Oleh:
Fathul Mubin
NIM 02040322014
PASCASARJANA
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Ikhwanuddin Harahap, “Penguatan Pondasi Bangunan Ekonomi Islam”, At-Tijaroh: Jurnal Ilmu
Manajemen dan Bisnis Islam, Vol. 1 No. 2 (Desember 2015): 141.
2
R. Ajeng Entaresmen, "Strategi Pemasaran Terhadap Penjualan Produk Tabungan IB Hasanah di
PT. Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang X", Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa,
Vol. 9 No. 1, (2016): 53.
1
dari konsep dan sistem yang ditawarkan. Tidak adanya intergasi maupun ide-
ide tersebut hanya ada pada dataran wacana tanpa praktik adalah salah satu
sebabnya. Alhasil, keinginan sebagian kalangan untuk menerapkan konsep
ekonomi Islam secara kaffah sepertinya masih harus tertunda.
Meskipun demikian, diskursus ekonomi Islam sampai hari ini masih
berjalan. Meskipun belum benar-benar secara kaffah ekonomi Islam
diterapkan, namun sudah ada beberapa lembaga yang mencoba
menerapkannya. Tak terkecuali bank yang menjalankan aktivitasnya dengan
cara-cara yang syariah. Sebagai bangunan bagi aktivitas manusia, Alquran
sudah sangatlah lengkap. Lengkap disini buka berarti bahwa seluruh aturan
teknis terkait ekonomi Islam sudah tersedia. Namun sebaliknya, bahwa
Alquran dan hadits sudah menyediaan prinsip-prinsip umum yang nantinya
para ekonom Islam lah yang harus mengembangkannya menjadi sebuah
landasan bangunan bagi terbentuknya sistem ekonomi Islam yang bisa
diaplikatifkan di kehidupan sehari-hari. Menanggapi hal ini, Jonathan A. J.
Wilson and Jonathan Liu mengatakan bahwa ekonomi Islam adalah sebuah
aliran pemikiran progresif, yang memiliki kompas moral yang cenderung ke
arah norma-norma etika dan nilai-nilai Islam dan bagaimana umat Islam
menafsirkannya, dari berbagai lensa budaya mereka.3
Berdasarkan uraian di atas, penulis hendak memaparkan bagaimana
konsep dari perbankan syariah itu sendiri. Serta dengan lebih luas untuk
mendeskprisikan apa perbedaannya dengan sistem bank konvensional serta
bagaimana kemudian perbankan syariah dalam kaitannya dengan aspek-aspek
lain seperti investasi maupun likuiditas.
B. Rumusan Masalah
3
Jonathan A. J. Wilson and Jonathan Liu, Corporate Brands and Marketing Strategies (New York:
Routledge, 2018), 25.
2
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah di
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian dan Konsep Dasar Bank Syariah?
2. Bagaimana Prinsip-Prinsip Bank Syariah?
3. Bagaimana Sifat Bank Syariah dalam Perbedaan Antara Konvensional Vs
Syariah?
4. Bagaimana Posisi Bank Syariah Sebagai Penyedia Likuiditas dan Perantara
Investasi?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Konsep Dasar Bank Syariah
2. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Bank Syariah
3. Untuk Mengetahui Sifat Bank Syariah: Konvensional Vs Syariah
4. Untuk Mengetahui Bank Syariah Sebagai Penyedia Likuiditas dan
Perantara Investasi
3
BAB II
4
Feby Ayu Amalia, “Investasi Tabungan di Bank Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi
Syariah”, Asy Syari’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Vol. 4 No. 1 (2019): 69.
5
Miftahuddin, “Perbandingan Konsep Keuangan pada Bank Syariah dan Bank Konvensional”,
Jurnal of Education, Humaniora, and Sociel Sciences (JEHSS), Vol. 2 No. 2 (2019): 214.
6
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2012),
71.
