Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK SYARIAH


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah
Dosen pengampu: Anita M.Si

Disusun oleh :
 Lucyana Widiawati (211420004)
 Shiffa Aida Muhtaromah (211420005)
 Isti Adzah Hanifah Luthfiah (211420006)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan
makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Dengan pertolongan Allah SWT, dan usaha yang sunguh – sungguh, kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Dalil-Dalil Hukum Syara’, Istihsan dan Maslahah Mursalah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ushul Fiqh. Semoga makalah
ini dapat dijadikan sumber referensi, menambah wawasan, dan bisa lebih memahami tentang Dalil-
Dalil Hukum Syara’, Istihsan dan Maslahah Mursalah bagi pembacanya.

Kami dengan senang hati menerima kritik dan saran pembaca agar makalah ini bisa di
perbaiki dengan baik, karena masih perlu banyak penyempurnaan di dalam penulisan nya. Apabila
ada kesalahan dan kekurangan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Serang, 28 September 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... I

DAFTAR ISI .................................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2

A. PENGERTIAN BANK SYARIAH................................................................ 2


B. FUNGSI-FUNGSI BANK SYARIAH........................................................... 3
C. RESIKO YANG DIHADAPI BANK SYARIAH...........................................3
D. AKAD-AKAD DALAM PERBANKAN SYARIAH.................................... 5
E. SKEMA AKAD-AKAD BANK SYARIAH...................................................9
F. KEUNTUNGAN BANK SYARIAH..............................................................9
G. PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK SYARIAH......... 10
H. PEMBAGIAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK SYARIAH.......... 11
I. FUNGSI DAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK SYARIAH 18

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 20

A. KESIMPULAN............................................................................................ 20
B. SARAN........................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 21

II
III
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bank adalah Lembaga keuangan atau bisa disebut financial intermediary. Artinya,
Lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Dengan itu, usaha bank
akan dikaitkan dengan uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan.
Kegiatan dan usaha bank akan selalu berkaitan dengan komoditas, antara lain :
1. Memindahkan uang
2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran
3. Mendiskonto surat wesel, surat order, maupun surat berharga lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga
5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang
6. Memberi jaminan bank
Untuk menghindari system bunga dalam bank, islam memperkenalkan prinsip-prinsip
syariah. Bank Syariah lahir sebagai salah satu alternative terhadap salah satu pertentangan
persoalan Bunga dan riba.1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Bank Syariah?
2. Apa saja fungsi-fungsi dari Bank Syariah?
3. Apa saja akad-akad dalam Bank Syariah?
4. Apakah yang dimaksud dengan lembaga keuangan non bank Syariah?
5. Apa sajakah macam-macam lembaga keuangan non bank Syariah?
6. Apa sajakah fungsi dan peran lembaga keuangan non bank Syariah?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Bank Syariah
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi Bank Syariah
3. Untuk mengetahui apa saja akadakad dalam Bank Syariah
4. Untuk mengetahui pengertian lembaga keuangan non bank Syariah
5. Untuk mengetahui bagian-bagian lembaga keuangan non bank Syariah
6. Untuk mengetahui fungsi dan peran lembaga keuangan non bank syariah

1
Setia Budhi Wilardjo, “Pengertian, Peranan, dan Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia” Vol. 2,
No. 1, September 2004 – Maret 2005.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Bank
A. Pengertian Bank Syariah
Dalam pengertian umum, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup masyarakat tersebut. 2
Sedangkan, Bank Syariah adalah sistem perbankan yang didalamnya disandarkan pada
prinsip-prinsip Islam dan mengacu pada Al-qur’an dan hadits. Pada awalnya sistem
Perbankan Syariah menerapkan dan menciptakan produk-produk Syariah dalam sistem
keuangan, yang memiliki tujuan untuk menciptakan suatu kondisi bagi umat muslim
supaya dapat melaksanakan aspek ekonominya dalam kehidupan dengan berlandaskan
pada Al-qur’an dan As-Sunnah. Berbicara tentang Bank Syariah ada beberapa pakar yang
menjelaskan definisi Bank Syariah diantaranya:
1. Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah Lembaga keuangan yang membrikan
pembiayaaan dan jasa-jasa lainnnya dengan menggunakan prinsip-prinsip Syariah.
2. Menurut Perwataatmadja, Bank Syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip Syariah dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Al-qur’an dan
Hadits.
3. Menurut Siamat Dahlam, Bank Syariah merupakan Bank yang mejalankan
usahanya berdasarkan prinsip-prinsip Syariah yang didasarkan pada Al-qur’an dan
Hadist.
4. Pengertian Bank Syariah Menurut Schaik, adalah suatu bentuk dari Bank modern
yang didasarkan pada hokum islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan
islam dengan menggunakan konsep bagi resiko sebagai system utama dan
meniadakan system keuangan yang didasarkan pada keuntungan yang telah di
tentukan sebelumnya.
5. Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai pengertian Perbankan Syariah dan Bank
Syariah.
 Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut Bank Syariah
dan unit usaha Syariah mencakup kelembagaan kegiatan usaha serta tata
cara dan proses didalam melaksanakan kegiatan usahanya.
 Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan
didasarkan pada prinsip Syariah. Menurut jenisnya Bank Syariah terdiri

2
DFP NABABAN, “Dictionary of Banking an Services by Jerry Rosenberg” 2015,
https://eprints.perbanas.ac.id/2380/4/BAB%20II.pdf.

