B. RUMUSAN MASALAH
➢ Pengertian Bank Syariah di Indonesia
➢ Kelembagaan dan Kegiatan Usaha Bank Syariah Serta Prinsip Bank Syariah
➢ Pasar Uang antar Bank Syariah dan Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Bank Syariah di Indonesia
Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunaan dana dari masyarakat
dalam bentuk pembiayaan, dengan kata lain menjalankan fungsi intermediasi keuangan. Dalam
system perbankkan di Indonesia terdapat dua macam system oprasional perbankkan yaitu bank
konversional dan bank Syariah.
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah, atau
prinsip hukum islam yang diatur oleh fatwa, Majelis Ulama Indonesia.
Dilansir dari buku Bank dan Lembaga Keuangan Lain (2014) karya Nuritomo dan Totok
Budisantoso, bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun
dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah
yaitu jual beli dan bagi hasil.
Prinsip utama bank syariah adalah hukum islam yang bersumber dari Al-Quran dan Alhadis.
Kegiatan bank syariah harus memperhatikan perintah dan larangan dalam Al-Quran dan sunnah
Rasul Muhammad SAW.
Perbedaan utama antara bank konversional dan bank syariah terletak pada sistem pemberian
imbalan atau jasa dari dana. Bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan
imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan suatu pihak.
Dalam hukum islam, bunga adalah riba dan diharamkan. Sebagai gantinya, penentuan imbalan
terhadap dana yang dipinjamkan maupun yang disimpan dalam bank syariah ditetapkan berdasarkan
prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum islam.
Tujuan utama bank syariah adalah menyediakan fasilitas keuangan dengan mengupayakan
instrumen-intrumen keuangan yang sesuai dengan ketentuan dan norma syariat islam.
Bank syariah ada bukan untuk memaksimalkan keuntungannya, melainkan untuk memberikan
keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim.
➢ Pemberi dana wajib untuk berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjamkan dana.
➢ Islam melarang konsep ”menghasilkan uang dari uang”. Uang hanyalah media pertukaran
dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai instrinsik.
➢ Unsur gharar (ketidakpastian) tidak diperbolehkan. Kedua belah pihak harus mengetahui
secara pasti hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
➢ Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak diharamkan oleh Islam.
Usaha minuman keras contohnya, tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.
➢ sPembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai
ditentukan sebelumnya tidak diperkenankan.
Fungsi bank Syariah
Dilansir dari buku Bank dan Lembaga Kuangan Lainnya (2020) karya Irsyadi Zain dan Rahmat
Akbar, dijelaskan beberapa fungsi bank syariah, yaitu:
Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi
sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu:
➢ menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
➢ menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi sangat fundamental karena hal inilah yang menjadi
alasan dasar eksistensi bank syariah. Selain itu, kepatuhan pada prinsip syariah dipandang sebagai
sisi kekuatan bank syariah. Dengan konsisten pada norma dasar dan prinsip syariah maka
kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan dalam berkontrak dan terwujudnya tata kelola
yang baik dapat berwujud.
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah yang menjadi isu
penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang memiliki peran penting
adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.
Kemudian, Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK) menegaskan bahwa seluruh produk
perbankan syariah hanya boleh ditawarkan kepada masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari
DSN-MUI dan memperoleh ijin dari OJK.
Pada tataran operasional, setiap bank syariah juga diwajibkan memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS) yang fungsinya ada dua:
Perbedaanya keduanya yaitu bahwa BPRS dilarang menerima simpanan berupa giro dan ikut
serta dalam lalu lintas sistem pembayaran.
Pembagian tersebut serupa dengan bank konvensional, dan sebagaimana halnya diatur dalam
UU perbankan. UU Perbankan Syariah juga mewajibkan setiap pihak yang melakukan kegiatan
penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip syariah
harus terlebih dahulu mendapat izin OJK.
Perbedaan mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional adalah prinsip-prinsip
syariah yang digunakan oleh bank syariah sebagai dasar utama dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Dalam hukum Islam, terdapat berbagai macam bentuk akad, hal ini mengakibatkan
produk-produk bank syariah menajid lebih variatif dibandingkan dengan bank konvensional.
Dikarenakan bank syariah menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan kepada prinsip syariah, maka
ia dilarang untuk melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah. Kegiatan
usaha yang dilarang tersebut antara lain kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir,
gharar, haram dan zalim (Lihat Penjelasan Pasal 2 UU Perbankan). Di samping itu, bank syariah juga
dilarang untuk melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal; melakukan
penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b dan huruf c; dan
melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi syariah.
