“BANK SYARI’AH”
Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Agnes Rahmawati NPM [171061201103]
2. Ainun Muthmainnah NPM [171061201107]
3. Alifatul Zufaldah NPM [171061201110]
4. Ananda Perlia NPM [171061201113]
5. Ayu Shafira NPM [171061201126]
6. Dewi Kumalasari NPM [171061201138]
7. Dewi Laela Sari NPM [171061201139]
i
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan yang maha
pemurah, karena berkat kemurahannya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Bank Syari’ah”
yang digunakan sebagai tugas mata kuliah Bank & Lembaga Keuangan Lainnya.
Makalah ini disusun dan dibuat agar dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kepada kita semua tentang Bank Syari’ah yang menjadi sinyal positif
bagi yang ingin mengamalkan prinsip syariah, termasuk dalam urusan finansial.
Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah
yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
BAB. I PENDAHULUAN
BAB. II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu ia memperoleh rizki,
dan dengan rizki ia dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi orang Islam,
Al Qur’an adalah petunjuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
berkebenaran absolute. Sunnah Rasulullah Muhammad SAW berfungsi
menjelaskan kandungan Al Qur’an. Terdapat banyak ayat Al Qur’an dan
hadits Nabi yang merangsang manusia untuk rajin bekerja dan mencela orang
menjadi pemalas. Tetapi tidak setiap kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al
Qur’an. Apabila kegiatan itu punya watak yang merugikan banyak orang dan
menguntungkan sebagian kecil orang pasti akan ditolak seperti halnya riba.
Al Qur’an telah jelas melarang riba. Selain itu juga agama –agama lainpun
melarangnya, bukan hanya etika agama yang mengutuknya, tetapi juga etika
filosofis, seperti filsafat yunani. Dengan demikian, disamping diketahui
bahwa Al Qur’an tidak sendirian dalam menampilkan sikap kerasnya
terhadap riba.
Salah satu lembaga perekonomian yang sampai saat ini menggunakan
sistem riba ialah Bank. Menurut catatan sejarah, usia perbankan sudah
dikenal kurang lebih 2500 SM dalam masyarakat Mesir Purba dan Yunani
Kuno, kemudian masyarakat Romawi. Istilah perbankan dalam masyarakat
modern pada umumnya disebut dengan Bank Konvesional. Bank
Konvensional melaksanakan pembagian keuntungan dengan sistem bunga
(persentase) tetap. Bank tidak mau melihat, apakah wiraswastawan peminjam
mendapat kerugian atau laba. Hal ini membuat sekelompok orang islam
untuk mendirikan Bank islam dengan ciri tanpa bunga yang disebut dengan
Bank Syari’ah, seperti apakah Bank Syari’ah? Berikut akan diulas dalam
makalah ini.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bank Syari’ah?
2. Bagaimana sejarah singkat munculnya Bank Syari’ah?
3. Bagaimana falsafah operasional Bank Syari’ah?
4. Apa saja prinsip-prinsip Bank Syari’ah?
5. Apa saja produk-produk Bank Syari’ah?
6. Bagaimana penilaian kesehatan Bank Syari’ah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Bank Syari’ah.
2. Untuk mengetahui sejarah singkat munculnya Bank Syari’ah.
3. Untuk mengetahui falsafah operasional Bank Syari’ah
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Bank Syari’ah.
5. Untuk mengetahui produk-produk Bank Syari’ah.
6. Untuk mengetahui penilaian kesehatan Bank Syari’ah.
2
BAB. II
PEMBAHASAN
3
B. Sejarah Singkat Munculnya Bank Syari’ah
Sejarah, awal mula kegiatan Bank Syari’ah yang pertama sekali dilakukan
adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Dibelahan
negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian
muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975),
Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977)
serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah
Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan Dekrit Presiden, dan di Malaysia
tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan
membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji.
Kehadiran bank yang didasarkan Syari’ah di Indonesia masih relatif baru
yaitu pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa lebih khusus mengenai
pendirian Bank Islam di Indonesia baru dilakukan tahun 1990. Pada tanggal
18-20 Agustus tahun tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor,
Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22-25 Agustus 1990, yang
menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian Bank
Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI
dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan
semua pihak yang terkait.
Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirinya PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada
tanggal 1 November 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi
dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,- . Sampai bulan September
1999, BMI telah memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Kelahiran Bank Islam di Indonesia relatif terlambat
dibandingkan dengan negara-negara lain sesama anggota OKI.