2
dari BUS (Bank Umum Syariah) UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS
(Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).
6. Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam yang
didalamnya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunagn kepada
nasabah. 3

B. Fungsi- Fungsi Bank Syariah


Ada beberapa fungsi dari Bank Syariah itu sendiri diantaranya;
1. Fungsi Utama Bank Syariah
a. Penghimpunan Dana Masyarakat
Bank Syariah mengumpulkan dana masyarakat dalam bentuk titipan
memakai akad al-wadi’ah dan dalam bentuk investasi yang memakai akad
al-mudharabah.
b. Penyalur Dana Masyarakat
Masarakat bisa mendapat pembiayaan dari bank syariah jika telah memnuhi
semua ketentuan dan persyaratannya.
c. Pelayanan Jasa Bank
Pekayanan jasa ini diberkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya.
2. Fungsi Bank Syariah yang memperoleh keuntungan
Pada fungsi-fungsi diatas, fungsi Bank Syariah sebagai perantara yang
membutuhkan dana dari pihak yang mempunyai dana. Dalam menghimpun dana
masyarakat Bank Syariah akan bagi hasil atau bonus atas simpanan dana bagi
masyarakat. Dan dalam menyalurkan dana kepada masyarakat Bank Syariah akan
memperoleh balas jasa berupa margin keuntungan. Bank Syariah juga menawarkan
produk jasa dengan itu Bnak Syariah bisa meningkatkan pendapatannya berupa fee
atas jasa yang diberikan atau yang biasa disebut dengan fee based income.
3. Fungsi Sosial
Dalam konsep Perbankan Syariah diwajibkan atas bank syariah memberi pelayanan
sosial melalui dana qard, zakat dan dana sumbangan lainnnya sesuai dengan prinsip
Islam.4
C. Resiko yang dihadapi bank Syariah
Meskipun sama-sama bergerak di sektor perbankan, bank syariah memiliki
perbedaan yang khas dari bank konvensional, salah satunya adalah dalam hal penerapan
3
Andrianto,SE,M.Ak, dan Dr. M.Anang Firmansyah, S.E., M.M., “Manajemen Bank Syariah”, CV.
Penerbit Qiara Media, 2019, H.24-26
4
Subaidi, “Peran dan Fungsi Perbankan Syariah Perspektif Sosio-kultur”, VOL 2, Nomor 2, Oktober
2018.

3
prinsip syariah. implikasi perbedaan tersebut dapat terlihat dari kemungkinan resiko yang
akan dihadapi. Berdasarkan POJK 65 tahun 2016, bank syariah memiliki 10 resiko yang
harus dikendalikan, sedang dalam POJK 18 tahun 2016, bank konvensional hanya
memiliki 8 risiko. Tambahan 2 risiko merupakan turunan dari bisnis yang dijalankan oleh
bank syariah dan tidak terdapat pada bank konvensional yaitu sistem bagi-hasil pada akad
syirkah. Penerapan akad syirkah bank syariah mengakibatkan bank syariah memiliki risiko
imbal hasil dan risiko invetasi.
Berikut ini 10 risiko yang melekat pada bank syariah yang mesti diketahui :
1. RISIKO KREDIT
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati, termasuk
Risiko Kredit akibat kegagalan debitur, Risiko konsentrasi kredit, counterparty credit risk,
dan settlement risk.
2. RISIKO PASAR
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai dari aset
yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko benchmark suku bunga (benchmark
interest rate risk), Risiko nilai tukar, Risiko komoditas, dan Risiko ekuitas. Penerapan
Manajemen Risiko untuk Risiko komoditas dan Risiko ekuitas wajib diterapkan oleh Bank
yang melakukan konsolidasi dengan Perusahaan Anak.

3. RISIKO LIKUIDITAS

Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk


memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari
aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan Bank.5

4. RISIKO OPERASIONAL

Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses


internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.

5. RISIKO HUKUM

Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
yuridis. Risiko Hukum timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan

5
Syariah pedia,”10 risiko bank Syariah”,ensiklopedia ekonomi Syariah. 2022.

4
yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.

6. RISIKO REPUTASI

Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku


kepentingan (stakeholder) yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Risiko
Reputasi timbul antara lain karena adanya pemberitaan media dan/atau rumor mengenai
bank yang bersifat negatif, serta adanya strategi komunikasi bank yang kurang efektif.

7. RISIKO STRATEJIK

Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau


pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis.

8. RISIKO KEPATUHAN

Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta Prinsip
Syariah.

9. RISIKO IMBAL HASIL

Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat perubahan
tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan
tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat
mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.

10. RISIKO INVESTASI

Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut
menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi
hasil baik yang menggunakan metode net revenue sharing maupun yang menggunakan
metode profit and loss sharing.6

D. Akad-akad dalam Bank Syariah


Dalam bank syariah akad yang dilaksanakan mempunyai implasi duniawi dan akhirati
karena akad nya berdasarkan syariat Islam. Sebagian besar nasabah berani melanggar
kesepakatan atau suatu perjanjian yang telah dibuat selama hukum berlaku hanya
berdasarkan hukum positif, tapi tidak akan seperti itu jika perjanjian tersebut mempunyai
pertanggung jawaban di yaumil qiyamah nanti.

