Anda di halaman 1dari 68

MANAJEMEN PENDANAAN

dan
JASA PERBANKAN SYARIAH
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr.wb

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa
memberikan kita Kesehatan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Sholawat dan salam kita
selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW berkat perjuangan beliau sampai hari ini
kita bisa menikmati karunia yang telah di berikan – Nya.

Buku Manajemen Perbankan Syari’ah ini kami susun bersama Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Kerinci, Jurusan perbankan Syariah 5B dan dosen yang diperuntukan sebagai acuan
perkuliahan bagi mahasiswa. Buku ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan lebih
kepada pembaca mengenai bagaimana pengelolaan bank syari’ah dulu hingga saat ini.

Buku ini kami rasa sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan masukkan dari
segala pihak sangat kami harapkan sehingga kedepannya buku ini layak dan dapat dibaca oleh segala
pihak untuk dapat dijadikan referensi dan rujukan.

Kami sampaikan Terima kasih kepada Bapak dosen mata kuliah Manajemen Perbankan Syari’ah
Helfenta, M.M yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada kami penulis untuk menyelesaikan
buku ini. Kami penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang terlibat dalam penulisan
buku ini dan tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Wassalamualaikum, wr wb.

Sungai Penuh, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB II

PERBANKAN SYARI’AH

A. PENGERTIAN PERBANKAN SYARIAH


B. SEJARAH BANK SYARI’AH

KONSEP DASAR KEUANGAN ISLAM

A. KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM


B. KONSEP RIBA, ZAKAT, DAN MAYSIR
C. KONSEP UANG DALAM ISLAM

KONSEP DASAR KEUANGAN ISLAM

A. PERBEDAAN BAGI HASIL DAN SISTEM BUNGA


B. KONSEP KEUNTUNGAN DALAM ISLAM
C. KONSEP DASAR BANK SYARIAH
D. KONSEP AKAD

AKAD BANK SYARIAH

A. AKAD POLA TITIPAN


B. AKAD POLA PINJAMAN
C. AKAD POLA BAGI HASIL
D. AKAD POLA JUAL BELI
E. AKAD POLA SEWA
F. AKAD POLA LAINNYA

PRODUK PENDANAAN DAN PRODUK PEMBIAYAAN


A. PENDANAAN DENGAN PRINSIP MUDHARABAH
B. PENDANAAN DENGAN PRINSIP IJARAH
C. PEMBIAYAAN MODAL KERJA
D. PEMBIAYAAN INVESTASI
E. PEMBIAYAAN ANEKA BARANG, PERUMAHAN DAN PROPERTI

BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN(OJK)

A. PENGERTIAN BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN


B. TUJUAN BANK INDONESIA
C. TUGAS BANK INDONESIA
D. KEWENANGAN BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN
E. VISI DAN MISI OTORITAS JASA KEUANGAN
F. ASAS OTORITAS JASA KEUANGAN
G. FUNGSI OTORITAS JASA KEUANGAN

TINJAUAN UMUM TENTANG FINTECH “ADAKAMI”


A. PENGERTIAN FINTECH LANDING
B. FUNGSI FINTECH LANDING
C. MANFAAT FINTECH LANDING
D. FINTECH ADAKAMI
E. PERLINDUNGAN HUKUM
BAB I

PENGERTIAN DAN SEJARAH PERBANKAN SYARIAH

A. Perbankan Syari’ah

1. Pengertian Perbankan Syari’ah

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didalam
perekonomian suatu negara. Bank memiliki peran sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang
memiliki dana dengan pihak-pihak yang tidak memiliki dana. Misalnya dalam memperlancar
perekonomian, berbagai transaksi baik berskala lokal maupun internasional membutuhkan adanya jasa
perbankan. Transfer dana, rekening giro, penerbitan L/C, depositobox ,tukar menukar valuta asing serta
berbagai jenis pelayanan jasa lainnya merupakan kegiatan dalam perbankan disamping tempat yang aman
untuk menitipkan dana. Hal tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh DRS. T. GILARSO, SJ,
Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana, memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang


perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Syari’ah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam
atau disebut Bank tanpa bunga, adalah Lembaga keungan/ perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan berlandaskan pada Al- Qur’an dan Hadist Nabi SAW atau dengan kata lain, Bank islam
adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam
lalulintas pembiayaan serta peredaran uang yang pengopersiannya disesuaikan dengan prinsip syariat
islam.

Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah mengemukakan pengertian perbankan
syariah dan pengertian bank syariah. Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta tata cara dan
proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya dengan didasarkan pada prisnsip syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS
(Bank Umum Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah). 1

Selanjutnya para pakar memberikan pendapatnya mengenai pengertian bank syariah di bawah ini:

a) Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara yang memberikan
kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang
beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau Islam.

b) Menurut Perwataatmadja, Bank Syariah ialah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-
prinsip syariah (Islam) dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Al-quran dan Hadist.

c) Menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu bentuk dari bank modern yang didasarkan
pada hukum Islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan Islam dengan menggunakan
konsep bagi resiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan yang didasarkan pada
kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Prinsip dan Tujuan Bank Syariah

Prinsip-prinsip bank syariah diantaranya adalah sebagai berikut:

1 Ismail, Perbankan Syari’ah…. Ibid hal. 7


a) Prinsip Keadilan (adl), yaitu menempatkan sesuat yang hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada bank yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai porsinya.

b) Prinsip Keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan ytang meliputi aspek material dan
spiritual aspek privat dan publik, sektor keuangan, dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan
keseimbangan aspek pemanfaatan dan kelestarian.

c) Prinsip kemaslahatan (maslahah), yaitu merupakan segala bentuk kebaikan yang


berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual serta individual dan kolektif serta harus
memenuhi 3 unsur yakni kepatuhan syariah (halal), bermanfaat dan membawa kebaikan dalam
semua aspek secara keseluruhan dan tidak menimbulkan kmudaratan.

d) Prinsip universalisme (alamiyah) yaitu sesuatu dapat dilakukan dan diterima oleh,
dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku,
agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin). 2

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip Syariah.
Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan bank konvensional.
Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah Islam yang berpedoman utama
kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan
manusia secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta
(HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).

Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan
kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan
berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah
yang mendapat amanah dari Allah.

2 OJK, Prinsip dan Konsep dasar Bank Syari’ah


Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dalam
bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang
merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya.

Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut
ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah

Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang
muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman hidupnya sehingga
disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang menyatakan "Tidaklah
sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah"

Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat yang
antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut:

Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur spekulasi dan
perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini akan mendatangkan kerugian
bagi masyarakat. Islam menempatkan fungsi uang semata-mata sebagai alat tukar dan bukan
sebagai komoditi, sehingga tidak layak untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur
ketidakpastian atau spekulasi (gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang apalagi
dikaitkan dengan berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk menukar dengan barang.

Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada segelintir orang
dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta sehingga tidak produktif dan oleh
karenanya bagi mereka yang mempunyai harta yang tidak produktif akan dikenakan zakat yang
lebih besar dibanding jika diproduktifkan. Hal ini juga dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa
kedudukan manusia dibumi sebagai khalifah yang menerima amanah dari Allah sebagai pemilik
mutlak segala yang terkandung didalam bumi dan tugas manusia untuk menjadikannya sebesar-
besar kemakmuran dan kesejahteraan manusia.

Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan waJib dlakukan sehingga tidak seorangpun
tanpa bekerja - yang berarti siap menghadapi resiko – dapat memperoleh keuntungan atau
manfaat(bandingkan dengan perolehan bunga bank dari deposito yang bersifat tetap dan hampir
tanpa resiko).

Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi harus dilakukan secara
transparan dan adil atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari pihak manapun.

Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya yang tidak
bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa dipercaya (simetri dengan profesi akuntansi dan
notaris).

Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang merupakan hak
orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga anjuran yang kuat untuk
mengeluarkan infaq dan shodaqah sebagai manifestasi dari pentingnya pemerataan kekayaan dan
memerangi kemiskinan.

Sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan Islamic banker dikalangan
dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba diharamkan.

Dalam operasionalnya, perbankan syariah harus selalu dalam koridor-koridorprinsip-


prinsip sebagai berikut:

Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko
masing-masing pihak

Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana, serta
lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk
memperoleh keuntungan

Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara terbuka
dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya

Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam masyarakat
sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Prinsip-Prinsip syariah yang dilarang dalam operasional perbankan syariah adalah kegiatan yang
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
Maisir: Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti
memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian
karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah.
Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi.Judi dilarang dalam praktik
keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah sebagai berikut:"Hai orang-
orang yang beriman, sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan" (QS Al-Maaidah : 90)

Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir. Ketika melakukan
perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi secara abnormal. Suatu saat
ketika seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketimbang usaha yang
dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami kerugian yang
sangat besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan sehingga
diharamkan dalam sistem keuangan Islam.

Gharar : Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah gharar berarti seduatu
yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan atau perjudian. Setiap transaksi yang masih belum
jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli
gharar. Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air atau membeli ternak yang masih
dalam kandungan induknya termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar. Pelarangan
ghararkarena memberikan efek negative dalam kehidupan karena gharar merupakan praktik
pengambilan keuntungan secara bathil. Ayat dan hadits yang melarang gharar diantaranya :"Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang
batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui" (Al-Baqarah : 188)

Riba: Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan, pertumbuhan atau
peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta
pokok atau modal secara bathil. Para ulama sepakat bahwa hukumnya riba adalah haram.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 130 yang melarang kita untuk
memakan harta riba secara berlipat ganda. Sangatlah penting bagi kita sejak awal pembahasan
bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat di antara umat Muslim mengenai pengharaman Riba
dan bahwa semua mazhab Muslim berpendapat keterlibatan dalam transaksi yang mengandung
riba adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan sumber utama syariah, yaitu Al-Qur'an dan Sunah
benar-benar mengutuk riba. Akan tetapi, ada perbedaan terkait dengan makna dari riba atau apa
saja yang merupakan riba harus dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas perekonomian
dengan ajaran Syariah.

Mulawarman berpendapat bahwa adapun Bank syariah dibentuk dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam khususnya muamalah
yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur haram dimana jenis-jenis usaha tersebut selain
dilarang dalam Islam, juga menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.

2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan
melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar, antara pemilik modal
dengan pihak yang membutuhkan modal.

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih
besar terutama kepada kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif,
menuju terciptanya kemandirian berusaha.

4. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan garis kemiskinan), yang pada umumnya


merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah
dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat
kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen,
pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal
kerja dan program pengembangan usaha bersama.

5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas bank
syariah yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem bunga,
menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara Lembaga keuangan, khususnya bank dan
menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter
baik dari dalam maupun luar negeri.

3. Akad – Akad Transaksi dalam Perbankan Syari’ah

a) Wadiah

Akad penitipan batang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak yang
diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang
atau uang.

b) Mudharabah

Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau bank syariah) yang
menyediakan seluruh modal dan pihak kedua ('amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak
selaku pengelola dana dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.

c) Musyarakah

Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang masing-masing pihak
memberikan porsi dana masing-masing.

d) Murabahah

Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

e) Salam

Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang dilakukan
terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.

f) Istisna'

Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu yang disepakati
antara pemesan atau pembeli (mustashni') dan penjual atau pembuat (shani').
g) Ijarah

Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau
jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikian barang itu sendiri

h) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik

Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau
jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.

i) Qardh

Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan
dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.

B. Sejarah Perbankan Syari’ah

1. Tahapan di Zaman Nabi SAW dan Sahabat

Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan
uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum
muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi
umat Islam sejak jaman Rasulullah SAW. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meninjamkan
uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah
lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu
menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah.

Jelaslah bahwa ada individu-individu yang telah melaksanakan fungsi perbankan di zaman
Rasulullah SAW, meskipun individu tersebut tidak melaksanakan seluruh fungsi perbankan. Ada sahabat
yang melaksanakan fungsi menerima titipan harta, ada sahabat yang melaksanakan fungsi pinjam-
meminjam uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang, dan ada pula yang memberikan modal
kerja. Biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi saja.

2. Tahapan di Zaman Bani Umayyah dan Bani Abasiah

Jelas saja institusi bank tidak dikenal dalam kosa kata fikih Islam, karena memang institusi ini
tidak dikenal oleh Masyarakat Islam di masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, maupun
Bani Abbasiyah.
Di jaman Rasulullah saw fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh perorangan, dan biasanya satu
orang hanya melakukan satu fungsi saja. Baru kemudian, di jaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi
perbankan dilakukan oleh satu individu.

Peranan banker pada zaman Abbasiyah mulai populer pada pemerintahan Muqtadir (908-932M).
Saat itu, hampir setiap wazir mempunyai bankir sendiri. Misalnya, Ibnu Furat menunjuk Harun ibnu
Imran dan Joseph ibnu wahab sebagai bankirnya. Lalu Ibnu Abi Isa menunjuk Ali ibn Isa, Hamid
ibnuWahab menunjuk Ibrahim ibn Yuhana, bahkan Abdullah al-Baridi mempunyai tiga orang banker
sekaligus: dua Yahudi dan satu Kristen. Kemajuan praktek perbankan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya saq (cek) dengan luas sebagai media pembayaran. Bahkan, peranan bankir telah meliputi tiga
aspek, yakni menerima deposit, menyalurkannya, dan mentransfer uang. Dalam hal yang terakhir ini,
uang dapat ditransfer dari satu negeri ke negeri lainnya tanpa perlu memindahkan fisik uang tersebut.
Para money changer yang telah mendirikan kantor-kantor di banyak negeri telah memulai penggunaan
cek sebagai media transfer uang dan kegiatan pembayaran lainnya.

3. Tahapan di Masa Eropa

Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan yang dilakukan oleh perorangan jihbiz kemudian
dilakukan oleh institusi yang saat ini dikenal sebagai institusi bank. Ketika bangsa Eropa mulai
menjalankan praktek perbankan, persoalan mulai timbul karena transaksi yang dilakukan menggunakan
instrumen bunga yang dalam pandangan fikih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Transaksi berbasis
bunga ini semakin merebak ketika Raja Henry VIII pada tahun 1545, membolehkan bunga (interest)
meskipun tetap mengharamkan riba (usury) dengan syarat bunganya tidak boleh berlipat ganda
(excessive). Ketika Raja Henry VIII wafat, ia digantikan oleh Raja Edward VI yang membatalkan
kebolehan bunga uang, ini tidak berlangsung lama. Ketika wafat, ia digantikan oleh Ratu Elizabeth I yang
kembali membolehkan bunga uang.

Selanjutnya, bangsa Eropa mulai bangkit dari keterbelakangannya dan mengalami renaissance.
Penjelajahan dan penjajahan mulai dilakukan ke seluruh penjuru dunia, sehingga kegiatan perekonomian
dunia mulai didominasi oleh bangsa-bangsa Eropa. Pada saat yang sama, peradaban muslim mengalami
kemerosotan dan negara-negara muslim satu per satu jatuh ke dalam cengkeraman penjajahan bangsa-
bangsa Eropa. Keadaan ini berlangsung terus sampai zaman modern kini. Karena itu, institusi perbankan
yang ada sekarang di mayoritas negara-negara muslim merupakan warisan dari bangsa Eropa, yang
notabennya berbasis bunga.