4
pendekatan state driven, industri perbankan syariah di Indonesia lebih banyak
digerakkan oleh masyarakat (market driven).7
Bank syariah sendiri memiliki sistem operasional yang berbeda
dengan bank konvensional. Seperti adanya layanan bebas bunga kepada para
nasabahnya. Dalam sistem operasionalnya, bank syariah sangat anti bunga
dalam semua transaksinya. Baik bunga yang diperoleh oleh nasabah dalam
meminjam uang atau bahkan bunga yang dibayar kepada penyimpanan dana
di bank syariah. Perbankan syariah juga sangat luas menyangkut kelembagaan,
cara dan proses dalam kegiatan perbankan, sampai kegiatan usaha tersebut. 8
Pokok-pokok aturan dari itu semua dipahami sebagai sebagai nilai atau
pijakan yang bersifat umum dan praktik yang berbeda akan dilakukan sesuai
dengan perkembangan zaman dan kebutuhan.9 Hal ini dikarenakan Islam
sebagai agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia tak bisa
dilepaskan dari tingkah laku ekonomi manusia. Ayat-ayat Alquran seperti QS.
al-Baqarah ayat 275 dan 279 tentang jual beli dan riba, QS. Al-A'raf ayat 31,
an-Nisa ayat 5 dan 10 tentang pengaturan, penitipan, pencarian, serta
pembelanjaan harta, QS. al-Maidah ayat 1 tentang akad dan masih banyak
lagi.
5
Konsep ekonomi itu jugalah yang melahirkan seperangkat prinsip
yang melandasi seluruh kegiatan perekonomian syariah. Adapun prinsip-
prinsip dari ekonomi Islam yaitu:10
1. Ketuhanan, yaitu sifatnya yang religius. Dalam hal ini, individu meyakini
bahwa hukum Allah adalah hukum yang paling adil, sehingga mereka akan
mematuhinya dalam setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan. Dalam
setiap langkah kegiatan yang dilakukan harus selalu berlandaskan Alquran,
hadits, maupun qiyas serta ijtihad.
6
1. Pembayaran pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai yang telah ditentukan tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana wajib ikut menanggung keuntungan dan kerugian akibat
usaha lembaga yang meminjam dana tersebut.
3. Prinsip Islam tidak mengizinkan "menghasilkan uang dari uang". Uang
hanyalah alat tukar dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsik.
4. Unsur gharar (ketidakpastian dan spekulasi) tidak diperbolehkan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka
dapatkan dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha yang tidak diharamkan dalam
Islam. Bisnis minuman keras, misalnya, tidak boleh dibiayai oleh
perbankan syariah
Allah Swt melalui wahyu-Nya telah menjelaskan prinsip-prinsip
syariah dalam setiap transaksi yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya,
berfungsi sebagai rambu-rambu manusia dalam setiap transaksi agar terhindar
dari praktik-praktik yang syubhat dan dilarang. Aturan semacam itu jelas
bukan tanpa sebab. Tujuan tertingginya adalah untuk memberikan
kebahagiaan untuk manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Penjelasan dari
Al-Qur'an dan Hadits menunjukkan pentingnya kehati-hatian dalam
melakukan berbagai transaksi, dan pentingnya mengetahui hukum dan prinsip
syariah dalam setiap transaksi baik dalam skala makro maupun mikro. 12
Karena setiap transaksi yang salah dan haram berimplikasi pada batalnya
suatu akad, dan ketika akad tidak sah maka dosa ditanggung oleh pelakunya,
dan akan menimbulkan kerugian dan kesengsaraan di dunia dan akhirat.
Bahkan akan mempengaruhi akhlak dan moral keturunannya, karena harta
yang diperoleh dengan cara yang halal akan mengalir kebaikan, sedangkan
harta yang diperoleh dengan cara yang buruk akan mengalir keburukan.
Terlebih dengan teori konvensional bahwa perusahaan yang berkembang
12
Mohamad Ainun Najib, "Penguatan Prinsip Syariah pada Produk Bank Syariah", Jurnal
Jurisprudence, Vo. 7 No. 1 (2017): 17.
7
selama ini di Indonesia yang menekankan prinsip memaksimalkan
keuntungan. Sekalipun harus bertentangan dengan prinsip syariah atau aturan
adat. Etika dan norma tidak lagi dihormati.
13
Eskasari Putri dan Arief Budhi Dharma, "Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Antara Bank
Konvensional dengan Bank Syariah", Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1 No. 2
(2016): 100.
