaha. Hal ini berband- ing terbalik dengan masyarakat desa atau orang-orang tua,
yang mana mereka enggan atau bahkan takut bila berhubungan dengan lembaga
keuangan.Padahal pada dasarnya lembaga keuangan berniat untuk membantu pemenuhan
kebutuhan baik konsumtif atau produktif masyarakat bukan menyusahkan atau merugikan
bahkan mengambil alih harta dari masyarakat sebagaimana yang ditakutkan oleh beberapa
kelompok masyarakat
12
Koperasi syariah yang dalam periode akhir ini berkembang cukup pesat dalam pengembangan
usahanya. Hal tersebut dapat dilihat banyak berdiri koperasi-koperasi syariah di seluruh
pelosok daerah. Koperasi syariah juga mempunyai kesamaan dalam kegiatan usahanya yang
bergerak dibidang simpanan, pembiayaan, dan investasi dengan pola bagihasil yang sesuai
dengan prinsip syariah. Selain kegiatan tersebut, koperasi syariah juga menjalankan kegiatan
pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah kepada masyarakat yang
ekonomi. Koperasi yang berlandaskan gotong royong dan asas kekeluargaan merupakan
realisasi demokrasi ekonomi yang dibentuk sebagai alat untuk memperbaiki ekonomi anggota
menggunakan lebih efisien sumber- sumber yang ada, menyediakan daerah baru sumber-
sumber produksi, adanya pembangunan industri modern yang dapat mengolah bahan mentah
yang terdapat di daerah itu, dan membantu untuk meningkatkan tingkat pengetahuan umum
dan teknis para anggotanya. Koperasi syariah merupakan usaha ekonomi yang mantap,
demokratis, otonom partisipatif, dan berwatak sosial yang operasionalnya berdasarkan prinsip-
prinsip moral dengan mempertimbangkan halal dan haram sebuah usaha yang dijalankan sesuai
dengan syariah. Didirikannya koperasi ini untuk memenuhi kebutuhan anggotanya dengan
harga yang relatif lebih murah, memberikan kemudahan bagi anggotanya yang membutuhkan
konvensional dan koperasi syariah adalah pada sistem yang digunakan. Seluruh akad yang
digunakan dalam koperasi syariah tidak boleh mengandung unsur riba (usury), gharar
(uncertainty), dan maisyir (speculative). koperasi syariah juga memilik banyak akad yang harus
13
digunakan pada setiap produk dimana pemilihan akadnya disesuaikan dengan kebutuhan
Salah satu pengelolaan koperasi yang kegiatannya bergerak dalam bidang pembiayaan,
investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah) adalah Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah (KSPPS). Sebagian ulama menanggapi sebagai akad mudharabah, yakni
suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih yang satu menyediakan modal
sedangkan yang melakukan usaha atas dasar membagi keuntungan menurut perjanjian koperasi
simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS) atau sebelumnya disebut KJKS terlahir dari
Baitul Mal Wattamwil (BMT). Yang terdapat pada Qs. Al-Maidah/5:2 dijelaskan bahwa
pengelolaan koperasi tidak ada unsur kezaliman dan pemerasan, sebab pengelolaannya bersifat
demokratis dan terbuka serta membagi keuntungan dan kerugian kepada para anggota secara
Makna jasa pinjaman dalam unit usaha simpan pinjam dapat dilihat ketika menganalisis
setiap informasi yang diberikan, tidak terlepas dari kesadaran yang melekat pada informan,
karena kesadaran merupakan gambaran terhadap pola pikiran dan hati nurani untuk memahami
dan mendalami setiap fenomena disekitarnya. Tidak bisa disampingkan begitu saja bahwa
sebenarnya realitas yang ada utuh dan berbentuk hierarki, oleh karena itu perlu ada pemahaman
yang sejalan dengan konsep awal agar tidak terjadi persimpangan. Hierarki akan kehadiran jasa
pinjaman menggambarkan tingkat kesadaran, peran sebagai anggota, dan sifat menentukan
dalam rapat, oleh karena itu terdapat perbedaan setiap informan dalam tingkat kesadarannya.
Hal ini yang coba peneliti ungkapan sehingga diakhir sub bab ditemukan sebuah makna
terdalam.
14
Dalam temuan penelitian ketika berbicara sistem syariah murni ternyata hanya bisa digunakan
untuk usaha, oleh sebab itu opsi yang diperbolehkan jual-beli (murobahah), dimana kebutuhan
setelah itu dijual kembali keanggota dengan membuat selisih harga sebagai pendapatan dari
koperasi, dengan pembayaran disesuaikan kemampuan bersama dalam akad yang disepakati.