4. Tahapan di Zaman Modern (Pasca Eropa)


a) Tahapan Pengembangan kerangka konseptual (1950-1975)

Pada periode ini banyak dilakukan seminar, diskusi dan kajian-kajian oleh para ekonom, bankir
dan ahli hukum tentang permasalahan riba, moralitas ekonomi dan alternatif akad & praktek perbankan
yang sesuai dengan prinsip syariah.

b) Tahapan eksperimen (1975 – 1990)

Pada periode ini, muncul inisiatif terutama dari kalangan swasta untuk mempraktekkan konsep
perbankan syariah, misalnya melalui pendirian : Dubai Islamic Bank dan Dar Al- Maal Al Islami di
Emirat Arab (1975). Juga di Pakistan dan Iran dilaksanakan legalisasi sistem perbankan syariah secara
nasional.

c) Tahapan penetrasi pasar & perluasan wilayah operasi (1990 – sekarang).

Keberhasilan dan stabilitas perkembangan bank-bank syariah telah menarik perhatian banyak
pihak. Sejumlah Lembaga keuangan di negara-negara non muslim (misal: Inggris, Luxemburg & Swiss)
juga mulai akomodatif terhadap kebutuhan Masyarakat dan investor yang menginginkan untuk
melaksanakan transaksi- transaksi keuangan secara syariah sepanjang memenuhi ketentuan dari otoritas
keuangan setempat.

5. Sejarah Perkembangan Perbankan Syari’ah di Indonesia

Ide untuk mendirikan Bank yang menggunakan prinsip bagi hasil sudah muncul sejak 1970-an
Pada 1974 diadakan seminar nasional Indonesia dengan Timur Tengah tentang pendirian bank syari’ah.
Pada 1976 diadakan seminar internasional yang dilaksanakan oleh Lembaga Study Ilmu-Ilmu
Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika.3

Setelah diadakan penelitian yang mendalam, usaha untuk mendirikan bank syariah sedikit ada
kendala, yaitu tidak ada paying hukum yang mengatur tentang bank yang operasionalnya yang memakai
prinsip bagi hasil. Kalau tetap dioperasikan bank syariah itu, maka tidak sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok- pokok perbankan yang berlaku pada waktu itu. Selain hambatan
ini lahirnya bank syariah ini dianggap sementara oleh pihak ada keterkaitan dengan faktor idiologi yang
dianggapnya bagian dari konsep negara Islam.

Pada tanggal 18-19 Agustus 1990 MUI menyelenggarakan Lokakarya bunga bank dan perbankan
di Cisarua Bogor Jawa Barat. 22-25 Agustus 1990 diadakan Musyawarah nasonal IV MUI yang
berlangsung di Hotel Sahid Jaya dalam rangka menindaklanjuti hasil lokakarya. Hasil musyawarah

3 Idayanti, Makalah Sejarah Perbankan Syari’ah


tersebut adalah dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 1
November 1991 didirikan Bank Muamalat Indonesia Pada tahun 1992 tepatnya tanggal 1 Mei Bank
Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama resmi beroperasi sebelum lahirnya undang-undang
atau peraturan tentang bank syariah.

Pada tahun 1992 dibuat undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang “bank berdasarkan prinsip bagi
hasil”, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memililiki dasar
operasional bagi hasil. Tetapi dalam UU ini tidak terdapat rincian landasan hukum serta jenis-jenis usaha
yang diperbolehkan. Ketentuan perundang-undangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum
beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual
banking system) di Indonesia.

Pada tahun 1998 (era Reformasi) ini dikeluarkan UU No. 10 tahun 1998 sebagai amandemen dari
UU No. 7 Tahun 1992. Dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk SK Direksi
BI/Peraturan Bank Indonesia. Peraturan - peraturan tersebut memberikan kesempatan yang luasuntuk
mengembangkan jaringan perbankan syariah antara lain melalui ijin pembukaan kantor cabang syariah
(KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata lain, bank umum dapat menjalankan dua kegiatan usaha,
baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah. Bank Indonesia juga menerbitkan
peraturan Bank Indonesia No. 471/PBI/2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional
menjadi bank umum berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip syariah
oleh bank umum konvensional.

Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank Susila
Bakti. Bank Susila Bakti tersebut merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara,
yang kemudian dikonversi jadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua Indonesia Pendirian Bank
Syariah Mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir syariah. Bila Bank Syariah Mandiri berhasil,
maka bank syariah di Indonesia dapat berkembang Sebaliknya, bila Bank Syariah Mandiri gagal maka
besar kemungkinan bank syariah di Indonesia akan gagal. Hal ini disebabkan karena Bank Syariah
Mandiri merupakan bank syariah yang didirikan oleh BUMN milik pemerintah. Ternyata Bank Syariah
Mandiri dengan cepat mengalami perkembangan. Dengan pendirian Bank Syariah Mandiri ini kemudian
diikuti oleh pendirian beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.

Hingga Maret 2013 BMI sudah memiliki 79 kantor cabang, 158 kantor cabang pembantu, 121
kantor kas yang tersebar diseluruh Indonesia. Selain tujuan dibentuknya bank syariah sebagaimana
tersebut diatas, juga diharapkan melalui bank syariah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan industri perbankan, terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena
masih banyak masyarakat yang masih enggan berhubungan dengan bank, sebab bank dianggap
mempraktikan riba dalam transaksi yang dilakukannya, padahal riba itu haram hukumnya dalam syariat
Islam.4

BAB II

KONSEP DASAR KEUANGAN ISLAM

A. Konsep Dasar Ekonomi Islam

1. Perkembangan dan Urgensi Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip hukum
Islam yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. 5. Berikut adalah perkembangan dan urgensi
ekonomi Islam:

Perkembangan Ekonomi Islam:

● Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia menunjukkan kemajuan yang patut disyukuri

dan diapresiasi

● Pemikiran ekonomi syariah juga nampak pada ikhtiar untuk mencari relevansinya dengan

ekonomi modern

● Munculnya filantropi Islam di Indonesia merupakan fenomena kepedulian masyarakat

muslim kelas menengah ke atas terhadap persoalan 6

● Pertumbuhan perbankan syariah cukup baik, baik di tingkat nasional bahkan tingkat global 7

Urgensi Ekonomi Islam:

● Ekonomi Islam membangun integritas muslim yang menjalankan roda ekonomi sesuai

dengan ajaran Islam, dengan berpegang teguh pada keistimewaan ekonomi Islam yaitu
menghindari dari segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur riba yang dapat
menyebabkan kerugian terhadap orang lain

4 Abdul Mana, Hukum Ekonomi Syari’ah.., hal. 206


5 Septiani anggela, 'Urgensi Ekonomi syariah dalam menghadapi ekonomi global ,
Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 2, 2021, hal. 8
6 https://syariah.uinsaid.ac.id/perkembangan-ekonomi-syariah-di-indonesia
7 Urgensi Ekonomi Syariah | Republika Online Mobile
● Urgensi pengembangan Ekonomi Islam di Indonesia adalah karena Islam sebagai the way of

lifeb

● Lembaga keislaman seperti Ormas Islam memiliki tingkat kredibilitas dan kepercayaan dari

ummat. Strukturnya yang sampai ke tingkat pedesaan dan

kadernya yang banyak, sangat memungkinkan untuk dijadikan agen-agen jihad dalam bidang ekonomi
berbasis kemasyarakatan

● Ekonomi syariah tidak boleh hanya bertumpu pada sektor keuangan, namun perlu

penguatan pada sektor riil 8

Dalam keseluruhan, ekonomi Islam memiliki urgensi yang penting dalam membangun
integritas muslim dan menjalankan roda ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. Perkembangan
ekonomi syariah menunjukkan kemajuan yang patut disyukuri dan diapresiasi, namun tantangan
yang dihadapi adalah masyarakat masih merasa kebingungan dalam memahami karakteristik dasar
yang melandasi sistem operasional perbankan syariah

2. Islam dan Ekonomi

Islam dan ekonomi memiliki keterkaitan yang erat.

● Islam memiliki konsep sistem kehidupan yang universal, integral, dan komprehensif, yang

telah menetapkan tatanan yang mencakup aspek ekonomi

● Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang

perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam

● Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-

nilai Islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas9

● Dalam Islam, nilai-nilai dasar ekonomi syariah bersumber hanya pada ajaran Al-Qur'an dan

hadits, sedangkan ekonomi konvensional hanya bersumber dari aturan-aturan yang dibuat
oleh manusia

8 Iskandar Eddy, 'Urgensi pendidikan sistem ekonomi Islam sejak dini',


jurnal Dharmawangsa.ac.id, Vol. 2, 2017, hal. 252
9 https://an-nur.ac.id/pengertian-ekonomi-islam-dan-sistem-ekonomi-islam/
● Aktivitas ekonomi Islam dilahirkan pada zaman Nabi Muhammad saw dan khilafah antara

lain perdagangan, pertanian dan industri. Kegiatan ekonomi tersebut memiliki ciri kejujuran,
keikhlasan, keadilan atau keseimbangan, kemashlahatan dan kesederhanaan dalam tingkat
permulaan

● Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang mempelajari masalah-masalah ekonomi

masyarakat berdasarkan pada ajaran Islam atau aturan-aturan Allah dengan tujuan untuk
mencapai kesejahteraan umat manusia

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa Islam dan ekonomi memiliki keterkaitan yang erat.
Islam memiliki konsep sistem kehidupan yang mencakup aspek ekonomi, dan ekonomi Islam
didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan umat manusia dengan mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat
berdasarkan pada ajaran Islam atau aturan-aturan Allah.

B. Konsep Riba, Zakat, dan Maisir

1. Konsep Riba

Riba adalah sebuah konsep dalam keuangan Islam yang mengacu pada larangan bunga
atau riba. Hal ini dianggap eksploitatif dan tidak adil. Berikut beberapa poin penting mengenai
konsep riba:

1. Riba diartikan sebagai jumlah tambahan di atas jumlah pokok pinjaman yang disepakati
atau diwajibkan sebagai imbalan pada saat pelunasan.
2. Riba dilarang dalam Islam karena dianggap eksploitatif dan tidak adil. Alih-alih
membebankan bunga pinjaman, keuangan Islam mempromosikan pengaturan pembagian
keuntungan dan pembagian risiko, di mana kedua belah pihak berbagi keuntungan dan
kerugian dari suatu usaha bisnis.10
3. Riba adalah dosa besar dalam Islam, dan dianggap sebagai salah satu pelanggaran paling
serius yang dapat dilakukan seseorang.
Berikut contoh hadis tentang riba:

10 https://www.kompasiana.com/fajar92210/5faa54869b7830488e7f19f3/riba-dalam-prespektif-ekonomi-islam
♦ Dari Abdullah bin Hanzalah, Rasulullah SAW bersabda, “Satu dirham riba yang

diterima seseorang dengan sengaja, lebih buruk daripada berzina sebanyak tiga puluh
enam kali.” (H.R. Ahmad & Duruquthni).11
4. Riba tidak hanya dilarang dalam pinjam meminjam tetapi juga dalam transaksi keuangan
lainnya seperti penjualan dan sewa.
5. Larangan riba didasarkan pada ayat Alquran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
6. Konsep riba erat kaitannya dengan konsep gharar (ketidakpastian) dan maysir (perjudian)
yang juga dilarang dalam keuangan Islam.

Ringkasnya, riba adalah sebuah konsep dalam keuangan Islam yang melarang bunga atau
riba dalam transaksi keuangan. Hal ini dianggap eksploitatif dan tidak adil serta didasarkan pada
ayat Alquran dan Hadits Nabi Muhammad.

2. Konsep Zakat

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaa'iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis,
dan menentukan dalam ajaran Islam. Secara bahasa, zakat memiliki beberapa arti, yaitu al-
barakatu (keberkahan), an-namaa (pertumbuhan dan perkembangan), ath-thuhru (kesucian), dan
ash-shalahu (keberesan)

Secara istilah, zakat adalah mengeluarkan sebagian harta yang diwajibkan Allah SWT untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik), sesuai kadar dan haulnya,
dengan rukun dan syarat tertentu

Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib ditunaikan bagi setiap muslim
yang mampu dan memiliki kelapangan harta

Kewajiban zakat ini ditetapkan Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Quran surah Al-
Baqarah ayat 43: "Dan dirikanlah salat, serta tunaikanlah zakat, serta sujudlah kamu bersama-
sama dengan orang yang sujud"12

Beberapa konsep penting dalam zakat antara lain:

● Tujuan: Zakat memiliki tujuan untuk membantu orang-orang yang kurang mampu.

Dalam Al-Quran, zakat disebutkan beberapa kali, dan Allah SWT menegaskan bahwa

11 https://islamicmarkets.com/education/riba-in-hadith
12 https://www.pa-bojonegoro.go.id/cgi-sys/suspendedpage.cgi
zakat adalah cara untuk membersihkan dan mensucikan harta serta mendatangkan
keberkahan

● Jenis: Terdapat dua macam zakat, yaitu zakat nafsi (jiwa) atau zakat fitrah dan zakat

harta. Zakat fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadan sebagai bentuk pembersihan diri
dan pengampunan dosa, sedangkan zakat harta dikeluarkan dari harta yang telah
mencapai syarat tertentu

● Rukun: Zakat memiliki rukun-rukun yang harus dipenuhi agar sah. Rukun-rukun zakat

antara lain niat, kepemilikan harta yang mencapai nisab, haul (sudah mencapai satu
tahun), dan kadar zakat yang harus dikeluarkan

● Asnaf: Asnaf adalah golongan orang yang berhak menerima zakat. Dalam QS. At-

Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan ada delapan golongan orang yang
menerima zakat, antara lain fakir, miskin, amil (pengurus zakat), muallaf (orang yang
baru masuk Islam), hamba sahaya, orang yang berhutang, jalan Allah, dan ibnu sabil
(musafir yang kehabisan bekal)13

● Manfaat: Zakat memiliki manfaat yang luas, baik bagi individu maupun masyarakat.

Zakat dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan kesejahteraan


umat, dan menjadi penyambung kasih sayang antara si kaya dan si miskin

3. Konsep Maysir

Maysir adalah jenis transaksi permainan yang di dalamnya terdapat persyaratan berupa
pengambilan sejumlah materi dari pihak yang kalah oleh pemenangnya. Dalam ekonomi syariah,
maysir dianggap sebagai tindakan yang dilarang karena dianggap membawa kerugian bagi salah
satu pihak yang bertransaksi. Maysir termasuk dalam kategori dosa-dosa besar dan diharamkan
dalam agama Islam. Maysir adalah transaksi yang didasarkan pada keberuntungan spekulatif
dengan risiko kerugian hingga pada nominal besar

Beberapa konsep penting dalam maysir antara lain:

● Pengertian: Maysir adalah jenis transaksi permainan yang di dalamnya terdapat

persyaratan berupa pengambilan sejumlah materi dari pihak yang kalah oleh
pemenangnya. Maysir juga dapat dipahami sebagai judi atau taruhan

13 https://baznas.go.id/zakat
● Larangan: Maysir dianggap membawa kerugian bagi salah satu pihak yang bertransaksi

dan diharamkan dalam agama Islam. Larangan ini bahkan bersumber langsung dari Al-
Qur’an:
a) Dalam Surah Al-Baqarah ayat 219, Allah SWT menyatakan bahwa minuman
keras, judi, berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji
dan termasuk perbuatan setan.
b) dalam Surah Al-Maidah ayat 90-91, Allah SWT menyebutkan bahwa khamr dan
maysir merupakan pekerjaan setan dan wajib dijauhi.
Ayat-ayat tersebut menjadi dasar hukum bagi umat Islam untuk mengharamkan
praktik maysir atau judi.14

● Unsur: Terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi agar suatu transaksi dianggap

mengandung maysir, antara lain adanya unsur permainan, keberuntungan, dan risiko
kerugian hingga pada nominal besar.

