Anda di halaman 1dari 29

2

PERANAN KOPERASI SIMPAN PINJAM PADA PERBANKAN

SYARIAH DALAM MENYEJAHTERAKAN PEREKONOMIAN

MASYARAKAT

Dosen Pengampu: Efendi Sugianto,S.Pd.I, S.E., M.M.

Disusun Oleh

AGNI PILSYAFWANI
3

ABSTRAK

Pada tahun 1905,koperasi telah hadir dimasyarakat dengan tujuan membantu penyetabilan

ekonomi masyarakat. Meskipun memiliki tujuan yang baik,koperasi masih belum bisa menjadi

favorit masyarakat sesuai dengan data statistik perbankan tahun 2018,dimana masyarakat lebih

memilih perbankan dalam transaksi keuanganya. Karena permasalahan tersebut saya sebagai

peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh terkait menganalisis peranan koperasi simpan pinjam

dalam pembiayaan syariah terhadap ekonomi masyrakat.

Rumusan masalah yang akan saya teliti yaitu bagaimana kinerja koperasi simpan pinjam

dan pembiayaan syariah terhadap ekonomi masyarakat? Apa saja yang menjadi faktor

pendorong dan penghambat kinerja koperasi pinjam dan pembiayaan syariah dalam membantu

perekonomi masyarakat? Bagaimana perkembangan koperasi simpan pinjam hingga saat

ini ?dan Bagaimana penerapan konsep koperasi simpan pinjam pada perbankan syariah?

KATA KUNCI : Peranan KSPPS Dalam Pembiayaan Syariah Untuk Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat
4

PENDAHULUAN

Pengetahuan masyarakat akan kesejahteraan ekonomi menjadikan dasar untuk

membangun sebuah perekonomian yang kreatif dan bersaing. Sebagaimana yang kita lihat

bahwa saat ini perkembangan ekonomi semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan

semakin banyaknya lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Namun demikian kemajuan di

bidang ekonomi ini tidak mendukung sepenuhnya dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi

masyarakat Indonesia. Tarif ekonomi yang berbeda-beda menjadi salah satu faktor sulitnya

masyarakat dalam memperoleh pelayanan jasa keuangan yang dibutuhkan. Oleh karena itu

pembangunan koperasi di Indonesia sangat dibutuhkan dalam mencukupi kebutuhan dalam

setiap aktivitas ekonomi masyarakat khususnya usaha kecil menengah.

Jasa Koperasi telah hadir ditengah-tengah masyarakat sejak puluhan tahun lalu menjadi

salah satu cara untuk menjaga kestabilan ekonomi. Sejalan dengan perkembangannya

masyarakat mulai menyadari bahwa sistem yang digunakan dalam setiap akad pada koperasi

konvensional tidak sesuai dengan prinsip syariah, dimana akad yang digunakan masih

mengandung unsur bunga. Mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam berpikir

bahwa sistem yang digunakan harus diubah sesuai dengan prinsip syariah. Koperasi Simpan

Pinjam syariah secara khusus dalam kegiatan usahanya menerima tabungan (penghimpunan

dana) dan menyalurkannya, yang berasal dari dan untuk para anggotanya atau koperasi lain

dan/atau anggotanya (Pasal 44 UU No. 25 Ta- hun 1992) dan juga dalam rangka peningkatan

efektivitas penanggulangan kemiskinan dan mendukung peningkatan pendapatan masyarakat

yang ber- pendapatan rendah, maka penguatan usaha koperasi diutamakan untuk men- dorong

pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin.


5

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dimana tujuannya untuk memberikan

pengetahuan tentang peranan koperasi simpan pinjam dan pembiayaan terhadap

penyejahteraan ekonomi masyrakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi,mengapa

koperasi simpan pinjam belum menjadi favorit masyarakat dan penerapan konsep koperasi

simpan pinjam pada perbankan syariah. Informasi dan data yang saya dapatkan mengenai

koperasi simpan pinjam yaitu melalui media sosial maupun media lain nya.

PEMBAHASAN

Koperasi merupakan salah satu bentuk badan hukum yang sudah lama

dikenal di Indonesia. Pelapor pengembangan perkoperasian di Indonesia adalah Bung Hatta,

dan sampai saat ini beliau sangat dikenal sebagai bapak koperasi Indonesia.

Dalam perjalanannya koperasi yang sebenarnya sangat sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia

justru perkembangan tidak menggembirakan. Koperasi yang dianggap sebagai anak kandung

dan tulang punggung ekonomi kerakyatan justru hidupnya menghidupkan dan memperdayakan

koperasi di tengah-tengah masyarakat. Begitu banyak kemudahan yang di- peroleh oleh badan

hukum koperasi melalui berbagai fasilitas, namun tidak banyak mengubah kehidupan koperasi

itu sendiri. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian kecil koperasi yang masih tetap

eksis di tengah masyarkat.


6

Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan atau

kepentingan besama, sama halnya seperti Bank Pengkreditan Rakyat (BPR). Jadi koperasi

merupakan bentukan dari seke- lompok orang yang memiliki tujuan bersama. Kelompok orang

inilah yang akan menjadi anggota koperasi yang didirikannya. Pembentukan

koperasiberdasarkan gotong royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang

memerlukan bantuan tidak berbentuk barang ataupun pinjaman uang. Koperasi yang dapat

dikategorikan sebagai lembaga pembiayaan adalah koperasi simpan pinjam.

