Anda di halaman 1dari 16

KONSEP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Lembaga Keuangan Non Bank

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1

1. Nur Amalia
2. Masroani Siregar
3. Santalia
4. Riski Adi
SEMESTER III

DOSEN PENGAMPU:
Erpiana Siregar, M.E

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A.2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam.Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya
makalah ini.
Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah yang
berjudul Konsep lembaga keuangan syariah.
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya
ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Panyabungan, 31 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Lembaga Keuangan Syariah 3
B. Landasan Pelarangan Riba diLembaga Keuangan
Syariah (LKS) 4
C. Fungsi Lembaga Keuangan Syariah 6
D. Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syariah 7
E. Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga bisnis Islami (syariah) merupakan salah satu instrument yang
digunakan untuk mengatur aturan-aturan ekonomi Islam. Sebagai bagian dari
sistem ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem
sosial. Oleh karenanya, keberadaannya harus dipandang dalam konteks
keseluruhan keberadaan masyarakat (manusia), serta nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan. Islam menolak pandangan yang
menyatakan bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu yang netral-nilai.1[1] Padahal
ilmu ekonomi merupakan ilmu yang syarat orientasi nilai.
Sebenarnya, bisnis secara syariah tidak hanya berkaitan dengan larangan
bisnis yang berhubungan dengan, seperti masalah alkohol, pornografi, perjudian,
dan aktivitas lain yang menurut pandangan Islam seperti tidak bermoral dan
antisosial. Akan tetapi bisnis secara syariah ditunjukan untuk memberikan
sumbangan positif terhadap pencapaian tujuan sosial-ekonomi masyarakat yang
lebih baik. Bisnis secara syariah dijalankan untuk menciptakan iklim bisnis yang
baik dan lepas dari praktik kecurangan.
Dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi, dunia Islam
mempunyai sistem perekonomian yang berbasiskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
Syariah yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadits serta dilengkapi dengan Al
Ijma dan Al Qiyas. Sistem perekonomian Islam, saat ini lebih dikenal dengan
istilah Sistem Ekonomi Syariah.
Al Quran mengatur kegiatan bisnis bagi orang-perorang dan kegiatan
ekonomi secara makro bagi seluruh umat di dunia secara eksplisit dengan
banyaknya instruksi yang sangat detail tentang hal yang dibolehkan dan tidak
dibolehkan dalam menjalankan praktek-praktek sosial-ekonomi. Para ahli yang
meneliti tentang hal-hal yang ada dalam Al Quran mengakui bahwa praktek
perundang-undangan Al Quran selalu berhubungan dengan transaksi. Hal ini,
menandakan bahwa betapa aktivitas ekonomi itu sangat penting menurut Al
Quran.

1
2

Ekonomi Syariah menganut faham Ekonomi Keseimbangan, sesuai


dengan pandangan Islam, yakni bahwa hak individu dan masyarakat diletakkan
dalam neraca keseimbangan yang adil tentang dunia dan akhirat, jiwa dan raga,
akal dan hati, perumpamaan dan kenyataan, iman dan kekuasaan. Ekonomi
Keseimbangan merupakan faham ekonomi yang moderat tidak menzalimi
masyarakat, khususnya kaum lemah sebagaimana yang terjadi pada masyarakat
kapitalis. Di samping itu, Islam juga tidak menzalimi hak individu sebagaimana
yang dilakukan oleh kaum sosialis, tetapi Islam mengakui hak individul dan
masyarakat.
Dari kajian-kajian yang telah dilakukan, ternyata Sistem Ekonomi Syariah
mempunyai konsep yang lengkap dan seimbang dalam segala hal kehidupan,
namun sebagian umat Islam, tidak menyadari hal itu karena masih berpikir dengan
kerangka ekonomi kapitalis-sekuler, sebab telah berabad-abad dijajah oleh bangsa
Barat, dan juga bahwa pandangan dari Barat selalu lebih hebat. Padahal tanpa
disadari ternyata di dunia Barat sendiri telah banyak negara mulai mendalami
sistem perekonomian yang berbasiskan Syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Lembaga Keuangan Syariah?
2. Bagaimana Landasan Pelarangan Riba diLembaga Keuangan Syariah
(LKS)?
3. Apa saja Fungsi Lembaga Keuangan Syariah?
4. Apa saja Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syariah?
5. Bagaimana Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui Lembaga Keuangan Syariah
2. Untuk mengetahui Landasan Pelarangan Riba diLembaga Keuangan
Syariah (LKS)
3. Untuk mengetahui Fungsi Lembaga Keuangan Syariah
4. Untuk mengetahui Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syariah
5. Untuk mengetahui Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga Keuangan Syariah