● Contoh: Contoh dari maysir antara lain perjudian, lotere, dan spekulasi.

● Dampak: Maysir dapat membawa dampak buruk bagi individu dan masyarakat, antara

lain kecanduan, kerugian finansial, dan merusak moral


Dalam ekonomi Islam, maysir dianggap sebagai salah satu dari tiga larangan utama,
selain riba dan gharar. Hal ini karena maysir dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
ekonomi Islam yang mengedepankan kemakmuran masyarakat melalui hasil kerja kerasnya
sendiri15
C. Konsep Uang Dalam Islam
1. Teori Uang
Teori uang adalah kumpulan konsep dan prinsip yang digunakan untuk menjelaskan nilai
dan peran uang dalam kegiatan ekonomi. Terdapat dua jenis teori uang yang umum dibahas,
yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis
Teori nilai uang merupakan bagian dari teori uang yang membahas masalah-masalah
keuangan yang berkaitan dengan nilai uang.

● Teori Uang Statis

14 https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6426636/praktik-maisir-atau-judi-pengertian-unsur-dalil-
pelarangan-dan-contohnya
15 https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/12/30/maysir-adalah
a) Teori Metalisme (Intrinsik): Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-
buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu. Contoh: uang
emas dan uang perak
b) Teori Konvensi (Perjanjian): Uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat
untuk mempermudah pertukaran

● Teori Uang Dinamis

a) Teori Kuantitas dari David Ricardo: Kuat atau lemahnya nilai uang sangat
tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang meningkat, maka
nilai uang akan melemah, dan sebaliknya
Teori kuantitas uang menjelaskan bahwa persediaan uang dengan tingkat harga dalam
suatu perekonomian memiliki hubungan yang secara tidak langsung saling memengaruhi.
Perubahan pasokan uang akan memberi dampak pada perubahan tingkat harga, dan begitu
juga sebaliknya. Nilai daya beli ditentukan dari jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Jumlah uang yang beredar identik dengan tingkat harga umum yang diberlakukan
2. Fungsi Uang
Uang memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi. Berikut
adalah fungsi-fungsi uang yang dapat dijelaskan dari beberapa sumber:

● Alat tukar: Uang digunakan sebagai media pertukaran barang dan jasa antara pelaku

ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, uang menjadi alat tukar dalam transaksi

● Satuan hitung: Uang digunakan sebagai satuan hitung untuk menyatakan nilai

● Alat penyimpanan nilai: Uang dapat mengalihkan daya beli masa kini ke masa depan,

sehingga dapat digunakan sebagai alat penyimpanan nilai

● Alat pembayaran: Uang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dalam berbagai

transaksi dan berlaku di wilayah tertentu

● Alat pemindahan kekayaan: Uang dapat digunakan sebagai alat pemindahan kekayaan

dari satu pihak ke pihak lain

● Sebagai alat pendorong ekonomi: Uang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

suatu negara dengan cara meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga mendorong
konsumsi dan investasi
Selain itu, uang juga memiliki beberapa jenis, seperti uang kartal, uang giral, dan uang
elektronik.16
3. Konsep Uang Dalam Ekonomi Islam
Dalam ekonomi Islam, konsep uang memiliki beberapa perbedaan dengan ekonomi
konvensional. Berikut adalah beberapa konsep uang dalam ekonomi Islam yang dapat
dijelaskan dari beberapa sumber:

● Flow concept: Uang dalam ekonomi Islam adalah sesuatu yang bersifat flow concept,

bukan stock concept. Artinya, uang harus selalu mengalir dan beredar di kalangan
masyarakat dalam rangka memperlancar transaksi ekonomi.

● Tidak diperbolehkan untuk spekulasi: Dalam ekonomi Islam, tidak dikenal adanya

permintaan uang untuk spekulasi karena uang bukanlah komoditas yang dapat
diperdagangkan secara bebas.

● Beda antara uang dan kapital: Ekonomi Islam membedakan secara tegas antara uang dan

kapital. Hal ini berkaitan dengan larangan riba dalam Islam, dimana seorang muslim
dilarang untuk mendapatkan keuntungan dari uang yang dipinjamkannya kepada pihak
lain.

● Basis bagi hasil: Ekonomi Islam berbasis bagi hasil, sehingga uang digunakan sebagai alat

tukar dalam transaksi yang menghasilkan keuntungan bersama antara pihak yang terlibat.

● Fungsi uang: Menurut perspektif ekonomi Islam, uang memiliki tiga fungsi yaitu sebagai

alat tukar, sebagai satuan hitung atau pengukur nilai, dan sebagai penyimpan nilai.
Dalam ekonomi Islam, uang bukanlah tujuan utama, melainkan hanya sebagai alat untuk
memperlancar transaksi ekonomi yang menghasilkan keuntungan bersama antara pihak yang
terlibat. Oleh karena itu, penggunaan uang dalam ekonomi Islam harus dilakukan dengan cara
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.17

KONSEP DASAR KEUANGAN ISLAM

A. Perbedaan Bagi Hasil dan Sistem Bunga

16 https://an-nur.ac.id/pengertian-uang-sejarah-fungsi-ciri-ciri-dan-syarat-syarat-uang-jenis-jenis-dan-macam-
macam-standar-moneter/
17 Ilyas Rahmat, 'Konsep uang dalam perspektif ekonomi Islam' ,
jurnal bisnis dan manajemen islam, Vol. 4, No. 1, 2016, hal. 38
Konsep bagi hasil dalam Islam adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dan pengelola dana.Dalam perbankan syariah, sistem bagi hasil terbagi menjadi
dua, yaitu profit sharing dan mudharabah. Pada sistem bagi hasil, lembaga keuangan syariah dan
nasabah akan membagi keuntungan maupun risiko secara bersama-sama. Prinsip bagi hasil dalam
ekonomi syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu, al Musyarakah, al Mudharabah, al.
Muzara'ah, dan musaqolah Konsep bagi hasil pada bank syariah memiliki keunggulan komparatif
berupa penghapusan pembebebanan bunga yang berkesinambungan (perpetual interest effect),
membatasi risiko moral, dan memperkuat hubungan antara bank dan nasabah.

Perbedaan antara sistem bagi hasil dan sistem bunga terletak pada beberapa hal, seperti:

● Jenis bank: Sistem bunga identik dengan bank konvensional, sedangkan sistem bagi hasil

identik dengan bank syariah.18

● Pengertian: Bunga adalah biaya yang harus dibayarkan oleh nasabah saat meminjam uang,

sedangkan bagi hasil adalah alternatif pembagian keuntungan yang sistemnya berdasarkan dari
penetapan akad di awal yang telah disepakati sebelumnya dan akan meningkat seiring dengan
keuntungan yang diperoleh perusahaan.

● Besaran: Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan di awal tanpa adanya pertimbangan

apakah proyek yang sedang dijalankan oleh nasabah menghasilkan keuntungan atau tidak.
Sedangkan pada sistem bagi hasil, nasabah hanya akan membayar sebagian dari keuntungan
atau laba perusahaan.

● Sistem pembayaran: Pembayaran bunga tetap seperti yang telah dijanjikan di awal tanpa

adanya pertimbangan apakah proyek yang sedang dijalankan oleh nasabah menghasilkan
keuntungan atau tidak. Sedangkan pada sistem bagi hasil, pembayaran akan meningkat seiring
dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan.19

B. Konsep Keuntungan Dalam Islam

Konsep keuntungan dalam Islam berkaitan dengan sistem bagi hasil yang diterapkan dalam
ekonomi syariah. Berikut adalah penjelasan mengenai konsep keuntungan dalam Islam:

1. Bagi hasil: Konsep bagi hasil dalam Islam adalah suatu sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.

18 https://www.bankmuamalat.co.id/index.php/artikel/perbedaan-bunga-dan-bagi-hasil-11
19 https://www.hashmicro.com/id/blog/perbedaan-bunga-dan-bagi-hasil/
2. Dalam perbankan syariah, sistem bagi hasil terbagi menjadi dua, yaitu profit sharing dan
mudharabah.20
3. Pembagian keuntungan: Dalam sistem bagi hasil, lembaga keuangan syariah dan nasabah akan
membagi keuntungan maupun risiko secara bersama-sama. Pembagian keuntungan ini
dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati di awal.
4. Tidak ada bunga: Dalam sistem bagi hasil, tidak ada bunga yang diberikan atau diterima. Hal
ini karena bunga dianggap sebagai praktik riba yang diharamkan dalam Islam.
5. Prinsip keadilan: Konsep keuntungan dalam Islam juga mengedepankan prinsip keadilan
dalam pembagian keuntungan. Setiap pihak akan memperoleh keuntungan sesuai dengan
kontribusinya dalam usaha tersebut.

Dengan demikian, konsep keuntungan dalam Islam terkait dengan sistem bagi hasil yang
diterapkan dalam ekonomi syariah. Sistem ini mengedepankan prinsip keadilan dalam pembagian
keuntungan dan tidak ada bunga yang diberikan atau diterima.21

C. Konsep Dasar Bank Syariah

1. Pengertian bank

Berikut adalah pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:

● Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya, dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

● Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara antara pihak yang

memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.

● Bank juga dapat melakukan kegiatan usaha lainnya yang terkait dengan fungsi bank, seperti

jasa pembayaran, jasa pengamanan, dan jasa pengelolaan dana.

Dalam pengertian bank, terdapat dua jenis bank yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, yaitu bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank umum adalah bank

20 Wiroso, Penghimpun Dana dan Distribusihal.asil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2005)hal.118
21 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari'ah, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm. 23.
yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional, sedangkan BPR adalah bank yang kegiatan
usahanya lebih terfokus pada pemberian kredit kepada masyarakat kecil dan menengah 22

Bank syariah sendiri adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam. Menurut Syafi‟I Antonio dan
Karnaen Perwataatmadja, membedakan antara bank Islam dan bank yang beroperasi dengan
prinsip syariah Islam yaitu:
1) Bank syariah adalah Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan Hadits

Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang operasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam.Khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara
Islam.23

D. Konsep Akad

1. Pengertian akad
Akad adalah sebuah perjanjian atau persetujuan antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
suatu tindakan atau transaksi tertentu. Dalam Islam, akad memiliki kedudukan yang sangat penting
karena dengan sahnya akad, kepemilikan bisa berpindah dari satu pihak ke pihak lain, dan akad
juga dapat merubah suatu kewenangan, tanggung jawab, dan kegunaan sesuatu. Kata ini juga bisa
diartikan sebagai tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam
kitab fiqih sunnah, kata akad diartikan dengan hubungan dan kesepakatan.
2. Rukun akad
Berikut adalah rukun-rukun akad jual beli dalam Islam yang ditemukan dari beberapa sumber:

● Adanya penjual

● Adanya pembeli

● Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan

● Adanya ijab kabul atau shighat, yaitu kesepakatan antara kedua belah pihak yang

diungkapkan dengan jelas dan tegas.

22 https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1998/10tahun~1998uu.htm
23 Ali Rama, Analisis Determinan Pengungkapan Islamic Social Reporting: Studi Kasus Bank Umum syariah di
Indonesia, Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 2, No. 1, 2014, hlm 16.
Dalam Islam, keempat rukun tersebut harus terpenuhi agar suatu akad jual beli dapat dianggap
sah dan berlaku. Selain itu, terdapat juga syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak agar
akad dapat sah dan berlaku, seperti keikhlasan penjual dan pembeli, objek akad harus halal dan
dapat dimanfaatkan, serta pengucapan akad yang jelas dan tegas. Syarat-syarat tersebut dapat
berbeda-beda tergantung pada jenis akad yang dilakukan.24

3. Syarat Akad

Syarat akad adalah ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh para pihak agar akad dapat
sah dan berlaku. Berikut adalah beberapa syarat akad dalam Islam:

a) Syarat umum, yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam setiap akad. Syarat umum antara lain:

● Pelaku akad cakap bertindak (ahli).

● Yang dijadikan objek akad dapat ditransaksikan secara syariah.

● Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.

b) Syarat khusus, yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam akad tertentu. Syarat khusus dapat
berbeda-beda tergantung pada jenis akad yang dilakukan. Beberapa contoh syarat khusus dalam
akad jual beli antara lain:

● Keabsahan kepemilikan objek yang diperjualbelikan.

● Kejelasan tentang objek transaksi.

● Kesepakatan tentang harga dan pembayaran.

● Pengucapan akad yang jelas dan tegas.

● Keikhlasan penjual dan pembeli.

● Objek akad harus halal dan dapat dimanfaatkan.

24 Ahmad Sarwat, Fiqih Jual-beli, (Jakarta Selatan): Rumah Fiqih Publishing, 2018
Dalam Islam, syarat-syarat tersebut harus dipenuhi agar suatu akad dapat dianggap sah dan
berlaku. Namun, syarat-syarat tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada jenis akad yang
dilakukan.25

Dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, akad dibagi menjadi dua bagian, yakni:

a) Akad Tabarru

Akad Tabarru' dalam asuransi syariah adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah
dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.

Berikut adalah penjelasan lebih lengkap tentang Akad Tabarru':

1. Pengertian Akad Tabarru': Akad Tabarru' adalah akad yang dilakukan dalam bentuk
hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antar peserta, bukan untuk tujuan
komersial. Dana Tabarru' merupakan dana yang dikumpulkan dari para peserta asuransi
untuk saling membantu dalam menghadapi risiko. Dana ini digunakan untuk membayar
klaim peserta yang mengalami kerugian.
2. Tujuan Akad Tabarru': Tujuan dari Akad Tabarru' adalah untuk membantu peserta
asuransi lainnya ketika terjadi risiko, seperti risiko kesehatan, kecelakaan, atau kerugian
lainnya. Dana Tabarru' digunakan untuk saling membantu antar peserta asuransi dalam
menghadapi risiko tersebut.
3. Mekanisme Akad Tabarru': Akad Tabarru' dalam asuransi syariah dijalankan dengan
skema pembelian sukarela dari pihak peserta asuransi. Dana kemudian akan dikumpulkan
dan dikelola secara menyeluruh oleh pengelola. Dana tersebut sejatinya merupakan milik
para peserta secara bersama-sama. Nantinya, jika ada salah satu peserta yang mengalami
risiko tertentu, maka dana Tabarru’ akan diberikan dalam bentuk santunan kepada peserta
yang diasuransikan tersebut.
4. Dasar Hukum Akad Tabarru': Akad Tabarru' dalam asuransi syariah memiliki dasar
hukum dari Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 21/DSN-
MUI/X/2001. Hukum ini mengatur tentang pengumpulan dan penggunaan dana tabarru'
dalam konteks asuransi syariah.

