Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BANK & LEMABAGA KEUANGAN LAINNYA

“BANK SYARI’AH”

DOSEN PEMBIMBING : Rahmad Budi Harto, S.E., M.M.

Disusun oleh:

Kelompok 3
1. Agnes Rahmawati NPM [171061201103]
2. Ainun Muthmainnah NPM [171061201107]
3. Alifatul Zufaldah NPM [171061201110]
4. Ananda Perlia NPM [171061201113]
5. Ayu Shafira NPM [171061201126]
6. Dewi Kumalasari NPM [171061201138]
7. Dewi Laela Sari NPM [171061201139]

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


IBNU SINA BATAM
2018

i
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan yang maha
pemurah, karena berkat kemurahannya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Bank Syari’ah”
yang digunakan sebagai tugas mata kuliah Bank & Lembaga Keuangan Lainnya.

Makalah ini disusun dan dibuat agar dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kepada kita semua tentang Bank Syari’ah yang menjadi sinyal positif
bagi yang ingin mengamalkan prinsip syariah, termasuk dalam urusan finansial.

Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah
yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Batam, 24 September 2018

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB. II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syari’ah .................................................................. 3


B. Sejarah Singkat Munculnya Bank Syari’ah ...................................... 4
C. Falsafah Operasional Bank Syari’ah ................................................. 5
D. Prinsip-Prinsip Bank Syari’ah ........................................................... 6
E. Produk-Produk Bank Syari’ah .......................................................... 7
F. Penilaian Kesehatan Bank Syari’ah ................................................ 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu ia memperoleh rizki,
dan dengan rizki ia dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi orang Islam,
Al Qur’an adalah petunjuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
berkebenaran absolute. Sunnah Rasulullah Muhammad SAW berfungsi
menjelaskan kandungan Al Qur’an. Terdapat banyak ayat Al Qur’an dan
hadits Nabi yang merangsang manusia untuk rajin bekerja dan mencela orang
menjadi pemalas. Tetapi tidak setiap kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al
Qur’an. Apabila kegiatan itu punya watak yang merugikan banyak orang dan
menguntungkan sebagian kecil orang pasti akan ditolak seperti halnya riba.
Al Qur’an telah jelas melarang riba. Selain itu juga agama –agama lainpun
melarangnya, bukan hanya etika agama yang mengutuknya, tetapi juga etika
filosofis, seperti filsafat yunani. Dengan demikian, disamping diketahui
bahwa Al Qur’an tidak sendirian dalam menampilkan sikap kerasnya
terhadap riba.
Salah satu lembaga perekonomian yang sampai saat ini menggunakan
sistem riba ialah Bank. Menurut catatan sejarah, usia perbankan sudah
dikenal kurang lebih 2500 SM dalam masyarakat Mesir Purba dan Yunani
Kuno, kemudian masyarakat Romawi. Istilah perbankan dalam masyarakat
modern pada umumnya disebut dengan Bank Konvesional. Bank
Konvensional melaksanakan pembagian keuntungan dengan sistem bunga
(persentase) tetap. Bank tidak mau melihat, apakah wiraswastawan peminjam
mendapat kerugian atau laba. Hal ini membuat sekelompok orang islam
untuk mendirikan Bank islam dengan ciri tanpa bunga yang disebut dengan
Bank Syari’ah, seperti apakah Bank Syari’ah? Berikut akan diulas dalam
makalah ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bank Syari’ah?
2. Bagaimana sejarah singkat munculnya Bank Syari’ah?
3. Bagaimana falsafah operasional Bank Syari’ah?
4. Apa saja prinsip-prinsip Bank Syari’ah?
5. Apa saja produk-produk Bank Syari’ah?
6. Bagaimana penilaian kesehatan Bank Syari’ah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Bank Syari’ah.
2. Untuk mengetahui sejarah singkat munculnya Bank Syari’ah.
3. Untuk mengetahui falsafah operasional Bank Syari’ah
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Bank Syari’ah.
5. Untuk mengetahui produk-produk Bank Syari’ah.
6. Untuk mengetahui penilaian kesehatan Bank Syari’ah.