Lembaga keuangan Syariah adalah (LKS) merupakan lembaga yang di


dalam aktifitas penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
membebankan imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Jadi yang dimaksud dari keuangan syariah dalam judul penelitian ini adalah cara
pihak BSM KC Lumajang menjalankan peran lembaga keuangan syariah dalam
pemberdayaan UMKM. Lembaga keuangan sebagai lembaga perantara, di desain
sedemikian rupa untuk mengelolah bunga supaya dapat merangsang investasi.
Fenomena ini telah menjadi ciri dan alat dari kehidupan bisnis dan kuangan dalam
rangka menggiatkan perdagangan, industri, dan aktifitas lainnya diseluruh dunia.
(Karim, M. A. 2012 : 32)

Peran Lembaga Keuangan Syariah menurut Sudarsono adalah adalah


untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien maka setiap tipe dan
lapisan masyrakat harus terwadai keinginannya dalam berinvestasi dan berusaha,
sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka. Sistem keuangan islam harus
menfasilitasi hal tersebut. Hal ini sesuai dengan ajaran islam yang diperuntuhkan
untuk sekalian alam dan prinsip bekerja sesuai dengan kemampuan. Sudarsono, (H.
2003 : 7) Pada prinsipnya dalam sistem keuangan islam lembaga-lembaga
keuangan non bank yang diperlukan memiliki peran yang hampir sama.
Perbedaan terletak pada prinsip dan mekanisme operasionalnya. Dengan
penghapusan prinsip bunga baik dalam mekanisme investasi langsung ataupun
tidak langsung, praktek sistem bebas bunga akan lebih mudah untuk diterapkan
secara integral, oleh karena itu untuk mewadahi kepentingan masyarakat yang
belum tersalurkan oleh jasa perbankan syariah, maka telah dibentuk beberapa
intitusi keuangan non bank dengan prinsip yang dibenarkan oleh syariat islam.

Lembaga Keuangan Syariah adalah badan usaha yang kegiatannya


dibidang keuangan yang didasarkan prinsip-prinsip syariah atau dengan kata lain
bersumber dari ayat-ayat Al-Quran dan As-Sunnah yang berkaitan dengan etika

3
4

bermuamalah dan transaksi ekonomi, baik dalam bentuk bank maupun non
bank. Dalam Islam, tidak semua transaksi ekonomi dilarang, demikian juga
sebalik- nya, tidak semua transaksi ekonomi diperbolehkan. Hal yang terlarang
dalam Islam, salah satunya adalah riba. Riba adalah penetapan kelebihan atau
tambahan jumlah pinjaman yang dibebankan kepada si peminjam, atau dalam
dunia perbankan diisti- lahkan dengan ‘bunga’. (Laksmana, Y. 2009 ; 10)

B. Landasan Pelarangan Riba diLembaga Keuangan Syariah (LKS)

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh lembaga keuangan, baik itu
Bank maupun Koperasi Simpan Pinjam, selama ini hanya ‘menggantungkan’
keuntungan dari bunga. Bank manapun menetapkan berapa tinggi suku bunganya.
Misalnya, se- buah perbankan menetapkan 10%, jika seorang peminjam menerima
pinjaman 100 juta rupiah, maka ia harus mengembalikan 110 juta dalam satu
tahun. Jumlah 10 juta ini lah yang dianggap sebagai riba dalam Islam. Larangan
riba dapat dilihat dari ayat berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba den- gan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah
supaya kamumendapat keberuntungan.” (Q.S. Ali Imran: 130).

Pada ayat lainnya Allah berfirman;“Hai orang-orang yang beriman,


bertaqwa- lah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika
kamu orang- orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertau- bat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (Q.S. Al
Baqarah: 278-279)

Kedua ayat tersebut diatas melarang keras pinjam meminjam uang


berdasarkan sistem riba, atau penambahan di luar hutang pokok. Asbabun Nuzul
Surat al Baqarah: 278- 279 ber- dasarkan atas sebuah kejadian, yaitu
berhutangnya Bani Mughirah kepada Bani Amr. Setelah Bani Mughirah
5

berpindah ke Islam, mereka tidak diperkenankan untuk melakukan


transaksi pinjam meminjam berdasarkan riba, baik itu hutang mereka kepada
pihak lainnya (termasuk Bani Amr), maupun piutang yang mereka miliki. Atas
perselisihan ini, maka lewat surat me- nyuratnya dengan pemimpin Mekkah
(setelah peristiwa Fathul Makkah), menurut Ibn Jarir Ath Thabari dalam bukunya
Tafsir Ath Thabari hal seperti diatas, Rasulullah menyuruh hanya membayarkan
hutang pokoknya, jika ditolak, maka Rasulullah siap mengultimatum perang. (Ibn
Jarir Ath Thabari: Tafsir Ath Thabari Vol. IV).

