Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Lembaga Terkait Bank Syariah

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 10

ANUGERAH ESAWATY M ( 105251104419 )


NUR WAHDANIATI ( 105251103419 )

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyelesaian
Sengketa”. Tidak lupa pula sholawat dan salam kita kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw
yang telah membawa umat muslim dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhu tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan
Syariah. Besar harapan kami agar makalah kami ini dapat menambah wawasan kepada para
pembaca mengenai Penyelesaian Sengketa.

Kami selaku penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu Mega


Mustika, SE.Sy., M. H selaku dosen Mata Kuliah Hukum Perbankan Syariah, begitu juga
kepada teman-teman, para pembaca, dan pihak-pihak yang tekah berkontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami juga menyadar bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga kedepannya kita
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

Terima Kasih atas perhatiannya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................5
C. TUJUAN.......................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. PENGERTIAN PERBANKAN SYARIAH............................................................................6
Fungsi sosial.................................................................................................................................7
Penghimpunan dana....................................................................................................................7
Penyaluran dana..........................................................................................................................7
B. LEMBAGA BANK SYARIAH...............................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang seiring dengan berkembangnya
pertumbuhan penduduk yang berpenduduk mayoritas beragama islam. Perbankan syariah
menjadi alternatif sistem perbankan yang memiliki berbagai macam produk dan pelayanan
yang beragam akan siklus operasionalnya serta memiliki kemampuan menghasilkan profit
menjadi indikator penting untuk keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur
kemampuan bersaing dalam jangka panjang. Bank syariah adalah bank yang beroperasi
dengan tidak mengandalkan bunga. Kedudukan bank syariah dengan para nasabahnya adalah
sebagai mitra investor dan pedagang. Pada prinsipnya, Bank Syariah adalah sama dengan
perbankan konvensional, yaitu sebagai instrumen intermediasi yang menerima dana dari
orang-orang yang surplus dana (dalam bentuk penghimpunan dana) dan menyalurkannya
kepada pihak yang membutuhkan (dalam bentuk produk pelemparan dana).

Bank syariah menggunakan berbagai teknik dan metode investasi, dimana kontrak
hubungan investasi antara bank syariah dengan para nasabahnya disebut dengan istilah
pembiayaan. Dalam perbankan, pembiayaan mempunyai peranan penting terutama untuk
menyalurkan dana kepada masyarakat untuk menghadapi masalah dan atau modal kerja
terutama untuk 2 sektor usaha menengah ke bawah yang mempunyai masalah permodalan
untuk menjalankan kegiatan usahanya guna meningkatkan pendapatan.

Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
Sehingga dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan. Pasal 19 ayat satu Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 mengemukakan Kegiatan usaha Bank Umum Syariah
diantaranya yaitu menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna’,


atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah. Tujuan dari bank-bank islam
adalah untuk mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-prinsip islam dan
tradisinya ke dalam transaksi keuangan, perbankan. Penghindaran bunga bank merupakan
salah satu tantangan bagi bank islam. Sebagian ulama meyakini bahwa sebagai pengganti dari
mekanisme bunga, dalam pembiayaan proyek-proyek individual, instrumen yang paling baik
adalah bagi hasil.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan
bank, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan
prinsip bagi hasil serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang
beretika, 3 mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan
menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Perbankan Syariah?
2. Apa saja Lembaga yang terkait dengan Perbankan Syariah?
3. Apa saja produk dari Perbankan Syariah

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu Perbankan Syariah
2. Mengetahui Lembaga yang Terkait dengan Perbankan Syariah
3. Mengetahui produk dari Perbankan Syariah
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERBANKAN SYARIAH

Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau
prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud mencakup dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram,
sebagaimana yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia.

Selain itu, Undang Undang Perbankan Syariah juga memberi amanah kepada bank
syariah untuk selalu menjalankan fungsi sosial sekaligus menjalankan fungsi seperti lembaga
baitul mal. Lembaga baitul mal yaitu sebuah lembaga yang menerima dana berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).