25 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer: Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis dan Sosial,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2012, hlm.21
Dalam asuransi syariah, Akad Tabarru' menjadi salah satu prinsip utama yang membedakan
asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Prinsip ini menekankan pada konsep tolong-
menolong dan saling membantu antara peserta asuransi dalam menghadapi risiko. 26

b) Akad Tijarah
Akad Tijarah adalah akad atau perjanjian yang dilakukan saat hendak melaksanakan
transaksi ekonomi yang bersifat profit oriented. Akad ini dilakukan antara perusahaan asuransi
dan peserta asuransi. Perusahaan asuransi bertindak sebagai penjual dan peserta asuransi
bertindak sebagai pembeli. Peserta asuransi membayar premi kepada perusahaan asuransi sebagai
harga dari jasa yang diberikan. Perusahaan asuransi bertanggung jawab untuk memberikan
manfaat asuransi kepada peserta asuransi jika terjadi risiko yang dijamin
Berikut adalah beberapa poin penting tentang Akad Tijarah:

● Tujuan Akad Tijarah: Tujuan dari Akad Tijarah adalah untuk memperoleh keuntungan. Akad

ini dilakukan dalam konteks transaksi ekonomi yang bersifat profit oriented.

● Mekanisme Akad Tijarah: Akad Tijarah dilakukan antara perusahaan asuransi dan peserta

asuransi. Perusahaan asuransi bertindak sebagai penjual dan peserta asuransi bertindak
sebagai pembeli. Peserta asuransi membayar premi kepada perusahaan asuransi sebagai harga
dari jasa yang diberikan. Perusahaan asuransi bertanggung jawab untuk memberikan manfaat
asuransi kepada peserta asuransi jika terjadi risiko yang dijamin.

● Dasar Hukum Akad Tijarah: Akad Tijarah dalam asuransi syariah memiliki dasar hukum dari

Al-Quran dan Hadis. Hukum ini mengatur tentang pengumpulan dan penggunaan dana dalam
konteks asuransi syariah.

● Syarat Akad Tijarah: Syarat-syarat dalam Akad Tijarah antara lain:

1. Adanya penjual dan pembeli.


2. Adanya objek transaksi yang jelas dan halal.
3. Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.
4. Adanya harga yang disepakati.
5. Adanya pembayaran yang dilakukan oleh pembeli.

26 Witasari Aryani, Abdullah Junaidi, Tabarru' sebagai akad yang melekat pada asuransi syariah, jurnal bisnis dan
manajemen islam, Vol. 2, No. 1, 2014, hal. 124- 126
Dalam asuransi syariah, Akad Tijarah menjadi salah satu prinsip utama yang membedakan
asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Prinsip ini menekankan pada konsep keuntungan
dan profit oriented dalam transaksi ekonomi.27

AKAD BANK SYARIAH

A. Akad Pola titipan

Akad Pola Titipan adalah salah satu jenis akad dalam perbankan syariah yang menggunakan pola
titipan murni. Istilah "titipan murni" mengacu pada penitipan barang atau uang yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki. Dalam akad Pola Titipan, pihak
yang dititipkan diberi amanah untuk menjaga keutuhan harta titipan sehingga pihak tersebut boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut. Contoh produk simpanan yang menggunakan akad Pola Titipan
adalah rekening giro .Akad Pola Titipan termasuk dalam kategori akad nonprofit.

1. Cara kerja akad wadiah

Akad Wadiah adalah salah satu jenis akad dalam perbankan syariah yang digunakan untuk produk
perbankan dengan pola titipan murni. Istilah "wadiah" berasal dari kata Wada'a- Yada'u- Wad'an yang
artinya menitipkan barang atau uang kepada pihak lain untuk dijaga dan dikembalikan sewaktu-waktu.

Dalam akad Wadiah, nasabah menitipkan uang atau barang kepada bank syariah dan bank syariah
bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembalikan uang atau barang tersebut sewaktu-waktu,
Nasabah tidak akan mendapatkan imbalan atas uang yang dititipkan, namun nasabah dapat mengambil
uang tersebut sewaktu-waktu. Berikut adalah cara kerja akad Wadiah dalam perbankan syariah:

● Nasabah menitipkan uang atau barang kepada bank syariah.

27 https://www.jasindosyariah.co.id/blog/edukasi/mengenal-istilah-dalam-asuransi-syariah
● Bank syariah bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembalikan uang atau barang

tersebut sewaktu-waktu.

● Nasabah tidak akan mendapatkan imbalan atas uang yang dititipkan.

● Nasabah dapat mengambil uang tersebut sewaktu-waktu.

2. Kelebihan dan Kekurangan dari akad wadiah dalam perbankan syariah


Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari akad Wadiah dalam perbankan syariah:

● Kelebihan:

1. Sesuai dengan prinsip syariah yang melarang riba (bunga) maupun kegiatan haram lainnya
2. Keamanan dana yang disimpan karena bank syariah bertanggung jawab untuk menjaga
dan mengembalikan uang atau barang tersebut sewaktu-waktu
3. Nasabah tidak akan dibebankan biaya administrasi bulanan

● Kekurangan:

1. Nasabah tidak akan mendapatkan imbalan atas uang yang dititipkan


2. Dana cadangan wadiah tidak mendapatkan bagi hasil seperti dana investasi mudharabah
3. Tidak ada tambahan atau kekurangan dari dana titipan tersebut

Perlu diingat bahwa kelebihan dan kekurangan akad Wadiah dapat berbeda-beda tergantung
pada produk dan kebijakan masing-masing bank syariah.

3. Jenis-jenis Akad Wadiah


Dalam praktiknya terdapat dua jenis akad wadiah di dalam perbankan syariah yakni wadiah
yad amanah dan wadiah yad dhamanah.
a) Wadiah Yad Amanah
Wadiah Yad Amanah adalah wadiah yang tidak terjadi pengubahan esensi akad, titipan
yang berlaku sesuai kaidah asal titipan, yakni menjaga amanah. Dalam hal ini, pihak yang
dititipkan diberi amanah (bank) untuk menjaga uang tersebut dengan baik dan bijak.
Untuk jenis akad ini, pihak yang dititipkan tidak boleh untuk memanfaatkan atau
menggunakan uang tersebut untuk meningkatkan potensi keuntungan bagi penitip (nasabah).
Wadiah amanah juga dijelaskan bahwa barang atau uang yang dititipkan rusak, tanggung jawab
akan jatuh ke tangan pemilik.
b) Wadiah Yad Dhamanah
Wadiah Dhamanah, pengertian wadiah yang dipahami sebagai prinsip adalah jenis wadiah
yad dhamanah. Pengertian wadiah dalam prinsip ini mengacu pada tanggung jawab pihak yang
dititipkan atas keutuhan harta titipan sehingga pihak tersebut boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut.28
B. Akad Pola Pinjaman
Akad pola pinjaman yang dimaksud adalah akad qardh. Akad qardh adalah akad pinjaman dana
tanpa imbalan, dimana peminjam mengembalikan pinjaman dengan jumlah dan dalam jangka waktu
yang telah disepakati.
Dalam Islam, adanya imbalan pada suatu pinjaman akan tergolong perbuatan riba, sehingga akad
qardh diperuntukkan utamanya dalam keadaan terdesak. Peminjam dapat mengembalikan
pinjamannya secara langsung maupun dengan dicicil. Pemberi pinjaman dalam akad qardh adalah
seorang Ahliyat At-Tabbarru’ atau layak bersosial.
Berikut adalah cara melakukan akad pinjaman qardh:29

● Menentukan jumlah pinjaman dan jangka waktu pengembalian yang disepakati oleh kedua

belah pihak.

● Menentukan syarat dan rukun akad qardh yang harus dipenuhi, seperti adanya kerelaan

kedua belah pihak, dilakukan tanpa ada unsur keterpaksaan, dan dana yang akan digunakan
harus halal dan bermanfaat.

● Melakukan prosesi ijab qabul secara jelas sehingga dapat dipahami kedua belah pihak dan

meminimalisir adanya kesalahpahaman.

● Mengesahkan prosesi akad qardh dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional.

● Peminjam dapat mengembalikan pinjamannya secara langsung maupun dengan dicicil.

● Pemberi pinjaman dalam akad qardh adalah seorang Ahliyat At-Tabbarru’ atau layak

bersosial
1. syarat dalam akad qardh
Berikut adalah syarat yang harus dipenuhi dalam akad qardh:

● Barang/utang (Mauqud 'Alaih) yang digunakan sebagai objek dalam qardh harus dapat di

akad salam.

28 https://hijra.id/blog/featured/mengenal-akad-wadiah-di-hijra-bank/
29 https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/06/06/akad-qardh-adalah
● Peminjam dalam akad qardh adalah seorang Ahliyah Mu’amalah, yang artinya orang tersebut

sudah baligh, berakal sehat, dan tidak mahjur (secara syariat tidak diperbolehkan mengatur
hartanya sendiri.

● Pemberi pinjaman dalam akad qardh adalah seorang Ahliyat At-Tabbarru’ atau layak

bersosial.

● Ijab qabul (shighat) harus dilakukan secara jelas sehingga dapat dipahami kedua belah pihak

dan meminimalisir adanya kesalahpahaman.

● Tidak boleh ada tambahan dan denda keterlambatan pelunasan.

● Jaminan tidak diperlukan dalam akad qardh

2. Rukun qardh
Qardh memiliki 4 rukun akad . Berikut adalah rukun-rukun tersebut:

● Barang/utang (Mauqud 'Alaih) yang digunakan sebagai objek dalam qardh harus dapat di

akad salam.

● Peminjam (muqtaridh).

● Pemberi pinjaman (muqridh).

● Ijab qabul (shighat)

C. Akad Pola Bagi Hasil


1. pengertian bagi hasil
Akad pola bagi hasil adalah sistem pembagian keuntungan antara penyedia dana dan pengelola
dana yang biasanya berbentuk persentase antara pihak bank dan nasabah, Pada akad ini, lembaga
keuangan syariah dan nasabah akan membagi keuntungan maupun risiko secara bersama-sama,
Besarnya pembagian keuntungan antara kedua belah pihak ditentukan dan disepakati saat awal akad.
Besaran bagi hasil yang diperoleh nasabah dan bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang
telah ditentukan.
Akad pola bagi hasil biasanya digunakan pada produk pembiayaan modal kerja maupun
pembiayaan investasi syariah. Akad pola bagi hasil ini merupakan alternatif bagi masyarakat yang
berpedoman kepada syariat dan ingin terhindar dari riba dari bunga bank.
2. macam macam akad bagi hasil.
● akad Mudharabah

Akad Mudharabah adalah bentuk perjanjian kerja sama antara dua pihak dalam
ekonomi syariah, yang mengandalkan kerja sama antara pihak modal (shahibul mal) dan
pihak pengelola (mudharib). Dalam akad ini, shahibul mal menyerahkan sejumlah modal
kepada mudharib, yang kemudian akan mengelola modal tersebut dan menghasilkan
manfaat. Manfaat yang dihasilkan kemudian akan dibagi secara proporsional antara shahibul
mal dan mudharib.
Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad Mudharabah antara lain: 30
a) Penerimaan dan penawaran modal: Dalam akad Mudharabah, penerimaan dan
penawaran modal dilakukan secara bersamaan dengan pembuatan kontrak Mudharabah.
b) Bentuk akad: Akad Mudharabah dapat dilakukan dalam bentuk tertulis, korespondensi,
atau dengan cara-cara modern lainnya.
c) Modal: Modal merupakan salah satu elemen penting dalam akad Mudharabah, yang
diserahkan oleh shahibul mal kepada mudharib untuk dikelola.
d) Nisbah bagi hasil: Pembagian keuntungan dalam akad Mudharabah ditentukan oleh
nisbah atau kesepakatan antara shahibul mal dan mudharib.
e) Risiko: Risiko kerugian dalam akad Mudharabah ditanggung oleh shahibul mal, kecuali
jika pihak mudharib melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi
perjanjian atau detail dari akad Mudharabah yang telah disetujui.
Ada beberapa jenis akad Mudharabah yang perlu diketahui:

● Mudharabah Klasik: Merupakan bentuk perjanjian kerja sama yang hanya dilakukan

dengan satu jenis atau bentuk kerja sama dan tidak bisa digabungkan dengan akad jenis
lainnya.

● Mudharabah Muqayyadah: Merupakan investasi saham dengan persyaratan tertentu, di

mana tidak semua perusahaan dapat beroperasi dengan modal tersebut.

syarat syarat dalam akad Mudharabah :

● Berikut adalah syarat-syarat dalam akad Mudharabah:

● Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai pembagian keuntungan dan

kerugianp

30 https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/simpanan/bagi-hasil-bank-syariah
● Adanya modal yang diserahkan oleh shahibul mal kepada mudharib

● Adanya objek usaha yang jelas dan halal

● Adanya kejelasan mengenai tujuan akad yang akan dilakukan

● Adanya kesepakatan mengenai nisbah bagi hasil

● Adanya kejelasan mengenai risiko yang akan ditanggung oleh shahibul mal dan

mudharib

● Adanya kesepakatan mengenai waktu akad berlangsung

● Adanya kesepakatan mengenai pembagian keuntungan dan kerugian secara

proporsional

● Adanya kesepakatan mengenai tata cara pengelolaan modal

● Adanya kesepakatan mengenai tata cara pembagian keuntungan dan kerugian

● Adanya kesepakatan mengenai tata cara pengambilan keputusan dalam pengelolaan

modal.

● Adanya kesepakatan mengenai tata cara pelaporan keuangan.

rukun rukun akad Mudharabah:

● Pihak modal (shahibul mal): Pihak yang menyediakan modal dalam akad

Mudharabah

● Pihak pengelola (mudharib): Pihak yang mengelola modal dalam akad Mudharabah.

● Modal: Modal merupakan salah satu elemen penting dalam akad Mudharabah, yang

diserahkan oleh shahibul mal kepada mudharib untuk dikelola.

● Objek usaha: Objek usaha yang jelas dan halal.


● Nisbah bagi hasil: Pembagian keuntungan dalam akad Mudharabah ditentukan oleh

nisbah atau kesepakatan antara shahibul mal dan mudharib.

● Risiko: Risiko kerugian dalam akad Mudharabah ditanggung oleh shahibul mal,

kecuali jika pihak mudharib melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian atau detail dari akad Mudharabah yang telah disetujui.
contoh kasus:
1. Pak Ahmad memiliki simpanan deposito sebesar Rp 50 juta di bank syariah.
Bank syariah menawarkan akad Mudharabah dengan nisbah bagi hasil 60:40, di
mana 60% untuk Pak Ahmad dan 40% untuk bank syariah. Bank syariah
kemudian menyalurkan dana tersebut kepada pengusaha yang membutuhkan
modal usaha. Keuntungan yang didapat kemudian dibagi sesuai nisbah bagi
hasil yang telah disepakati.
2. Bapak Juan ingin menjalankan usaha warung mie ayam namun, ia tidak
memiliki cukup modal. Oleh karena itu, ia melakukan akad Mudharabah dengan
temannya yang memiliki modal. Keuntungan yang didapat kemudian dibagi
sesuai nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Dalam akad Mudharabah, terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu pemilik modal
dan pengelola usaha. Pemilik modal menanamkan modal kepada pengelola usaha
untuk dijalankan dalam suatu kegiatan usaha/proyek. Keuntungan yang didapat
kemudian dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan risiko
kerugian ditanggung oleh pemilik modal, kecuali jika pengelola usaha melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian atau detail dari akad
Mudharabah yang telah disetujui.31

● Akad musyarakah

Akad musyarakah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih yang saling
memberikan kontribusi berupa dana untuk membangun sebuah usaha, dengan keuntungan
dan risiko yang akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad musyarakah:

31 https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/akad-mudharabah-adalah-salah-satu-akad-yang-perlu-
anda-ketahui
● Pihak-pihak yang berakad: Ada beberapa kriteria pihak-pihak yang berakad, diantaranya

yaitu cakap hukum, kompeten, memiliki dana dan pekerjaan, memiliki wewenang untuk
mengelola aset mitranya, tidak diizinkan menginvestasikan dana untuk kepentingan
pribadi, dan memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah.