Idealnya, segala transaksi yang tidak diperbolehkan dalam Islam tidak


dilaku- kan dalam sistem perbankan ini. Bunga adalah salah satu sumber
pemasukan utama bagi perbankan, dan bunga dalam kredit hukumnya haram.
Pertanyaannya adalah ba- gaimana jika sebuah bank menghapus bunga dari sistem
operasionalnya? Dari mana mereka memperoleh penghasilan selain dari cara
tersebut?

Islam menawarkan sistem bagi hasil yang salah satunya disebut dengan
mud- harabah, yaitu akad pembagian keuntungan yang dilakukan antara pemberi
modal dan penerima modal untuk usaha, dan pembagian dilakukan berdasarkan
keuntungan usaha.Mudharabah ini secara bahasa artinya adalah kerjasama, dalam
hal ini adalah kerjasama permodalan. (Antonio, M.S. 2001 : 95)

Praktek mudharabah merupakan praktek yang dilakukan oleh Rasulullah


sebe- lum diangkat menjadi Nabi, sebagaimana yang ia lakukan bersama Siti
Khadijah. Siti Khadijah menyumbang modal besar untuk melakukan perjalanan
dagang Rasul, se- dangkan Rasulullah sendiri menyumbang tenaga dan
keahliannya dalam berdagang. Keuntungan dari keduanya dibagi secara bersama.
Jika merugi, maka merugi secara bersama-sama, jika untung maka keuntungannya
dibagi diantara keduanya. Inilah yang membedakan dengan sistem riba. Dalam
riwayat lainnya, Khalifah kedua Umar Ibn Khatab, pernah menginvestasikan harta
anak yatim kepada para saudagar. (Lewis, M. K. & Algaoud, L. M. 2001 : 14)
6

C. Fungsi Lembaga Keuangan Syariah

Keberadaan lembaga keuangan sangat dibutuhkan di berbagai tempat


karena tidak hanya sebagai tempat menyimpan uang semata, melainkan juga
sebagai tempat dimana modal terhimpun dan dapat diakses. Fungsi lembaga
keuangan syariah sama seperti lembaga keuangan lainnya, yaitu;

a. Penghimpunan Dana

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan. Dalam fiqh


Islam dikenal dengan barang wadi’ah, dan dalam praktek yang dilakukan oleh
lembaga keuangan syariah dalam bentuk Tabungan Wadiah. Tabungan Wadiah
dapat digu- nakan oleh pengelola keuangan, untuk diinvestasikan pada usaha,
dengan izin pemi- liknya, atau biasa disebut dengan wadi’ah yad dhamanah. Pihak
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai pihak yang dititipi barang, dapat
menggunakan barang tersebut untuk dikelola ke sektor yang lebih produktif.
Wadi’ah dalam sistem Islam dapat berbentuk apa saja, baik dalam bentuk uang,
emas, perak, dan berbagai barang yang berharga lainnya. Praktek wadi’ah dapat
dijumpai dalam sejarah awal Islam, dan me- nurut para ulama hal ini
diperbolehkan. Selain produk wadiah, penghimpunan dana oleh LKS dapat
dilakukan dengan prinsip mudharabah dan ijarah. (Sholihin, A.I. 2010 : 291) Bahkan
pada prakteknya saat ini, mayoritas produk penghimpunan dana yang laku di
masyarakat adalah produk yang menggunakan prinsip mudharabah. Hal ini
disebabkan karena produk yang menggunakan prinsip mudharabah dianggap lebih
menguntungkan karena memberikan bagi hasil untuk para penabung secara
berkala. Berbeda dengan tabungan dengan prinsip wadiah yang hanya
memberikan bonus yang belum tentu ada di setiap waktu.