(Lihat: Pasal 24 UU Perbankan). BUS tidak boleh dikonversi menjadi bank umum, namun Bank Umum
Konvensional boleh dikonversi menjadi BUS.
Dengan kata lain, cakupan kegiatan yang bisa dilakukan oleh BPRS lebih kecil dibandingkan
dengan BUS. Hal ini dapat dilihat dari larangan kegiatan usaha BPRS sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 25 UU Perbankan Syariah yang menyatakan sebagai berikut: Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
dilarang: a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah; b. menerima
simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran; c. melakukan kegiatan usaha
dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing dengan izin bank Indonesai; d. melakukan kegiatan
usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi syariah; e. melakukan
penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk menanggulangi kesulitan likuiditas
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah; dan f. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21.
UUS harus menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Kantor induk, Bank
Umum Konvensional, tidak boleh melakukan intervensi atau melarang UUS untuk tidak mematuhi
prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang telah ditentukan oleh undang-undang. Apabila hal tersebut
terjadi, maka Otoritas Jasa Keuangan bisa memberikan sanksi administratif kepada Bank Induknya.
Kemudian, UUS Bank Umum Konvensional ini tidak boleh selamanya menjadi UUS. Pasal 68 UU
Perbankan Syariah mengatur, apabila aset UUS telah mencapi 50% dari total nilai aset bank induknya
atau 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya UU ini, maka UUS tersebut wajib melakukan pemisahan
(spin off) dari bank induknya dan menjadi Bank Umum Syariah. UUS nantinya dapat berubah
menjadi BUS atau merger dengan bank lain untuk berubah menjadi BUS tergantung dari
kemampuan bank syariah tersebut.
Ketentuan Umum pasar uang antarbank berdasarkan kepada Fatwa MUI adalah8:
1. Pasar uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang antarbank
2. Pasar uang antarbank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang antarbank yang
3. Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah adalah kegiatan transaksi keuangan
1. Akad yang dapat digunakan dalam Pasar Uang Antar bank berdasarkan prinsip Syariah
adalah:
➢ Tahap pertama (2002 - 2004), yaitu tahap peletakan landasan pengembangan yang kuat bagi
pertumbuhan industri perbankan syariah. fokus aktivitas dalam tahap ini adalah menyusun
ketentuan kelembagaan ban syariah dan menyiapkan infrastruktur dasar yang diperlukan
untuk pertumbuhan bank syariah.
➢ Tahap kedua (2005-2009), yaitu tahap penguatan industri, peningkatan daya saing, efisiensi
operasi, spesifikasi produk, serta kompetensi, dan profesionalisme SDI perbankan syariah.
➢ Tahap ketiga (2010-2012) adalah tahap untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
operasional perbankan syariah sesuai dengan standar keuangan dan kualitas pelayanan
international.
➢ Tahap keempat (2013-2015), yaitu tahap di mana industri perbankan telah mencapai satu
pangsa yang signifikan untuk memberikan kontribusi dalam sistem perekonomian nasional.
Pada saat itu diharakan telah terbentuk integrasi dengan sektor-sektor lainnya, khususnya
dengan lembaga keuangan syariah bukan bank dan institusi pendudukungnya.
Selain bentuk kebijakan ekonomi dalam pengembangan perbankan syariah diatas, terdapat 4
(empat) paradigma kebijakan dalam perbankan yang perlu menjadi perhatian, yaitu :
➢ Market driven, dimana Bank Indonesia bersama dengan stakeholder yang lain melakukan
public education kepada masyarakat untuk mendukung proses positioning. Hal ini terjadi
karena industri perbankan syariah tumbuh sebagai realisasi dari kebutuhan masyarakat yang
membutuhkan jasa pelayanan keuangan dan perbankan yang sesuai prinsip Syariah.
➢ Fair treatmend, yang artinya pengembangan kerangka ketentuan maupun upaya bagi
penyempurnaan infrastruktur industri dilakukan berdasarkan konsep perlakuan yang sama,
yang mengakomodasi ciri-ciri operasional khusus perbankan syariah, serta menyusun
program pengembangan yang disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan industri.
➢ Gradual and sutainnable approach, yaitu program pengembangan perbankan dapat
dipandang sebagai suatu upaya transformasi suatu industri yang dilakukan menurut fokus
dam prioritas dalam suatu tahapan yang terstruktur dan berkesinambungan.