Dalam pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tetap menerapkan tata kelola yang sama dengan bank konvensional, yaitu dengan
menjalankan prinsip kehati-hatian dan juga memastikan tata kelola berjalan dengan baik.
Meskipun begitu, tata kelola dan pengawasan tetap mendapatkan penyesuaian dengan
prinsip-prinsip yang jadi pedoman oleh sistem perbankan syariah.

Secara hakikatnya, bank syariah merupakan lembaga yang menawarkan produk


perbankan sesuai dengan prinsip syariah Islam. Lembaga perbankan syariah harus mematuhi
pada prinsip syariah Islam yang sudah ditetapkan. Pasalnya, prinsip syariah dalam lembaga
perbankan ini jadi hal yang cukup fundamental, mengingat eksistensi dari bank syariah
sendiri didasari oleh prinsip syariah Islam tersebut. Tetap teguh dalam menjalankan aktivitas
perbankan pada prinsip syariah juga dipandang sebagai sisi kekuatan dari bank syariah.
Untuk menjaga konsistensi dalam menjalankan aktivitas perbankan berdasarkan prinsip
syariah islam, bank syariah juga diawasi oleh Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI). Perihal pengawasan tersebut dijelaskan melalui Undang Undang No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Dalam Undang Undang tersebut terdapat pernyataan pemberian kewenangan kepada
MUI melalui DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa kesesuaian syariah terhadap suatu produk
perbankan. Ketetapan tersebut juga didukung oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
yang menegaskan bahwa seluruh produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan kepada
masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh izin dari OJK.

Perlu diketahui bahwa secara umum terdapat dua bentuk usaha dari bank syariah itu
sendiri. Pertama adalah bank umum syariah dan yang kedua adalah bank pembiayaan rakyat
syariah (BPRS). Kedua jenis usaha bank syariah tersebut memiliki fungsi dasar yang sama
dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Namun ada perbedaan dalam sistem
operasi yang ditawarkan kepada nasabah.

Fungsi sosial

Fungsi sosial merupakan aspek pertama yang memperlihatkan perbedaan antara bank umum
syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah secara signifikan. Dalam pelaksanaan aktivitas
perbankan syariah, bank umum syariah dapat menjalankan fungsi sosial sebagai lembaga
baitul mal. Dalam hal ini adalah penerimaan dana yang bersumber dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainnya. Dana yang diterima tersebut nantinya bisa disalurkan kepada
organisasi pengelola zakat untuk keperluan sosial. Sedangkan bank pembiayaan rakyat
syariah tidak memiliki fungsi sosial tersebut.

Penghimpunan dana

Dalam sistem penghimpunan dana, bank umum syariah diperbolehkan untuk menghimpun
dana sosial yang berasal dari wakaf berbentuk uang. Wakaf uang yang diterima tersebut akan
disalurkan kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
Sedangkan untuk bank pembiayaan rakyat syariah, bank hanya bisa melakukan
penghimpunan dana nasabah melalui rekening bank pembiayaan rakyat syariah.

Penyaluran dana

Bank pembiayaan rakyat syariah hanya bisa menyalurkan dana masyarakat dalam bentuk
pembiayaan bagi hasil dan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah yang didasari oleh akad ijarah. Selain itu pembiayaan yang boleh dilakukan
oleh bank pembiayaan rakyat syariah juga bisa dilakukan dengan cara sewa beli serta
pengambil alihan utang berdasarkan akad hawalah.

Untuk produk perbankan sendiri, bank pembiayaan rakyat syariah menawarkan simpanan
berupa tabungan dan juga investasi dalam bentuk deposito. Manfaat yang bisa dirasakan oleh
nasabah harus didapatkan melalui akad wadi'ah dan mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.

B. LEMBAGA BANK SYARIAH

Lembaga keuangan yang berhubungan dengan penyimpanan atau tabungan adalah


salah satunya bank Syariah. Lembaga keuangan merupakan unit badan usaha yang kekayaan
utamanya dalam bentuk aset uang atau tagihan dibandingkan dengan aset non-finansial.
Lembaga keuangan berkaitan dengan sistem simpan pinjam (kredit) yang melayani
masyarakat dalam kegiatan ekonomi modern. Peran lembaga keuangan (bank) saat ini
semakin lama semakin dibutuhkan dan juga mengalami perkembangan misalnya sebagai
mediasi antara pihak yang memiliki dana dengan yang memerlukan dana.