● Objek akad: Objek akad terdiri dari modal dan kerja. Modal harus berupa uang tunai dan

aset yang dapat dinilai dengan jelas.

● Nisbah bagi hasil: Pembagian keuntungan dalam akad musyarakah ditentukan oleh

nisbah atau kesepakatan antara pihak yang berakad.

● Risiko: Risiko kerugian dalam akad musyarakah ditanggung bersama oleh pihak yang

berakad sesuai kesepakatan

● Bentuk akad: Akad musyarakah dapat dilakukan dalam bentuk tertulis, korespondensi,

atau dengan cara-cara modern lainnya.


rukun dan syarat akad musyarakah
Berikut adalah rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam akad musyarakah:
a) Rukun Akad Musyarakah:
1. Pelaku akad, yaitu para kawan kerja usaha.
2. Subjek akad, yaitu modal (mall) dan kegiatan (drabah).
3. Shighar, yaitu penawaran serta penerimaan.
b) Syarat-syarat Akad Musyarakah:
1. Yang berkenaan dengan benda yang diakadkan harus dapat diterima
sebagai perwakilan.
2. Yang berkenaan dengan keuntungan dan kerugian harus dapat diterima
sebagai perwakilan.
3. Hubungan keluarga profit (untuk hasil).
4. Sesuatu yang berkaitan dengan segala bentuk musyarakah, baik harta
benda maupun lainnya.
5. Sesuatu yang berkaitan dengan proyek atau usaha.

contoh kasus:

a) Kerjasama antara dua orang atau lebih untuk membangun sebuah usaha, dengan
keuntungan dan risiko yang akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Contohnya, dua orang yang seprofesi, seperti dua orang arsitek yang sedang
mengerjakan proyek, atau antara dua profesi yang berbeda seperti seorang
pengusaha dan seorang investor.
Dalam akad musyarakah, terdapat dua pihak atau lebih yang saling memberikan
kontribusi berupa dana untuk membangun sebuah usaha, dengan keuntungan dan
risiko yang akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Syarat agar akad
musyarakah dikatakan sah antara lain adanya kesepakatan antara kedua belah pihak
mengenai pembagian keuntungan dan kerugian, adanya modal yang diserahkan oleh
pihak yang berakad, adanya objek usaha yang jelas dan halal, adanya kejelasan
mengenai tujuan akad yang akan dilakukan, adanya kesepakatan mengenai nisbah bagi
hasil, adanya kejelasan mengenai risiko yang akan ditanggung oleh pihak yang
berakad, dan adanya kesepakatan mengenai waktu akad berlangsung.32
D. Akad pola jual beli
Akad pola jual beli adalah salah satu akad yang digunakan dalam transaksi syariah. Berikut
adalah beberapa contoh akad yang termasuk dalam pola jual beli:
1. akad murabahah
Akad murabahah adalah salah satu akad dalam perbankan syariah yang sering
digunakan dalam pembiayaan pembelian produk oleh bank sesuai permintaan
nasabah.Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad
murabahah:
a) Definisi: Akad jual beli dengan menyatakan harga perolehan dengan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
b) Mekanisme: Penerapan akad murabahah dilakukan melalui mekanisme jual beli
barang dengan penambahan margin sebagai keuntungan yang akan diperoleh bank.
c) syarat syarat akad murabahah

● Objek akad harus jelas dan halal.

● Harga barang harus jelas dan disepakati oleh kedua belah pihak.

● Pembayaran harus dilakukan dengan cara yang halal.

● Barang harus diserahkan pada saat yang telah disepakati.

32 https://www.gramedia.com/literasi/musyarakah/
● Penjual harus jujur menginformasikan harga pokok barang kepada pembeli.

● Kesepakatan harus sah sesuai rukun dan prinsip Islam.

● Keterbukaan dan kejujuran menjadi syarat utama terjadinya murabahah yang

sesungguhnya
d) rukun rukun akad murabahah

● Pelaku akad: Penjual (bank) dan pembeli (nasabah).

● Objek akad: Barang yang diperjualbelikan harus jelas dan halal.

● Harga barang: Harga barang harus jelas dan disepakati oleh kedua belah pihak.

● Serah (Ijab): Penjual harus memberikan informasi mengenai harga pokok

barang kepada pembeli.

● Kesepakatan atau Ijab dan Kabul: Adanya kesepakatan antara kedua belah

pihak mengenai harga jual yang akan ditetapkan.


e) Seorang nasabah ingin membeli mobil baru, namun tidak memiliki cukup uang
untuk membayar secara tunai. Oleh karena itu, nasabah tersebut melakukan akad
murabahah dengan bank syariah. Bank syariah akan membeli mobil tersebut dan
menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga yang telah disepakati
sebelumnya, termasuk margin keuntungan yang telah disepakati.33
2. Akad Salam
Akad Salam adalah salah satu jenis akad dalam transaksi jual beli dalam keuangan
syariah Islam. Pengertian akad Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan tidak ada di tempat transaksi, namun dengan membayarnya di muka,
pembeli akan mendapatkan barangnya beberapa waktu setelahnya
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad Salam:
a) Definisi: Akad jual beli dengan cara pemesanan, di mana pembeli akan melakukan
pembayaran dahulu sebelum produk dikirimkan. Akad ini seringkali diterapkan pada
produk-produk pertanian atau perikanan yang belum dipanen atau ditangkap.

33 https://www.linkaja.id/artikel/akad-murabahah
b) Mekanisme: Penerapan akad Salam dilakukan melalui mekanisme pemesanan
barang dengan pembayaran di muka, dan penyerahan barang pada waktu yang telah
disepakati.
c) Rukun dan Syarat: Beberapa rukun dan syarat Salam antara lain subjek akad, objek
akad, harga akad, pembayaran, penyerahan barang, dan kesepakatan atau Ijab dan
Kabul. Rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam akad Salam adalah adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai harga jual yang akan ditetapkan,
adanya objek akad yang jelas dan halal, adanya kejelasan mengenai tujuan akad
yang akan dilakukan, adanya kesepakatan mengenai waktu akad berlangsung,
adanya kesepakatan mengenai pembayaran, dan adanya kesepakatan mengenai
penyerahan barang.
d) Contoh: Seorang nasabah ingin membeli barang dari luar negeri, namun belum ada
di tempat transaksi. Oleh karena itu, nasabah tersebut melakukan akad Salam
dengan bank syariah. Bank syariah akan menyerahkan uang kepada pemasok
sebagai pembayaran di muka, dan pemasok akan mengirimkan barang tersebut pada
waktu yang telah disepakati.

Dalam akad Salam, pembeli akan membayar harga yang telah disepakati sebelumnya,
dan penjual akan menyerahkan barang pada waktu yang telah disepakati. Akad Salam
seringkali diterapkan pada produk-produk pertanian atau perikanan yang belum dipanen
atau ditangkap.34

3. akad istishna
Akad Istishna adalah salah satu jenis akad dalam transaksi jual beli dalam keuangan syariah
Islam. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam akad Istishna
a) Definisi: Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan
penjual.
b) Mekanisme: Penerapan akad Istishna dilakukan melalui mekanisme pemesanan barang
dengan pembayaran di muka, dan penyerahan barang pada waktu yang telah disepakati.
c) Rukun dan Syarat: Beberapa rukun dan syarat Istishna antara lain subjek akad, objek
akad, harga akad, pembayaran, penyerahan barang, dan kesepakatan atau Ijab dan
Kabul. Rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam akad Istishna adalah adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai harga jual yang akan ditetapkan, adanya

34 Mizan; Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli,Jurnal Ilmu Syariah,FAI Universitas Ibn
Khaldun (UIKA) Bogor Vol. 4 No. 1 (2016),
objek akad yang jelas dan halal, adanya kejelasan mengenai tujuan akad yang akan
dilakukan, adanya kesepakatan mengenai waktu akad berlangsung, adanya kesepakatan
mengenai pembayaran, dan adanya kesepakatan mengenai penyerahan barang
d) Contoh: Seorang pembeli ingin memesan rumah dengan kriteria dan persyaratan
tertentu. Oleh karena itu, pembeli tersebut melakukan akad Istishna dengan bank
syariah. Bank syariah akan membangun rumah tersebut sesuai dengan pesanan, dan
pembeli akan membayar harga yang telah disepakati sebelumnya.
Dalam akad Istishna, pembeli akan memesan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu, dan penjual akan membuat barang tersebut sesuai dengan pesanan. Pembeli akan
membayar harga yang telah disepakati sebelumnya, dan penjual akan menyerahkan barang
pada waktu yang telah disepakati.35
E. Akad Pola Sewa
Akad pola sewa atau ijarah adalah salah satu jenis akad dalam perbankan syariah yang sering
digunakan dalam pembiayaan. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam
akad ijarah:
1) Definisi: Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
2) Mekanisme: Penerapan akad ijarah dilakukan melalui mekanisme penyewaan barang dengan
pembayaran sewa, dan penggunaan barang pada waktu yang telah disepakati
3) Rukun dan Syarat: Beberapa rukun dan syarat ijarah antara lain subjek akad, objek akad, harga
akad, pembayaran, penyerahan barang, dan kesepakatan atau Ijab dan Kabul. Rukun dan syarat
yang harus dipenuhi dalam akad ijarah adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak
mengenai harga sewa yang akan ditetapkan, adanya objek akad yang jelas dan halal, adanya
kejelasan mengenai tujuan akad yang akan dilakukan, adanya kesepakatan mengenai waktu akad
berlangsung, adanya kesepakatan mengenai pembayaran, dan adanya kesepakatan mengenai
penyerahan barang
4) Contoh:

● Mempekerjakan tukang bangunan dengan upah Rp. 250.000 per hari

● Menyewa satu unit mobil untuk digunakan dalam waktu satu hari

● Mencari bangunan rumah kontrakan untuk menjadi rumah produksi

35 https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/10/istishna-adalah
● Pinjaman multiguna, di mana seseorang menjaminkan sepeda motornya ke bank

● Penyewaan gedung atau bangunan untuk dijadikan tempat usaha

● Penyewaan barang atau asset yang sebelumnya telah disewa dari pemilik kepada pihak lain

● Transaksi sewa menyewa antara penyewa dengan pemilik untuk mendapatkan imbalan atas

objek sewa dengan opsi perpindahan hak milik, baik itu dengan jual-beli atau pemberian pada
saat tertentu, sesuai dengan akad yang disepakati
Akad Ijarah diatur sesuai syariat Islam dan diatur dalam Fatwa MUI tentang Pembiayaan
Ijarah Nomor 09/DSN-MUI/VI/2000. Dalam akad ijarah, penyewa akan membayar harga sewa
yang telah disepakati sebelumnya, dan pemilik barang akan menyerahkan barang pada waktu
yang telah disepakati.36
F. Akad Pola Lainnya
1. Akad Wakalah
Akad Wakalah adalah akad yang melibatkan pemberian wewenang kepada pihak lain untuk
melakukan tindakan atau transaksi atas nama pihak yang memberikan wewenang. Berikut adalah
beberapa contoh penggunaan akad Wakalah:

● Pemberian kuasa kepada seorang pengacara untuk mewakili dalam suatu perkara hukum.

● Pemberian kuasa kepada seorang agen untuk menjualkan suatu properti

● Pemberian kuasa kepada seorang perwakilan untuk mengurus haji atau umrah

● Pemberian kuasa kepada seorang pengelola investasi untuk mengelola dana investasi

● Pemberian kuasa kepada seorang pengelola dana pensiun untuk mengelola dana pensiun

● Pemberian kuasa kepada seorang pengelola dana zakat untuk mengelola dana zakat

Akad Wakalah juga digunakan dalam pembiayaan syariah, seperti dalam akad Murabahah
Financing di perbankan syariah. Akad Wakalah diatur sesuai syariat Islam dan diatur dalam Fatwa
MUI tentang Akad Wakalah Nomor 15/DSN-MUI/IV/2000. Akad Wakalah harus dilengkapi
dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan dalam Islam.
36 Tehuayo Rosita, Sewa Menyewa (Ijarah) Dalam Sistem Perbankan Syariah, Fakultas
Syariah dan Ekonomi Islam, Vol. XIV, No. 1, 2018, hal. 86- 93
2. Akad Kafalah
Akad kafalah adalah akad yang melibatkan jaminan yang diberikan oleh seorang
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan akad Kafalah:

● Pemberian jaminan oleh seorang penjamin kepada bank untuk mengamankan pinjaman

yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan.

● Pemberian jaminan oleh seorang penjamin kepada pihak ketiga untuk memastikan

pemenuhan kewajiban yang diemban oleh pihak yang ditanggung.

● Pemberian jaminan oleh seorang penjamin kepada pihak ketiga dalam transaksi jual beli,

sewa-menyewa, atau kontrak lainnya.

● Pemberian jaminan oleh seorang penjamin kepada pihak ketiga dalam transaksi

perdagangan internasional, seperti jaminan pembayaran atau pengiriman barang.

Akad Kafalah diatur sesuai syariat Islam dan harus memenuhi rukun dan syarat yang telah
ditetapkan.Dalam konteks perbankan syariah, akad Kafalah digunakan dalam pembiayaan,
investasi, dan penghimpunan dana.

3. Akad Hawalah
Akad Hawalah adalah akad yang melibatkan pemindahan utang atau piutang dari satu pihak
kepada pihak lain. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan akad Hawalah:

● Pemindahan utang dari seorang peminjam kepada pihak lain yang akan membayar utang

tersebut.

● Pemindahan piutang dari seorang kreditur kepada pihak lain yang akan menagih piutang

tersebut.

● Pemindahan hak kepemilikan atas suatu objek dari satu pihak kepada pihak lain

● Pemindahan tanggung jawab atas suatu tugas atau pekerjaan dari satu pihak kepada

pihak lain
Akad Hawalah diatur sesuai syariat Islam dan harus memenuhi rukun dan syarat yang telah
ditetapkan. Dalam konteks perbankan syariah, akad Hawalah digunakan dalam pembiayaan,
investasi, dan penghimpunan dana.
4. Akad Rahn
Akad Rahn adalah akad yang melibatkan pemberian jaminan atau agunan atas suatu barang
dalam sistem pinjaman syariah
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan akad Rahn:

● Pemberian jaminan oleh seorang peminjam kepada lembaga keuangan syariah untuk

mendapatkan pinjaman.

● Pemberian agunan oleh seorang nasabah kepada bank syariah untuk mendapatkan

pembiayaan.

● Pemberian jaminan oleh seorang nasabah kepada lembaga pegadaian syariah untuk

mendapatkan pinjaman dengan menggunakan barang berharga sebagai agunan.


Akad Rahn diatur sesuai syariat Islam dan harus memenuhi rukun dan syarat yang telah
ditetapkan. Dalam konteks perbankan syariah, akad Rahn digunakan dalam pembiayaan,
investasi, dan penghimpunan dana.
5. Akad Sahrf
Akad Sahr adalah istilah dalam bahasa Arab yang merujuk pada transaksi jual beli mata
uang atau valuta asing. Akad Sahr dapat dilakukan antara bank syariah dengan nasabah atau
antara bank syariah dengan bank lain.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan akad Sahr:

● Penukaran valuta asing (Sahr) yaitu jasa yang diberikan bank syariah untuk membeli

atau menjual valuta asing yang sama maupun berbeda.