Bagaimana Peranan Koperasi Simpan Pinjam Dalam Pembiayaan Syariah Dalam

Menyejahterakan Perekonomian Masyarakat

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) atau sebelumnya disebut Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS) terlahir dari Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan keuangan

mikro syariah yang unik dan spesifik khas Indonesia. Kegiatan KSPPS dalam melaksanakan

fungsi dan perannya menjalankan peran ganda yaitu sebagai lembaga bisnis (tamwil) dan disisi

yang lain melakukan fungsi sosial yakni menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana

ZISWAF (zakat, infaq, Sodaqah, wakaf). Sedangkan perinsip syariah adalah prinsip hukum

islam dalam kegiatan usaha koperasi berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan

Pengawas Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN- MUI).

KSPPS merupakan koperasi yang kegiatan usahanya hanya simpan pinjam dan pembiayaan

syariah. Sesuai dengan peraturan Bidang Pengawasan Kemantrian Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah Repub- lik Indonesia Nomor 09/Per/Dep. 6/IV/2016 tentang petunjuk Teknis

Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi.

Dalam Undang-Undang Perkoperasian No. 17 tahun 2012, koperasi adalah badan hukum yang

didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaaan para anggotanya sebagai modal
7

untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi,

sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Berdasarkan keterangan UU Nomor 25 Tahun 1992, KSPPS bertujuan memajukan

kesejahteraan anggota pada terutama dan masyarakat pada lazimnya serta ikut membina

tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, dan

makmur menurut pancasila dan UUD 1945.

1) Tujuan KSPPS ialah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan

masyarakat dan ikut serta dalam membina perekonomian Indonesia menurut prinsip-prinsip

islam.

Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasal 3 UU No. 25/1992, yang berbunyi: “koperasi

bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarkat pada umumnya

serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat

yang maju, adil, dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945”. Berdarkan pasal tersebut,

tujuan koperasi pada garis besarnya meliputi 3 hal yaitu:

1) Memajukan kesejahteraan anggota

2) Memajukan kesejahteraan masyarakat

3) Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasinonal.

2) Fungsi KSPPS sebagai berikut:

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan

masyarakat pada umumnya, guna meningkat- kan kesejahteraan sosial ekonominya.

2) Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional

(fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip- prinsip

ekonomi Islam dan prinsip- prinsip syariah Islam.

3) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan

usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.


8

4) Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.

5) Menumbuhkembangkan usaha- usaha produktif anggota.

KSPPS telah memberikan pelayanan pinjaman berupa modal usaha, dalam pemberian modal

usaha ada beberapa sistem pembiayaan yang alternatif yakni; Pembiayaan murabahah yang

umumnya berupa jual beli secara langsung. Yaitu dilaksanakan tanpa menggunakan wakalah

(wakil). Jadi, akad murabahah yang dilakukan dalam KSPPS yaitu membelanjakan kebutuhan

dalam berusaha dari anggota seperti perlengkapan alat-alat dalam berbisnis, perlengkapan kain

dan alat-alatnya untuk usaha toko baju, dan lain sebagainya.

Sistem pembiayaan kedua menggunakan Sistem mudharabah (bagi hasil). KSPPS juga

memberikan modal usaha dalam sistem bagi hasil guna meningkatkan ekonomi. Adapun juga

menggunakan sistem musyarakah. Sistem pembiayaan musyarakah tersebut hampir sama

dengan sistem pembiayaan mudharabah karena keduanya merupakan pembiayaan berbagi

hasil. Akan tetapi dalam sistem musyarakah pembagian modalnya dibagi menjadi dua antara

nasabah dengan KSPPS. Sebagai contoh yang telah diterapkan selama ini KSPPS

menggunakan akad musyarakah dalam mensejahterahkan masyarakatnya yaitu; bekerja sama

dengan beberapa usaha toko, warung, dan lainnya. Nisbah dapat dibagikan berdasarkan waktu

yang telah disepakati sebelumnya, dapat dilakukan pada setiap bulan, dapat juga dilakukan

sesuai dengan jatuh tempo.

Adapun sistem pembiayaan yang terakhir yakni sistem Ijarah atau dapat disebut dengan sewa-

menyewa. Dalam KSPPS sistem pembiayaan ijarah berlaku hanya dalam sewa – menyewa.

Sewa – menyewa yang dilakukan dalam pembiayaan tersebut dapat berupa menyewa tempat

untuk usaha, dapat juga menyewa perlengkapan atau fasilitas yang dibutuhkan dalam usahanya,

seperti menyewa toko atau ruko, menyewa kendaraan dan alat- alat, dan lain sebagainya.
9

Selain dalam pemberian modal usaha, peran KSPPS dalam peningkatan ekonomi anggotanya

bisa juga dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan komsumtif dari anggotanya. Seperti

pembelian barang elektronik, kendaraan bermotor, tanah, rumah, dan lain sebagainya.