b. Penyaluran Dana ke Masyarakat

Setelah dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan telah terkumpul,


maka LKS kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan. Dalam sistem perbankan Islam, idealnya dana tersebut disalurkan
hanya kepada pi- hak yang memiliki usaha dan untuk pengembangan usaha.
Sedangkan untuk kebu- tuhan non usaha, seperti untuk pembayaran SPP, maka
7

akadnya hanya pinjam tanpa adanya bagi hasil ataupun bunga. Dalam sistem
perbankan Islam simpan pinjam ini, sebagaimana telah disebutkan di atas,
dinamakan dengan qirodh atau mudharabah. Selain itu, perbankan syariah juga
melaksanakan pelayanan jasa lainnya, seperti wa- kalah, qardh al hasan, dan
sebagainya.

c. Fungsi Sosial Kemasyarakatan

Yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Zakat, Infaq atau
Sede- kah (Ziswaf), kemudian menyalurkannya kepada pihak yang
membutuhkannya, tan- pa mengharapkan keuntungan ataupun imbalan. (Ikit. 2015
: 47) Lembaga keuangan Islam, sebagaimana aturan perundang-undangan, berhak
menghimpun dana zakat, infaq, dan shodaqoh dari masyarakat untuk disalurkan
kepada pihak yang membutuh- kannya. Perannya hampir sama dengan pihak
‘amil’, dimana ketentuannya menda- patkan hak 1/5 dari jumlah dana ziswaf yang
dihimpun. Fungsi sosial inilah sebagai salah satu pembeda LKS dengan lembaga
keuangan perbankan umum.

D. Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syariah

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan


prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan
dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk
serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih
bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel
dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Lembaga keuangan syariah secara esensial berbeda dengan lembaga


keuangan konvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup
serta tanggung jawabnya. Setiap institusi dalam lembaga keuangan syariah
menjadi bagian integral dari sistem syariah. Lembaga Keuangan Syariah bertujuan
membantu mencapai tujuan sosio ekonomi masyarakat islam.
8

Fungsi Lembaga Keuangan Syariah diantaranya yaitu sebagai Penyedia


Jasa Finansial, merupakan bagian terintegrasi dari unit yang diberi kuasa
mengeluarkan uang giral, lembaga yang diberikan izin dalam menciptakan uang,
dan merupakan bagian terintegrasi dalam jaringan lembaga keuangan dalam
sistem ekonomi.

Beberapa prinsip operasional dalam Lembaga Keuangan Syariah adalah:


(Nurul Huda dan Mohammad Heykal, 2010 : 38).

a. Keadilan, yaitu prinsip berbagi keuntungan atas dasar penjualan yang


sebenarnya berdasarkan konstribusi dan resiko masing- masing pihak.
b. Kemitraan, yaitu prinsip kesetaraan diantara para pihak yang terlibat dalam
kerjasama. Posisi nasabah investor (penyimpanan dana), dan penggunaan
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang
saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan.
c. Transpasi, dalam hal ini sebuah Lembaga Keuangan Syariah diharuskan
memberikan laporan keuangan secara terbuka dan berkesinambungan
kepada nasabah investor atau pihak-pihak yang terlibat agar dapat
mengetahui kondisi dana yang sebenarnya.
d. Universal, yaitu prinsip di mana Lembaga Keuangan Syariah diharuskan
memberikan suku, agama, ras, dan golongan dalam masyarakat dalam
memberikan layanannya sesuai dengan prinsip islam sebagai rahmatan lil
alamin.

Dalam operasionalnya Lembaga Keuangan Syariah juga harus


memperhatikan kepada hal-hal berikut: (Nurul Huda dan Mohammad Heykal,
2010 : 39).

a. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai


pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
b. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjam dana.
9

c. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya


merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki
nilai intrinsik.
d. Unsur gharar (ketidak pastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh
dari sebuah transaksi.
e. Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak
diharamkan dalam Islam sehingga usaha minuman keras, misalnya, tidak
boleh didanai oleh perbankan syariah.