4
Hal tersebut merupakan ironi, mengingat pemerintah RI yang diwakili
Menteri Keuangan Ali Wardana, dalam beberapa kali sidang OKI cukup
aktif memperjuangkan realisasi konsep Bank Islam, namun tidak di
implementasikan di dalam negeri. KH Hasan Basri, yang pada waktu itu
sebagai Ketua MUI memberikan jawaban. Bahwa kondisi keterlambatan
pendirian Bank Islam di Indonesia karena political-will belum mendukung.
Selanjutnya sampai diundangkannya undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
BMI merupakan satu-satunya bank umum yang mendasarkan kegiatan
usahanya atas Syari’at Islam di Indonesia.
5
2. Menetapkan system bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada
Al Qur’an surat Al Baqqrah ayat 275 dan An Nisa’ ayat 29, maka setiap
transaksi kelembagaan syari’ah harus dilandasi atas dasar system bagi
hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran
antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan mu’amalah berlaku
prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong
produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat
dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi dan inflasi.
6
Sedangkan untuk prinsip ekonomi, terdapat tujuh prinsip ekonomi yang
menjiwaii bank syariah yaitu:
1. Keadilan, kesamaan dan solidaritas.
2. Larangan terhadap objek dan mahluk.
3. Pengakuan kekayaan intelektual.
4. Harta sebaiknya digunakan secara rasional dan baik ( fair way )
5. Tidak ada pendapatan tana usaha dan kewajiban.
6. Kondisi umum dari kredit
Meliputi: pertama peminjam yang mengalami kesulitan keuangan
sebaiknya diperlakukan secara baik, diberi tangguh waktu, bahkan akan
lebih baik bila diberi keringanan, dan kedua, terdapat beberapa perbdaan
mengenai hukum selisih antara kredit dan harga spot, ada yang
berpendapat bahwa itu adalah suku bunga implisit dan ada yang
berpendapat suku bunga tersebut diperbolehkn untuk mengakomodasi
biaya transaksi, bukan biaya dari pembiayaan,dan dualiti resiko di satu isi
sebagai persetujuan kredit ( liability ) usaha produktif.
7
a. Prinsip Wadi’ah
Prinsip ini implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah
berlaku sebagai peminjam. Merupakan titipan murni dari penitip yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan pun sesuai kehendak penitip.
Prinsip wadi’ah dalam produk syariah dapat dikembangkan menjadi 2
jenis, yaitu wadi’ah yad amanah (bank bertanggung jawab penuh atas
keutuhan harta titipan) dan wadi’ah yad dhamanah (pemilik dana yang
tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian).
b. Prinsip Mudharabah
Prinsip dari prinsip mudharabah ini adalah penyimpanan atau
deposan yang berlaku sebagai shahibul maal dan bank berlaku
sebagai mudharib. Kemudian dana tersebut akan digunakan bank
untuk melakukan akad jual beli ataupun syirkah. Jika mengalami
kerugian dalam kegiatannya maka bank yang akan bertanggung jawab
atas kerugian yang telah terjadi. Yang merupakan prinsip mudharabah
dalam produk penghimpunan dana yaitu tabungan berjangka dan
deposito berjangka. Pembiayaan mudharabah dapat dikembangkan
menjadi mudharabah mutlaqh (investasi tidak terikat dimana nisbah
disepakati untuk bagi hasilnya) dan mudharabah muqayaddah
(simpanan khusu atau investasi terikat dimana pemilik dana dapat
menetapkan syarat yang harus dipatuhi oleh bank).
8
a. Prinsip jual beli atau Murabahah
Mekanisme dalam prinsip ini adalah upaya yang dilakukan untuk
transfer of property dan tingkat keuntungan akan ditentukan di awal
yang akan nantinya akan menjadi harga jual barang. Bentuk – bentuk
pembiayaan sebagai berikut :
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan dimana bank syariah sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli. Barang akan diserahkan dengan syarat – syarat
tertentu, dimana bank berlaku sebagai pembeli. Barang akan
diserahkan dengan segera dan pembayaran dilakukan secara
menangguh atau dicicil.
Salam
Merupakan jual beli barang dengan pemesanan dan pembayaran
secara tunai dilakukan terlebih dahulu dengan syarat – syarat
tertentu, dimana bank berlaku sebagai pembeli, sedangkan
nasabah sebagai penjual.
Istishna
adalah akad jual beli dalam bentuk pemesenan atas barang tertentu
dengan criteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati di
awal, namun pembayaran dilakukan secara tangguh atau dicicil.