2
BAB. II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbankan Syari’ah


Kata Bank dari kata banque dalam bahasa Perancis, dan dari kata banco
dalam bahasa Italia yang berarti peti, lemari dan bangku. Pada umumnya
yang dimaksud bank syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu usaha bank akan selalu berkaitan
dengan masalah uang sebagai perangkat utamanya.
Bank syari’ah terdiri dua kata, yaitu bank dan syari’ah. Kata bank
bermakna suatu lembaga keuangan yag berfungsi sebagai perantara keuangan
dari kedua belah pihak yait pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
kekurangan dana. Kata syari’a dalam versi bank syari’ah adalah atura
peranjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk
menyimpan dana dan atas pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya
sesuai hukum islam. Maka bank syari’ah dapat diartikan sebagai suatu
lembaga euanga ang berfungsi menjadi perantara bagi pihak yang berlebihana
dan dn pihak yang membutuhkan dana untuk kegiatan usah atau kegiatan
yang lainnya sesuai hukum islam.
Dengan demikian, bank syari’ah adalah bank yang tidak mengandalkan
bunga, dan oprasional produknya,baik penghimpunan maupun penyuluhan
dananya dan lalu lintas pembayaran serta peredaran uang dari dan untuk
debitur derdasarkan prinsip-prinsip hukum islam.
Sementara bank yang beroprasi sesuai prinsip syari’ah Islam adalah bank
yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentan syari’at Islam,
khususnya yang menyangkut dalam tata cara bermu’amalat itu dijauhinya
praktek-prakteknya yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsurriba untuk
diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan

3
B. Sejarah Singkat Munculnya Bank Syari’ah
Sejarah, awal mula kegiatan Bank Syari’ah yang pertama sekali dilakukan
adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Dibelahan
negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian
muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975),
Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977)
serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah
Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan Dekrit Presiden, dan di Malaysia
tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan
membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji.
Kehadiran bank yang didasarkan Syari’ah di Indonesia masih relatif baru
yaitu pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa lebih khusus mengenai
pendirian Bank Islam di Indonesia baru dilakukan tahun 1990. Pada tanggal
18-20 Agustus tahun tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor,
Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22-25 Agustus 1990, yang
menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian Bank
Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI
dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan
semua pihak yang terkait.
Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirinya PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada
tanggal 1 November 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi
dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,- . Sampai bulan September
1999, BMI telah memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Kelahiran Bank Islam di Indonesia relatif terlambat
dibandingkan dengan negara-negara lain sesama anggota OKI.

4
Hal tersebut merupakan ironi, mengingat pemerintah RI yang diwakili
Menteri Keuangan Ali Wardana, dalam beberapa kali sidang OKI cukup
aktif memperjuangkan realisasi konsep Bank Islam, namun tidak di
implementasikan di dalam negeri. KH Hasan Basri, yang pada waktu itu
sebagai Ketua MUI memberikan jawaban. Bahwa kondisi keterlambatan
pendirian Bank Islam di Indonesia karena political-will belum mendukung.
Selanjutnya sampai diundangkannya undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
BMI merupakan satu-satunya bank umum yang mendasarkan kegiatan
usahanya atas Syari’at Islam di Indonesia.

C. Falsafah Operasional Bank Syari’ah


Setiap lembaga keuangan syari’ah mempunyai falsafah mencari keridhoan
Allah SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat . Oleh karena
itu , setiap kegiatan lembaga keuangan yang di khawatirkan menyimpang dari
tuntutan agama, yang harus di hindari.
1. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:
a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka secara
pasti keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman, ayat: 34).
b. Menghindari penggunaan sistem prosentasi untuk pembebanan biaya
terhadap hutang atau pemberian imbalan terhdap simpanan yang
mengandung unsur meliputi gandakan secara otomatis
hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS. Al
Imron: 130).
c. Menghindari penggunaan system perdagangan atau penyewaan
barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan
memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim
Bab Riba No.1551 s.d 1567).
d. Menghindari penggunaan system yang menetapkan di muka tambahan
atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara
sukarela (HR. Muslim, Bab Riba No.1569 s.d 1572)

5
2. Menetapkan system bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada
Al Qur’an surat Al Baqqrah ayat 275 dan An Nisa’ ayat 29, maka setiap
transaksi kelembagaan syari’ah harus dilandasi atas dasar system bagi
hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran
antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan mu’amalah berlaku
prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong
produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat
dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi dan inflasi.

D. Prinsip-Prinsip Bank Syariah


Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan usaha
atau kegiatan lainya yang sesuai dengan syariah.
Beberapa prinsip hukum yang dianut oleh bank syariah antara lain :
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang
hanya media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak mempunyai
nilai intrinsik.
4. Unsur Gharar ( ketidakastian, spekulasi ) tidak diperkenankan.
keduabelah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka
peroleh dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam
islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh
perbankan syariah.

6
Sedangkan untuk prinsip ekonomi, terdapat tujuh prinsip ekonomi yang
menjiwaii bank syariah yaitu:
1. Keadilan, kesamaan dan solidaritas.
2. Larangan terhadap objek dan mahluk.
3. Pengakuan kekayaan intelektual.
4. Harta sebaiknya digunakan secara rasional dan baik ( fair way )
5. Tidak ada pendapatan tana usaha dan kewajiban.
6. Kondisi umum dari kredit
Meliputi: pertama peminjam yang mengalami kesulitan keuangan
sebaiknya diperlakukan secara baik, diberi tangguh waktu, bahkan akan
lebih baik bila diberi keringanan, dan kedua, terdapat beberapa perbdaan
mengenai hukum selisih antara kredit dan harga spot, ada yang
berpendapat bahwa itu adalah suku bunga implisit dan ada yang
berpendapat suku bunga tersebut diperbolehkn untuk mengakomodasi
biaya transaksi, bukan biaya dari pembiayaan,dan dualiti resiko di satu isi
sebagai persetujuan kredit ( liability ) usaha produktif.

E. Produk-Produk Bank Syari’ah


Pada bank syariah, secara garis besarterdapat tiga kelompok produk
perbankan Muhammad dan Dwi Suwiknyo menjelaskan pada bukunya yang
berjudul tentang “ Akuntansi Perbankan Syariah, 13:2009”. Penjelasan
selengkapnya sebagai berikut :
1. Produk Penghimpun Dana
Dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat, bank syariah
pada dasarnya melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank
konvensional, hanya saja dengan akad yang sesuai dengan prinsip yang
akan dijelaskan sebagai berikut :perbedaannya terletak pada prinsip yang
mendasarinya yaitu, prinsip syariah. Penghimpunan dan pada bank
syariah dalam bentuk tabungan, deposito dan giro diselenggarakan

7
a. Prinsip Wadi’ah
Prinsip ini implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah
berlaku sebagai peminjam. Merupakan titipan murni dari penitip yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan pun sesuai kehendak penitip.
Prinsip wadi’ah dalam produk syariah dapat dikembangkan menjadi 2
jenis, yaitu wadi’ah yad amanah (bank bertanggung jawab penuh atas
keutuhan harta titipan) dan wadi’ah yad dhamanah (pemilik dana yang
tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian).

b. Prinsip Mudharabah
Prinsip dari prinsip mudharabah ini adalah penyimpanan atau
deposan yang berlaku sebagai shahibul maal dan bank berlaku
sebagai mudharib. Kemudian dana tersebut akan digunakan bank
untuk melakukan akad jual beli ataupun syirkah. Jika mengalami
kerugian dalam kegiatannya maka bank yang akan bertanggung jawab
atas kerugian yang telah terjadi. Yang merupakan prinsip mudharabah
dalam produk penghimpunan dana yaitu tabungan berjangka dan
deposito berjangka. Pembiayaan mudharabah dapat dikembangkan
menjadi mudharabah mutlaqh (investasi tidak terikat dimana nisbah
disepakati untuk bagi hasilnya) dan mudharabah muqayaddah
(simpanan khusu atau investasi terikat dimana pemilik dana dapat
menetapkan syarat yang harus dipatuhi oleh bank).

2. Produk Penyaluran Dana


Dalam penyaluran dana oleh bank syariah atas dana yang telah
dihimpun dari masyarakat, terdapat beberapa produk perbankan yang
ditawarkan yaitu atas prinsip jual beli (murabahah), prinsip sewa (ijarah),
dan prinsip bagi hasil (syirkah). Penjelasan sebagai berikut:

8
a. Prinsip jual beli atau Murabahah
Mekanisme dalam prinsip ini adalah upaya yang dilakukan untuk
transfer of property dan tingkat keuntungan akan ditentukan di awal
yang akan nantinya akan menjadi harga jual barang. Bentuk – bentuk
pembiayaan sebagai berikut :
 Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan dimana bank syariah sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli. Barang akan diserahkan dengan syarat – syarat
tertentu, dimana bank berlaku sebagai pembeli. Barang akan
diserahkan dengan segera dan pembayaran dilakukan secara
menangguh atau dicicil.

 Salam
Merupakan jual beli barang dengan pemesanan dan pembayaran
secara tunai dilakukan terlebih dahulu dengan syarat – syarat
tertentu, dimana bank berlaku sebagai pembeli, sedangkan
nasabah sebagai penjual.

 Istishna
adalah akad jual beli dalam bentuk pemesenan atas barang tertentu
dengan criteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati di
awal, namun pembayaran dilakukan secara tangguh atau dicicil.

b. Prinsip Sewa atau Ijarah


Merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
atau jasa dalam waktu tertentu dalam pembayaran sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Adapun Ijarah
Mutahiyah Bi Tamlik yang merupakan akad yang sama dengan
ijarah,perbedaannya hanya terletak pada adanya hak opsi untuk
memindahkan kepemilikan atas barang tersebut.