Faktor Pendorong & Penghambat Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

Dalam Menyejahterakan Perekonomian Masyarakat

Organisasi memiliki korelasi erat dengan kinerja ekonomi dan kinerja organisasi secara
keseluruhan. Budaya organisasi akan menjadi faktor keberhasilan koperasi apabila budaya
tersebut mampu mengikat dab mempengaruhi perilaku para individu anggota koperasi untuk
menyelaraskan tujuan individu dan tujuan kelompok mereka dengan
tujuan organisasi. Kemudian budaya organisasi harus fleksibel dan responsif terhadap
perkembangan lingkungan baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal.
Faktor pendorong Keberhasilan KSPPS ini diantaranya:
Modal, yang merupakan bagian terpenting dalam suatu organisasi koperasi. Dengan adanya
modal koperasi ini dapat berkembang sesuai dengan program-program serta tujuan yang
ingin dicapai koperasi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai
pengetahuan luas untuk mengembangkan KSPPS guna mencapai tujuan. Itu artinya dengan
adanya sumber daya manusia yang memadai akan dapat mengembangkan program-program
yang telah ada.Managemen koperasi yang baik yaitu pengelolaan koperasi dengan
melibatkan semua unsur yang ada di KSPPS seperti, anggota, pengurus maupun karyawan,
Managemen koperasi lebih bersifat managemen partisipatif.

Sedangkan faktor penghambat : Tingkat partisipasi anggota masih rendah, ini disebabkan
sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu
koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau
pinjaman. Itu artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasin itu sendiri, baik dari segi
permodalan maupun sistem kepemilikinnya Kurangnya kesadaran
masyarakat akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejahteraannya,
atau mengembangkan diri secara mandiri.
Koperasi ialah suatu usaha bersama yang bertujuan untuk memperbaiki nasib
kehidupan. Menurut Ibu Puji Widiahastuti sebagai Manager, Berikut
penuturannya:“Sebenarnya kami menyadari apa yang mnjadi penghambat dan pendorong
kemajuan organisasi atau kita , disini kami selaku pihak yang terkait sama-sama belajar.

Ada beberapa faktor pendorong yang mempengaruhi KSSP dalam

mensejahterakan perekonomian masyarakat

a. Faktor internal

Faktor internal ini berkaitan erat dengan KSPPS . Seperti karyawan dan tata aturan BMT .
Semakin cakap karyawan maka akan sangat berpengaruh pada pemasaran BMT, semakin
cakap yang dimaksud yaitu sanggup melayani anggotanya dengan sangat baik sehingga
10

anggotanya merasakan kepuasan pelayanan dari karyawan yang menawarkan fasilitas


pinjaman dan pembiayaan di BMT. Kemudian semakin mudah tata aturan maka akan
semakin mudah pula diikuti oleh masyarakat yang akan bergabung menjadi anggotanya.
Contohnya persyaratan pembiayaan yang tidak bertele-tele, kemudahan angsuran secara
online, dan lain sebagainya.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini berkaitan dengan anggota dan keadaan lingkungan luar, seperti:

1) Faktor demografis

Faktor demografis yakni faktor yang dipengaruhi oleh tingkat pen- didikan, jenis kelamin,
usia dan lainnya. Dalam hal ini KSPPS membatasi dengan usia minimal 17 tahun dan
maksimal 60 tahun untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan ini. Selain itu calon anggota
pembiayaan harus memiliki kemampuan, kemauan dan kejujuran untuk mengelola
usahanya.

2) Faktorgeografis

Faktor geografi seperti Negara, wilayah, kota, dan desa. Daerah ge- ografis yang dipandang
potensial akan menjadi target operasi KSPPS. Semakin berkembang dan maju suatu daerah
maka akan se- makin mempengaruhi keberlangsungan hidup KSPPS nantinya.

Faktor penghambat peningkatan kesejahteraan anggota.

Tidak jauh beda dengan faktor pendorong peningkatan ekonomi masyarakat, faktor
penghambatpun dipengaruhi dari dalam atau dari BMT sendiri dan dari anggotanya,
diantaranya yakni:

a. Kurang cakapnya karyawan KSPPS dalam memasarkan produknya.

Dalam hal ini, peran BMT sangat penting. Semakin baik dan mampu karyawan dalam
memasarkan dan menjelaskan produk BMT, maka BMTakan dapat menarik minat dari
masyarakat.

b. Sistem dan tata aturan KSPPS yang bertele-tele yang dapat menyusahkan anggota dalam
melakukan pembiayaan atau simpanan.

Di era modern ini masyarakat biasanya tidak mau dipusingkan dengan persyaratan
pembiayaan atau simpanan yang susah. Oleh karena itu, semakin mudah dan semakin cepat
BMT dalam pemenuhan kebutuhan anggota, maka akan semakin baik dan cepat pula dalam
peningkatan ekonomi masyarakat tersebut.

c. Kurangnya sosialisasi tentang BMT, sehingga banyak masyarakat hingga kini yang belum
mengenal BMT.
11

Walaupun di beberapa daerah nama BMT cukup banyak dikenal masyarakat, namun di
daerah tertentu, BMT belum dikenal oleh kalangan masyarakat. Berbeda halnya dengan
bank yang hampir tidak ada masyarakat yang tidak tahu. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pro mosi serta sosialisasi secara signifikan agar masyarakat mengetahui kelebihan BMT atau
atau lembaga syariah pada umumnya. Hingga dapat beralih dari konvensional kepada
keuangan syariah yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

d. Kurangnya rasa percaya terhadap lembaga keuangan berbasis koperasi dibandingkan


dengan lembanga keuangan bank.