Tujuan berdirinya lembaga keuangan syariah menurut Ahmad Rodoni dan


Abdul Hamid antara lain:

a. Mengembangkan lembaga keuangan syariah (bank dan non bank


syariah) yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan serta mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat banyak sehingga menggalakkan
usaha- usaha ekonomi rakyat antara lain memperluas jaringan lembaga
keuangan syariah ke daerah- daerah terpencil.
b. Meningkatkan kualitas kehidupan social ekonomi masyarakat bangsa
Indonesia, sehingga dapat mengurangi kesenjangan social ekonomi,
dengan demikian akan melestarikan pembangunan nasional antara lain
melalui :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha
2. Meningkatkan kesempatan kerja
3. Meningkatkan penghasilan masyarakat banyak
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses
pembangunan terutama dalam bidang ekonomi keuangan.
d. Mendidik dan membimbing untuk berpikir secara ekonomi,
berperilaku bisnis dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kesimpulannya bahwa secara garis besarnya prinsip operasional lembaga


keuangan syariah itu antara lain:

a. Bebas MAGHRIB (MAysir, Gharar, Haram, RIba dan Bathil)


10

b. Menjalankan bisnis dengan memperoleh keuntungan yang sah menurut


syariah
c. Menyalurkan ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah)

E. Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia

Sebagai sebuah lembaga keuangan, bank memiliki kegiatan utama yakni


menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya, dan juga sebagai tempat tukar menukar uang, memindahkan
uang atau memerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti listrik,
telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.

Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November


1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Untuk itu lembaga
keuangan syariah juga berhubungan erat dengan bank konvensional yang ada di
Indonesia. Yang fungsinya saling mendukung system operasionalnya. Lembaga
fasilitator system keuangan syariah diantaranya yaitu :

a. Bank Indonesia
b. Kementrian Keuangan (OJK, Bapepam dan Direktorat Pembiayaan
Syariah)
c. Dewan Syariah Nasional MUI
d. Dewan Pengawas Syariah (Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, 2008 : 200)
e. Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan


dan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 yang berisi mengenai Dual Banking System, menjadi
landasan hokum bagi Bank syariah yang ada di Indonesia.
11

Pasal 1 ayat 3 UU No.10 Tahun 1998: Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Pasal 1 ayat 4 UU No.10 Tahun 1998: BPR adalah bank yang


melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Struktur lembaga keuangan syariah di Indonesia terdiri dari lembaga
keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. (Nurul Huda dan Mohammad
Heykal, 117)

Dengan adanya konsep lembaga keuangan syariah, secara fakta banyak


nasabah yang berasal dari non muslim merupakan pemakai atau pelangggan
lembaga keuangan berbasis syariah, atau bank syariah. Fenomena tersebut
seharusnya menjadi dorongan untuk umat muslim agar lebih memanfaatkan
lembaga keuangan syariah dalam kehidupan dan kegiatan ekonominya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep lembaga keuangan syariah, secara fakta banyak nasabah yang


berasal dari non muslim merupakan pemakai atau pelangggan lembaga keuangan
berbasis syariah, atau bank syariah. Fenomena tersebut seharusnya menjadi
dorongan untuk umat muslim agar lebih memanfaatkan lembaga keuangan
syariah dalam kehidupan dan kegiatan ekonominya. Menetapkan bagi hasil
berdasarkan bagi pendapatan (revenue sharing) bukan berdasarkan prinsip bagi
untung dan rugi (profit and loss sharing), dan bank sulit untuk membagi
hasil/keuntungan karena skala pembiayaan sangat kecil. Lembaga keuangan
syariah (LKS) adalah lembaga yang dalam aktifitasnya, baik penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan
imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Sebagaimana
diketahui bahwa Indonesia menempati urutan keempat negara dengan
ketimpangan terbesar di seluruh dunia, setelah Rusia, India, dan Thailand.
Dengan pemberian pembiayaan kepada UMKM, maka diharapkan ketimpangan
ini dapat diperkecil, sesuai dengan cita-cita para founding fathers negara ini.

B. Saran
Saya sebagai penulis berharap bahwa dalam makalah yang saya buat ini
bisa bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, menyarankan agar pembaca
mencari referensi yang lain untuk lebih memahami materi ini dan yang lain untuk
lebih memahami materi ini dan jangan pernah puas dengan makalah yang saya
buat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, M.S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press

Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2008),

Ikit. (2015). Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah. Yogyakarta:


Deepublish

Karim, M. A. (2012). Kamus Bank Syariah. Yogyakarta: Asnaliter

Lewis, M. K. & Algaoud, L. M. (2001). Perbankan Syariah: Prinsip, Pratik,


dan Prospek. Jakarta: Serambi

Laksmana, Y. (2009). Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan Di


Bank Syariah. Jakarta: Elex Komputindo

Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan


Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010)

Sudarsono, H. (2003). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:


Ekonosia

Sholihin, A.I. (2010). Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai