Anda di halaman 1dari 14

SISTEM KEUANGAN DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN: STUDI PEMBANGUNAN

DI SUSUN OLEH :

A.ZULFIKAR

02120210002
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “Sistem
keuangan dan Lembaga keuangan Syariah” tiada lupa pula dukungan baik
secara materi dan non materi yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih
kepada Prof. Dr.Syahrir mallongi SE.M,Si selaku dosen pengampuh.

Kami menyadari dalam makalh ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kurang baik dalam segi tulisan maupun kata kata,oleh karena itu kami mohon
saran dan kritikannya demi kesempurnaan terutama ilmu kasi.

Semoga makalh yang kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
kedepannya semoga ALLAH SWT membalas kebaikan kalian semua. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, 18, Maret, 2024

Penulis

A. Zulfikar
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..............…………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………

A. Latar belakang .........………………………………………………………….


B. Rumusan masalah ...………………………………………………………….
C. Tujuan penelitian……………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….

A. Pengertian bank Syariah………………………………………………………


B. Peran bank Syariah bagi perekonomian ……………………………………
C. Pengembangan bank Syariah di Indonesia…………………………………

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………..

A. Kesimpulan...............………………………………………………………….
B. Saran.........................………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menjembatani antar
pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui
produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Seluruh transaksi
yang terjadi dalam kegiatan keuangan syariah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.

Lembaga keuangan syariah adalah Lembaga Keuangan yang menjalankan


kegiatannya dengan berlandaskan prinsip syariah Islam. Lembaga keuangan syariah
terdiri dari Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan non Bank (asuransi,
pegadaian, reksadana, pasar modal, dan baitul mal wat tamwil). Lembaga Keuangan
Syariah memiliki dua sifat yang berbeda yakni Lembaga Keuangan Syariah Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah non Bank.

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah bank umum yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau dengan kata lain yaitu bank yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Islam yaitu Al Qur’an dan As
Sunnah. Dalam tata cara tersebut terhindar dari kegiatan yang dikhawatirkan
mengandung unsur riba untuk diisi dengan praktik atau kegiatan investasi atas dasar
bagi hasil dari pembiayaan perdagangan atau praktik usaha yang dilakukan pada zaman
Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang sebelumnya telah dilarang oleh Rasulullah.

Namun harus diyakini, bahwa ekonomi Islam bukan hadir sebagai reaksi
dominasi kapitalisme maupun sosialisme ketika itu. Ekonomi Islam hadir sebagai bagian
dari totalitas kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam harus dipeluk secara kaffah oleh
umatnya untuk mewujudkan kemaslahatan.
Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan
keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Secara mendasar prinsip operasional
Lembaga keuangan syariah ada tiga, yaitu bebas dari unsur maghrib (maisir, gharar,
haram, riba, bathil).
Perbankan syariah telah mengalami kemajuan baik dari sisi pertumbuhan aset
maupun pertumbuhan kelembagaan atau jaringan. Namun, perkembangan ini belum
memadai bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan bank
syariah.
Pesatnya pertumbuhan bank-bank Islam telah mengilhami bank-bank konvensional
untuk meniru dan menawarkan produk-produk bank Islam.
Dengan alasan bersifat komersial yaitu melihat besarnya pasar umat Islam yang
pertumbuhannya diperkirakan 15% per tahun. Upaya intensif pendirian bank Islam di
Indonesia dapat ditelusuri sejak 1988, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket
Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia.
Para ulama waktu itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga , namun tidak
ada satu pun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari
peraturan perundang-undangan yang da bahwa perbankan dapat saja menetapkan
bunga sebesar 0%.
Setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang Bunga Bank dan
Perbankan di Cisarua (Bogor) pada 19-22 Agustus 1990 yang kemudian diikuti dengan
diundangkannya UU No. 7/1992 tentang perbankan dimana perbankan bagi hasil mulai
diakomodasi, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan bank
umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Pembentukan BMI ini diikuti oleh
pendirian Bank-bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Namun karena lembaga ini
masih dirasa kurang mencukupi dan belum sanggup menjangkau masyarakat Islam
lapisan bawah, maka dibangunlah lembagalembaga simpan pinjam yang disebut Bait al
Maal wat Tamwil (BMT).
Macam-macam produk yang ditawarkan oleh BRI Syariah KCP Kudus antara lain,
tabungan Faedah, tabungan Haji, SimPel (Simpanan Pelajar), Giro Faedah, Deposito
Faedah, Griya Faedah, KPR Sejahtera, Oto Faedah, Pembiayaan Umrah, Purna Faedah,
Multi Faedah, Gadai, dan Mikro. Dari beberapa produk BRI Syariah KCP Kudus akan
dibahas mengenai salah satu produk yaitu tabungan haji.
Ibadah haji adalah suatu ibadah yang termasuk dalam rukun Islam yang wajib
dilaksanakan bagi umat Islam yang mampu, baik secara materi maupun fisik dalam
rangka mengunjungi rumah Allah. Kedua hal tersebut menjadi penting karena dalam
melaksanakan ibadah haji diperlukan fisik yang sehat. Hal ini berkenaan dengan
banyaknya rukun melaksanakan ibadah haji yang hampir keseluruhan membutuhkan
kemampuan fisik dan biaya yang cukup. Seperti dalam
firman Allah SWT dalam QS. Ali Imron ayat 85 Allah berfirman: ْ ‫ََيل ) ال هْ ي ههَ سب اَ ع اهَل َب‬
58 : ‫ ( ْي هتَ م هه اْ سَتَطْ ج ال هس هحُّ اَ وهِللهَ عَلى الَّن عمران‬Artinya: “ Mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi mereka yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah)”.(QS. Ali Imron: 85)
Diantara produk dan jasa yang dikembangkan dalam perbankan syariah adalah
tabungan haji. Tabungan haji adalah produk yang bersifat khusus yang diselenggarakan
oleh bank. Tabungan ini selain berfungsi sebagai sarana menyimpan uang, juga
membantu nasabah dalam hal administrasi pendaftaran haji. Tabungan haji ini
dimaksudkan untuk membantu nasabah mempersiapkan Ongkos Naik Haji (ONH) dan
membantu nasabah untuk melakukan pendaftaran haji langsung ke Departemen Agama
secara online. Jika waktu pendaftaran haji sudah dibuka, bank akan mendaftarkan
nasabahnya sebagai calon jamaah haji hingga mendapatkan nomor porsi untuk
pemberangkatan haji.
Tabungan haji merupakan salah satu produk andalan yang ada di BRI Syariah
KCP Kudus. Tabungan haji dalam bank syariah sangat direkomendasikan bagi nasabah
yang berencana untuk melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Tabungan haji di BRI
Syariah berdasarkan akad mudharabah yang sesuai dengan prinsip Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat diambil suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik tabungan haji BRI Syariah KCP Kudus?
2. Bagaimana manajemen operasional dana tabungan haji BRI Syariah KCP Kudus?
3. Bagaimana manajemen operasional dana tabungan haji dalam menarik minat
nasabah BRI Syariah KCP Kudus ditinjau dari perspektif ekonomi syariah?
C. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tujuan penelitian


adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana praktik tabungan haji BRI Syariah KCP
Kudus.
2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen operasional dana tabungan
haji BRI Syariah KCP Kudus.
3. Untuk mengetahui bagaimana

manajemen operasional dana tabungan haji dalam menarik minat nasabah BRI
Syariah KCP Kudus ditinjau dari perspektif ekonomi syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BANK SYARIAH

Antonio dan Perwataat madja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank
Islam bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’at islam. Bank islam adalah:
1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat islam
2) bank yanng tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-
ketentuan al quran dan hadist. Sementara
3) bank yang beroperasi sesuai prinsip syariat islam adalah bank yang
mengikuti ketentuan-ketentuan syariat islam, khusus yang menyangkut
tata cara bermuamalat secara Islam.
Lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktekpraktek yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan
investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdaganganBank islam selanjutnya
disebut bank syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga.
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah masalah
riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu
tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang menggembirakan
bahwa belakangan ini para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna
menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan
keuangan yang lebih sesuai dengan etika Islam.
Upaya ini dilakukan dalam upaya untuk membangun model teori ekonomi yang
bebas bunga dan pengujiannya terhadap partumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi
pendapatan Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga
perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada alquran
dan al-hadist.
Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