9
c. Prinsip Bagi Hasil atau Syirkah
Basis pola pada prinsip ini adalah kemitraan dalam produk
pembiayaan pada bank syariah, yang dioperasionalkan dengan pola
sebagai berikut:
 Musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, kedua pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan maupun resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
 Mudharabah, adalah akad kerjasama dimana satu pihak yang
memberikan seluruh dananya (shahibul maal) dengan pihak yang
memiliki keahlian (mudharib) .

3. Produk Jasa
a. Al – Hiwalah (alih utang –piutang )
Adalah akad yang berpindahan yang berhubungan dengan utang
piutang atau transaksi pengalihan utang piutang antara pihak satu
dengan pihak lainnya.

b. Rahn (gadai)
Digunakan untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada
bank dalam memberikan pembiayaan, atau dengan kata lain adalah
menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang telah diterima.

c. Al – Qardh (pinjaman kebaikan)


Adalah pemberian harta kepada orang lain (muqtaridh) dalam rangka
membantu keuangannya secara tepat dan berjangka pendek, yang
dapat ditagih atau diminta kembali sesuai dengan waktu yang telah
disepakati bersama.

10
d. Wakalah
Merupakan pelimpahan kuasa atau wewenang dari nasabah selaku
pemberi kuasa kepada bank syariah selaku pihak kedua untuk
melaksanakan jasa tertentu dan nasabah yang akan bertanggung jawab
sepenuhnya atas terjadinya sesuatu atas kegiatan yang dilakukan.

e. Kafalah (bank garansi)

Merupakan jasa perbankan yang bertugas untuk menjamin

pembayaran suatu kewajiban pembayaran dilakukan antara penjamin

yang diberikan oleh penanggung (Kafil) kepada pihak ketiga dalam

rangka memenuhi kewajiban yang ditanggung (Mahfulanhu) apabila

pihak yang ditanggung cidera janji atau wanprestasi. Secara teknis

perbankan dapat dikatakan bahwa pihak bank syariah dalam hal ini

memberikan jaminan kepada nasabahnya sehubungan dengan kontrak

kerja/perjanjian yang telah disepakati antara nasabahnya sehubungan

dengan pihak ketiga.

F. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank


Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yan berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS
melalui :
1. Penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan,
kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap resiko pasar.
2. Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen.
Peringkat Komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian Tingkat
Kesehatan Bank. Penilaian Kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi,
perkembangan maupun proyeksi rasio-rasio keuangan Bank atau UUS (Unit
Usaha Syariah).

11
Faktor Finansial adalah salah satu faktor pembentuk tingkat kesehatan bank
yang terdiri dari faktor permodalan, aset, rentabilitas, likuidity, dan
sentifitas terhadap risiko pasar. Peringkat Faktor Finansial adalah peringkat
akhir hasil Penilaian Faktor Finansial.

Faktor-Faktor Yang Dinilai

a. Permodalan (Capital)
Yang dinilai dalam aspek permodalan adalah :
1) Kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan
kemampuan permodalan dalam menkover risiko.
2) Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung
pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan
kinerja keuangan pemegang saham.

Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan melakukan


penilain terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

 Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum


(KPMM), merupakan rasio utama;
 Kemampuan modal inti dan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) dalam mengamankan risiko hapus buku
(writeoff), merupakan rasio penunjang;
 Kemampuan modal inti untuk menutup kerugian pada saat
likuidasi, merupakan rasio penunjang;
 Trend/pertumbuhan KPMM, merupakan rasio penunjang;
 Kemampuan internal bank untuk menambah modal, merupakan
rasio penunjang;
 Intensitas fungsi keagenan bank syariah, merupakan rasio
pengamatan (observed);
 Modal inti dibandingkan dengan dana mudharabah, merupakan
rasio pengamatan (observed);

12
 Deviden Pay Out Ratio, merupakan rasio pengamatan
(observed);
 Akses kepada sumber permodalan (eksternal support),
merupakan rasi pengamatan (Observed);
 Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan
permodalan bank, merupakan rasio pengamatan (observed).

b. Kualitas Aset (Asset Quality)


Yang harus dinilai dalam aspek kualitas aset :
1) Kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva
produktif bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur
risiko nasabah inti.
2) Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review)
internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva
produktif bermasalah.

Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan


penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

 Kualitas aktiva produktif bank, merupakan rasio utama;


 Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti,
merupakan rasio penunjang;
 Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio
penunjang;
 Kemampuan bank dalam menangani/mengembalikan aset yang
telah dihapus buku, merupakan rasio penunjang;
 Besarnya pembiayaan non performing, merupakan rasio
penunjang;
 Tingkat Kecukupan Agunan, merupakan rasio pengamatan
(observed)
 Proyeksi/perkembangan kualitas aset produktif, merupakan rasio
pengamatan (observed);

13
 Perkembangan/trend aktiva produktif bermasalah yang
direstrukturisasi, merupakan rasio pengamatan (observed).

c. Manajemen (Management)
Yang dinilai dalam aspek menajemen :
1) Kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko
terutama pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS;
2) Kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku,
komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain,
dankepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada
masyarakat pelaksanaan fungsi sosial.

Penilaian kualitatif faktor manajemen dilakukan dengan penilaian


terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
 Kualitas manajemen umum terkait dengan penerapan good
corporate governance;
 Kualitas penerapan manajemen risiko;
 Kepatuhan terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip
kahati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariahserta
komitmen kepada Bank Indonesia.

d. Rentabilitas (Earning)
Yang dinilai dalam aspek rentabilitas :
1) Kemampuan dalammenghasilkan laba, kemampuan laba
mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi;
2) Diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk
mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman
dana, serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan
pendapatan dan biaya.

14
Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

 Net Operating Margin (NOM), merupakan rasio utama;


 Return On Assets (ROA), merupakan rasio penunjang;
 Rasio Efisiensi kegiatan operasional (REO), merupakan rasio
penunjang;
 Rasio Aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan, merupakan
rasio penunjang;
 Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio penunjang;
 Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama (PPBO)
merupakan rasio penunjang;
 Net Structural operating margin, merupakan rasio pengamatan
(observed)
 Return on equity (ROE), merupakan rasio pengamatan
(observed)
 Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar
keuangan, merupakan rasio pengamatan (observed);
 Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah, merupakan rasio
pengamatan (observed);
 Pelaksanaan fungsi edukasi, merupakan rasio pengamatan
(Observed);
 Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio pengamatan
(observed);
 Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil
yang diberikan oleh bank syariah, merupakan rasio pengamatan
(observed);
 Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan rasio pengamatan
(observed);
 Penyaluran dana yang di writeoff dibandingkan dengan biaya
operasional, merupakan rasio pengamatan (observed).

15
e. Likuiditas (Liquidity)
Yang dinilai dari aspek likuiditas bank :
1) Kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi
maturity mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan;
2) Kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada
sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan


penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

 Besarnya Aset Jangka Pendek dibandingkan dengan kewajiban


jangka pendek, merupakan rasio utama;
 Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary Reserve
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio
penunjang;
 Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio
penunjang;
 Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga,
merupakan rasio penunjang;
 Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain
apabila terjadi mismatch, meruapakan rasio pengamatan
(observed);
 Ketergantungan pada dana antar bank, merupakan rasio
pengamatan (observed).

f. Sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to Market Risk)


Yang dinilai dari aspek risiko pasar :
1) Kemampuan modal Bank atau UUS mengkover potensi kerugian
sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar;
2) Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.

16
Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai
besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank
dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari
pengaruh perubahan risiko pasar.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
Syari’ah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan Syari’ah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara islam.
2. Sejarah, awal mula kegiatan Bank Syari’ah yang pertama sekali
dilakukan adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an.
Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis
islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai
Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal
Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979).
3. Setiap lembaga keuangan syari’ah mempunyai falsafah mencari
keridhoan Allah SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat
4. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
usaha atau kegiatan lainya yang sesuai dengan syariah.
5. Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Produk penghimpunan dana
b. Produk penyaluran dana
c. Produk jasa
6. Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
secara triwulanan, yang meliputi faktor-faktor antara lain:
a. Permodalan (capital)
b. Kualitas asset (asset quality)
c. Rentabilitas (earning)
d. Likuiditas (liquidity)
e. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)
f. Manajemen (management)

18
B. Saran
Setelah kita semua mengetahui apa itu bank syari’ah, bagaimana
prinsip dan falsafah operasional bank syari’ah, diharapkan agar kita lebih
memilih menggunakan jasa bank syari’ah dan alangkah baiknya yang sudah
menggunakan bank konvensional pindah ke bank syari’ah.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://fachriadha55.blogspot.com/2017/03/makalah-perbankan-syariah.html
http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/tingkat-kesehatan-bank-syariah.html
http://makalahterbaruku.blogspot.com/2017/06/makalah-bank-syariah.html
http://plenoinfo.blogspot.com/2016/08/makalah-sistem-perbankan-
syariah_1.html?m=1

20

Anda mungkin juga menyukai