14
Sari Wahyuna dan Zulhamdi, “Perbedaan Perbankan Syariah dengan Konvensional”, Al-
Hiwalah: Sharia Economic Law, Vol. 1 No. 1 (2022): 191.
8
Kesepakata Kesepakatan melibatkan Kesepakatan hanya dengan
n Formal hukum Islam hukum nasional yang berlaku
Pengawas Dewan pengawas syariah, Diawasi oleh dewan komisaris
Kegiatan dewan syariah nasional,
dan dewan komisaris
Proses Hanya dikelola untuk Dikelola untuk seluruh bisnis
Pengelolaan seluruh bisnis yang halal, yang menguntungkan di
meskipun Undang- bawah naungan Undang-
Undang membolehkan, Undang
namun jika haram
menurut Islam maka tidak
boleh
Sistem Nisbah Bunga
Bunga
Pembagian Jual beli, sewa menyewa, Keuntungan dari suku bunga
Keuntungan dan kemitraan yang dibebankan pada nasabah
Denda Perundingan dan Bunga yang meningkat
kesepakatan bersama
15
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2009), 29.
9
D. Bank Syariah Sebagai Penyedia Likuiditas dan Perantara Investasi
Likuiditas adalah masalah yang berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi.16 Jumlah alat pembayaran (aset likuid) yang dimiliki oleh suatu
perusahaan pada suatu waktu merupakan kekuatan membayar perusahaan
yang bersangkutan. Perusahaan yang memiliki kekuatan untuk membayar
belum tentu dapat memenuhi seluruh kewajiban finansialnya yang harus
segera dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan belum tentu memiliki
kemampuan untuk membayar. Kemampuan membayar hanya terdapat pada
perusahaan jika kekuatan membayar begitu besar sehingga dapat memenuhi
semua kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian
likuiditas secara umum adalah tentang posisi kas perusahaan dan
kemampuannya untuk memenuhi kewajiban (membayar utang) yang jatuh
tempo tepat waktu. Jika dikaitkan dengan lembaga bank, berarti kemampuan
bank untuk membayar hutang jangka pendeknya sewaktu-waktu jika tiba-tiba
ditagih oleh nasabah atau pihak terkait. Jadi, yang dimaksud likuiditas di sini
adalah kemudahan mengubah aset menjadi kas dari masing-masing bank yang
bersangkutan.
Transaksi pembayaran dalam kegiatan perbankan dilakukan melalui
mekanisme kliring dengan membebankan rekening giro bank yang
bersangkutan kepada Bank Indonesia (BI). Apabila dalam pelaksanaannya
saldo bank menjadi kurang dari Giro Wajib Minimum (GWM), maka bank
atau kantor cabangnya wajib membayar. Untuk ketentuan besaran mata uang
dan mekanisme GWM bagi bank umum syariah, saat ini telah diatur tersendiri
yaitu PBI No. 6/21/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum dalam rupiah dan
valuta asing bagi bank umum yang melakukan kegiatan usaha. bagi yang
menjalankan usaha berdasarkan prinsip syariah.17
16
Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 41.
17
Karim dalam Nurul Ichsan, "Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah" (2013), 94.
10
Terdapat juga instrumen likuiditas yang dapat diterapkan oleh bank
syariah dalam rangka pemenuhan kewajiban likuiditas yaitu Giro Wajib
Minimum (GWM), Kliring dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). 18
Adapun penjelasan dari ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut: 1) Statuta
Giro Wajib Minimum (GWM) Giro Wajib Minimum bank umum pada Bank
Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan persentase tertentu
dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Perhitungan ini berlaku baik untuk GWM
dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing. 2) Kliring, yaitu sarana
penghitungan utang antar bank dengan cara saling menyerahkan surat
berharga dan surat dagang untuk memperlancar lalu lintas pembayaran yang
terdiri dari pengiriman uang, penagihan dan pembukaan letter of credit. Bagi
bank berdasarkan prinsip syariah antara lain mengenai besarnya sanksi
pelanggaran saldo negatif dan tata cara pengenaan sanksi bagi bank yang
bersaldo negatif. 3) BLBI Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) BLBI
adalah skema bantuan (pinjaman) yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada
bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas pada saat krisis moneter tahun
1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan kesepakatan Indonesia
dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada Desember 1998, BI telah
menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.