6
Syariah pedia,”10 risiko bank Syariah”,ensiklopedia ekonomi Syariah. 2022.

5
Akad dibagi menjadi dua bagian, yaitu;
1. Akad Tabarru
Akad tabarru’ adalah semua macam perjanjian yang menyangkut transaksi
nirlaba. Tabarru’ berasal dari bahasa Arab, yang artinya kebaikan. Akad tabarru’
dilakukan dengan tujuan saling membantu dan berbuat baik. Dalam akad tabarru’
pihak yang berbuat kebaikan tidak berhak menerima imbalan apapun kepada
pihak lainnya. Imbalan yang di terima adalah dari Allah SWT, bukan dari
manusia. Namun, pihak yang berbuat baik tersebut boleh meminta kepada counter
part-nya untuk sekedar menutupi biaya yang dikeluarkannya ketika melakukan
akad tabarru’ tersebut. Maka dari itu akad tabbaru’ ini tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan komersil.7
Akad tabarru’ terbagi menjadi 3jenis transaksi yaitu;
a. Transaksi meminjamkan uang
 Qardh yaitu transaksi pinjam meminjam uang. Dalam Islam transaksi ini
tidak boleh dikenakan bunga pinjaman. Hukum pengenaan bunga adalah
riba, suatu hal yang wajib kita hindari karena haram. Dalam bank syariah
akad qardh dipergunakan untuk pembiayaan talangan haji dan pembiayaan
qardhul hasan.
 Rahn yaitu pemberian pinjaman uang dengan menyerahkan barang sebagai
jaminan, contohnya transaksi gadai emas.
 Hiwalah yaitu pemberian peminjaman uang yang bertujuan untuk
menutupi pinjaman di tempat lain, contohnya transaksi pengalihan hutang

b. Meminjamkan jasa
 Wakalah (transaksi perwakilan) yaitu satu pihak bertindak atas
nama/mewakilkan pihak lain. Contohnya transaksi jasa transfer uang,
inkaso, kliring warkat cek dan bilyet giro.
 Kafalah yaitu transaksi penjaminan satu pihak kepada pihak lain.
Contohnya, bank garansi dan lain-lain
 Wadiah yaitu transaksi titipan, satu pihak menitipkan barang kepada
pihak lain. Contohnya tabungan wadi’ah, giro wadi’ah 8

c. Memberikan sesuatu

7
Nofinawati, “Akad Dan Produk Perbankan Syariah”, Vol. 08, No. 2, Juli-Desember 2014. Hal.20-21

8
Nofinawati, “Akad Dan Produk Perbankan Syariah”, Vol. 08, No. 2, Juli-Desember 2014. Hal.20-21

6
Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah seperti akad Hibah, Waqf,
Shadaqah dan Hadiyah. Seperti produk talangan haji pada bank syariah mandiri.
Produk ini menggunakan akad Qardh wal Ijarah. Dalam hal ini bank memberikan
talangan kepada para nasabah untuk ongkos hajinya. Karena talangan yang
diberikan, bank menggunakan akad qardh dan nasabah akan membayarnya
sejumlah talangan nasabah yang diberikan selama jangka waktu yang telah
ditentukan.

2. Akad Tijarah
Akad tijarah ini digunakan untuk mencari keuntungan, karena itu akad ini
bersifat komersil. Berdasarkan hasil yang diperolehnya, akad tijarah dibagi
menjadi dua kelompok yaitu:
a. . Natural Certainty Contracts (NCC)
NCC adalah suatu jenis kontrak dalam bisnis yang mempunyai
keuntungan dan pendapatannya baik dari segi jumlah dan waktu
penyerahannya. Dalam NCC kedua pihak saling menukarkan aset yang
mereka, karena objek pertukarannya baik barang maupun jasa harus
ditetapkan pada awal akad dengan pasti, baik jumlahnya (quantity),
mutunya (quality), harganya (price), dan waktu penyerahannya (time
of delivery). Jadi, akad ini menawarkan return yang tetap dan pasti.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah akad jual beli dan sewa.
Ada 4 akad jual beli, yakni;
 al-Bai’ Naqdan adalah akad jual beli yang pembayarannya biasa
dilakukan secara tunai. Bisa disebut juga pertukaran atau
penyerahan uang dan barangnya dilaksanakan dalam waktu yang
bersamaan
 al-Bai’ Muajjal adalah akad jual beli yang pembayarannya
dilakukan secara tidak tunai atau cicilan. Atau bisa disebut juga
barangnya diserahkan di awal akad sedangkan uangnya diserahkan
belakangan baik secara cicil atau cash.
 Salam adalah akad jual beli dengan sistem memesan sedangkan
pembayarannya tunai atau bayar dimuka dan penyerahan
barangnya di akhir atau belakangan.
 Istishna’ adalah akad jual beli dengan sistem pesanan yang
penyerahan barangnya belakangan dan pembayarannya bisa
dicicil, bisa juga cash di akhir akad.