Hal ini yang seharusnya dipraktikan oleh lembaga keuangan jika menggunakan prinsip syariah
untuk menghindari riba, seperti dalam surat berikut: “Allah telah menghalalkan jual beli dan
Ketika Allah menghalalkan jual-beli sudah seharusnya umat mematuhi secara seksama
sehingga tidak menimbulkan persepsi perbedaan antara praktik dan teori, hal selama ini terjadi
dalam jasa pinjaman di unit usaha simpan pinjam bahwa ditemukan mengandung “riba” yang
menurut prinsip syariah itu dilarang. Hal itu dapat dilihat dari surat berikut: “Allah
menerapkan prinsip syariah harus benar- benar menjalankan sesuai dengan kaidahnya.
prinsip antara syariah atau konvensional, penetapan prinsip dalam AD/ART (Anggaran
Dasar/Aturan Rumah Tangga) seharusnya diterapkan secara konsisten sampai unit usahanya.
Untuk tidak menimbulkan perbedaan persepsi antar anggota, selain itu koperasi harus
Kendala yang terjadi bahwa koperasi di Kementerian Agama yang bertugas untuk
administratif dari kegiatan keagamaan di Indonesia, sehingga tidak leluasa untuk menerapkan
15
prinsip syariah atau prinsip konvensional secara utuh, tidak lupa prinsip yang digunakan dalam
koperasi harus bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
lain pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, bunyi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian.
Berdasarkan temuan dari para informan sintesa yang didapat setelah menelaah secara
syariah atau prinsip konvensional, sehingga jasa pinjaman yang selama ini terjadi dianggap
Dalam temuan penelitian didapatkan bahwa adanya ketidakkonsistenan dalam penerapan jasa
membandingkan hasil temuan dengan teori syariah dan teori konvensional, sehingga hasilnya
beberapa hal antara lain; bagian syariah, termasuk bunga, persimpangan antara jasa pinjaman
uang dan jual-beli (murabahah), dengan temuan itu terdapat bagian syariah dan bagian dari
konvensional. Dalam praktiknya, jasa pinjaman digunakan sebagai sisi komersial dan sisi
sosial, pemanfaatan dua sisi tersebut yang membuat celah perbedaan persepsi antara para
informan.
16
Dalam sisi syariah jasa pinjaman di istilahkan dalam bahasa fikih sebagai “Al-qardh” yang
berarti meminjam uang ataupun barang atas dasar kepercayaan. Menurut Antonio Al-Qardh
adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali, dengan
kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan, dalam litelatur fikih qardh dikategorikan
dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial, sedangkan
dalam ungkapan lain Antonio) Al-Qardh dapat memberikan manfaat antara lain; membantu
nasabah dalam kesulitan mendesak, terkandung misi sosial disamping misi komersial,
Selanjutnya dilihat dari sisi konvensional, jasa pinjaman bisa dikatakan sebagai hutang, dalam
buku Ekonomi dan Bisnis (2016:31) pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Republik Indonesia
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak pinjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
Dalam penjelasan lain dikatakan bahwa menurut Chairuman (1994:136), pengertian hutang
sama dengan pengertian “Perjanjian pinjam- meminjam”, yang dijumpai dalam ketentuan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang mana pasal 1754 berbunyi, “pinjam-meminjam
adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain,
suatu jumlah ketentuan barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat
bahwa pihak yang belakang ini akan mengembalikan sejumlah sama dari macam keadaan yang
sama pula”.
17
Dalam penjelasan konvensional, jasa pinjaman disamakan dengan hutang karena dalam
praktek yang terjadi, anggota memiliki “kewajiban” untuk membayar pinjaman pokok
ditambah jasanya sehingga ini dianggap sebagai kewajiban yang harus dibayar anggota dengan
kata lain anggota secara tidak langsung memiliki hutang, walaupun untuk kebutuhan yang
mendesak dan konsumtif, hal ini dibenarkan dalam buku Ekonomi dan Bisnis Islam (2016:29)
umumnya, hutang ini muncul atas keperluan konsumsi atau untuk keperluan sehari-hari yang
mendesak, sehingga merupakan suatu kegiatan sosial atau tabarru. Hasil temuan dan
membandingkan dengan Al-Qardh dan hutang sesuai dengan penelitian dari Tsabita (2014) dan
Rahim (2015), bahwa secara garis besar temuan penelitian terdahulu menyatakan bahwa ini
ini terjadi karena memastikan sesuatu yang belum pasti dibuat seakan-akan sudah pasti,
pokoknya.