Sedangkan investasi adalah suatu perikatan pada kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau badan hukum, untuk menyisihkan sebagian dari
pendapatannya agar dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan
harapan pada waktu tertentu akan memperoleh hasil (keuntungan).19 Istilah
investasi berasal dari bahasa latin yaitu investire (to wear), sedangkan dalam
bahasa inggris disebut investment yang berarti menanam.20 Dalam Kamus
Lengkap Ekonomi, investasi didefinisikan sebagai pertukaran uang dengan
bentuk kekayaan lain seperti saham atau aset tak bergerak yang diharapkan
akan dimiliki selama jangka waktu tertentu untuk menghasilkan pendapatan.
18
Ibid
19
Feby Ayu Amalia, “Investasi Tabungan di Bank Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi
Syariah”, Asy Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Vol. 4 No. 1 (2019): 68.
20
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah (Jakarta:
Kencana, 2008), 7.
11
Investasi semacam itu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa
depan dengan pertaruhan serta perhitungan untuk mendapatkan keuntungan
duniawi. Investasi dalam paradigma ekonomi konvensional bebas nilai dan
tidak memiliki kompas moral melainkan hanya sekedar menaati aturan hukum
terkait objek onvestasi legal dan juga terkait cara penginvestasiannya.
Sedangkan di dalam konsep Islam sendiri, semua bentuk investasi
dilakukan rangka ibadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Misalnya pada cara pembiayaan modal usaha. Ketika seseorang akan
berwirausaha, maka modal usaha merupakan salah satu aspek yang harus ada.
Modal usaha dapat diartikan sebagai dana yang digunakan untuk menjalankan
suatu usaha dan dapat juga diartikan sebagai modal untuk pertama kali
membuka usaha, modal untuk mengembangkan usaha dan modal untuk
menjalankan usaha sehari-hari.21 Alhasil, investasi syariah dapat diartikan
sebagai pengorbanan sumber daya yang dimiliki di masa kini untuk
mendapatkan hasil yang pasti, dengan mendapatkan pengembalian yang lebih
besar di masa depan, baik langsung maupun tidak langsung dengan tetap
berpegang pada prinsip syariah.22
21
Sari Juliasti, Cerdas Mendapatkan Dan Mengelola Modal Usaha (Jakarta: PT Persero, 2009), 4.
22
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: Serambi, 2009), 70.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank syariah merupakan sebuah lembaga penyedia jasa dan
intermediasi keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem Islam. Bank
syariah sendiri memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Seperti adanya layanan bebas bunga kepada para nasabahnya.
Alquran dan hadis memang berfungsi sebagai rambu-rambu manusia dalam
setiap transaksi agar terhindar dari praktik-praktik yang syubhat dan dilarang.
Aturan semacam itu jelas bukan tanpa sebab. Tujuan tertingginya adalah untuk
memberikan kebahagiaan untuk manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Perbedaan mendasar dari bank keuangan konvensional dan syariah terletak
pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan nasabah
kepada lembaga keuangan atau yang diberikan lembaga keuangan kepada
nasabah.
B. Kritik dan Saran
Tiada gading yang tak retak, begitu pula isi karya yang sangat kurang
ini. Penulis sadar bahwa dalam pembuatannya masih banyak terjadi kesalahan
baik dari segi penyusunan tata letak dan dari segi informasi yang diberikan.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun agar kedepannya penulis yang masih banyak kekurangan ini
mampu menciptakan berbagai karya yang lebih baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. (2009). Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Huda, N., & Nasution, M. E. (2008). Investasi Pada Pasar Modal Syariah.
Jakarta: Kencana.
(JEHSS), 2(2).
14
Rama, A. (2015). Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah di Asia
Sari Juliasti. (2009). Cerdas Mendapatkan Dan Mengelola Modal Usaha. Jakarta:
PT Persero.
Grafika.
Wilson, J. A., & Liu, J. (2018). Corporate Brands and Marketing Strategies. New
York: Routledge.
15