Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (ASURANSI SYARIAH)

Dosen Pengampu:
Juwaeni, M.Pd

Disusun Oleh:

Ilham Wahyudi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni ibu
Juwaeni, M.Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung
kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “Lembaga Keuangan
Syariah (Asuransi Syariah)” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan
makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.

Kraksaan, 7 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan penulisan ......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
A. Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) / Unit Jasa Keuangan Syari’ah
(UJKS) .....................................................................................................4
BAB III PENUTUP ...............................................................................................7
A. Kesimpulan ..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koperasi jasa keuangan syari’ah (KJKS) adalah salah satu bentuk
lembaga keuangan non bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip
syari’ah.Seperti halnya bank syari’ah, sekarang ini KJKS juga lagi marak-
maraknya di Indonesia yang semakin menunjukkan eksistensinya. Peran Umum
KJKS yang dilakukan adalah melakukan pendanaan yang berdasarkan prinsip
syari’ah dan menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non syari’ah. Peran
tersebut menegaskan betapa pentingnya prinsip-prinsip syari’ah dalam
kehidupan ekonomi masyarakat, terutama di negara yang mayoritas agamanya
Islam, maka itu sangat penting untuk diterapkan.
KJKS lahir di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang memiliki
beberapa fungsi, salah satu fungsinya adalah melakukan penyaluran dana
kepada masyarakat, yaitu dengan cara mengeluarkan pembiayaan-pembiayaan
dengan menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah),Kerjasama
(musyarakah) dan jual beli. Penyaluran dana dengan prinsip bagi hasil, bisa
dilakukan dengan akad mudharabah ataupun musyarakah. Penyaluran dana
dengan prinsip bagi hasil yang paling dominan adalah menggunakan akad
mudharabah.
Sistem mudharabah ini sedikit banyaknya telah diterapkan dalam
kehidupan masyarakat Muslim. Para ulama klasik telah banyak mengupas
mengenai sistem mudharabah ini. Namun, zaman moderen sekarang ini konsep
mudharabah lebih di konteksualkan lagi terlebih seteleh adanya Lembaga
Keuangan Syari’ah (Bank ataupun non Bank). Sehingga, sistem dan
operasionalnya akan selalu mengikuti perkembangan zaman tapi masih dalam
suasana kultur Islam yang disandarkan pada semangat al-Qur’an dan al-hadits.
Konsep mudharabah ini salah satunya di pakai oleh Lembaga Keuangan
Syari’ah Baituttamwil TAMZIS, karena konsep ini merupakan salah satu
langkah untuk menjembatani Antara pihak yang mempunyai modal dan pihak
yang mempunyai kemampuan menjadi Wirausaha sehingga keduanya terjalin

1
sebuah akad untuk memperoleh keuntungan dengan bagi Hasil sesuai dengan
kesepakatan.
Kemudian Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya Bank Islam juga
diarahkan untuk bisa Memainkan peranan yang aktif dalam menggerakan roda
pembangunan ekonomi nasional Dengan memberikan fasilitas pembiayaan
alternativ untuk usaha-usaha produktif dan investasi Yang konstruktif kepada
golongan menengah kebawah.1 KJKS TAMZIS dalam memberikan
Pembiayaan mudharabah kepada calon anggota harus menerapkan prinsip
kehati-hatian, hal ini Tentunya untuk menghindari dari pembiayaan bermasalah
atau KJKS TAMZIS sebelum menyetujui permintaan calon anggota dalam
mengajukan pembiayaan, maka Ada kebijakan dari KJKS untuk melihat
langsung terlebih dahulu ke alamat rumah calon anggota Dan menanyakan
beberapa hal keadaan calon anggota kepada tetangganya. Hal yang seperti itu
Termasuk salah satu cara dalam menerapkan prinsip kehati-hatian.Secara
singkat dijelaskan oleh Bapak Fajar, salah satu pegawai KJKS TAMZIS setelah
Rumah calon anggota disurvey dan telah dipertimbangkan oleh pihak KJKS,
maka dari pihak KJKS yang berhak memutuskan, apakah permintaan dari
anggota disetujui atau tidak. Jika Disetujui maka segera dibuatlah suatu akad
atau perjanjian di mana dalam akad tersebut terdapat Beberapa ketentuan
ketentuan yang harus dipenuhi antara kedua-belah pihak.Adapun ketentuan-
Ketentuan tersebut adalah sebgai berikut:
1. Muchamad Pemadi, Sejarah dan Doktrin Bank Islam, (Yogyakarta: Kutub,
2005), hlm. 90.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan tersebut di atas, maka diajukan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar KJKS
2. Syarat pendirian KJKS
3. kegiatan Operasional KJKS
4. struktur organisasi KJKS

2
C. Tujuan penulisan
1. untuk mengetahui bagaimana konsep dasar KJKS
2. Untuk mengetahui syarat pendirian KJKS
3. Untuk mengetahui kegiatan operasional KJKS

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) / Unit Jasa Keuangan Syari’ah


(UJKS)
1. Pengertian KJKS/UJKS

Koperasi jasa keuangan syari’ah (KJKS) adalah koperasi yang


kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan
sesuai dengan pola bagi hasil (syari’ah). Sedangkan unit jasa keuangan
syariah (UJKS) adalah unit Koperasi yang bergerak di bidang Pembiayaan,
Investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari
kegiatan koperasi yang bersangkutan.
Praktik usaha koperasi yang dikelola secara syariah telah tumbuh dan
berkembang di masyarakat serta mengambil bagian penting dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat. Di masyarakat telah bermunculan
BMT yang bernaung dalam kehidupan payung hukum koperasi. Hal inilah
yang mendorong Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
untuk menerbitkan Surat Keputusan Nomor 91/Kep/MKUKM/IX/2004
Berdasarkan ketentuan yang disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi
dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Dengan demikian semua
BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam KJKS, yang
mempunyai payung hukum dan legal kegiatan operasionalnya asal saja
memenuhi ketentuan perundangundangan yang berlaku.
2. Syarat pendirian KJKS

Syarat syaratnya sebagai berikut:


a. koperasj primer didirikan oleh paling sedikit 20 orang,yang memiliki
kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama.
b. koperasi sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 badan hukum
koperasi.