● Transaksi jual beli mata uang asing dalam bentuk tunai atau transfer antarbank.

● Penggunaan mata uang asing dalam transaksi perdagangan internasional.

● Akad Sahr diatur sesuai syariat Islam dan harus memenuhi rukun dan syarat yang telah

ditetapkan.

● Prinsip-prinsip syariah yang harus dipenuhi dalam akad Sahr antara lain tidak boleh

terdapat unsur riba, gharar, dan maisir.


6. Akad Ujr
Akad Ujr adalah imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang
dilakukan. Akad Ujr diaplikasikan dalam produk-produk jasa keuangan bank syariah. Dalam
konteks akad Wakalah, Ujr dapat merujuk pada upah atau komisi yang diberikan kepada wakil
atau perwakilan.
Namun, akad Ujr tidak umum digunakan dalam transaksi perbankan syariah dan tidak
memiliki kaitan langsung dengan transaksi keuangan atau valuta asing. 37

PRODUK PENDANAAN DAN PRODUK PEMBIAYAAN

A. Pendanaan dengan Prinsip Mudharabah

1. Pengertian Mudharabah
Nama "mudharabah" berasal dari kata "dharb", yang berarti "memukul" atau
"berjalan." Memukul atau berjalan ini sebenarnya adalah proses memukulkan kakinya
saat bekerja.
Secara istilah, mudharabah adalah kontrak usaha antara dua orang: pemilik dana
menyediakan seluruh dana, pengelola dana mengelolanya, dan mereka membagi
keuntungan usaha sesuai kesepakatan. Pengelola dana hanya bertanggung jawab atas
kerugian finansial. Menurut Syafi'i Antonio, mudharabah adalah kontrak kerja sama
usaha antara dua pihak, dengan shahibul maal (pihak pertama) menyediakan seluruh
modal secara keseluruhan (seratus persen), dan pihak lainnya berfungsi sebagai
pengelola. Keuntungan dari usaha mudharabah dibagi sesuai dengan perjanjian yang
diatur dalam kontrak, dan jika rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
tersebut tidak disebabkan oleh kelalaian pengelola

2. Rukun dan Syarat Mudharabah


a. Pemilik modal (shahibul maal)
b. Pelaksana usaha (mudharib/pengusaha)
c. Akad dari kedua belah pihak (ijab dan qabul)
d. Objek mudharabah (pokok atau modal)

37 https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/akad-PBS.Aspx
e. Usaha (pekerjaan pengelolaan modal)
f. Nisbah keuntungan

Jenis-jenis Mudharabah: Yang pertama adalah Mudharabah Muthlaqah, yang berarti


transaksi mudharabah muthlaqah (investasi tidak terkait). Ini adalah jenis kerja sama
antara shahibul maal dan mudharib yang memiliki cakupan yang luas dan tidak
terbatas pada jenis usaha, waktu, atau lokasi bisnis.
Yang kedua adalah Mudharabah Muqayyadah, yang merupakan kebalikan dari
mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis pekerjaan, waktu,
atau lokasi pekerjaan. Pembatasan ini sering menunjukkan kecenderungan umum si
shahibul maal untuk masuk ke dunia bisnis jenis ini.

3. Prinsip-Prinsip Mudharabah
a. Ide bahwa pihak-pihak yang melakukan akad mudharabah berbagi keuntungan.
Sebagaimana telah disepakati sebelumnya, dalam akad mudharabah, laba bersih harus
dibagi antara shahibul maal dan mudharib berdasarkan proporsi yang adil, seperti yang
disebutkan dalam akad perjanjian mudharabah.
b. Ide bahwa kerugian dibagi antara pihak yang berakad
Disamping bagi hasil, dalam mudharabah dikenal yang adanya bagi rugi karena
mudharabah bersifat lost and profit sharing. Dengan asas keseimbangan dan keadilan,
kerugian finansial seluruhnya dibebankan kepada shahibul maal, kecuali ada bukti yang
menguatkan bahwa kerugian tersebut berasal dari kelalaian, kesalahan dan kecurangan
mudharib.
c. Prinsip Kejelasan Dalam mudharabah, hal-hal seperti jumlah modal yang akan
diberikan kepada shahibul maal, presentase keuntungan yang akan diterima,
persyaratan yang diinginkan masing-masing pihak, dan jangka waktu perjanjian harus
disebutkan dengan tegas dan jelas. Untuk menjamin kejelasan dalam akad mudharabah,
perjanjian tertulis harus dilaksanakan.
d. Prinsip Kepercayaan dan Amanah Kepercayaan penting untuk terjadinya akad
mudharabah. Transaksi tidak akan terjadi jika tidak ada kepercayaan dari shahibul
maal. Oleh karena itu, jika shahibul maal tidak percaya lagi kepada mudharib, dia
berhak untuk secara sepihak mengakhiri perjanjian mudharabah.
e. Ide Kehati-hatian Salah satu prinsip penting dalam akad mudharabah adalah sikap
hati-hati. Jika pemilik modal tidak melakukannya, dia dapat tertipu dan mengalami
kerugian finansial.
4. Karakteristik Mudharabah:
a. Kedua pihak yang mengadakan kontrak antara mudharib dan pemilik dana akan
menentukan kapasitas masing-masing pihak tersebut.
b. Modal adalah jumlah uang yang diberikan oleh pemilik dana kepada mudharib untuk
menginvestasikan atau mengelola usaha mudharabah.
c. Keuntungan adalah jumlah yang melebihi jumlah modal dan merupakan tujuan
mudharabah.
d. Jenis usaha atau pekerjaan diharapkan menunjukkan atau menunjukkan kontribusi
mudharib dalam upayanya untuk mengembalikan atau membayar modal kepada
penyedia dana.
e. Modal mudharabah tidak boleh berada di bawah penguasaan pemilik dana, sehingga "
Hanya dalam jangka waktu yang telah disepakati dana mudharabah dapat ditarik.
f. Garansi mudharabah yang menunjukkan bahwa mudharib bertanggung jawab untuk
mengembalikan modal kepada pemilik dana dalam setiap tindakan.

5. Analisis Risiko dan Pembiayaan Mudharabah Dalam Transaksi Pembiayaan


Mudharabah
Bank menghadapi berbagai risiko. Beberapa di antaranya adalah risiko kredit yang
disebabkan oleh kesalahan atau wanprestasi nasabah; risiko pasar yang disebabkan oleh
perubahan nilai tukar jika pembiayaan mudharabah diberikan dalam valuta asing; dan
risiko operasional yang disebabkan oleh penipuan internal, seperti pencatatan posisi yang
tidak akurat, penyogokan, penyuapan, ketidaksesuaian pencatatan pajak, kesalahan, dan
penyalahgunaan.

B. Pendanaan dengan Prinsip Ijarah


Ijarah berasal dari kata bahasa al-ajru, yang berarti al-"iwadhu (bermakna
kompensasi). Secara terminologi, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran upah
sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Prinsip
ijarah dan jual beli pada dasarnya sama, tetapi objek transaksi yang membedakannya.
Prinsip ijarah dan jual beli pada dasarnya sama, tetapi objek transaksi yang
membedakannya. beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek
transaksinya adalah hak guna (manfaat). Artinya, ijarah memberi kesepakatan kepada
penyewa untuk mengambil pemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu
tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati Bersama
Akad ijarah dapat dipakai sebagai bentuk pembiayaan, meskipun pada mulanya
bukan merupakan bentuk pembiayaan, tetapi merupakan aktivitas usaha seperti jual
beli. Individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membeli asset dapat mendatangi
pemilik dana (dalam hal ini lembaga keuangan syariah) untuk membiayai pembelian
asset produktif. Kemudian pemilik dana membeli asset yang dimaksud dan setelah itu
menyewakannya
kepada yang membutuhkan asset tersebut.

2. Dasar Hukum Ijarah Dasar hukum yang digunakan untuk menjadi landasan
diperbolehkannya akad ijarah ada yang berasal dari ayat Al-Quran, Hadits nabi,
dan juga Ijma‟ ulama. Ada beberapa ayat Al-Quran yang bisa digunakan sebagai
dasar kebolehan akad ijarah surat Al-Qashash. Allah SWT berfirman yang artinya :
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Ya ayahku, ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya”. (QS. AlQashash: 26)
Ayat Ayat diatas menjelaskan tentang memperbolehkan mempekerjakan seseorang
yang kuat dan dapat dipercaya dengan imbalan tertentu. Dan itu adalah inti dari akad
ijarah. Dalam ayat tersebut juga disebutkan bahwa ketika kita memilih orang untuk
bekerja dengan kita, maka ada dua sifat perlu menjadi pertimbangan, dua sifat tersebut
adalah kuat dan dapat dipercaya.
3. Rukun dan Syarat Ijarah: Ada beberapa rukun akad ijarah yang harus dipenuhi dalam
transaksi, yaitu:
a. Pihak-pihak yang berakad, yaitu musta‟jir (penyewa atau pengguna jasa) dan mu‟jir
(pemilik objek sewa atau pemberi sewa)
b. Objek akad, yaitu ma‟jur (asset yang disewakan baik dalam bentuk manfaat atau jasa)
dan ujrah (uang sewa).
c. Sighat, atau ijab-qobul, adalah pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak yang
berakad (kontrak), baik secara lisan maupun non-verbal.
Jika Anda menggunakan ijarah sebagai sumber pembiayaan, dua hal yang harus
diperhatikan selain syarat. Pertama, untuk memenuhi hukum syariah, beberapa syarat
harus dipenuhi. Yang paling penting dari syarat-syarat ini adalah sebagai berikut:
a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan harus tertentu dan
diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak, serta harus dapat dinilai dan dilaksanakan
dalam kontrak.
b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab untuk
menjaganya agar dapat memberi manfaat kepada penyewa
c. Akad ijarah dihentikan pada saat asset yang bersangkutan berhenti memberikan
manfaat kepada penyewa. Jika asset tersebut rusak selama periode kontrak, akad ijarah
masih berlaku
d. Asset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang telah ditetapkan
sebelumnya pada saat kontrak berakhir.
4. Jenis Akad Ijarah: Akad ijarah dibagi menjadi dua berdasarkan objeknya. Yang
pertama adalah ijarah
a.manfaat (Al-Ijarah ala al-Manfa‟ah), yang berkaitan dengan sewa jasa dan
mempekerjakan seseorang dengan upah sebagai imbalan atas jasa yang diberikan. Mereka
yang mempekerjakan disebut musta‟jir, dan mereka yang bekerja disebut ajir. Ujrah
adalah upah yang dibayarkan.
b. Ijarah yang bersifat pekerjaan (Al-Ijarah ala Al-Amal) berkaitan dengan sewa aset atau
properti, yaitu memberikan hak untuk menggunakan aset atau properti tertentu kepada
orang lain dengan imbalan sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan sewa, atau sewa, dalam
bisnis konvensional. Artinya, ijarah bertujuan untuk mempekerjakan seseorang untuk
melakukan tugas tertentu.
C. Pembiayaan Modal Kerja: Pembiayaan modal kerja digunakan untuk membiayai
aktiva lancar perusahaan. Misalnya, perusahaan dapat menggunakan pembiayaan modal
kerja untuk membeli bahan baku atau mentah, bahan penolong atau pembantu, barang
dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang, dan lain-lain.
Bank Syariah dapat membantu memenuhi kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan
meminjamkan uang, tetapi dengan membangun hubungan kerja sama dengan nasabah.
Dalam hubungan ini, bank berfungsi sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah
berfungsi sebagai pengusaha (mudharib).Metode pembiayaan seperti ini dikenal sebagai
Mudharabah.
1. Unsur-Unsur Modal Kerja: Unsur-unsur modal kerja terdiri dari bagian-bagian alat
likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory).
A. Pembiayaan likuiditas (cash financing): Pembiayaan ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang muncul karena ketidaksesuaian (misnimatched) antara masuknya dan
keluarnya uang perusahaan klien.
B. Pembiayaan piutang (receivable financing): Pembiayaan ini digunakan untuk
Perusahaan yang menjual barangnya dengan modal kecil memerlukan pembiayaan ini
karena jumlah dan jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerjanya.
2. Konsep Dasar Modal Kerja: Konsep dasar modal kerja mencakup konsep modal kerja,
penggolongan modal kerja, komponen modal kerja permanen, perputaran modal kerja,
dan alokasi modal kerja. 50
a. Konsep dasar modal kerja:
1. Modal kerja (working capital assets) adalah modal lancar yang digunakan untuk
membantu bisnis menjalankan operasi sehari-hari.
2. Modal kerja bruto (gross working capital)—Keseluruhan aktiva lancar adalah modal
kerja bruto. Jumlah aktiva lancar menentukan pengertian modal kerja bruto. Aktiva yang
dapat diputar akan kembali dalam bentuk yang semula disebut aktiva lancar.
3. Modal kerja netto atau modal kerja neto Modal kerja netto adalah keuntungan aktiva
lancar atas hutang lancar. Menurut gagasan ini, sejumlah tertentu aktiva lancar hanya
boleh digunakan untuk pembayaran hutang lancar dan tidak boleh digunakan untuk
tujuan lain.

D. Pembiayaan Investasi
1. Definisi Pembiayaan Investasi: Pembiayaan adalah dana atau pendanaan yang
diberikan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik itu dilakukan sendiri
atau oleh orang lain. Tujuan pembagian dana adalah untuk mencapai tingkat
profitabalitas yang cukup, risiko yang rendah, dan mempertahankan kepercayaan
masyarakat dengan menjaga posisi likuiditas aman.
Pembiayaan yang diberikan untuk mendapatkan barang modal yang akan digunakan
dalam produksi bisnis disebut pembiayaan investasi. Bank syariah dapat memberikan
pembiayaan investasi melalui akad jual beli dan kerja sama usaha.
Selain itu, pembiayaan investasi ini memberikan fasilitas untuk membiayai aktiva tetap
yang digunakan untuk mendukung kegiatan bisnis. Perusahaan membutuhkan
pembiayaan investasi karena beberapa alasan berikut:
- Kapasitas pabrik dan kantor saat ini tidak mencukupi untuk menampung sumber daya
yang ada
- mesin produksi menggunakan teknologi lama dengan kapasitas produksi yang lebih kecil
dan
- perusahaan membutuhkan banyak kendaraan operasional baru.

b. Proyek investasi harus dibahas agar penggunaan dana yang langka sumbernya tersebut
memberikan manfaat terbaik.
Pembahasan proyek yang utama bertujuan untuk menentukan potensi penghasilan
proyek; dengan kata lain, menilai apakah proyek akan menghasilkan cukup dana untuk
membayar kembali semua biaya modal (capital cost) dalam jangka waktu yang ditetapkan,
memastikan bahwa proyek akan bertahan dan berkembang.
Untuk memberikan pembiayaan investasi, bank harus mematuhi persyaratan berikut:
a. Proyek yang akan dibiayai harus melakukan penelitian berdasarkan prinsip-prinsip
pemberian yang sehat;
b. Memperhatikan Peraturan Pemerintah tentang Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL);
c. Jangka waktu pembiayaan tidak lebih dari 12 tahun
d. Memenuhi persyaratan bankable yang berlaku (seperti persyaratan penerima
pembiayaan dan jaminan)

E. Pembiayaan Aneka Barang, Perumahan, dan Properti

Pembiayaan untuk kebutuhan barang konsumsi, perumahan, dan properti dapat


dipenuhi dengan pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad musyarakah mutanaqisah.
Misalnya, untuk membeli mobil, sepeda motor, rumah, apartemen, dan sebagainya, Anda
dapat menggunakan pembiayaan ini. Dengan cara ini, bank dan nasabah bekerja sama
untuk membeli aset yang diinginkan nasabah, yang kemudian disewakan kepada
nasabah. Bagian sewa nasabah digunakan sebagai cicilan untuk membeli porsi aset yang
dimiliki oleh bank syariah, sehingga pada saat jatuh tempo, asset tersebut sepenuhnya
dimiliki oleh nasabah.