7
b. Natural Uncertainty contracts (NUC)
Dalam NUC, pihak yang bertransaksi saling mencampur
assetnya di jadikan satu dan kemudian mereka menanggung resiko
bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan dan
kerugiannya ditanggung bersama oleh masing-masing pihak. Maka
dari itu kontrak ini tidak memberikan kepastian pendapatan, baik dari
segi jumlah ataupun waktunya. Yang termasuk kedalam kontrak ini
adalah kontrak investasi. Kontrak investasi ini secara “sunnatullah”
tidak menawarkan return yang tetap dan pasti. seperti akad
musyarakah, mudharabah, musaqah dan mukhabarah.9
3. Akad Murabahah
Merujuk pada definisi ini maka akad murabahah adalah transaksi
penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli
dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Hal yang membedakan
murabahah dengan jual beli lainnya adalah penjual harus memberitahukan
kepada pembeli harga barang pokok yang dijualnya serta jumlah
keuntungan yang diperoleh.
4. Akad Mudharabah
Mudharabah secara bahasa berasal dari kata ‫رب‬MM‫ الض‬adh-dharbu
yang berarti memukul atau berjalan. Ia bermakn proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara terminilogi
mudharabah adalah akad kerjasama antara dua orang (pemodal dan
pengelola), dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan, dan kerugian
ditanggung oleh pemodal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian
pengelola.

SKEMA AKAD-AKAD BANK SYARIAH

9
Nofinawati, “Akad Dan Produk Perbankan Syariah”, Vol. 08, No. 2, Juli-Desember 2014. Hal 20-21

8
9
D. Kuntungan Bank Syariah
Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama dengan perbankan konvensional
, namun Bank Syariah menggunakan beberapa skema yang bersesuaian dengan syariah
Islam , sehingga memiliki beberapa perbedaan didalam kegiatannya. Keuntungannya
diantaranya yaitu:

 Berpedoman kepada prinsip Syariah.

 Penyaluran dana usaha yang halal dan menguntungkan.

 Menggunakan prinsip akad.

 Keuntungan dihitung berdasarkan sistem bagi hasil.

 Jumlah angsuran tetap hingga akhir pembiayaan.

 Terjalin hubungan yang baik sebagai mitra usaha.10

3. Lembaga Keuangan Non Bank Syariah

a. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah

Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan


dengan bidang keuangan. Kegiatan usaha Lembaga kegiatan dapat berupa menghimpun
dana dengan menawarkan berbagai skema, menyalurkan dana dengan berbagai skema
atau melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, dimana
kegiatan usaha Lembaga keuangan diperuntukan bagi investasi perusahaan, kegiatan
konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa.

Lembaga keuangan Syariah secara esensial berbeda dengan Lembaga keuangan


komnvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup, serta tanggung
jawabnya. Setiap institusi dalam Lembaga keuangan Syariah bertujuan membantu
mencapai tujuansasio ekonomi masyarakat islam. Menurut Dewan Syariah Nasional
(DSN), Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah sebuah lembaga keuangan yang
mengeluarkan produk-produk syariah dan telah mendapatkan izin operasional sebagai
Lembaga Keuangan Syariah.

Definisi ini menegaskan bahwa Lembaga Keuangan Syariah dalam mengeluarkan


sebuah produk harus memenuhi dua unsur utama, yaitu unsur legalitas operasional dari
DSN sebagai lembaga keuangan. Maka tahapan-tahapan pembentukan sebuah Lembaga

10
BANK BTN, “Keuntungan Bank Syariah”. https://www.btn.co.id/id/Syariah-Home/Kenapa-Syariah-Lebih-
Baik.

10
Keuangan Syariah pun memiliki prosedur tersendiri yang harus dimiliki jika ingin
beroperasi.11

Lembaga Keuangan Syariah tidak memiliki banyak perbedaan dengan Lembaga


Keuangan Konvensional, hanya saja dalam Lembaga Keuangan Syariah memiliki prinsip
yang tidak sama dengan Lembaga Keuangan Konvensional yaitu prinsip hukum Islam
dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Lembaga
Keuangan Syariah dibagi menjadi dua, yaitu Lembaga Keuangan Syariah Bank dan
Lembaga Keuangan Non Bank. Adapun Lembaga Keuangan Syariah Non Bank adalah
lembaga keuangan syari‟ah dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang
menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dimana
pada umumnya lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Lembaga
Keuangan Syariah Non Bank tidak diperkenankan melakukan kegiatan menarik dana
langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Dilihat dari fungsinya bahwa lembaga
keuangan bank merupakan lembaga intermediasi keuangan, sedangkan lembaga nonbank
merupakan tidak termasuk dalam kategori lembaga intermediasi keuangan dimaksud. 12

b. Pembagian Lembaga Keuangan Syariah

Lembaga Keuangan Syariah dibagi menjadi dua, yaitu Lembaga Keuangan Syariah
Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. Berdasarkan pembagian tersebut, yang termasuk
lembaga keuangan syariah non-bank yaitu:

1. Asuransi Syariah

Pengertian Asuransi Syariah

Dari segi pengertian antara asuransisyari‟ah dengan asuransi konvensional tidak


jauh berbeda, hanya saja perbedaan itu terletak pada operasionalnya, karena asuransi
syari‟ah adalah asuransi yang prinsip operasionalnya didasarkan pada syari‟at Islam
dengan mengacu pada Al-Qur‟an dan Sunnah. Di sisi lain, asuransi syari‟ah yang dikenal
dengan istilah takaful merupakan usaha kerja sama saling melindungi dan menolong antara
anggota masyarakat dalam menghadapi malapetaka dan bencana. 13

Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah

11
Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, (Depok: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA,2019),
hal-3.
12
Madani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 1-4
13
Sofyan Syarif Harahap, Akuntasi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 100-1001

11
Sofyan Syarif Harahap, dalam bukunya mengemukakan bahwa prinsip asuransi
syaria‟h itu ada tiga macam:

a) Saling bertanggung jawab

Umat Islam satu sama lainya adalah ibarat satu tubuh, apabila salah satu anggota
tubuhnya sakit, maka yang lain juga akan merasakan sakit (hadis). Islam mengajarkan agar
manusiamenghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau individualis, kekayaan
berasal dari Allah dan akan dipertanggunagjawabkan pada-Nya. Oleh karena itu, nikmat
yang dberikanNya jangan dinikmati sendiri, tetapi juga digunakan untuk kemaslahatan
saudaranya yang lain.

b) Saling kerjasama, bantu membantu

Dalam al-Qur‟an Allah memerintahkan agar dalam kehidupan bermasyarakat


suburkanlah nilai tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa. Kekayaan harus digunakan
untuk meringankan beban penderitaan atau membantu memenuhi kebutuhan keluarga,
anak yatim,fakir miskin, musafir, dan lain-lain.

c) Saling menjaga keselamatan dan keamanan

Islam mengakui bahwa keselamatan dan keamanan merupakan tuntunan alami dalam
kehidupan manusia, seperti hanya dalam mencari rizki. Niat yang ikhlas untuk membantu
sesama yang mengalami penderitaan karena musibah atau meringankan berbagai resiko
keunagan yang mengalami musibah merupakan landasan awal dalam asuransi syari‟ah.
A.Djazzuli menambahkan bahwa prinsip asuransi syariah yang keempat adalah terbatas
dari unsur gharar, maisir, dan riba. 14 Syafi‟i Antonio dalam hal ini mencoba mencarikan
solus agar terbentuk usaha asuransi dapat terhindari dari ketiga unsur tersebut sebagai
berikut:17 Gharar atau ketidakpastian ada dua bentuk15

1. Bentuk akad yang melandasi penutupan polis, secara konvensional kontrak atau
perjanjian dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan sebagai akad tabadulatau akad
pertukaran, yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan.
Secara harfiah dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang diterima. Keadaan
ini menjadi rancu (gharar), karena kita tahu beberapa yang akan diterima
(sejumlah uangpertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan
(jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan
meninggal. Dalam konsep Syariah keadaan ini akan lain, karena akad yang

14
A.Djazulli, dkk, Op.Cit.,h. 133
15
M. Syafi‟i Antonio,” prinsip dasar Koperasi Ansuransi Takafur” dalam arbitrasi Islam di indonesia,
( Jakarta: Badan Arbitrase Muamalat Indonesia, kerja sama dengan Bank muamalat,1994), h.148.

12
digunakan adalah akad takafuliatau tolongmenolong dan saling menjamin dimana
semua peserta asuransi menjadi penolong dan menjamin satu sama lainya.

2. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar‟i penerima uang klaim itu
sendiri Dalam konsep asuransi konvensional, peserta tidak mengetahui dari mana
dana pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi berasal. Peserta hanya
tahu jumlah pembayaran klaim yang akan diterimanya. Dalam konsep takaful,
setiap pembayaran premisejak awal akan dibagi dua, masuk ke rekening khusus
peserta yang harus diniatkan tabaru’ yang merupakan kumpulan dana sedekah
yang diberikan oleh para peserta.

b. Maisir, artinya ada salah satu pihak yang untung, tapi di lain pihak justru mengalami
kerugian. Unsur ini dalam asuransi konvensional terllihat apabila selama masa perjanjian
pesrta tidak berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi yang disetornya. Sedangkan
keuntungan diperoleh ketika peserta yang belum lama menjadi anggota (jumlah premi
yang disetor sedikit) menerima dana pembayaran klaim yang jauh lebih besar. Dalam
konsep takaful, apabila peserta tidak mengalami kecelakaan atau musibah selama menjadi
peserta, maka ia tetap berhak mendapat premi yang telah disetor kecuali dana yang
dimasukan kedalam dana tabarru’.

c. Unsur riba, tercermin dalam cara perusahaan asuransi konvensional melakukan usaha
dan investasi, meminjamkan dana premi yang terkumpul atau dasar bunga. Dalam konsep
takaful, dana premi yang terkumpul diinvestasikan dengan prinsip bagi hasi (mudharabah
dan musyarakah).

Jenis dan Mekanisme Pengelolaan Asuransi Syariah

Perusahaan asuransi syariah diberi kekayaan (amanah) oleh para peserta untuk
mengelola premi para peserta, mengembangkan dengan jalan yang halal, memberi
santunan kepada yang mengalami musibah sesuai akta perjanjian. Berkaitan dengan itu
seperti yang ditulis oleh Muhammad, 16 maka asuransi syariah dapat menawarkan dua jenis
pertanggungan yaitu:

a. Takaful keluarga (asuransi jiwa)

b. Takaful umum (asuransi umum)

Asuransi jiwa adalah bentuk takaful yang memberikan pertolongan untuk


meringankan untuk meringankan beban dalam menghadapui musibah kematian dan
kecelakaan atas dari peserta takaful. Sedangkan asuransi umum merupakan pertolongan

16
Muhammad, lembaga keuangan, umat kontemporer, (yogyakarta: UII press, 2002), h. 135-144

13
yangdiberikan dalam mengahadap bencana atau kecelakaan atas harta milik peserta
takaful,seperti rumah, kendaraan, bangunan p abrik dan lain seabagainya.