Dikarenakn koperasi atau BMT tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),
maka hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat enggan menaruh dananya
di BMT upaya dari BMT yaitu; mengantisipasi adanya hal yang tidak baik yang terjadi di
faktor inter nal.

e. Kurang pahamnya anggota terutama dalam pembuatan laporan keuangan dalam


pembiayaan mudharabah atau pembiayaan musyarakah. Pemahaman laporan keuangan
sangatlah penting, karena akan berpengaruh pada tingkat angsuran pada pembiayaan
berbasis bagi hasil. Pada saat ini, masyarakat awan atau masyarakat di pedesaan biasanya
tidak membuat atau menggunakan laporan keunangan untuk menjalan- kan usahanya. Dan
terkadang modal dari usaha bercampur dengan keperluan pribadi.

f. Keadaan politik, dan keamanan suatu daerah tertentu.

Politik dan keamanan tentu sangat berpengaruh bagi ekonomi masyarakat serta BMT
sendiri, dikarenakan suatu usaha tidak akan berjalan lancar tanpa adanya dorongan dari
pemerintah dalam mem- perbaiki suhu politik dan tingkat keamanan.

g. Keadaan sosial masyarakat.

Masyarakat modern ini tentu tidak asing lagi dengan lembaga keuangan. Sedikit-sedikit
pasti berhubungan dengan lembaga keuangan, mulai dari kredit rumah, kendaraan, dan
modal usaha. Hal ini berband- ing terbalik dengan masyarakat desa atau orang-orang tua,
yang mana mereka enggan atau bahkan takut bila berhubungan dengan lembaga
keuangan.Padahal pada dasarnya lembaga keuangan berniat untuk membantu pemenuhan
kebutuhan baik konsumtif atau produktif masyarakat bukan menyusahkan atau merugikan
bahkan mengambil alih harta dari masyarakat sebagaimana yang ditakutkan oleh beberapa
kelompok masyarakat
12

Bagaimana Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Syariah Saat Ini?

Koperasi syariah yang dalam periode akhir ini berkembang cukup pesat dalam pengembangan

usahanya. Hal tersebut dapat dilihat banyak berdiri koperasi-koperasi syariah di seluruh

pelosok daerah. Koperasi syariah juga mempunyai kesamaan dalam kegiatan usahanya yang

bergerak dibidang simpanan, pembiayaan, dan investasi dengan pola bagihasil yang sesuai

dengan prinsip syariah. Selain kegiatan tersebut, koperasi syariah juga menjalankan kegiatan

pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah kepada masyarakat yang

membutuhkan dan layak menerimanya.

Terbentuknya dan berkembangnya koperasi berarti masyarakat memiliki alat perjuangan

ekonomi. Koperasi yang berlandaskan gotong royong dan asas kekeluargaan merupakan

realisasi demokrasi ekonomi yang dibentuk sebagai alat untuk memperbaiki ekonomi anggota

dengan menyediakan kesempatan pinjaman modal, meningkatkan keterampilan usaha,

menggunakan lebih efisien sumber- sumber yang ada, menyediakan daerah baru sumber-

sumber produksi, adanya pembangunan industri modern yang dapat mengolah bahan mentah

yang terdapat di daerah itu, dan membantu untuk meningkatkan tingkat pengetahuan umum

dan teknis para anggotanya. Koperasi syariah merupakan usaha ekonomi yang mantap,

demokratis, otonom partisipatif, dan berwatak sosial yang operasionalnya berdasarkan prinsip-

prinsip moral dengan mempertimbangkan halal dan haram sebuah usaha yang dijalankan sesuai

dengan syariah. Didirikannya koperasi ini untuk memenuhi kebutuhan anggotanya dengan

harga yang relatif lebih murah, memberikan kemudahan bagi anggotanya yang membutuhkan

modal usaha, serta memberikan keuntungan bagi anggotanya.Perbedaan antara koperasi

konvensional dan koperasi syariah adalah pada sistem yang digunakan. Seluruh akad yang

digunakan dalam koperasi syariah tidak boleh mengandung unsur riba (usury), gharar

(uncertainty), dan maisyir (speculative). koperasi syariah juga memilik banyak akad yang harus
13

digunakan pada setiap produk dimana pemilihan akadnya disesuaikan dengan kebutuhan

nasabah namun harus tetap sesuai dengan prinsip syariah.

Salah satu pengelolaan koperasi yang kegiatannya bergerak dalam bidang pembiayaan,

investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah) adalah Koperasi Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah (KSPPS). Sebagian ulama menanggapi sebagai akad mudharabah, yakni

suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih yang satu menyediakan modal

sedangkan yang melakukan usaha atas dasar membagi keuntungan menurut perjanjian koperasi

simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS) atau sebelumnya disebut KJKS terlahir dari

Baitul Mal Wattamwil (BMT). Yang terdapat pada Qs. Al-Maidah/5:2 dijelaskan bahwa

pengelolaan koperasi tidak ada unsur kezaliman dan pemerasan, sebab pengelolaannya bersifat

demokratis dan terbuka serta membagi keuntungan dan kerugian kepada para anggota secara

tanggung rentang karena memiliki unsur tolong menolong.