1. Bagi Hasil
Pembiayaan berpola bagi hasil dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk
barang konsumsi, perumahan, atau properti. Musyarakah mutanaqisah adalah jenis
musyarakah di mana bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa
akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik ekstensif dari bisnis tersebut, seperti
membeli mobil, sepeda motor, rumah, apartemen, dan sebagainya.

2. Jual beli
Pembiayaan berpola jual beli dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen untuk barang konsumsi, perumahan, atau properti apa saja. Dengan
menggunakan akad murabahah, bank syariah membeli aset yang dibutuhkan
konsumen dari supplier kemudian menjualnya kembali kepada konsumen dengan
mengambil margin keuntungan yang diinginkan. Bank syariah tidak hanya
mendapatkan keuntungan margin, tetapi juga menanggung resiko yang sangat kecil.
Sementara itu, nasabah mendapatkan kebutuhan aset mereka dengan harga yang
tetap.

3. Sewa
Pembiayaan berpola sewa dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan barang konsumsi, perumahan, atau
properti.
BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN(OJK)

A. BANK INDONESIA

1. Pengertian BI
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.Bank Indonesia
bertanggung jawab dalam mengeluarkan kebijakan moneter, mengawasi
perbankan, dan menjaga stabilitas sistem pembayaran di Indonesia.
Bank Indonesia merupakan bank sentral Indonesia yang diatur
oleh undang-undang. Landasan hukum utama yang mengatur fungsi, tugas, dan
wewenang Bank Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia.
Undang-undang tersebut menetapkan peran Bank Indonesia sebagai
bank sentral yang bertugas untuk menjaga stabilitas nilai mata uang Rupiah,
menjaga stabilitas sistem keuangan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan di Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga memiliki otonomi
dalam menentukan kebijakan moneter untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

2. Tujuan bank indonesia


Tujuan utama Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai mata uang
Rupiah (stabilitas nilai tukar) serta stabilitas sistem keuangan di Indonesia.
Tujuan ini mencakup beberapa aspek, antara lain:
● Stabilitas Nilai Mata Uang: Bank Indonesia bertugas untuk menjaga agar
nilai mata uang Rupiah tetap stabil. Hal ini berarti mengendalikan inflasi
agar tetap dalam batas yang wajar, sehingga daya beli masyarakat terjaga.
● Stabilitas Sistem Keuangan: Bank Indonesia harus menjaga agar sistem
keuangan di Indonesia stabil. Ini mencakup pengawasan terhadap
perbankan dan lembaga keuangan lainnya untuk mencegah terjadinya
krisis keuangan yang dapat mengganggu perekonomian.
● Mendukung Pertumbuhan Ekonomi: Bank Indonesia juga memiliki peran
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ini bisa
dilakukan dengan mengatur kebijakan moneter yang tepat untuk
mendukung investasi dan konsumsi yang sehat.
● Stabilitas Sistem Pembayaran: Bank Indonesia bertanggung jawab untuk
menjaga stabilitas sistem pembayaran di Indonesia. Ini termasuk
memastikan transaksi keuangan berjalan lancar dan aman.

Selain tujuan-tujuan utama ini, Bank Indonesia juga memiliki tujuan-tujuan lain yang
berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan sektor keuangan, serta pengembangan
sistem pembayaran di Indonesia. Semua tujuan tersebut diatur dalam Undang-Undang
Bank Indonesia dan peraturan-peraturan yang relevan.

3. Tugas BI
Untuk mencapai tujuan-tujuan utamanya, Bank Indonesia memiliki
beberapa tugas pokok yang diemban. Beberapa tugas utama Bank Indonesia
adalah sebagai berikut:
● Kebijakan Moneter:bertujuan untuk mengatur suplai uang, suku bunga,
dan operasi pasar terbuka guna mencapai stabilitas harga dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
BI melakukan hal ini melalui instrumen seperti :
1. suku bunga acuan
2. intervensi pasar valuta asing,
3. serta instrumen keuangan lainnya untuk menjaga stabilitas
ekonomi dan keuangan negara.
● Pengawasan Perbankan: Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap
bank-bank dan lembaga keuangan lainnya di Indonesia.
● Pengaturan Sistem Pembayaran: Bank Indonesia bertanggung jawab untuk
mengatur dan menjaga stabilitas sistem pembayaran di Indonesia.
● Stabilitas Nilai Mata Uang: Bank Indonesia bekerja untuk menjaga
stabilitas nilai mata uang Rupiah dengan mengatur kebijakan-kebijakan
yang mempengaruhi tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dan jumlah
uang yang beredar.
● Pengaturan Sistem Keuangan: Bank Indonesia juga terlibat dalam
merancang regulasi dan kebijakan yang berkaitan dengan sektor keuangan,
termasuk perbankan, pasar modal, dan lembaga-lembaga keuangan
lainnya.

4. Kewenangan BI
Kewenangan Bank Indonesia terdiri dari dua aspek utama, yaitu:
● Kewenangan Moneter: Bank Indonesia memiliki kewenangan dalam merancang
dan melaksanakan kebijakan moneter. Ini mencakup pengendalian jumlah uang
yang beredar, tingkat suku bunga, serta intervensi dalam pasar valuta asing.
● Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan: Bank Indonesia juga memiliki
kewenangan dalam mengatur dan mengawasi lembaga-lembaga keuangan di
Indonesia, termasuk bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan non-bank.

B. OTORITAS JASA KEUANGAN

1. Pemgertian otoritas jasa keuangan (Ojk)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga pengawas dan regulator di


Indonesia yang bertanggung jawab mengawasi dan mengatur sektor jasa keuangan. OJK
didirikan untuk melindungi kepentingan konsumen, menjaga stabilitas sistem keuangan,
serta mempromosikan perkembangan yang sehat dan berkelanjutan dalam industri jasa
keuangan.
OJK, atau Otoritas Jasa Keuangan, adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Undang-
Undang ini merupakan dasar hukum yang mendirikan OJK dan menetapkan peran,
fungsi, serta wewenangnya dalam mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan di
Indonesia. Undang-Undang tersebut memberikan OJK mandat untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan, melindungi kepentingan konsumen, dan mempromosikan
perkembangan industri jasa keuangan yang sehat dan berkelanjutan.

2. Visi dan misi ojk

● Visi OJK:
"Menjadi Lembaga Pengawas dan Regulator yang Unggul dalam Mewujudkan
Perekonomian Indonesia yang Stabil, Mandiri, dan Berkeadilan."
● Misi OJK:
Melindungi Konsumen: OJK berkomitmen untuk melindungi kepentingan
konsumen dalam sektor jasa keuangan dengan memberikan perlindungan yang
efektif dan adil.

3. Kewenangan OJk
Beberapa kewenangan OJK,Yaitu sebagai berikut:
● Pengawasan Perbankan
OJK memiliki kewenangan untuk mengawasi bank-bank di Indonesia,
termasuk bank umum, bank syariah, dan bank asing yang beroperasi di
Indonesia.

● Pengawasan terhadap pasar modal


OJK mengawasi kegiatan di pasar modal, termasuk perusahaan-
perusahaan publik, bursa efek, dan lembaga yang terlibat dalam transaksi
saham dan instrumen keuangan lainnya.
● Pengawasan Terhadap Lembaga Asuransi:
OJK bertugas mengawasi perusahaan-perusahaan asuransi dan
lembaga asuransi lainnya yang beroperasi di Indonesia. Ini mencakup
pengawasan terhadap kepatuhan, solvabilitas, dan manajemen risiko
asuransi.
● Pengaturan dan Kebijakan:
OJK memiliki kewenangan dalam merancang peraturan dan
kebijakan di sektor jasa keuangan. Mereka berperan dalam menciptakan
kerangka kerja yang kondusif untuk perkembangan sektor keuangan yang
sehat dan berkelanjutan.
● Pengawasan Sistem Pembayaran:
OJK juga bertanggung jawab dalam mengawasi sistem pembayaran
di Indonesia, termasuk perusahaan teknologi keuangan (fintech) yang
terlibat dalam layanan pembayaran.

4. Asas OJK
Beberapa asas OJK yang penting meliputi:
● Kepentingan Umum:
OJK bertindak dengan memprioritaskan kepentingan umum, termasuk
stabilitas sistem keuangan, perlindungan konsumen, dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.
● Kemandirian:
OJK bertindak secara mandiri dan independen dalam membuat
keputusan dan menjalankan fungsi pengawasannya tanpa intervensi eksternal
yang tidak sesuai dengan hukum.
● Transparansi dan Akuntabilitas:
OJK berkomitmen untuk menjalankan tugasnya dengan transparan
dan akuntabel, termasuk dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan tugas, serta
pelaporan kepada publik.
● Proporsionalitas:
OJK menerapkan regulasi dan pengawasan dengan memperhatikan
prinsip proporsionalitas, artinya pengaturan dan pengawasan disesuaikan dengan
risiko yang dihadapi oleh entitas keuangan yang berbeda.
● Keseimbangan antara Pertumbuhan dan Stabilitas:
OJK mengupayakan keseimbangan antara mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui sektor jasa keuangan dan menjaga stabilitas sektor tersebut.
● Perlindungan Konsumen:
OJK memiliki fokus kuat pada perlindungan konsumen dan berusaha
untuk memastikan bahwa entitas keuangan memberikan pelayanan yang adil,
transparan, dan aman kepada konsumen.
● Kolaborasi dan Kemitraan:
OJK berusaha untuk bekerja sama dengan berbagai pemangku
kepentingan, termasuk lembaga pemerintah lainnya, untuk mencapai tujuan-
tujuan pengaturan dan pengawasannya.
● Keadilan dan Kesetaraan:
OJK mempromosikan prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan dalam
pengaturan dan pengawasannya, serta berusaha untuk menghindari diskriminasi.
● Keberlanjutan:
OJK memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan ekonomi, sosial, dan
lingkungan dalam menjalankan tugasnya.

5. Fungsi OJK
Berikut adalah fungsi-fungsi OJK:
● Pengawasan dan Pengaturan:
OJK bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur berbagai entitas
keuangan, termasuk perbankan, pasar modal, lembaga asuransi, serta lembaga
keuangan non-bank seperti perusahaan pembiayaan dan dana pensiun. Mereka
merancang peraturan dan kebijakan yang mengatur aktivitas dan praktek bisnis di
sektor jasa keuangan.

● Stabilitas Sistem Keuangan:


OJK memiliki tugas menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia dengan
mengawasi dan menilai risiko-risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi
dan sistem keuangan. Ini mencakup pengawasan terhadap likuiditas, solvabilitas,
dan manajemen risiko entitas keuangan.
● Perlindungan Konsumen:
OJK bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan konsumen dalam
bertransaksi dengan entitas keuangan.
● Pengembangan Industri Jasa Keuangan:
OJK berperan dalam mempromosikan perkembangan sektor jasa keuangan
yang sehat, inovatif, dan berkelanjutan. Mereka menciptakan lingkungan yang
mendukung pertumbuhan dan inovasi di sektor ini.
● Penyelidikan dan Penegakan Hukum:
OJK memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan dan penegakan
hukum terhadap pelanggaran peraturan di sektor jasa keuangan. Mereka dapat
memberikan sanksi atau tindakan hukum terhadap entitas atau individu yang
melanggar peraturan.
● Pengaturan Sistem Pembayaran:
OJK juga mengatur dan mengawasi sistem pembayaran di Indonesia,
termasuk perusahaan fintech yang terlibat dalam layanan pembayaran elektronik
TINJAUAN UMUM TENTANG FINTECH “ADAKAMI”

A. Pengertian fintech Lending


Fintech lending adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan
produk,layanan,teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas
moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi,kelancaran,keamanan, dan keandalan
sistempembayaran. Perkembangan teknologi finansial di satu sisi terbukti membawa manfaat
bagi konsumen, pelaku usaha, maupun perekonomian nasional.
Namun, di sisi lain memiliki potensi risiko yang apabila tidak dimitagasi secara baik
dapat mengganggu sistem keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, serta untuk
mendorong inovasi di bidang keuangan dengan menerapkan prinsip perlindungan konsumen
serta manajemen risiko dan kehati-hatian guna tetap menjaga stabilitas moneter, stabilitas
sistem keuangan, dan sistem pembayaran yang efisien,lancar aman dan andal.
Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran telah menerbitkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) mengenai Teknologi
Finansial dan Regulatory Sandbox, PBI dan PADG mengatur mengenai kewajiban
pendaftaran penyedia jasa dan ketentuan-ketentuan yang harus disepakati agar mendapatkan
izin dari Bank Indonesia. Melalui PBI No.I9/I2/I'Bl 2017 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial. Bank Indonesia mengatur mengenai kewajiban pendaftaran di Bank
Indonesia bagi Penyelenggara Teknologi Finansial yang melakukan kegiatan sistem
pembayaran. Kewajiban pendaftaran tersebut dikecualikan bagi Penyelenggara Jasa Sistem
Pembayaran yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia dan bagi Penyelenggara
Teknologi Finansial yang berada dibawah kewenangan otoritas lain.
Sedangkan Bank Indonesia akan mengumumkan Penyelenggara Teknologi Finansial
yang telah terdaftar dalam lama resmi Bank Indinesia. Kewajiban pendaftaran dimaksudkan
tidak menghilangkan kewajiban Penyelenggara Teknologi Finansial untuk mengajukan
perizinan kepada Bank Indonesia maupun otoritas terkait.

B. Fungsi Fintech Lending


Bank Indonesia Fintech Office atau BI-FTO didirikan dengan empat
tujuan utama.
1. memfasilitasi pekermbangan inivasi dalam ekosistem keuangan berbasis teknologi di
Indonesia.
2. mempersiapkan Indonesia untuk mengoptimalkan perkembangan teknologi dalam
rangka pengembangan perekonomian,
3. meningkatkan daya saing industri keuangan berbasis teknologi Indonesia. Keempat,
menyerap informasi dan memberikan umpan balik untuk mendukung perumusan
kebijakan Bank Indonesia, sebagai respons terhadapperkembangan berbasis teknologi.
Menurut bank Indonesia, Finansial Teknologi berfungsi membantu transaksi jual beli dan
sistem pembayaran menjadi leboh efisien dan ekonomis namun tetap efektif. Serta terdapat 4
teknologi yaitu fungsi katalisator atau fasilitator, fungsi business inteleligence, fungsi
asesmen, serta fungsi koordinasi dan komunikasi. Fungsi dari Finansial teknologi sebagai
berikut:
1. Sebagai katalisator/fasilitator bagi pertukaran ide inovatifpengembangan Fintech di
Indonesia. Sebagai business intelligencei,dimana BI-FTO akan secara rutin memberikan
update melalui diseminasi hasil kajian dan pertemuan termasuk dengan kementrian dan
otoritas terkait serta lembaga internasional.
2. Fugsi asesmen yaitu BI-FTO akan melakukan pemantauan dan pemetaan atas potensi
manfaat sekaligus risiko dari inovasi model bisnis dan produk yang ditawarkan. Hasil
asesmen tersebut akan menjadi dasar bagi perumusan kebijakan di Bank Indonesia.
3. Fungsi koordinasi dan komunikasi, yang berperan memberikan pemahaman atas
kerangka pengaturan yang ada, dan mendorong harmonisasi regulasi lintas otoritas.
Bank Indonesia Fintech Office pula dengan regulatory sandbox, yang memungkinkan
unit usaha fintech melakukan kegiatan secara terbatas, tentunya setelah memenuhi kriteria
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Regulatory sandbox diberlakukan agar pelaku Fintech yang kebanyakan adalah
perusahaan startup dengan skala kecil mendapatkan kesempatan untuk mematangkan konsep
dan berkembang dengan sehat serta pada waktunya mampu menyediakan layanan finansial
yang aman kepada masyarakat. Dengan regulatory sandbox, Fintech Office akan menjadi
ujung tombak BI dalam memahami Fintech untuk selanjutnya menyediakan pengaturan yang
mampu memberikan dukungan optimal bagi perkembangannya. BI Fintech Office juga akan
menjadi wadah untuk pertukaran ide inovatif antara pelaku Fintech sekaligus kolaborasi antar
pelaku Fintech dan regulator.

