Anda di halaman 1dari 8

RESUME KELOMPOK 1-5

PRODUK LAYANAN BANK SYARIAH

Disusun Oleh :
Darma Wicaksono 501200645

Dosen Pengampu :
AGUSRIANDI,M.EI

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2022
SEJARAH, PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI DUNIA DAN DI
INDONESIA

1. SEJARAH PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI DUNIA DAN DI


INDONESIA
Sejarah Perkembangan perbankan syariah di Dunia telah muncul sejak
Lama, ditandai dengan banyaknya pemikir-pemikir muslim yang Menulis tentang
keberadaan bank Islam, misalnya Anwar Qureshi Pada tahun 1946, Naeim
Siddiqi pada tahun 1948, dan Mahmud Ahmad pada tahun 1952. Awal abad ke-
20 merupakan masa Kebangkitan dunia Islam dari “ketidurannya” di tengah
pergolakan Dunia. Salah satu upaya dalam penerapan lembaga keuangan Syariah
yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam adalah Perintisan penerapan sistem
profit and loss sharing, sebagai inti Bisnis lembaga keuangan syariah yang
tercatat telah ada sejak Tahun 1940-an, yaitu upaya mengelola dana jamaah haji
secara Non konvensional di Pakistan dan Malaysia.
Sejarah bank syariah di Indonesia telah dimulai sebelum Dikeluarkannya
kerangka hukum formal sebagai landasan Operasional perbankan di Indonesia.
Beberapa badan usaha Pembiayaan non- Bank telah didirikan sebelum tahun
1992 yang Telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan Operasionalnya.
Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat Akan hadirnya institusi-
institusi keuangan yang dapat memberikan Jasa keuangan yang sesuai dengan
syariah. Ritinitas praktek perbankan Islam di Indonesia dimulai Pada awal 1980-
an, melalui diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi islam.

2. PERBEDAAN DARI PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI DUNIA


DAN DI INDONESIA
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan bank syariah di Dunia saat ini,
ada beberapa fakta mengapa perbankan syariah semakin berkembang pada tahun
2015 dan akan terus berlaku pada tahun 2016. Pertama aset perbankan syariah
internasional telah melampaui USD 778 miliar pada tahun 2014 dan CAGR
(Compund Annual Growth Rate) yaitu Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan
17%, antara tahun 2009 dan 2013.
Berdasarkan data dari otoritas jas keuangan (OJK), perkembangan perbankan
syariah 6 tahun terakhir dari rentang tahun 2013 hingga 2018 berdasarkan jumlah
istitusi, asset, pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan juga pangsa pasar
(market share) perbankan syariah mengalami penurunan pertumbuhan kecuali
dari jumlah bank umum syariah (BUS).

3. SISTEM BANK SYARIAH DI DUNIA DAN DI INDONESIA


Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini
berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau
memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan
untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram).
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional.
BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL

1. Defenisi Bank Syariah

Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha


berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam
fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan
('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah),
serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.

2. Defenisi Bank Konvensional

Bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik


penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya,
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah
imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu priode tertentu.
Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.

3. Perbedaan Bank syariah dan Bank konvensional

• Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvesional dengan bank syariah
terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak
melaksanakan sistem bunga melainkan sistem bagi hasil dalam
aktivitasnya sedangkan bank konvesional justru kebalikannya yaitu
merapkan sistem bunga.
• Perbedaan prinsip
Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah
adalah hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-hadist.
Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah dan larangan
dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul Muhammad SAW.
• Tujuan dan Fungsi
Bank konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan sistem
bebas nilai atau dengan prinsip yang dianut oleh masyarakat umum.
Sedangkan, bank syariah tidak hanya berfokus pada keuntungan atau profit
saja. Melalui situs resmi ojk.go.id, OJK menjelaskan bahwa perbedaan
bank syariah dan bank konvensional dalam melakukan kegiatan usahanya
berasaskan pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-
hatian.
4. Bunga dan Bagi Hasil

• Bunga
Bunga adalah imbalan jasa untuk penggunaan uang atau modal yang
dibayar pada waktu yang disetujui, umumnya dinyatakan sebagai
persentase dari modal pokok. Oleh karenanya bunga bank dapat diartikan
sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.

• Bagi hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian
atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha
tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan
di dapat antara kedua belah pihak atau lebih.