Penerapan Konsep Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

Makna jasa pinjaman dalam unit usaha simpan pinjam dapat dilihat ketika menganalisis

setiap informasi yang diberikan, tidak terlepas dari kesadaran yang melekat pada informan,

karena kesadaran merupakan gambaran terhadap pola pikiran dan hati nurani untuk memahami

dan mendalami setiap fenomena disekitarnya. Tidak bisa disampingkan begitu saja bahwa

sebenarnya realitas yang ada utuh dan berbentuk hierarki, oleh karena itu perlu ada pemahaman

yang sejalan dengan konsep awal agar tidak terjadi persimpangan. Hierarki akan kehadiran jasa

pinjaman menggambarkan tingkat kesadaran, peran sebagai anggota, dan sifat menentukan

dalam rapat, oleh karena itu terdapat perbedaan setiap informan dalam tingkat kesadarannya.

Hal ini yang coba peneliti ungkapan sehingga diakhir sub bab ditemukan sebuah makna

terdalam.
14

Dalam temuan penelitian ketika berbicara sistem syariah murni ternyata hanya bisa digunakan

untuk usaha, oleh sebab itu opsi yang diperbolehkan jual-beli (murobahah), dimana kebutuhan

anggota dibelikan terlebih dahulu oleh koperasi

setelah itu dijual kembali keanggota dengan membuat selisih harga sebagai pendapatan dari

koperasi, dengan pembayaran disesuaikan kemampuan bersama dalam akad yang disepakati.

Hal ini yang seharusnya dipraktikan oleh lembaga keuangan jika menggunakan prinsip syariah

untuk menghindari riba, seperti dalam surat berikut: “Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba” (Al- Baqarah:275).

Ketika Allah menghalalkan jual-beli sudah seharusnya umat mematuhi secara seksama

sehingga tidak menimbulkan persepsi perbedaan antara praktik dan teori, hal selama ini terjadi

dalam jasa pinjaman di unit usaha simpan pinjam bahwa ditemukan mengandung “riba” yang

menurut prinsip syariah itu dilarang. Hal itu dapat dilihat dari surat berikut: “Allah

memusnakan riba dan menyuburkan sedekah” (Al-Baqarah:276). Sudah sepatutnya jika

menerapkan prinsip syariah harus benar- benar menjalankan sesuai dengan kaidahnya.

Yang terjadi dalam koperasi kebanyakan adanya “ketidakkonsistenan” dalam penerapan

prinsip antara syariah atau konvensional, penetapan prinsip dalam AD/ART (Anggaran

Dasar/Aturan Rumah Tangga) seharusnya diterapkan secara konsisten sampai unit usahanya.

Untuk tidak menimbulkan perbedaan persepsi antar anggota, selain itu koperasi harus

melakukan sosialisasi terhadap para anggotanya.

Kendala yang terjadi bahwa koperasi di Kementerian Agama yang bertugas untuk

menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam pembimbingan dan pengelolaan fungsi

administratif dari kegiatan keagamaan di Indonesia, sehingga tidak leluasa untuk menerapkan
15

prinsip syariah atau prinsip konvensional secara utuh, tidak lupa prinsip yang digunakan dalam

koperasi harus bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat

lain pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945, bunyi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian.

Berdasarkan temuan dari para informan sintesa yang didapat setelah menelaah secara

keseluruhan informasi, memaknai bahwa jasa pinjaman merupakan “hasil dari

ketidakkonsistenan dalam menggunakan suatu prinsip”, yaitu antara menggunakan prinsip

syariah atau prinsip konvensional, sehingga jasa pinjaman yang selama ini terjadi dianggap

sebagai bagian dari syariah yang mengandung riba.

Dalam temuan penelitian didapatkan bahwa adanya ketidakkonsistenan dalam penerapan jasa

pinjaman, untuk melihat adanya ketidakkonsistenan tersebut, peneliti akan coba

membandingkan hasil temuan dengan teori syariah dan teori konvensional, sehingga hasilnya

akan terlihat secara seksama perbedaannya.

Dalam temuan penelitian, jasa pinjaman dikatakan sebagai “ketidakkonsistenan” dikarenakan

beberapa hal antara lain; bagian syariah, termasuk bunga, persimpangan antara jasa pinjaman

uang dan jual-beli (murabahah), dengan temuan itu terdapat bagian syariah dan bagian dari

konvensional. Dalam praktiknya, jasa pinjaman digunakan sebagai sisi komersial dan sisi

sosial, pemanfaatan dua sisi tersebut yang membuat celah perbedaan persepsi antara para

informan.
16

Dalam sisi syariah jasa pinjaman di istilahkan dalam bahasa fikih sebagai “Al-qardh” yang

berarti meminjam uang ataupun barang atas dasar kepercayaan. Menurut Antonio Al-Qardh

adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali, dengan

kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan, dalam litelatur fikih qardh dikategorikan

dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial, sedangkan

dalam ungkapan lain Antonio) Al-Qardh dapat memberikan manfaat antara lain; membantu

nasabah dalam kesulitan mendesak, terkandung misi sosial disamping misi komersial,

meningkatkan citra baik dan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.