Sekarang apa bedanya antara lembaga keuangan dengan bank Syariah? Lembaga
keuangan salah satunya adalah bank. Bank Syariah menjadi sebuah lembaga keuangan
intermediasi keuangan antara unit defisit dengan unit surplus atau menawarkan jasa simpan
pinjam, asuransi, dan penyediaan mekanisme pembayaran dengan berlandaskan pada prinsip
Syariah Islam. Di Indonesia telah banyak didirikan lembaga keuangan Syariah. Lembaga
keuangan Syariah terdiri dari 2 lembaga yaitu Bank dan Non-Bank. Lembaga non-bank di
antaranya adalah asuransi, pegadaian, reksa dana, pasar modal, BPRS, dan BMT.

Prinsip dan Konsep Lembaga Keuangan Syariah

Lembaga keuangan Syariah pada operasionalnya memiliki prinsip-prinsip yaitu:

1. Prinsip keadilan yaitu berbagi untung atas dasar penjualan riil yang disesuaikan
dengan kontribusi dan risiko masing-masing pihak.
2. Prinsip kemitraan yaitu posisi nasabah penyimpan dana, pengguna dana, dan lembaga
keuangan sejajar dengan mitra usaha yang saling sinergi dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan.
3. Prinsip transparansi yaitu prinsip yang menekankan bahwa lembaga keuangan Syariah
selalu memberikan pelaporan keuangan secara terbuka dan secara berkesinambungan
agar nasabah penyimpan dana (investor) dapat memantau dan mengetahui kondisi
perihal dananya.
4. Prinsip universal yaitu prinsip yang tidak membeda-bedakan agama, ras, suku dan
golongan dalam masyarakat. Hal ini disesuaikan dengan prinsip dalam agama Islam
sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Untuk membedakan antara Lembaga Syariah dan Non-Syariah dapat dilihat dari ciri-ciri
khusus lembaga Syariah. Lembaga keuangan Syariah memiliki ciri-ciri yaitu Lembaga
keuangan Syariah diharuskan sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah saat menerima
titipan dan investasi. Hubungan antara pengguna dana, penyimpan dana (investor), dan
lembaga keuangan Syariah sebagai intermediary institution. Hal ini didasarkan pada
kemitraan bukan hubungan antara kreditur dan debitur. Bisnis dalam lembaga ini tidak hanya
dikhususkan atau berpusat pada profit (keuntungan) tetapi juga menguatamakan falah
oriented. Yang dimaksud falah oriented yaitu kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di
akhirat.

Konsep yang dijalankan dalam transaksi Lembaga keuangan Syariah didasarkan kepada
prinsip kemitraan sistem bagi hasil dan jual beli. Atau sewa menyewa untuk transaksi
komersial dan pinjam meminjam (qardh/ kredit) bertujuan untuk merugikan transaksi sosial.

Mekanisme Lembaga Keuangan Syariah

Pada dasarnya setiap lembaga keuangan memiliki sistem dan mekanisme khusus yang dapat
membedakan satu dengan yang lainnya. Di lembaga Syariah ini tidak dikenal istilah “bunga”
baik saat menghimpun dana (pemasukan) dari masyarakat maupun dalam pembiayaan/ dana
untuk usaha yang membutuhkan. Sistem bunga dapat merugikan penghimpunan modal baik
itu dalam bentuk suku bunga tinggi maupun rendah.

Suku bunga tinggi dapat menghambat suatu perusahaan dalam investasi maupun formasi
modal. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan penurunan produktivitas dan laju
pertumbuhan yang rendah. Suku bunga yang rendah bisa saja menimbulkan ketidakrataan
kekayaan pada para penabung. Hal ini dapat berimbas pada rasio tabungan kotor juga
merangsang pengeluaran secara konsumtif yang dapat menimbulkan tekanan inflasioner.