4
3. Prinsip dasar operasional KJKS

Koperasi jasa keuangan syariah memiliki keluwesan dalam


menerapkan akad-akad muamalah,yang umumnya sulit di praktekkan pada
perbankan syariah ,karena adanya keterbatasn peraturan dari Bank
Indonesia PBI (Peraturan Bank Indomesia). Prinsip dasar operasional
Koperasi Jasa keuangan syariah dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Prinsip Dasar Operasional Jas a Keuangan Syariah:

sumber dana kopersi syariah:


1) Simpangan sukarela (simpangan wad’iah& simpsngan berjangka
2) Invesitasi pihak lain (invesitasi terikat).
Jasa Jasa
1) wakalah
2) kafalah
3) hawalah
4) Ijaroh

Dan bagian diatas digambarkan bahwa sumber dana Koperasi Jasa


Keuangan syariah diperoleh dari simpanan sukarela seperti simpanan
wadiah dan simpanan berjangka mudharabah ,invesitasi pihak lain dan
zakat,infak,dan sedekah dan dari modal koperasi seperti simpanan
pokok,simpanan wajib dana hibah dan laba rugi sisa hasil usaha berjalan.
4. Struktur Organisasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT
Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara
tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan
dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur
organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktifitas dan
fungsi dibatasi. Di bawah ini merupakan struktur organisasi pada Koperasi
Jasa Keuangan Syariah:13 Struktur Organisasi pada Koperasi Jasa
Keuangan Syariah:
Gambar 3. Struktur Organisasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT
13 Nur S. Buchori, Op. Cit., h.106

5
Dewan Syariah
RAT
KETUA Dewan Pengawas
Pengawas
DIREKTUR
Manajer Unit Jasa
Keuangan Syariah
Manajer Unit
Sektor Riil
Sekertaris Bendahara
Pengelola
Marketing
Operasition
Dalam bagan struktur organisasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah
BMT terdiri dari rapat anggota, rapat anggota merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi, keputusan rapat anggota diambil berdasarkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dimana tiap-tiap anggota mempunyai
hak suara yang sama. Kepengurusan koperasi syariah seperti pengurus
dipilih oleh anggota koperasi syariah dalam rapat anggota dimana untuk
pertama kalinya susunan dan nama-nama pengurus dicatat dalam akta
pendirian dan masa jabatannya paling lama lima tahun. Pengurus minimal
terdiri dari Ketua, yang sejajar dengan Dewan Syariah dan Dewan
Pengawas, Sekertaris dan Bendahara.
Dalam mengelola Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT, pengurus
dapat menunjuk pengelola yang dianggap cakap dan profesional dengan
jabatan Manager atau jika memungkinkan dan memiliki cakupan usaha
yang luas maupun sistem organisasinya yang besar, maka Manager tersebut
dapat disetarakan sebagai Direktur, dan di bawahnya bisa disebut Manager.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT dapat dikelola oleh seorang Direktur
yang dibantu oleh para Manager seperti Manager Unit Jasa Keuangan
Syariah yang membawahi bagian perdagangan, produksi dan jasa.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian KJKS/UJKS

Koperasi jasa keuangan syari’ah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan


usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai
dengan pola bagi hasil (syari’ah). Sedangkan unit jasa keuangan syariah
(UJKS) adalah unit Koperasi yang bergerak di bidang Pembiayaan, Investasi
dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan
koperasi yang bersangkutan.1. Praktik usaha koperasi yang dikelola secara
syariah telah tumbuh dan berkembang di masyarakat serta mengambil bagian
penting dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Di masyarakat telah
bermunculan BMT yang bernaung dalam kehidupan payung hukum koperasi.
Hal inilah yang mendorong Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah untuk menerbitkan Surat Keputusan Nomor
91/Kep/MKUKM/IX/2004 Berdasarkan ketentuan yang disebut Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) yang kegiatan usahanya bergerak dibidang
pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Dengan
demikian semua BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam KJKS,
yang mempunyai payung hukum dan legal kegiatan operasionalnya asal saja
memenuhi ketentuan perundangundangan yang berlaku.
2. Syarat pendirian KJKS
Syarat syaratnya sebagai berikut:
a) koperasj primer didirikan oleh paling sedikit 20 orang,yang memiliki
kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama.
b) koperasi sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 badan hukum
koperasi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank syariah dari teori dan praktik. Jakarta:

Bogdan, Robert C. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja

Gema Insani

Heri Sudarsono. 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan

Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia

Jakarta : Kencana Prenada Media Group Ridwan, Muhamad. 2006. Sistem dan
Prosedur Pendirian Koperasi Jasa Keuangan

Kamil, Ahmad dan Fauzan. 2001. Kitab Undang-Undang Hukum dan Ilmu Syariah.

LP3ES.

Peraturan Perundang-undangan

Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemeni KJKS, cet 11. Yogyakarta : U1 Press

Rosda Karya.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi, 1984. Metode Penelitian Survey, Jakarta:

Subekti, 1996. Hukum Perjanjian, cetakan 4, Jakarta: Intermasa.

Sumitro, Warkum. 2002. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga

Syariah (KJKS), Yogyakarta: Citra Media.

terkait, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun


2008

Anda mungkin juga menyukai