Selanjutnya dilihat dari sisi konvensional, jasa pinjaman bisa dikatakan sebagai hutang, dalam

buku Ekonomi dan Bisnis (2016:31) pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, menyebutkan bahwa:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak pinjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.

Dalam penjelasan lain dikatakan bahwa menurut Chairuman (1994:136), pengertian hutang

sama dengan pengertian “Perjanjian pinjam- meminjam”, yang dijumpai dalam ketentuan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang mana pasal 1754 berbunyi, “pinjam-meminjam

adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain,

suatu jumlah ketentuan barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat

bahwa pihak yang belakang ini akan mengembalikan sejumlah sama dari macam keadaan yang

sama pula”.
17

Dalam penjelasan konvensional, jasa pinjaman disamakan dengan hutang karena dalam

praktek yang terjadi, anggota memiliki “kewajiban” untuk membayar pinjaman pokok

ditambah jasanya sehingga ini dianggap sebagai kewajiban yang harus dibayar anggota dengan

kata lain anggota secara tidak langsung memiliki hutang, walaupun untuk kebutuhan yang

mendesak dan konsumtif, hal ini dibenarkan dalam buku Ekonomi dan Bisnis Islam (2016:29)

umumnya, hutang ini muncul atas keperluan konsumsi atau untuk keperluan sehari-hari yang

mendesak, sehingga merupakan suatu kegiatan sosial atau tabarru. Hasil temuan dan

membandingkan dengan Al-Qardh dan hutang sesuai dengan penelitian dari Tsabita (2014) dan

Rahim (2015), bahwa secara garis besar temuan penelitian terdahulu menyatakan bahwa ini

merupakan termasuk bagian dari “penyimpangan”, dengan beranggapan bahwa penyimpangan

ini terjadi karena memastikan sesuatu yang belum pasti dibuat seakan-akan sudah pasti,

padahal perhitungan pokok pinjaman bisa diperhitungkan sesuai dari pemanfaatan/hasil

pokoknya.

Dalam tatanan kehidupan jika terjadi “ketidakkonsistenan” akan mengakibatkan

“penyimpangan”, hal ini merupakan hasil dari sebab dan akibat. Kesadaran informan yang

dimaknai oleh peneliti bisa saja dialami dengan anggota lain yang tanpa disadari telah

mengakui adanya “ketidakkonsistenan” tersebut, namun tidak kuasa untuk merubahnya. Dalam

sebuah organisasi koperasi tidah mudah dalam mengakui bahwa terdapat “penyimpangan” atas

apa yang terjadi, sehingga perlu ada kesadaran dari pihak yang terlibat untuk mengakui

“Menurut Philip Kotler Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sedangkan menurut W.J Stanton produk

adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya

masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan
18

pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang menerima oleh pembeli guna memuaskan

keinginannya.

Macam jenis produk penghimpunan dana dan penyaluran dana oleh lembaga keuangan syariah

sebagai berikut:

1. Produk Penghimpunan Dana (funding)

Pelayanan jasa simpanan atau tabungan berupa simpanan/tabungan yang diselenggarakan

adalah bentuk simpanan/tabungan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-

syarat tertentu dalam penyertaan dan penarikannya.

a. Simpanan Pokok

Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar simpanan

pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara anggota. Akad Syariah simpanan pokok

tersebut adalah akad Musyarakah yang berarti transaksi penanaman dana dari dua atau lebih

pemilik dana untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha

para pihak berdasarkan pembagian hasil dan kerugian yang disepakati sesuai porsi penanaman

modal.

Berdasarkan fatwa dewan syariah nasional (DSN) NO.08/DSN-MUI/IV/2000. Menyatakan

musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka

secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun

yang tidakberwujud.
19

Rukun musyarakah yang harus dipenuhi, yaitu: Pelaku akad, porsi kerjasama, proyek/usaha,

ijab dan kabul, nisbah bagi hasil.

Syarat musyarakah, yaitu: Objek boleh dikelola bersama, pembagian keuntungan harus

disepakati oleh para pihak.

b. Simpanan Wajib

Simpanan wajib masuk dalam kategori modal koperasi sebagaimana simpanan pokok dimana

besar kewajibannya diputuskan berdasarkan hasil musyawarah anggota serta penyetorannya

dilakukan secara kontinu setiap bulannya sampai seseorang dinyatakan keluar dari

keanggotaan koperasi syariah.

c. Simpanan Sukarela

Simpanan anggota yang merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon anggota yang

memiliki kelebihan dana kemudian menyimpan di koperasi syariah. Bentuk simpanan sukarela

ini memiliki 2 jenis karakter antara lain:

1. Karakter yang pertama bersifat akad titipan, yang disebut (Wadi’ah) yang berarti transaksi

penitipan dana anggota kepada Koperasi Syariah dengan kewajiban bagi Koperasi Syariah

untuk dapat mengembalikannya pada saat diambil sewaktu-waktu oleh anggota.