9
c. Prinsip Bagi Hasil atau Syirkah
Basis pola pada prinsip ini adalah kemitraan dalam produk
pembiayaan pada bank syariah, yang dioperasionalkan dengan pola
sebagai berikut:
Musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, kedua pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan maupun resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Mudharabah, adalah akad kerjasama dimana satu pihak yang
memberikan seluruh dananya (shahibul maal) dengan pihak yang
memiliki keahlian (mudharib) .
3. Produk Jasa
a. Al – Hiwalah (alih utang –piutang )
Adalah akad yang berpindahan yang berhubungan dengan utang
piutang atau transaksi pengalihan utang piutang antara pihak satu
dengan pihak lainnya.
b. Rahn (gadai)
Digunakan untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada
bank dalam memberikan pembiayaan, atau dengan kata lain adalah
menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang telah diterima.
10
d. Wakalah
Merupakan pelimpahan kuasa atau wewenang dari nasabah selaku
pemberi kuasa kepada bank syariah selaku pihak kedua untuk
melaksanakan jasa tertentu dan nasabah yang akan bertanggung jawab
sepenuhnya atas terjadinya sesuatu atas kegiatan yang dilakukan.
perbankan dapat dikatakan bahwa pihak bank syariah dalam hal ini
11
Faktor Finansial adalah salah satu faktor pembentuk tingkat kesehatan bank
yang terdiri dari faktor permodalan, aset, rentabilitas, likuidity, dan
sentifitas terhadap risiko pasar. Peringkat Faktor Finansial adalah peringkat
akhir hasil Penilaian Faktor Finansial.
a. Permodalan (Capital)
Yang dinilai dalam aspek permodalan adalah :
1) Kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan
kemampuan permodalan dalam menkover risiko.
2) Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung
pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan
kinerja keuangan pemegang saham.
12
Deviden Pay Out Ratio, merupakan rasio pengamatan
(observed);
Akses kepada sumber permodalan (eksternal support),
merupakan rasi pengamatan (Observed);
Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan
permodalan bank, merupakan rasio pengamatan (observed).
13
Perkembangan/trend aktiva produktif bermasalah yang
direstrukturisasi, merupakan rasio pengamatan (observed).
c. Manajemen (Management)
Yang dinilai dalam aspek menajemen :
1) Kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko
terutama pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS;
2) Kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku,
komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain,
dankepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada
masyarakat pelaksanaan fungsi sosial.
d. Rentabilitas (Earning)
Yang dinilai dalam aspek rentabilitas :
1) Kemampuan dalammenghasilkan laba, kemampuan laba
mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi;
2) Diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk
mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman
dana, serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan
pendapatan dan biaya.
14
Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
15
e. Likuiditas (Liquidity)
Yang dinilai dari aspek likuiditas bank :
1) Kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi
maturity mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan;
2) Kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada
sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
16
Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai
besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank
dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari
pengaruh perubahan risiko pasar.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
Syari’ah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan Syari’ah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara islam.
2. Sejarah, awal mula kegiatan Bank Syari’ah yang pertama sekali
dilakukan adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an.
Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis
islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai
Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal
Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979).
3. Setiap lembaga keuangan syari’ah mempunyai falsafah mencari
keridhoan Allah SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat
4. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
usaha atau kegiatan lainya yang sesuai dengan syariah.
5. Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Produk penghimpunan dana
b. Produk penyaluran dana
c. Produk jasa
6. Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
secara triwulanan, yang meliputi faktor-faktor antara lain:
a. Permodalan (capital)
b. Kualitas asset (asset quality)
c. Rentabilitas (earning)
d. Likuiditas (liquidity)
e. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)
f. Manajemen (management)
18
B. Saran
Setelah kita semua mengetahui apa itu bank syari’ah, bagaimana
prinsip dan falsafah operasional bank syari’ah, diharapkan agar kita lebih
memilih menggunakan jasa bank syari’ah dan alangkah baiknya yang sudah
menggunakan bank konvensional pindah ke bank syari’ah.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://fachriadha55.blogspot.com/2017/03/makalah-perbankan-syariah.html
http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/tingkat-kesehatan-bank-syariah.html
http://makalahterbaruku.blogspot.com/2017/06/makalah-bank-syariah.html
http://plenoinfo.blogspot.com/2016/08/makalah-sistem-perbankan-
syariah_1.html?m=1
20