C. Manfaat Fintech Lending.


Finansial Teknologi memiliki banyak manfaat bagi mayarakat yang belum banyak
diketahui oleh maeyarakat pada umumnya. Berikut manfaat Finansial teknologi:
4. Fintech sebagai alat pembayaran (e-money, e-cash, e-payment, dll.) E-money atau
Electronic Money adalah teknologi finansial yang memungkinkan penggunanya untuk
menyimpan uang dengan nominal tertentu pada suatu perangkat yang memiliki teknologi
NFC.33 Dalam penggunaannya, namun, diberbagi Marketplace juga bisa mengajukan
pinjaman untuk biaya pendidikan atau pinjaman konsumtif.
5. Fintech dalam Saham dan Asuransi Masyarakat harus paham bahwa saham dan asuransi
itu penting.
Keduanyaadalah instrumen yang akan berguna untuk investasi jangka panjang. Maka dari
itulah lahir teknologi-teknologi finansial yang masuk ke dalam pola hidup masyarakat yang
untuk lebih mudah memahami dan menggunakan instrumen finansial dengan efektif.
Keberadaan finansial teknologi dalam saham ini membantu
pengembangan pasar modal. Terutama dengan adanya aplikasi mobile trading. Masyarakat
akan lebih mudah untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk saham
menggunakansistem ini dalam pasar modal. Banyak investor ritel yang bertambah dengan
menggunakan apilkasi tersebut. Hal ini membuat saham semakin dilirik oleh masyarakat
untuk sarana investasi krena di dalam aplikasi tersebut juga dapat diketahui mana
saham-saham yang bagus dan direkomendasikan.

D. Fintech AdaKami

AdaKami adalah sebuah platform peer-to-peer lending online local yang menyediakan
fasilitas pinjaman (kredit) tanpa agunan. Semangat kami adalah untuk membangun akses
keuangan yang berkualitas bagi ratusan juta orang Indonesia. Kami berkomitmen untuk
membantu orang-orang serta komunitas dalam meraih mimpi mereka dalam setiap tahapan
hidup mereka. AdaKami dioperasikan oleh PT Pembiayaan Digital Indonesia, sebuah
perusahaan berbadan hukum Indonesia yang berizin dan tunduk kepada ketentuan yang
berlaku dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini sejalan dengan misi
kami dalam mewujudkan inklusi keuangan dan memberikan solusi bagi masyarakat
Indonesia, melalui inovasi dan edukasi. AdaKami menggunakan teknologi informasi sebagai
landasan inovasi demi menciptakan pelayanan yang cepat, tepat dan optimal.

AdaKami adalah platform peer-to-peer lending yang dinaungi oleh PT Pembiayaan


Digital Indonesia. AdaKami menyediakan kredit online tanpa agunan dan juga pembayaran
cicilan dengan biaya transparan. Keunggulan melakukan pinjaman online di aplikasi
AdaKami adalah kemudahan pinjaman uang. Keamanan transaksi di dalam aplikasi
AdaKami terjamin karena platform ini telah memiliki izin dan diawasi oleh OJK (Otoritas
Jasa Keuangan) berdasarkan surat Nomor KEP-128/D.05/2019

Cara Pinjaman Fintech AdaKami Untuk melakukan pinjaman online di aplikasi


AdaKami, Sobat Pintar cukup mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Unduh aplikasi AdaKami di App Store atau Playstore.


2. Masukkan informasi data diri sesuai pertanyaan di aplikasi.
3. Pilih jumlah dan durasi pinjaman.
4. Tunggu sistem melakukan peninjauan terhadap permintaan pinjaman uang
5. Dana pinjaman akan langsung masuk ke dalam rekening
E. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum Bagi Debitur Fintech Lending Yang Di Rugikan Dalam Transaksi
Pinjaman Uang Secara Online Pada Aplikasi "ADA KAMI" Perlindungan hukum sangat
penting karena merupakan hak asasi manusia yang mendasar. Perlindungan ukum adalah
teknik untuk melindungi hak seseorang ketika dilanggar oleh orang lain. Karena banyaknya
pengaduan masyarakat, topik perlindungan hukum bagi debitur dalam layanan pinjaman
berbasis Fintech Lending, yang juga dikenal sebagai Fintech Lending, saat ini sedang
dipertimbangkan.

Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi ini diharapkan dapat memberikan
kemudahan, cepat, dan mudah bagi konsumen dalam mengajukan pinjaman. Kelembagaan,
pendaftaran, perizinan, pembatasan pemberian kredit, pengawasan terhadap penyelenggara
layanan teknologi informasi, pembatasan kegiatan, manajemen risiko, pelaporan, dan edukasi
perlindungan konsumen semuanya tercakup dalam undang-undang OJK ini.

Pinjaman online berisi pernyataan lengkap dari semua perjanjian yang ditandatangani
antara peminjam dan kreditur dalam operasi kredit yang dilakukan melalui media internet.
Data yang dapat digunakan untuk interpretasi diperoleh berdasarkan temuan wawancara yang
dilakukan.

Penulis kasus ini melakukan wawancara dengan sejumlah orang yang pernah
menggunakan financial technology dan financial services untuk bertransaksi utang dan
pinjaman secara online.

Pertama, ada seorang putri yang menjadi mahasiswi di Universitas Batanghari Jambi saat ini.
Putri pernah menyelesaikan pinjaman online Adakami. AdaKami adalah platform internet
regional untuk pinjaman peer to-peer yang menawarkan peluang kredit (pinjaman) tanpa
keamanan. Tujuannya bukan untuk menerima tawaran konstan.

Pada tanggal 4 Mei 2021, saya meminjam Rp 2.000.000 dari AdaKami. Pembayaran
pertama jatuh tempo pada hari Jumat, 4 Juni 2021 sebesar Rp. 1.001.702. Tagihan
Adakami saya jatuh tempo pada hari Jumat, 4 Juni 2021, tetapi saya belum sempat
membayarnya. Saya membayar tagihan pada hari yang sama, untuk jumlah yang
diproyeksikan pada pukul 20.00 WIB (tidak melewati tanggal jatuh tempo). Staf
AdaKami selalu mengirimi saya pesan WhatsApp dan SMS dari pukul 11:00 hingga
23:00. Dengan perkataan yang tidak sopan dan tak sepantasnya di subutkan. Karena
tindakan buruk tim Adakami, saya merasa sangat dirugikan, malu, dan terancam dalam
situasi ini. Terlepas dari kenyataan bahwa, jika Anda perhatikan, saya tidak melakukan
pembayaran yang terlambat.

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 335 ayat (1) KUHP dinyatakan tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat, MK juga menyatakan Pasal 335 ayat(1) butir 1 KUHP menjadi
menyatakan, “Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan,
tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan
memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.”,

aplikasi tersebut telah membuat ancaman dan kegiatan yang tidak menyenangkan, oleh
karena itu mungkin OJK dapat mengauditnya dan menutupnya.

Kedua adalah Yogi. Saya menggunakan fintech ADAKAMI untuk pinjaman online.

Saya belum mampu membayar jumlah terakhir 350.000 sejak pandemi. Nah, kemarin
saya mendapat chat dan informasi dari kantor bahwa meskipun nomor saya aktif, debt
collector Adakami menagih ke kantor. Padahal fintech yang telah terdaftar dan diatur
oleh OJK dilarang menagih siapa pun selain pihak yang bersangkutan di luar undang-
undang OJK dan AFPI.

Jelas dari program yang digunakan, khususnya Adakami, bagaimana temuan wawancara,
yang merupakan paparan data penulis, muncul. Ada perusahaan yang terdaftar, menurut
informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2022, di antaranya Adakami, Dana
Rupiah, Rupiah Cepat, dan lainnya. Mayoritas permohonan yang telah didaftarkan dan
diberikan persetujuan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah dilakukan sesuai dengan
persyaratan pendirian lembaga keuangan berbasis teknologi sebagaimana diuraikan di atas.

Pasal 26 ayat 1 UU ITE menyatakan bahwa persetujuan seseorang diperlukan sebelum


informasi elektronik apa pun yang berkaitan dengan data pribadinya diungkapkan. Oleh
karena itu, dilarang bagi siapa pun untuk membagikan data tanpa persetujuan pemiliknya.
Fintech mendapat tanggapan negatif dari pengguna atas layanan yang ditawarkan. Ulasan
di bagian atas ditulis oleh Adakami. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengesahkan dan
mendaftarkan aplikasi fintech Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia telah
menetapkan aturan untuk menentukan biaya pinjaman. Biaya pinjaman agregat tidak
melebihi tarif flat harian sebesar 0,8%. Biaya gabungan, biaya keterlambatan, dan biaya
tambahan tidak boleh melebihi 100% dari jumlah pokok pinjaman, menurut klausul lain.
Klausul ini merupakan persyaratan bagi semua operator yang terdaftar/berlisensi OJK. Jika
terjadi pelanggaran, AFPI dapat memberikan sanksi kepada anggotanya, termasuk pengenaan
sanksi kepada penyelenggara Fintech Lending, yang akan menjadi bahan pertimbangan OJK
dalam pengawasan.

Hak-hak konsumen harus dilindungi oleh penyelenggara fintech lending, antara lain hak
untuk diperlakukan secara adil, jujur, dan tanpa diskriminasi, sebagaimana tercantum dalam
Pasal 4 Perlindungan Bertindak, dengan mengambil tindakan pengumpulan dengan cara ini.

Jika dalam hal ini ditentukan bahwa Pemberi Pinjaman melanggar Pasal 8 Undang-
Undang Perlindungan onsumen karena tidak memenuhi standar, undang-undang, dan
peraturan yang diperlukan, dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000 sesuai Pasal 62 UU Perlindungan
Konsumen.

Peraturan ini berlaku untuk pemrosesan data pribadi debitur yang dibagikan kepada orang
lain oleh Operator Fintech P2PLending. Hak individu meliputi informasi pribadi (hak
privasi). Definisi berikut berlaku untuk hak pribadi:

 Hak atas privasi adalah kebebasan untuk menjalani kehidupan pribadi tanpa campur
tangan dalam bentuk apa pun;
 Hak atas privasi mencakup kebebasan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
diawasi;

Secara alami, perusahaan Fintech Lending harus menghormati pedoman berikut untuk
melindungi informasi pribadi:

 Amati privasi informasi pribadi


 Kerahasiaan data pribadi sesuai dengan otorisasi dan/atau sesuaidengan persyaratan
hukum dan peraturan
 Berdasarkan persetujuan
 Kelangsungan hidup sistem elektronik yang digunakan
 Upaya tulus untuk segera memberi tahu pemilik tentang pelanggaran apa pun dalam
keamanan data pribadi
 Adanya kebijakan internal dalam pelaksanaan perlindungan data pribadi
 Akuntabilitas pengguna atas informasi pribadi yang berada di bawah kendali mereka
 Aksesibilitas pemilik dan pembetulan data pribadi
 Integritas, akurasi, validitas, dan kemutakhiran data pribadi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Manan (2016) Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama. Kencana. Hal. 206.

Amanita Novi, Bank dan Lembaga keuangan lain. Bab 6. Bank Syari’ah

Drs. Ismail, MBA., Ak., Drs. Ismail, MBA., Ak. (2017) perbankan syariah. Kencana.

Idayanti, Makalah Perbankan Syari’ah.

Ismail. (2010). Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta. Kencana

Witasari Aryani, Abdullah Junaidi, Tabarru' sebagai akad yang melekat pada asuransi syariah, jurnal
bisnis dan manajemen islam, Vol. 2, No. 1, 2014, hal. 124- 126

Septiani anggela, 'Urgensi Ekonomi syariah dalam menghadapi ekonomi global ,

Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 2, 2021, hal. 8

Ahmad Sarwat, Fiqih Jual-beli, (Jakarta Selatan): Rumah Fiqih Publishing, 2018

Ali Rama, Analisis Determinan Pengungkapan Islamic Social Reporting: Studi Kasus Bank Umum
syariah di Indonesia, Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 2, No. 1, 2014, hlm 16.

Ilyas Rahmat, 'Konsep uang dalam perspektif ekonomi Islam' ,

jurnal bisnis dan manajemen islam, Vol. 4, No. 1, 2016, hal. 38

Iskandar Eddy, 'Urgensi pendidikan sistem ekonomi Islam sejak dini',


jurnal Dharmawangsa.ac.id, Vol. 2, 2017, hal. 252

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer: Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis dan
Sosial, Ghalia Indonesia, Bogor, 2012, hlm.21

Tehuayo Rosita, Sewa Menyewa (Ijarah) Dalam Sistem Perbankan Syariah, Fakultas

Syariah dan Ekonomi Islam, Vol. XIV, No. 1, 2018, hal. 86- 93

Wiroso, Penghimpun Dana dan Distribusihal.asil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT. Grasindo,
2005)hal.118

Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari'ah, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm. 23.

Urgensi Ekonomi Syariah | Republika Online Mobile

https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/akad-mudharabah-adalah-salah-satu-akad-yang-
perlu-anda-ketahui

https://syariah.uinsaid.ac.id/perkembangan-ekonomi-syariah-di-indonesia

https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/simpanan/bagi-hasil-bank-syariah

https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/akad-PBS.Aspx

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/10/istishna-adalah https://www.linkaja.id/artikel/akad-
murabahah

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/06/06/akad-qardh-adalah

https://www.gramedia.com/literasi/musyarakah/

https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Prinsip-dan-Konsep-PB-Syariah.aspx

https://www.cermati.com/artikel/mengenal-bank-indonesia-sejarah-berdiri-tugas-fungsi

Gika Asdina Firanda, “Nagih Utang (Debt Colllector) Pinjaman Online Berbasis Financial Technology”,
Diponegoro Law Journal Vol.8 No. 4, 2019,

Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce: Studi Sitem Keamanan Dan Hukum
di Indonesia,(Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2005).

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013),


Evar Stinger,2017, Manfaat Pengunaan Fintech, diakses dari https;/evarstinger/fintech- teknologi-
finansial-manfaat-pengunaan-dan-evolusinya/, Teknologi Finansial: Tengok Dulu Perkembangan Fintek
di Indonesia, diterima dari https://www.finansialku.com/ diakses pada tanggal 10 Februari 2022.

Anda mungkin juga menyukai