Kemudian berdasarkan fatwa dewan syariah nasional (DSN) NO.01/DSN-MUI/IV/2000.

Menyatakan bahwa giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan prinsip

mudharabah dan wadiah, dapat dibenarkan berdasarkan fatwa DSN NO.02/DSN-MUI/IV/2000.


20

Menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip

mudharabah dan wadiah.

Rukun wadiah menurut para ulama ada empat, yaitu: Orang yang menitipkan, orang yang

dititipi barang, barang yang dititipkan, ijab, kabul, dan shighah.

Syarat wadiah, yaitu: Orang yang berakad harus cakap hukum, barang yang dititipkan harus

jelas dan dapat dikuasai untuk dipelihara.

Simpanan/tabungan yang berakad wadiah ada 2, yaitu:

1) Wadhi’ah amanah, merupakan titipan yang tidak boleh dipergunakan baik untuk kepentingan

koperasi maupun untuk investasi usaha, melainkan pihak koperasi harus menjaga titipan

tersebut sampai diambil oleh sipemiliknya. Wadiah Amanah yang dimaksud disini biasanya

berupa dana ZIS (Zakat, infak, dan shadaqoh) yang dimiliki oleh 8 asnaf mustahik dan

disalurkan baik dalam bentuk mustahik produktif maupun konsumtif.

2) Wadhi’ah yadhomanah, dana titipan anggota kepada koperasi yang diizinkan untuk dikelola

dalam usaha riil sepanjang dana tersebut belum diambil oleh sipemiliknya. Mengingat dana

tersebut dapat dikelola maka sepantasnya Koperasi Syariah memberikan kelebihan berupa

bonus kepada sipenitip, meski tidak ada larangan untuk tidak memberikan bonusnya.

2. Karakter kedua bersifat investasi, yang memang ditujukan untuk kepentingan usaha dengan

mekanisme bagi hasil (Mudharabah) baik Revenue Sharing maupun Profit and sharing. Konsep

simpanan yang diberlakukan dapat berupa simpanan berjangka Mudharabah Mutlaqoh maupun

simpanan berjangka MudharabahMuqayadah. Simpanan/tabungan Mudharabah Mutlaqoh


21

adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana (ShahibulMaal) dengan Koperasi Syariah selaku

pengusaha (Mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis

usaha, waktu dan daerah usaha. Sementara Mudharabah Muqayadah adalah bentuk kerja sama

antara pemilik dana dengan Koperasi Syariah selaku pengusaha dimana penggunaan dana

dibatasi oleh ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemilik dana.

Kemudian berdasarkan fatwa dewan syariah nasional (DSN) NO.07/DSN-MUI/IV/2000.

Menyatakanmudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana salah

satu pihak mempercayakan sejumlah modal kepada pihak lain yang bertindak sebagai

pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.

Rukun mudharabah, yaitu: Pemilik modal (shahibul mal), mudharib (pengelola),

usaha/pekerjaan, nisbah bagi hasil yang jelas, dan ijab dan kabul.

Syarat mudharabah, yaitu: Penyedia dana dan pengelola harus cakap hukum, keuntungan

mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.

Jenis simpanan yang berakad mudharabah dapat dikembangkan kedalam variasi simpanan,

seperti:

1) Simpanan/tabungan Idul Fitri

2) Simpanan/tabungan Idul Qurban

3) Simpanan/tabungan Haji

4) Simpanan/tabungan Pendidikan
22

5) Simpanan/tabungan kesehatan.

Deposito atau simpanan berjangka Mudharabah:

Deposito mudharabah adalah simpanan masyarakat di koperasi

syariah yang pengambilannya sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh koperasi syariah. Variasi

deposito mudharabah ini diklasifikasikan ke dalam deposito: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12

bulan.

Berdasarkan fatwa dewan syariah nasional (DSN) NO.03/DSN- MUI/IV/2000. Menyatakan

deposito dengan akad mudharabah mutlaqah adalah investasi tidak terikat pihak ketiga pada

bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu dengan pembagian hasil

sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dimuka antara nasabah dengan koperasi syariah

yang bersangkutan
23

Hasil Pembahasan

Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan

kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-quran dan Assunah. Pengertian

umum dari koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan

prinsi-prinsip syariah.Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka

seluruh produk dan operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,maka koperasi

syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-

unsur riba, maysir, dan gharar1.Sebagian Ulama menyebut Koperasi dengan Syirkah

Ta’awuniyah (Persekutuan tolong-menolong), yaitu suatu perjanjian kerja sama antara dua

orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha sedangkan pihak lain melakukan

usaha atas dasar profit sharring (membagi untung) menurut perjanjian. Maka dalam koperasi

ini terdapat unsur Mudharabah karena satu pihak memiliki modal dan pihak lain melakukan

usaha atas modal tersebut.

Tujuan dari koperasi syariah antara lain:

1. Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral

islam:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan

janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syetan,karena sesungguhnya syetan itu musuh

nyata bagimu”.(Q.S Al baqarah:168)

2. Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota:

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
24

paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.