UNDANG-UNDANG DAN FATWA DSN BANK SYARIAH

1) Fatwa DSN Bank Syariah


1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-
masing Lembaga Keuangan Syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak
terkait.
2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang
dikeluarkan oleh institusi yang berhak, seperti Kementrian Keuangan dan Bank
Indonesia.
3. Memberikan dukungan dan/atau mencabut dan menyokong namanama yang
akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu Lembaga Keuangan
Syariah.
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang
moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.
5. Memberikan rekomendasi kepada Lembaga Keuangan Syariah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional.
6. Mengusulkan kepada institusi yang berhak untuk mengambil tindakan apabila
perintah tidak didengar.
2) Pengertian, Kedudukan, Status, dan Anggota DSN36
Berdasarkan surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia No.
Kep-98/MUI/III/2001 tentang susunan Pengurus Dewan Syariah Nasional MUI,
Kedudukan, Status dan Keanggotaan DSN:
a. DSN merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia.
b. DSN membantu pihak terkait, seperti Departemen Keuangan, Bank Indonesia
dan lain-lain dalam menyusun peraturan/ketentuan untuk lembaga keuangan
syariah.
3) Wewenang dari DSN adalah
1) Mengeluarkan fatwa yang mengikut DPS di masing masing lembaga
keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait
2) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi
ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang, seperti depkeu dan BI
3) Memberikan rekomendasi dan/ atau mencabut rekomendasi nama-nama yang
akan duduk sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah
4) Mengundang para ahli menjelaskan sautu masalah yang diperlukan dalam
pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/ lembaga keuangan
dalam maupun luar negeri
5) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN

4) FUNGSI DEWAN SYARIAH NASIONAL


1) Mengeluarkan Fatwa tentang ekonomi syariah untuk
dijadikan pedoman bagi praktisi dan regulator ekonomi syariah di Indonesia.
2) Menerbitkan rekomendasi, sertifikasi dan syariah
approval bagi lembaga keuangan dan bisnis syariah.
3) Melakukan pengawasan aspek syariah atas produk/jasa di lembaga
keuangan/bisnis syariah melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
berdasarkan amanat undang-undang wajib dibentuk pada setiap lembaga
keuangan syariah.
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH PADA PENGHIMPUNAN
DANA

A. TABUNGAN
Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi'ah atau investasi
dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang disamakan dengan itu.
B. GIRO
Secara umum Giro merupakan simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
bayar lainnya, atau dengan pemindah bukuan. Giro Syariah adalah giro
yang dijalankan sesuai prinsip-prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional
telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan
secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadi'ah dan
mudharabah.
C. DEPOSITO
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito
yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan
Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan
prinsip mudharabah. Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor 03/DSNMUI/IV/2000.

JENIS JENIS DEPOSITO


I. Deposito Berjangka
Bentuk simpanan berjangka yang disesuaikan dengan jangka waktu
tertentu. Dalam deposito jangka waktunya yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
12 bulan dan 24 bulan.
II. Sertifikat Deposito
Jenis simpanan dana dari masyarakat yang penarikannya sesuai
jangka waktu tertentu, dan dapat diperjualbelikan
III. Deposit On Call
Sejenis deposito yang penarikan harus dengan pemberitahuan
sebelumnya. Jangka waktu dari deposito ini adalah 7 hari s/d 30 hari.
PRODUK LAYANAN BANK SYARIAH

1. Akad Wadiah
Produk Penghimpunan dana diantaranya ialah tabungan, giro, dan
deposito yang dilakukan Bank Syariah berbeda jauh dengan
konvensional. Wadi'ah dapat juga diartikan perjanjian dana atau barang
barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan
kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau
barang titipan sewaktu-waktu. Menurut undang-undang Perbankan
Syariah akad wadi'ah adalah akad penitipan barang atau uang antara
pihak yang mempunyai barang atau uang.
2. Jenis Wadiah
 Wadi'ah yad amanah
 Wadi'ah Yad Dhammanah
3. Karakteristik Wadiah
 Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapatdimanfaatkan
oleh yang menerima titipan.
 Karena dimanfaatkan barang dan harta yang dititipkan tersebut
tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian tidak ada
keharusan bagi penerma titipan untuk memberikan hasil manfaat
kepada si penitip
 produk perbankan yang sesuai dengan akad ini

Anda mungkin juga menyukai