DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
1. Nur Amalia
2. Masroani Siregar
3. Santalia
4. Riski Adi
SEMESTER III
DOSEN PENGAMPU:
Erpiana Siregar, M.E
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Lembaga Keuangan Syariah 3
B. Landasan Pelarangan Riba diLembaga Keuangan
Syariah (LKS) 4
C. Fungsi Lembaga Keuangan Syariah 6
D. Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syariah 7
E. Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga bisnis Islami (syariah) merupakan salah satu instrument yang
digunakan untuk mengatur aturan-aturan ekonomi Islam. Sebagai bagian dari
sistem ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem
sosial. Oleh karenanya, keberadaannya harus dipandang dalam konteks
keseluruhan keberadaan masyarakat (manusia), serta nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan. Islam menolak pandangan yang
menyatakan bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu yang netral-nilai.1[1] Padahal
ilmu ekonomi merupakan ilmu yang syarat orientasi nilai.
Sebenarnya, bisnis secara syariah tidak hanya berkaitan dengan larangan
bisnis yang berhubungan dengan, seperti masalah alkohol, pornografi, perjudian,
dan aktivitas lain yang menurut pandangan Islam seperti tidak bermoral dan
antisosial. Akan tetapi bisnis secara syariah ditunjukan untuk memberikan
sumbangan positif terhadap pencapaian tujuan sosial-ekonomi masyarakat yang
lebih baik. Bisnis secara syariah dijalankan untuk menciptakan iklim bisnis yang
baik dan lepas dari praktik kecurangan.
Dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi, dunia Islam
mempunyai sistem perekonomian yang berbasiskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
Syariah yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadits serta dilengkapi dengan Al
Ijma dan Al Qiyas. Sistem perekonomian Islam, saat ini lebih dikenal dengan
istilah Sistem Ekonomi Syariah.
Al Quran mengatur kegiatan bisnis bagi orang-perorang dan kegiatan
ekonomi secara makro bagi seluruh umat di dunia secara eksplisit dengan
banyaknya instruksi yang sangat detail tentang hal yang dibolehkan dan tidak
dibolehkan dalam menjalankan praktek-praktek sosial-ekonomi. Para ahli yang
meneliti tentang hal-hal yang ada dalam Al Quran mengakui bahwa praktek
perundang-undangan Al Quran selalu berhubungan dengan transaksi. Hal ini,
menandakan bahwa betapa aktivitas ekonomi itu sangat penting menurut Al
Quran.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Lembaga Keuangan Syariah?
2. Bagaimana Landasan Pelarangan Riba diLembaga Keuangan Syariah
(LKS)?
3. Apa saja Fungsi Lembaga Keuangan Syariah?
4. Apa saja Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syariah?
5. Bagaimana Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia?
3
4
bermuamalah dan transaksi ekonomi, baik dalam bentuk bank maupun non
bank. Dalam Islam, tidak semua transaksi ekonomi dilarang, demikian juga
sebalik- nya, tidak semua transaksi ekonomi diperbolehkan. Hal yang terlarang
dalam Islam, salah satunya adalah riba. Riba adalah penetapan kelebihan atau
tambahan jumlah pinjaman yang dibebankan kepada si peminjam, atau dalam
dunia perbankan diisti- lahkan dengan ‘bunga’. (Laksmana, Y. 2009 ; 10)
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh lembaga keuangan, baik itu
Bank maupun Koperasi Simpan Pinjam, selama ini hanya ‘menggantungkan’
keuntungan dari bunga. Bank manapun menetapkan berapa tinggi suku bunganya.
Misalnya, se- buah perbankan menetapkan 10%, jika seorang peminjam menerima
pinjaman 100 juta rupiah, maka ia harus mengembalikan 110 juta dalam satu
tahun. Jumlah 10 juta ini lah yang dianggap sebagai riba dalam Islam. Larangan
riba dapat dilihat dari ayat berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba den- gan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah
supaya kamumendapat keberuntungan.” (Q.S. Ali Imran: 130).
Islam menawarkan sistem bagi hasil yang salah satunya disebut dengan
mud- harabah, yaitu akad pembagian keuntungan yang dilakukan antara pemberi
modal dan penerima modal untuk usaha, dan pembagian dilakukan berdasarkan
keuntungan usaha.Mudharabah ini secara bahasa artinya adalah kerjasama, dalam
hal ini adalah kerjasama permodalan. (Antonio, M.S. 2001 : 95)
a. Penghimpunan Dana
akadnya hanya pinjam tanpa adanya bagi hasil ataupun bunga. Dalam sistem
perbankan Islam simpan pinjam ini, sebagaimana telah disebutkan di atas,
dinamakan dengan qirodh atau mudharabah. Selain itu, perbankan syariah juga
melaksanakan pelayanan jasa lainnya, seperti wa- kalah, qardh al hasan, dan
sebagainya.
Yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Zakat, Infaq atau
Sede- kah (Ziswaf), kemudian menyalurkannya kepada pihak yang
membutuhkannya, tan- pa mengharapkan keuntungan ataupun imbalan. (Ikit. 2015
: 47) Lembaga keuangan Islam, sebagaimana aturan perundang-undangan, berhak
menghimpun dana zakat, infaq, dan shodaqoh dari masyarakat untuk disalurkan
kepada pihak yang membutuh- kannya. Perannya hampir sama dengan pihak
‘amil’, dimana ketentuannya menda- patkan hak 1/5 dari jumlah dana ziswaf yang
dihimpun. Fungsi sosial inilah sebagai salah satu pembeda LKS dengan lembaga
keuangan perbankan umum.
a. Bank Indonesia
b. Kementrian Keuangan (OJK, Bapepam dan Direktorat Pembiayaan
Syariah)
c. Dewan Syariah Nasional MUI
d. Dewan Pengawas Syariah (Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, 2008 : 200)
e. Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas)
Pasal 1 ayat 3 UU No.10 Tahun 1998: Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Saya sebagai penulis berharap bahwa dalam makalah yang saya buat ini
bisa bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, menyarankan agar pembaca
mencari referensi yang lain untuk lebih memahami materi ini dan yang lain untuk
lebih memahami materi ini dan jangan pernah puas dengan makalah yang saya
buat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M.S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2008),