(Q.S Al Hujarat: 13)

Fungsi dari koperasi syariah:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan

anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna

meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya

2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional

(fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip

ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam;

3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan

usaha bersama

berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi

4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan

dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta

5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan

kontrol terhadap koperasi secara

efektif.

6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.

7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.

Pembiayaan Murabahah, yaitu Koperasi syariah sebagai penjual dan anggota atau nasabah

sebagai pembeli, yang mana jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

yang disepakati.

Berdasarkan fatwa dewan syariah nasional (DSN) NO.04/DSN-MUI/IV/2000. Menyatakan

murabahah adalah transaksi jual beli dimana koperasi syariah bertindak sebagai penjual
25

sementara nasabah sebagai pembeli. Rukun murabahah yang harus dipenuhi, yaitu: Pelaku

akad, objek akad, shighah atau ijab dan kabul. Syarat murabahah, yaitu: Penjual harus memberi

tahu biaya modal kepada anggota, kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang ditetapkan,

kontrak bebas riba, penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian.

Prinsip Sewa (Ijaroh), Transaksi ijaroh dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada

dasarnya prinsip ijaroh sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek

transaksinya. Bila pada jual beli objeknya transaksinya adalah barang, maka pada tijaroh objek

transaksinya jasa. Pada akhir masa sewa, koperasi dapat saja menjual barang yang

disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan ijaroh

muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan

harga jual disepakati pada awal perjanjian.


26

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap masalah yang telah dipaparkan dapat disimpulkan hasil

penelitian bahwasanya koperasi syariah mempunyai peran yang dapat dijadikan suatu solusi

dari roda perekonomian masyarakat. Koperasi syariah tersebut memberikan dorongan yang

positif kepada pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sehingga akoperasi

memiliki pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Regulasi yang telah dikeluarkan

oleh pemerintah semakin memperkuat peran koperasi di tengah-tengah masyarkat, tidak

terkecuali koperasi syariah. Koperasi syariah bisa menjadi lembaga keuangan yang paling

mudah dijangkau oleh masyarakat dimana operasionalnya juga menyerupai dengan bank

syariah. Disamping itu, selain menjadi penyedia modal bagi pelaku UMKM, koperasi syariah

juga menjadi sarana edukasi untuk menyampaikan kepada masyarkarakat tentang bahaya riba,

gharar, dan unsur lainnya yang dilarang dalam Islam.


27

Daftar Pustaka

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak (Jejak

Publisher). Darin-Drabkin, H. (1962). The Other Society.

Halid, N. (2014). Koperasi Pilar Negara. Jetpress,Jakarta.

Hermuningsih, S. (2007). Jurnal Ekonomi & Pendidikan , Volume 4 Nomor 2, November 2007.

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 4 (November), 47–62.

Islamy, I. (2019). Penelitian Survei dalam Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Inggris.

Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Ismail, M., Santosa, D. B., & Yustika, A. E. (2014). Sistem Ekonomi Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Jones, H. (1990). Social welfare in third world development. Macmillan International Higher

Education.

Limbong, B. (2013). Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi.

Marpaung, M. (2014). Pengaruh Kepemimpinan dan Team Work Terhadap kinerja Karyawan

Di koperasi Sekjen Kemdikbud Senayan Jakarta. Jurnal Ilmiah WIDYA, 2(1), 33–40.

Martono, N. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder

(sampel Halaman Gratis). RajaGrafindo Persada.


28

Nuraini, F., Maharani, R., & Andrianto, A. (2016).Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM

dan Koperasi Dalam Menghadapi Aec (Asean Economic Community): Suatu Telaah

Kepustakaan.

Rangkuti, P. A. (2010). Peran komunikasi Dalam Modernisasi Pertanian Berbasis Koperasi.

Jurnal Komunikasi Pembangunan, 8(1).

Ratna, R. (2020). Peran Koperasi Syariah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Kota Palembang Di Era New Normal. Jurnal LA RIBA, 2(01).

Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach.

Deepublish.

Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.

Brown, L. (2001). Measuring Capacity Building. University of North Chalifornia at Chapel

Hill. New York Press.

Djojohadikusumo, R. M. (1941). Sepuluh Tahun Koperasi. Balai Pustaka.

Ginda, G. (2020). Optimalisasi Koperasi sebagai Instrumen Pemberdayaan masyarakat.

Masyarakat Madani: Jurnal Kajian Islam Dan Pengembangan Masyarakat, 5(2), 40.

Sugiri, D. (2020). Menyelamatkan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Dari Dampak Pandemi

Covid- 19. Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen Dan Akuntansi, 19(1), 76–86.
29

SUSANTO, S., Sarwani, S., & Afandi, S. (2018).Analisis Kinerja Keuangan Untuk

Mengetahui Tingkat Kesehatan, Pertumbuhan Dan Prospek Usaha Pada Unit Usaha Koperasi

(Studi Kasus Koperasi Awak Pesawat Garuda Indonesia di Tangerang). Inovasi, 1(1).

Syafira Amalia, I. (2020). Manajemen Ekuitas Pada Koperasi Syariah. Manajemen Ekuitas

Pada Koperasi Syariah, 1–17.

Anda mungkin juga menyukai