“penyimpangan”, hal ini merupakan hasil dari sebab dan akibat. Kesadaran informan yang
dimaknai oleh peneliti bisa saja dialami dengan anggota lain yang tanpa disadari telah
mengakui adanya “ketidakkonsistenan” tersebut, namun tidak kuasa untuk merubahnya. Dalam
sebuah organisasi koperasi tidah mudah dalam mengakui bahwa terdapat “penyimpangan” atas
apa yang terjadi, sehingga perlu ada kesadaran dari pihak yang terlibat untuk mengakui
“Menurut Philip Kotler Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sedangkan menurut W.J Stanton produk
adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya
masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan
18
pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang menerima oleh pembeli guna memuaskan
keinginannya.
Macam jenis produk penghimpunan dana dan penyaluran dana oleh lembaga keuangan syariah
sebagai berikut:
adalah bentuk simpanan/tabungan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-
a. Simpanan Pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar simpanan
pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara anggota. Akad Syariah simpanan pokok
tersebut adalah akad Musyarakah yang berarti transaksi penanaman dana dari dua atau lebih
pemilik dana untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha
para pihak berdasarkan pembagian hasil dan kerugian yang disepakati sesuai porsi penanaman
modal.
musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka
secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun
yang tidakberwujud.
19
Rukun musyarakah yang harus dipenuhi, yaitu: Pelaku akad, porsi kerjasama, proyek/usaha,
Syarat musyarakah, yaitu: Objek boleh dikelola bersama, pembagian keuntungan harus
b. Simpanan Wajib
Simpanan wajib masuk dalam kategori modal koperasi sebagaimana simpanan pokok dimana
dilakukan secara kontinu setiap bulannya sampai seseorang dinyatakan keluar dari
c. Simpanan Sukarela
Simpanan anggota yang merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon anggota yang
memiliki kelebihan dana kemudian menyimpan di koperasi syariah. Bentuk simpanan sukarela
1. Karakter yang pertama bersifat akad titipan, yang disebut (Wadi’ah) yang berarti transaksi
penitipan dana anggota kepada Koperasi Syariah dengan kewajiban bagi Koperasi Syariah
Menyatakan bahwa giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan prinsip
Menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip
Rukun wadiah menurut para ulama ada empat, yaitu: Orang yang menitipkan, orang yang
Syarat wadiah, yaitu: Orang yang berakad harus cakap hukum, barang yang dititipkan harus
1) Wadhi’ah amanah, merupakan titipan yang tidak boleh dipergunakan baik untuk kepentingan
koperasi maupun untuk investasi usaha, melainkan pihak koperasi harus menjaga titipan
tersebut sampai diambil oleh sipemiliknya. Wadiah Amanah yang dimaksud disini biasanya
berupa dana ZIS (Zakat, infak, dan shadaqoh) yang dimiliki oleh 8 asnaf mustahik dan
2) Wadhi’ah yadhomanah, dana titipan anggota kepada koperasi yang diizinkan untuk dikelola
dalam usaha riil sepanjang dana tersebut belum diambil oleh sipemiliknya. Mengingat dana
tersebut dapat dikelola maka sepantasnya Koperasi Syariah memberikan kelebihan berupa
bonus kepada sipenitip, meski tidak ada larangan untuk tidak memberikan bonusnya.
2. Karakter kedua bersifat investasi, yang memang ditujukan untuk kepentingan usaha dengan
mekanisme bagi hasil (Mudharabah) baik Revenue Sharing maupun Profit and sharing. Konsep
simpanan yang diberlakukan dapat berupa simpanan berjangka Mudharabah Mutlaqoh maupun
adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana (ShahibulMaal) dengan Koperasi Syariah selaku
pengusaha (Mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu dan daerah usaha. Sementara Mudharabah Muqayadah adalah bentuk kerja sama
antara pemilik dana dengan Koperasi Syariah selaku pengusaha dimana penggunaan dana
Menyatakanmudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana salah
satu pihak mempercayakan sejumlah modal kepada pihak lain yang bertindak sebagai
usaha/pekerjaan, nisbah bagi hasil yang jelas, dan ijab dan kabul.