➢ Comply to syariah principle, yang artinya kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah yang
merupakan suatu argumen utama keberadaan industri perbankan syariah. adapun
implementasi kepatuhan terhdapa prinsip syariah merupakan upaya untuk menginkorporasi
nilai-nilai syariah, bai dalam skema transaksi keuangan sampai pada implementasinya dalam
mengelolausha yang tercermin dalam corporate govermance industri perbankan syariah
yang baik.
Adapun sasaran strategis dalam kebijakan perkembangan perbankan syariah diterapkan dengan
berpedoman pada strategi pengebangan perbankan syariah, adalah untuk pencapaian sebagai
berikut :
➢ Kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah. hal ini dilakukan dengan menerbitkan peraturan
yang bertujuan untuk memberikan panduan dalam penerapan akad keuangan syariah secara
baik, yanti dengan dikeluarkannya peraturan tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran
Dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
➢ Implementasi aturan prudential. Bank indonesia berkomitmen terhadap pengembangan
good corporate govermance (GCG) dan pemutakhiran sistem pengawasan dan pemeriksaan
Bank Syariah.
➢ Efisiensi operasional dan daya saing. Dalam hal ini Bank Syariah telah mengeluarkan
ketentuan mengenai perubahan kegiatan usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank
Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan
kantor bank yang melaksakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank
konvensional.
➢ Stabilitas sistemik dan terciptanya maslahat perekonomian untuk meningkatkan kontribusi
industri perbankan syariah, Bank Indonesia telah menyelesaikan kajian lebijakan entry dan
exit pada industri perbankan syariah. melalui kebijakan yang direkomendasikan diharapkan
industri perbankan syariah akan didukung oleh pelaku yang memiliki keahlian dan dedikasi
yang tinggi dalam mengembangkan industri perbankan.
➢ Pengembangan SDI (Sumber Daya Insani). Pengambangan SDI di bidang perbankan syariah
terus dilakukan, baik disisi pengelola bank syariah maupun pengawas bank syariah, maupun
masyarakat, yaitu melalui program edukasi yang sistemik, terfokus, dan berkesinambungan.
➢ Inisiatif strategis untuk mengoptimalisasi fungsi sosial bank syariah. Hal ini dilakukan melalui
peran perbankan syariah dalam memfasilitasi hubungan valuntary sector (dana sosila)
dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Terkait dengan inisiatif ini, Bank Indonesia
telah membentuk kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan seluruh
perbankan syariah dalam mengembangkan program Perbankan Syariah Peduli Umat (PSPU).
Adapun PSPU tersebut merupakan kegiatan pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan wkaf
yang merupakan kerja sama antara perbankan sayriah (Bank Umum Syariah dan BPRS), Bank
Indonesia dan Badan Amil Zakat. Tujuannya adalah dalam rangka membuat program
pendayagunaan ZIS (Zakat Infaq dan Sedekah) yang efektif, mensosialisasikannya, dan
menggalang dana tersebut dari masyarkat serta menumbuhkan citra positif dalam
masyarakat mengenai perbankan syariah sebagai lembaga yang peduli terhadap program
kemiskinan dan permasalahan du’afa.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah, atau
prinsip hukum islam yang diatur oleh fatwa, Majelis Ulama Indonesia. Dilansir dari buku Bank dan
Lembaga Keuangan Lain (2014) karya Nuritomo dan Totok Budisantoso, bank syariah adalah bank
yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Prinsip utama bank syariah adalah hukum islam yang bersumber dari Al-Quran dan Alhadis. Kegiatan
bank syariah harus memperhatikan perintah dan larangan dalam Al-Quran dan sunnah Rasul
Muhammad SAW.
Perbedaan utama antara bank konversional dan bank syariah terletak pada sistem pemberian
imbalan atau jasa dari dana. Bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan
imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan suatu pihak. Dalam hukum islam, bunga adalah
riba dan diharamkan. Sebagai gantinya, penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan
maupun yang disimpan dalam bank syariah ditetapkan berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
hukum islam. Tujuan utama bank syariah adalah menyediakan fasilitas keuangan dengan
mengupayakan instrumen-intrumen keuangan yang sesuai dengan ketentuan dan norma syariat
islam. Bank syariah ada bukan untuk memaksimalkan keuntungannya, melainkan untuk memberikan
keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim. Bentuk usaha bank syaria ada dua yaitu Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).