B. PERAN BANK SYARIAH BAGI PEREKONOMIAN

Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut sebagai aturan
yang menyangkut aspek keuangan dalam sistem mekanisme keuangan suatu negara,
telah menjadi instrumen penting dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu
bangsa. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tentu saja menuntut
adanya sistem baku yang mengatur dalam kegiatan kehidupannya. Termasuk di
antaranya kegiatan keuangan yang dijalankan oleh setiap umat. Hal ini berarti bahwa
sistem baku termasuk dalam bidang ekonomi. Namun, di dalam perjalanan hdup umat
manusia, kini telah terbelenggu dalam sistem perekonomian yang bersifat sekuler
Khusus di bidang perbankan, berdirinya De Javasche Bank pada tahun 1872,
telah menanamkan nilai-nilai sistem perbankan yang sampai sekarang telah mentradisi
dan bahkan sudah mendarah daging di kalangan masyarakat Indonesia, tanpa kecuali
umat Islam. Rasanya sulit untuk menghilangkan tradisi yang semacam itu, namun
apakah hal itu akan berlangsung terus menerus ? Upaya apakah yang mungkin dapat
dijadikan sebagai suatu alternatif solusinya ?
Suatu kemajuan yang cukup menggembirakan, menjelang abad XX terjadi
kebangkitan umat Islam dalam segala aspek. Dalam sistem keuangan, berkembang
pemikiran-pemikiran yang mengarah pada reorientasi sistem keuangan, yaitu dengan
C. PENGEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

Membahas persoalan bank syariah , pada dasarnya sumber pada konsep uang
dalam Islam. Sebab bisnis perbankan tidak dapat lepas dari persoalan uang. Di dalam
Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditi. Diterimanya peranan
uang ini secara meluas dengan maksud melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan
penghisapan dalam ekonomi tukar-menukar. Sebagai alat tukar-menukar, peranan uang
sangat dibenarkan, namun apabila dikaitkan dengan persoalan ketidakadilan, di dalam
ekonomi tukar menukar yang digolongkan sebagai riba al-fadl. Oleh karena itu dalam
Islam, uang sendiri tidak menghasilkan suatu apapun. Dengan demikian, bunga (riba)
pada uang yang dipinjam dan dipinjamkan dilarang (apabila memberatkan atau
eksploitasi).
Timbul pernyataan yang mendasar, mengapa bank syariah timbul dan
beroperasi? Ada situasi dan keadaan yang menuntut lahir dan beroperasional bank
syariah. Masalah pokoknya adalah berkenaan dengan perangkat bunga yang telah
dikembangkan oleh bank konvensional. Sebab, apabila ditelusuri lebih jauh, bahwa
persoalan bunga bank di Indonesia sendiri sudah lama menjadi ganjalan bagi umat Islam
yang harus segera ditemukan pemecahannya.
Reaksi keras pertama kali dalam rangka meng-counter terhadap persoalan
bunga bank adalah terdapat dalam tulisan KH. Mas Mansur di majalah Tabliq Siaran
pada tahun 1937, bahwa bunga bank menjadi permasalahan yang sangat serius bagi
umat Islam.
Namun karena pada saat itu belum ada deregulasi moneter dan perbankan,
maka reaksi tersebut belum menemukan jawaban. Baru setelah adanya deregulasi
moneter dan perbankan pada tahun 1983, sedikit mendapatkan jawaban terhadap
permasalahan bunga bank tersebut. Kemudian dikuatkan lagi dengan keluarnya Pakto
1988, bahwa bank dapat memberikan pembiayaan dengan bunga nol persen.
Menurut Mudrajad dan Suharjono (2002) mengatakan bahwa deregulasi
finansial yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini agaknya sejalan dengan
deregulasi finansial yang juga terjadi di negara-negara Asia. Persamaannya terlihat pada
tiga dimensi deregulasi yang terpisah, namun berkaitan erat, yaitu deregulasi harga
(terutama deregulasi suku bunga), deregulasi produk (ragam jasa yang ditawarkan) dan
deregulasi spasial (kelonggaran pembukaan cabang atau hambatan memasuki pasar).
Lebih lanjut dikatakan, bahwa tinjauan deregulasi selama sepuluh tahun
terakhir menunjukkan bahwa deregulasi telah sedikit banyak mengubah wajah sektor
keuangan Indonesia. Tidak berlebihan bila dikatakan, saat ini Indonesia telah keluar dari
represi finansial, setidaknya kadarnya telah jauh berkurang dibanding masa
sebelumnya. Deregulasi finansial sebagai gantinya, mengakibatkan fenomena baru yang
mengakibatkan iklim persaingan semakin hangat. Termasuk di dalamnya adalah
persaingan dalam perbankan syariah.
Diakui atau tidak, bahwa deregulasi finansial di Indonesia telah memberikan
iklim bagi tumbuh dan berkembangnya bank syariah diindonesia. Pada tahun 1991 telah
berdiri dua bank syariah yaitu: BPR Syariah Dana Mardhotillah dan BPR Syariah Berkah
Amal Sejahtera, keduanya berada di Bandung. Pada tahun 1992, diundangkannya UU
Perbankan Nomor 7 tahun 1992, yang isinya tentang bank bagi hasil. Saat itu pula
berdiri Bank Muamalat Indonesia. Kemudian diikuti oleh BPR Syariah drajat warga dan
BPR syariah marga risski bahagia, keduanya berada di indonesia. Reaksi berikutnya juga
muncul, untuk melakukan revisi UU No. 7 tahun 1992 menjadi UU No. 10 tahun 1998.
Dengan demikian , diterbitkannya UU No. 10 tahun 1998 memiliki kegiatan usaha
perbankan berdasarkan prinsip syariah . setelah UU No 10 Tahun 1998 telah berdiri .
Bank umum syariat (bank muamalat indonesia) ditambah dengan 80 BPR Syariah.
Kalau dilihat secara makro ekonomi, memiliki peluang besar karena peluang
pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas penduduk Indonesia. UU No. 10 tidak
menutup kemungkinan bagi pemilik bank negara, swasta nasional bahkan pihak
pihakasing sekalipun untuk membuka cabang syariah di Indonesia. Dengan terbukanya
kesempatan ini jelas akan memperbesar peluang transaksi keuangan di dunia
perbankan kita, terutama bila terjalin hubungan kerjasama di antara bank-bank syariah.
Hal ini guna menampung aspirasi dan kebutuhan yang berkembang di
masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan bank
berdasarkan prinsip stariah ini termasuk juga kesempatan konversi dari bank umum
yang kegiatan usahanya berdasarkan pada pola konvensional menjadi pola syariah.
Selain itu dibolehkan pula bagi pengelola bank umum konvensional untuk membuka
kantor cabang atau mengganti kantor cabang yang sudah ada menjadi kantor cabang
khusus syariah dengan persyaratan yang melarang percampuran modal dan
akuntansinya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah kita pelajari lebih mendalam dari pengertian, peranan dan