Syarat mudharabah, yaitu: Penyedia dana dan pengelola harus cakap hukum, keuntungan
Jenis simpanan yang berakad mudharabah dapat dikembangkan kedalam variasi simpanan,
seperti:
3) Simpanan/tabungan Haji
4) Simpanan/tabungan Pendidikan
22
5) Simpanan/tabungan kesehatan.
syariah yang pengambilannya sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh koperasi syariah. Variasi
deposito mudharabah ini diklasifikasikan ke dalam deposito: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12
bulan.
deposito dengan akad mudharabah mutlaqah adalah investasi tidak terikat pihak ketiga pada
bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu dengan pembagian hasil
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dimuka antara nasabah dengan koperasi syariah
yang bersangkutan
23
Hasil Pembahasan
Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan
kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-quran dan Assunah. Pengertian
umum dari koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan
prinsi-prinsip syariah.Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka
seluruh produk dan operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,maka koperasi
syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-
unsur riba, maysir, dan gharar1.Sebagian Ulama menyebut Koperasi dengan Syirkah
Ta’awuniyah (Persekutuan tolong-menolong), yaitu suatu perjanjian kerja sama antara dua
orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha sedangkan pihak lain melakukan
usaha atas dasar profit sharring (membagi untung) menurut perjanjian. Maka dalam koperasi
ini terdapat unsur Mudharabah karena satu pihak memiliki modal dan pihak lain melakukan
islam:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syetan,karena sesungguhnya syetan itu musuh
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
24
paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional
usaha bersama
efektif.
Pembiayaan Murabahah, yaitu Koperasi syariah sebagai penjual dan anggota atau nasabah
sebagai pembeli, yang mana jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
yang disepakati.
murabahah adalah transaksi jual beli dimana koperasi syariah bertindak sebagai penjual
25
sementara nasabah sebagai pembeli. Rukun murabahah yang harus dipenuhi, yaitu: Pelaku
akad, objek akad, shighah atau ijab dan kabul. Syarat murabahah, yaitu: Penjual harus memberi
tahu biaya modal kepada anggota, kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang ditetapkan,
kontrak bebas riba, penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian.
Prinsip Sewa (Ijaroh), Transaksi ijaroh dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijaroh sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek
transaksinya. Bila pada jual beli objeknya transaksinya adalah barang, maka pada tijaroh objek
transaksinya jasa. Pada akhir masa sewa, koperasi dapat saja menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan ijaroh
muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap masalah yang telah dipaparkan dapat disimpulkan hasil
penelitian bahwasanya koperasi syariah mempunyai peran yang dapat dijadikan suatu solusi
dari roda perekonomian masyarakat. Koperasi syariah tersebut memberikan dorongan yang
memiliki pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Regulasi yang telah dikeluarkan
terkecuali koperasi syariah. Koperasi syariah bisa menjadi lembaga keuangan yang paling
mudah dijangkau oleh masyarakat dimana operasionalnya juga menyerupai dengan bank
syariah. Disamping itu, selain menjadi penyedia modal bagi pelaku UMKM, koperasi syariah
juga menjadi sarana edukasi untuk menyampaikan kepada masyarkarakat tentang bahaya riba,
Daftar Pustaka
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak (Jejak
Hermuningsih, S. (2007). Jurnal Ekonomi & Pendidikan , Volume 4 Nomor 2, November 2007.
Islamy, I. (2019). Penelitian Survei dalam Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Inggris.
Ismail, M., Santosa, D. B., & Yustika, A. E. (2014). Sistem Ekonomi Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Jones, H. (1990). Social welfare in third world development. Macmillan International Higher
Education.
Marpaung, M. (2014). Pengaruh Kepemimpinan dan Team Work Terhadap kinerja Karyawan
Di koperasi Sekjen Kemdikbud Senayan Jakarta. Jurnal Ilmiah WIDYA, 2(1), 33–40.
Martono, N. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder
Nuraini, F., Maharani, R., & Andrianto, A. (2016).Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM
dan Koperasi Dalam Menghadapi Aec (Asean Economic Community): Suatu Telaah
Kepustakaan.
Deepublish.
Masyarakat Madani: Jurnal Kajian Islam Dan Pengembangan Masyarakat, 5(2), 40.
Sugiri, D. (2020). Menyelamatkan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Dari Dampak Pandemi
Covid- 19. Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen Dan Akuntansi, 19(1), 76–86.
29
SUSANTO, S., Sarwani, S., & Afandi, S. (2018).Analisis Kinerja Keuangan Untuk
Mengetahui Tingkat Kesehatan, Pertumbuhan Dan Prospek Usaha Pada Unit Usaha Koperasi
(Studi Kasus Koperasi Awak Pesawat Garuda Indonesia di Tangerang). Inovasi, 1(1).
Syafira Amalia, I. (2020). Manajemen Ekuitas Pada Koperasi Syariah. Manajemen Ekuitas