C. PRODUK PERBANKAN SYARIAH

Prospek berkembangnya perbankan syariah di tanah air sendiri secara garis besar
dapat dilihat dari 3 (tiga) hal, (1) penduduk, masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam
sehingga ini menjadi pemicu kuat bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia, (2)
Sumber Daya Manusia (SDM), perkembangan perbankan di tanah air juga tidak luput dari
SDM yang mengelola perbankan tersebut, banyak upaya untuk meningkatkan SDM
khususnya dalam bidang hukum ekonomi syariah, dukungan dari perguruan tinggi negeri
maupun swasta yang banyak membuka jurusan tentang

Ekonomi syariah patut diberikan apresiasi, tentunya hal ini sangat berkontribusi
dalam mempengaruhi produktivitas dan profesionalisme bank syariah itu sendiri, (3)
Pemerintah, keberadaan pemerintah dalam mendukung perkembangan ekonomi syariah
khususnya dalam bidang perbankan cukup besar. Berikut adalah produk serta jasa perbankan
syariah yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum diantaranya adalah :

 Tabungan Syariah

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya melalui beberapa ketentuan yang


sudah dijelaskan oleh pihak bank pada nasabah. Sarana penarikannya bisa menggunakan
buku tabungan, ATM, slip penarikan dan juga melalui metode canggih lain misalnya internet
banking. Ciri khas tabungan syariah adalah menerapkan akad wadi’ah, yang artinya
tabungan yang kita simpan tidak mendapatkan keuntungan karena cuma dititip, tidak ada
bunga yang diterima oleh nasabah akan tetapi bank memberikan hadiah atau bonus kepada
nasabah.

 Deposito Syariah

Deposito banyak dipilih oleh masyarakat untuk berinvestasi, selain mudah,


keuntungan yang didapatkan juga lebih tinggi dari tabungan biasa. Depositoadalahproduk
simpanan di bank yang penyetorannya maupun penarikannya hanya bisa dilakukan pada
waktu tertentu saja karena bank membutuhkan waktu untuk melakukan investasi. Bisnis atau
investasi yang dijalankan oleh bank tersebut harus masuk kategori halal menurut hukum
islam. Tenor atau jangka waktu yang ditawarkan sama dengan deposito konvensional, antara
1 hingga 24 bulan.

Deposito syariah menggunakan akad mudharabah artinya tabungan dengan sistem


bagi hasil (nisbah) antara nasabah dan bank. Keuntungan deposito dengan akad mudharabah
ini biasanya memakai perbandingan 60 : 40 untuk nasabah dan bank. Makin besar untung
yang bank dapat, makin besar untung yang diperoleh oleh nasabah, demikian pula jika
keuntungan yang diperoleh bank sedikit maka nasabah akan mendapat keuntungan yang
sedikit pula dengan kata lain, keuntungan muncul bersama risiko.

 Gadai Syariah (Rahn)

Akad gadai syariah yang dipraktikkan pada PT. Pegadaian adalah meminjamkan uang
kepada nasabah dengan jaminan harta yang bernilai dan dapat dijual. Uang yang dipinjamkan
adalah murni tanpa bunga. Namun nasabah (rahin) wajib menyerahkan barang jaminan
(marhum) untuk kepentingan sebagai alat pembayaran utang manakala pemberi gadai tidak
dapat membayar utang saat jatuh tempo yang telah disepakati.

Dalam praktiknya, barang jaminan akan dijual untuk menutupi utang manakala
pemberi gadai telah dikonfirmasi. Jika barang gadai telah dijual sesuai dengan harga pasaran
maka penerima gadai hanya mengambil sesuai dengan nilai hutangnya dan lebihnya
dikembalikan kepada penggadai.

 Giro Syariah

Salah satu produk perbankan syariah yang termasuk ke dalam konsep wadiah (titipan)
adalah giro. Secara umum yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar
lainnya atau dengan pemindahbukuan. Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah
giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah
Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan syariah
adalah giro berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

Akad mudharabah pada giro syariah adalah akad kerjasama antara nasabah sebagai
penyimpan dana (shahibul maal) sedang bank syariah sebagai pihak yang mengelola dana
(mudharib). Ketentuan Giro Syariah menggunakan akad mudharabah adalah sebagai berikut:
Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.

Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.

Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya.

Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang
bersangkutan.

Sedangkan, Giro Syariah dengan akad wadiah adalah akad titipan dana dari nasabah
kepada bank syariah, dimana bank syariah dapat mengelola dana tersebut tanpa harus
memberikan imbalan kepada nasabah jika mendapat keuntungan. Giro syariah dengan akad
wadiah mengikuti ketentuan sebagai berikut :

Bersifat titipan.

Titipan bisa diambil kapan saja (on call).

Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat
sukarela dari pihak bank.

Dalam prakteknya sebagian besar bank syariah menggunakan akad wadiah pada
produk giro. Sebab kebutuhan nasabah membuka giro adalah untuk kelancaran dan
kemudahan dalam bertransaksi, bukan untuk mencari keuntungan. Sedang akad mudharabah
bisanya digunakan untuk akad investasi untuk mencari keuntungan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau
prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud mencakup dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram,
sebagaimana yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia.

Selain itu, Undang Undang Perbankan Syariah juga memberi amanah kepada bank
syariah untuk selalu menjalankan fungsi sosial sekaligus menjalankan fungsi seperti lembaga
baitul mal. Lembaga baitul mal yaitu sebuah lembaga yang menerima dana berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).

Lembaga keuangan yang berhubungan dengan penyimpanan atau tabungan adalah


salah satunya bank Syariah. Lembaga keuangan merupakan unit badan usaha yang kekayaan
utamanya dalam bentuk aset uang atau tagihan dibandingkan dengan aset non-finansial.
Lembaga keuangan berkaitan dengan sistem simpan pinjam (kredit) yang melayani
masyarakat dalam kegiatan ekonomi modern. Peran lembaga keuangan (bank) saat ini
semakin lama semakin dibutuhkan dan juga mengalami perkembangan misalnya sebagai
mediasi antara pihak yang memiliki dana dengan yang memerlukan dana.

Sekarang apa bedanya antara lembaga keuangan dengan bank Syariah? Lembaga
keuangan salah satunya adalah bank. Bank Syariah menjadi sebuah lembaga keuangan
intermediasi keuangan antara unit defisit dengan unit surplus atau menawarkan jasa simpan
pinjam, asuransi, dan penyediaan mekanisme pembayaran dengan berlandaskan pada prinsip
Syariah Islam. Di Indonesia telah banyak didirikan lembaga keuangan Syariah. Lembaga
keuangan Syariah terdiri dari 2 lembaga yaitu Bank dan Non-Bank. Lembaga non-bank di
antaranya adalah asuransi, pegadaian, reksa dana, pasar modal, BPRS, dan BMT.

Ekonomi syariah patut diberikan apresiasi, tentunya hal ini sangat berkontribusi
dalam mempengaruhi produktivitas dan profesionalisme bank syariah itu sendiri, (3)
Pemerintah, keberadaan pemerintah dalam mendukung perkembangan ekonomi syariah
khususnya dalam bidang perbankan cukup besar. Berikut adalah produk serta jasa perbankan
syariah yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum diantaranya adalah :

 Tabungan Syariah
 Deposito Syariah
 Gadai Syariah (Rahn)
 Giro Syariah

B. SARAN

Penulis makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk dapat
memperkaya khasanah perpustakan serta bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai mata kuliah ini guna
kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami juga meminta maaf jika ada kesalahan kata dalam
makalah kami.

Terima Kasih atas perhatiannya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaralatuh.


DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.perbanas.ac.id/1400/3/BAB%20I.pdf
2. https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/pengertian-tentang-bank-
syariah-dan-istilah-di-dalamnya
3. https://www.mag.co.id/lembaga-keuangan-syariah/#:~:text=Lembaga%20keuangan
%20Syariah%20terdiri%20dari,modal%2C%20BPRS%2C%20dan%20BMT.
4. https://pa-sintang.go.id/index.php?sintang=detail&berita=3008-mengenal-produk-
produk-banksyariah

Anda mungkin juga menyukai