perkembangan bank syariah din Indonesia dapat di simpulkan bahwa masa depan
perbankan syariah Indonesia sangat cerah. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya
jumlah (unit) perbankan syariah dari tahun ke tahun.Perbankan syariah dapat di
kembagkan debagai salah salah satu sistem perbankan alternatif selain sistem
perbankan yang umum (konvensional). Jika dibandingkan dengan jumlah nasabah dan
simpanan dari perbankan yang umum (konvensional) cenderung tidak meningkat
(stagnan), maka masih sangat terbuka kemungkinan perbangkan syariah untuk
mendapatkan kenaikan jumlah nasabah maupun simpanan mereka.Aturan yang berlaku
dalam perbankan syariah adalah adanya sistem bagi hasil yang tidak seberat jika kita
mengikuti aturan dalam perbankan umum (komvensional yang sering memberatkan
kalangan pengusaha.Perbangkan syariah menawarkan berbagai produk baik tabungan
maupun yang lainnya. Sehingga harapan dari kalangan usaha kecil dan menengah untuk
memperoleh modal untuk memajukan usaha mereka bisa terlaksana dengan baik.
Perbangkan syariah tidak memberikan pinjaman untuk kegiatan haram dan spekulasi.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Sebagai manusia, kami pun
tak luput dari kesalahan dan tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan. Tapi,
semoga saja yang kita pelajari ini bermanfaat, dengan harapan bisa menambah
Pengetahuan dan Keilmuan bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk menjadi koreksi kedepan.

Anda mungkin juga menyukai