Di samping itu, mekanisme pengelolaan asuransi syari‟ah merupakan pengelolaan


yang bebas dari unsur-unsur yang bertentangan dengan syari‟ah Islam. Salah satu contoh
mekanisme pengelolaan asuransi syariah dapat dilihat pada asuransi jiwa yang pengelolaan
dananya terdiri dari dua cara, yairu premi dengan unsur tabungan dan premi dengan unsur
tanpa tabungan.

Premi dengan unsur tabungan ini dikelola dengan ketentuan bahwa setiap
pembayaran premi dari seorang peserta yang masuk ke dalam perusahaan takaful langsung
dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

- Pertama, rekening peserta yaitu, rekening tabungan peserta

- Kedua, rekening peserta khusus yaitu uang yang diniatkan sebagai kebajikan (tabarru’)
dan digunakan untuk membayar kalim (manfaat takaful) kepada ahli waris peserta.

Sedangkan mekanisme pengelolaan dana takaful tanpa disertai dengan unsur


tabungan ini adalah dengan dimasukanya setiap premi takaful yang diterima ke dalam
rekening khusus yaitu kumpulan dana yang diniatkan untuk tujuan kebikan tabrru’guna
pembayaran klaim kepada peserta bila terjadi musibah.

Di samping itu, seluruh premi takaful akan disatukan kedalam kumpulan premi
peserta selanjutnya diinvestasikan secara syari‟ah. Keuntungan yang diperoeh akan
dibagikan sesuai dengan perjanjian mudharabah yang telah disepakati bersama, seperti
70% dari keuntungan untuk peserta dan 30% untiuk perusahaan. 17

2. Pasar Modal

Pengertian Pasar Modal

Pasar modal syariah adalah kegiatan dalam pasar modal sebagaiamana yang diatur
dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Pasar modal syariah
merupakansuatu sistem yang tidak terpisahakan dari sistem pasar modal secara
keseluruhan. Terdapat karakteristik khusus pasar modal syariah, yaitu bahwa produk dan
mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

a. Dasar Hukum Pasar Modal Syariah Dasar hukum Pasar Modal Syariah terdapat
dalam Q.S Al-Baqarah ayat 275, yang berbunyi:

17
Wirdayaningsih, Bank dan Asuransi Islam diIndonesia, ( Jakarta: kencana prenada Media, 2006), h.186-
187. Lihat M. Syakir Sula, Op.Cit

14
Artinya: “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”18

Fungsi Pasar Modal Syariah

Fungsi pasar modal syariah diantaranya:

1) Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan


memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.

2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan


likuiditas.

3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan


mengembangkan lini produksinya.

4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga
saham yang merupakan ciri umu pada pasar modal konvensional.

5) Memungkinkan investasi pada ekonomi ini ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin pada harga saham. 19

3. Pegadaian Syariah

Pengertian gadai dalam islam disebut rahn, yaitu perjanjian menahan sesuatu
barang sebagai tanggungan utang.Kata rahn menurut bahasa berarti”tetap” ,
“berlangsung” dan “menahan” sedangkan menurut istilah berarti menjadikan sesuatu
benda bernilai menurut pandangan syara‟ sebagai tanggungan utang. Untuk penjelasan
lebih jelas mengenai Pegadaian Syariah akan dibahas pada bab selanjutnya.

4. Reksa Dana Syariah

Dilihat dari asal kosa katanya, reksa dana terdiri dari dua kata, yaitu reksa yang
berarti jaga atau pelihara dan kata dana yang berarti (kumpulan) uang. Dengan
18
Q.S Al-Baqarah (2): 275
19
Madani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Renadamedia Grup, 2015),
h.136-142

15
demikian, reksa dana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara (Bersama
untuk suatu kepentingan). Sementara menururt UU Pasar Modal yang dikutip ileh
Pontjowinoto dinyatakan, Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
(Kembali) dalam portofolio efek oleh manajer.

Berdasarkan dua pengertian diatas, penting diketahui, bahwa dalam reksa dana
adalah dana yang dihimpun adalah dana dari masyarakat pemodal dan diinvestasikan
kedalam portofolio efek. Yang dimaksud portofolio efek adalah kumpulan surat
berharga seperti: saham, obligasi, surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
tanda bukti utang yang dimiliki oleh pihak yang menginvestasikandananya. 20

5. Obligasi Syariah

Secara umum obligasi atau bond merupakan surat utang dari suatu Lembaga atau
perusahaan, yang dijual kepada investor untuk mendapatkan dana segar. Para investor
akan mendapatkan return dalam bentuk tingkatsuku bunga tertentu yang sangat
bervariasi, tergantung kekuatan bisnis dan bonafiditas penerbitnya. Suku bung aini
bisa dibayarkan secra tetap atau berjenjang. Dalam pasar uang yang sudah berkembang
dengan baikbentuk dan jenis obligasi bisa mnecapai belasan bahkan puluhan
termasukdiantaranya ada yang bisa dikonversikan dengan saham perusahaan penerbit
(convertible bonds).21

6. Instrument Keuangan Sukuk

Kata-kata sakk, sukuk, dan sakaik dapat ditelusuri dengan mudah pada literatur
islam komersialklasik. Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk
(jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemhaman
praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan. Adapun jenis-jenis sukuk
adalah:

a. Sanadatul muqaradah atau sukuk mudharabah


b. Sukuk musyarakah
c. Sukuk ijarah
d. Sukuk istisna’
e. Sukuk salam

20
Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, (Depok: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA,2019),
hal 261-262
21
Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, (Depok: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA,2019),
hal 271-272

16
f. Sukuk murabahah
g. Sukuk portofolio gabungan22
7. Lembaga Pembiayaan Syariah

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan


dalam bentuk pembiayaan dana langsung dari masyarakat. Bidang usaha Lembaga
pembiayaan mencakup beberapa alternatif kegiatan pembiayaan seperti sewa guna
usaha (leasing), anjak piutang (factoring), kartu kredit (kredit card), dan pembiayaan
konsumen (consumer finance).23

8. Dana Pensiun Syariah


a. Pengertian
Dana Pensiun Syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan
berdasarkan prinsip syariah. Pada tahun 2013, DSN-MUI menerbitkan fatwa
No.88/DSNMUI/XI/2013 tentang pedoman umum penyelenggaraan program
pensiun berdasarkan prinsip Syariah, dan Fatwa DSN-MUI No.
99/DSN-MUI/XII/2015 tentang Annuitas Syariah untuk program Dana Pensiun.
b. Dasar Hukum Dasar Hukum berlakunya dana pensiun syariah yaitu terdapat
dalam Q.S An-Nisaa‟ ayat 9, yang Artinya: “dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anakanak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar.”
c. Akad
1) Dana pensiun menggunakan akad wakalah (perwakilan) sebagaimana terdapat
dalam Fatwa DSN-MUI No.10/DSNMUI/IV/2000
2) Dana pensiun juga menggunakan akad Mudharabah (bagi hasil) sebagaimana
terdapatdalam Fatwa DSN No. 07/DSNMUI/IV/2000.
9. Lembaga Usaha Syariah (Syirkah)
a. Pengertian
Usaha Syirkah Istilah syirkah dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan
kepada badan usaha dengan prinsip syariah, seperti perusahaan dan koperasi.
Secara etimologis, syirkah mempunyai arti percampuran atau kemitraan antara
beberapa mitra atau perseroan. Secara terminologis, Syirkah adalah suatu
badan usaha di bidang perekonomian yang memiliki keanggotaan sukarela atas
22
Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, (Depok: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA,2019),
hal 284-295
23
Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, (Depok: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA,2019),
hal 304

17
dasar persamaan hak, keja sama , dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan para
anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Beberapa pengertian Syirkah
secara terminologis disampaikan oleh ulama mazhab salah satunya ialah
menurut Fuqaha Malikiyah, al-syirkah adalah kebolehan(izin) ber-tasharuf
bagi masing-masing pihak yang berserikat.
b. Dasar hukum
1) Alquran surat shaad(38): 2 Artinya: Daud berkata: "Sesungguhnya Dia
telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk
ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang
orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami
mengujinya; 23 Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur
sujud dan bertaubat.”24
2) Hadis Nabi muhammad SAW bersabda :”Sesungguhnya Allah azza wa jalla
berfirman,” Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah
satunya tidak mengkhianati yang lainnya.”(HR.Abu Daud)
3) Ijma, Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughni telah berkata, Kaum
Muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global
walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam hal elemen darinnya. 25
10. Lembaga Zakat
Menurut istilah , zakat berarti kewajiban seorang muslim untuk
mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab,
diberikan kepada Mustahik dengan beberapa syarat yang telah ditentukan.
Zakat menurut UU No. 23 Tahun 2011 tenatng pengeloaan zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat adalah
rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada Bulan Syawal tahun
kedua Hijriah setelah diwajibkannya puasa Ramadhan.
11. Lembaga Wakaf
Secara Etimologis, waqf adalah masdar waqafa asy-syai‟ , artinya sesuatu
berhenti.Sinonim dengan habasa dan sabbala. Waqf telah menjadi kata serapan
dalam Bahasa Indonesia, menjadi wakaf. Secara Termonologis, wakaf adalah
penahana harta yang dikutip oleh Hendi Suhendi, wakaf adalah penahanan

24
Q.S Shaad (38): 24
25
Madani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Renadamedia Grup, 2015),
h.225-230

18
harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan disertai dengan kekalnya zat
benda dengan memutuskan (memotong) tasharuf (penggolongnya) dalam
penjagaannya atau mushrif (pengelola) yang dibolehkan adanya.
12. Baitul al-mal wa al-tamwil
Kata baitul mal adalah berasal dari bahasa arab yang berarti rumah harta
atau kas negara, yaitu suatu lembaga yang didadakan dalam
pemerintahanIslam untuk mengurus masalah keuangan negara. Atau suatu
lembaga keuangan negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan
mendistribusikan uang negara sesuai dengan syariat Islam. Untuk penjelasan
lebih jelas mengenai Baitul al-mal wa al-Tamwil akan dibahas pada bab
selanjutnya.26
c. Fungsi dan Peran Lembaga Keuangan Syariah Non Bank
Fungsi dan peran lembaga keuangan syariah di antaranya memenuhi
kebutuhan masyarakat akan dana sebagai sarana untuk melakukan kegiatan
ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Secara terperinci fungsi
lembaga keuangan syariah yaitu:
1. Pengalihan Aset (asset Transmutation)
2. Transaksi (Transaction)
3. Likuiditas (Liquidity)
4. Efisiensi (Efficiency)
Dalam redaksi lain, Fungsi dan Peran Lembaga Keuangan Syariah sebagai
berikut:
1. Memperlancar pertukaran produk (barang dan jasa) dengan menggunakan
jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Menghimpun dana dari masyarakat untuk disalurkan kembali dalam bentuk
pembiayaan sesuai dengan prinsip Syariah.
3. Memberikan pengetahuan/informasi kepada pengguna keuangan sehingga
membuka peluang keuntungan sesuai prinsip syariah.
4. Lembaga keuangan memberikan jaminan hukum mengenai keamanan dana
masyarakat yang dipercayakan sesuai dengan prinsip syariah.
5. Menciptakan likuiditas sehingga dana yang disimpan dapat digunakan
ketika dibutuhkan sesuai dengan prinsip syariah.27

26
Madani, Aspek Hukum lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015).
27
Madani, Aspek Hukum lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015).

19
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu bank Syariah adalah sistem perbankan
yang didalamnya disandarkan pada prinsip-prinsip Islam dan mengacu pada Al-qur’an dan
hadits. Fungsi dari bnak Syariah diantaranya
1. Fungsi Utama Bank Syariah
a. Penghimpunan Dana Masyarakat
b. Penyalur Dana Masyarakat
c. Pelayanan Jasa Bank
2. Fungsi Bank Syariah yang memperoleh keuntungan
3. Fungsi Sosial
Akad akadnya diantaranya yaitu
1. Akad Tabarru
Akad tabarru’ terbagi menjadi 3jenis transaksi yaitu;
a. Transaksi meminjamkan uang
b. Meminjamkan jasa
2. Akad Tijarah
akad tijarah dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Natural Certainty Contracts (NCC)
b. Natural Uncertainty contracts (NUC)
Sedangkan lembaga keuangan non bank Syariah adalah adalah lembaga keuangan syari‟ah
dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang menyediakan jasa keuangan bagi
nasabahnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dimana pada umumnya lembaga ini diatur oleh
regulasi keuangan dari pemerintah. Dibagi menjadi 12 bagian yaitu asuransi Syariah, pasar modal,
pegadaian Syariah, reksa dana Syariah, obligasi syriah, instrument keuangan sukuk, dana pension

20
Syariah, lembaga usaha Syariah (syirkah), lembaga zakat, lembaga zakat, baitul al-mal wa al-
tamwil.
2. SARAN
Kami sebagai penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca. Namun, kami sebagai penulis menyarankan pembaca untuk mencari referensi lain untuk
menambah keyakinan dan pembahasan tentang materi ini, dengan demikian sebagai penulis
makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami membutuhkan kritik dan saran agar kami dapat memperbaikinya dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
A.Djazulli, dkk, Op.Cit.,h. 133.

Andrianto, dan Dr. M.Anang Firmansyah, S.E., M.M.. 2019 “Manajemen Bank Syariah”, CV.
Penerbit Qiara Media.

Antanio, M. Syafi‟i.” prinsip dasar Koperasi Ansuransi Takafur” dalam arbitrasi Islam di
indonesia, Jakarta: Badan Arbitrase Muamalat Indonesia, kerja sama dengan Bank
muamalat,1994.

BANK BTN, “Keuntungan Bank Syariah”. https://www.btn.co.id/id/Syariah-Home/Kenapa-


Syariah-Lebih-Baik.

Harahap, Sofyan Syarif. Akuntasi Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Madani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2015.

Madani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, Jakarta: Renadamedia Grup,
2015.

Madani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, Jakarta: Renadamedia Grup,
2015.

Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, Depok: PT. RAJA GRAFINDO
PERSADA,2019.

21
Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, Depok: PT. RAJA GRAFINDO
PERSADA,2019.

Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, Depok: PT. RAJA GRAFINDO
PERSADA,2019.

Muhamad, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, Depok: PT. RAJA GRAFINDO
PERSADA,2019

Muhamad. 2019 “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”, Depok: PT. RAJA
GRAFINDO PERSADA.

Muhammad, lembaga keuangan, umat kontemporer, yogyakarta: UII press, 2002.

NABABAN, DFP. 2015“Dictionary of Banking an Services by Jerry Rosenberg”.


https://eprints.perbanas.ac.id/2380/4/BAB%20II.pdf.

Nofinawati. “Akad Dan Produk Perbankan Syariah”, Juli-Desember 2014

Q.S Al-Baqarah (2): 275.

Q.S Shaad (38): 24

Subaidi. 2018 “Peran dan Fungsi Perbankan Syariah Perspektif Sosio-kultur”, Oktober 2018.

Syariah pedia.”10 risiko bank Syariah”,ensiklopedia ekonomi Syariah. 2022.

Wilardjo,Setia Budhi. September 2004-Maret 2005. “Pengertian, Peranan, dan Perkembangan


Bank Syariah Di Indonesia”, Diakses pada 28 September 2022.
Wirdayaningsih, Bank dan Asuransi Islam diIndonesia, Jakarta: kencana prenada Media, 2006.

22
23

Anda mungkin juga menyukai