Kelompok 10
PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN SYARIAH
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul “Perekonomian dan Perbankan
Syariah” tepat pada waktunya.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek
lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah
berikutnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………….………………………………………..1
Daftar Isi…………………………………………………………………………….…………2
Bab 1: Pendahuluan……………………………………………………………………………3
Bab 2: Pembahasan……………………………………………………………………………4
Bab 3: Penutup……………………………………………………………………………….15
Bab 4: Daftar Pustaka………………………………………………………………………...16
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Bila sebelum era 90-an pembicaraan tentang Sistem Ekonomi Islam begitu ditabukan,
kini sistem tersebut mulai lagi menjadi wacana. Hal ini sangat logis, di satu sisi realitas
menunjukkan bahwa sistem ekonomi sekarang ini bukan hanya tidak mampu menyelesaikan
masalah, bahkan menciptakan masalah. Lebih dari 65 tahun kapitalisme memimpin Indonesia,
membuat puluhan juta orang terpaksa hidup dalam kemiskinan, dan belasan
juta pengangguran. Sementara sekitar jutaan anak juga harus putus sekolah. Hidup pun
semakin sulit dijalani, sekalipun sekedar mencari sesuap nasi. Beban kehidupan semakin
bertambah seiring dengan kenaikan harga-harga akibat krisis yang berkepanjangan.
Keterpurukan ini dirasakan oleh seluruh rakyat, muslim maupun non muslim. Siapa yang suka
dengan sistem yang melahirkan keterpurukan-keterpurukan seperti ini?
Adapun islam sebagai agama rahmatulila’amin, telah meyediakan solusi dalam
mengatasi berbagai problematika perekonomian Negara. Salah satu caranya yaitu dengan
menerapkan Sistem Eknomi dan Perbankan Syariah yang berlandaskan Al-qur’an dan Hadis.
Sistem ini bukan hanya sebatas dalam tatanan konsep semata, melainkan telah dibuktikan dan
direalisasikan melalui perjalanan panjang kaum muslimin yang ketika itu hidup berada di
bawah naungan Negara khilafah yang menerapkan islam secara kaffah. Dimulai dari
kepemimpinan baginda Rasululloh SAW, kemudian berlangsung hingga masa Daulah Bani
Umayyah di bawah pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Yang mana pada masa ini tidak
didapati seorangpun yang mau menerima sedekah dari baitul mal lantaran kebutuhan hidup
yang sudah tercukupi.
Demikianlah terapi mujarab dari sistem ekonomi syariah yang benar-benar membawa
keberkahan dan kesejahteraan. Bukan hanya bagi umat islam, tapi juga bagi umat non muslim
yang hidup di bawah naungan islam.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dan tujuan ekonomi syariah?
2. Apa perbedaan sistem ekonomi syariah dan konvensional?
3. Apa karakteristik dan prinsip perekonomian syariah?
4. Apa nilai utama dalam perekonomian syariah?
5. Apa pengertian dan tujuan bank syariah?
6. Apa perbedaan bank syariah dan bank konvensional?
7. Apa prinsip dasar dalam perbankan syariah?
8. Apa produk-produk dari perbankan syariah?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Penghimpunan dan penyaluran dana harus Tidak terdapat dewan sejenis
sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas
Syariah (DPS)
Thomas Khun menyatakan bahwa setiap sistem ekonomi mempunyai inti paradigma.
Inti paradigma ekonomi Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah. Ekonomi Islam
mempunyai sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani. Disebut Ekonomi Rabbani karena
sarat dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiyah. Sedangkan ekonomi Insani karena ekonomi ini
dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia. (Qardhawi).
Prinsip Ekonomi Islam bersumber pada Islam itu sendiri yang meliputi tiga asas pokok,
yaitu asas akidah, akhlak, dan asas hukum (muamalah).
Berikut adalah Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam islam yang senantiasa ada dalam
aturan islam.
1. Dalam kegiatan perekonomian didasari kujujuran.
2. Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga
3. Kebersamaan dan persamaan.
4. Saling tolong menolong
5. Larangan Ekonomi Riba
6. Transaksi Keuangan yang Jelas dan Tercatat
7. Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial
5
2.1.4. Nilai Utama Sistem Ekonomi Syariah
Jika berbicara tentang nilai dan etika dalam ekonomi islam, terdapat empat nilai utama
yaitu Rabbaniyyah (ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan, dan Pertengahan.Nilai-nilai ini
menggambarkan keunikan yang utama bagi ekonomi islam, bahkan dalam kenyataannya
merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang
berlandaskan ajaran islam. Atas dasar itu, sangat nyata perbedaannya dengan sistem ekonomi
lainnya.
A.Ekonomi Rabbaniyyah
Ekonomi akhlak, dalam hal ini tidak adanya pemisahan antara kegiatan ekonomi
dengan akhlak. Kegiatan yang berkatian dengan akhlak terdapat pada langkah-langkah
ekonomi, baik yang berkaitan dengan produksi, distribusi, peredaran, dan konsumsi. Seorang
muslim terikat oleh iman dan akhlak pada setiap aktivitas ekonomi yang dilakukannya, baik
dalam melakukan usaha, mengembangkan usaha dan menginfakkan hartanya.
C.Ekonomi Kemanusiaan
Ekonomi kemanusiaan, merupakan kegiatan ekonomi yang tujuan utamanya adalah
merealisasikan kehidupan yang baik bagi umat manusia dengan segala unsur dan pilarnya.
Selain itu kegiatan ekonomi juga bertujuan untuk memungkinkan manusia memenuhi
kebutuhan hidupnya dan mendapatkan kebahagiaan.
Nilai kemanusaian terhimpun dalam ekonomi islam seperti nilai kemerdekaan,
keadilan, persaudaraan, saling mencintai dan saling tolong menolong di antara sesama
manusia.
D.Ekonomi Pertengahan
6
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah adalah suatu bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas
dasar prinsip syariah.
Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana, meminjamkan
uang, dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan
fungsi perbankan melakukan hal – hal yang dilarang syariah. Dalam praktik perbankan
konvesional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut dilakukan berdasarkan prinsip bunga. Bank
konvensional memang tidak serta merta identik dengan riba, namun kebanyakan praktik bank
konvnsionaldapat digolonglan sebagai transaksi ribawi.
Beroperasi dengan
pendekatan sektor Beroperasi dengan pendekatan
3 Operasional
keuangan, tidak langsung sektor riil
terkait dengan sektor riil
Multi produk (jual beli, bagi
4 Produk Produk tunggal (kredit)
hasil, jasa)
Pendapatan yang diterima Pendapatan yang diterima
deposan tidak terkait deposan terkait langsung dengan
5 Pendapatan
dengan pendapatan yang pendapatan yang diperolah bank
diperoleh bank dari kredit dari pembiayaan
6 Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread
Bank Indonesia dan Al Qur’an. Sunnah, fatwa ulama,
7 Dasar Hukum
Pemerintah Bank Indonesia, dan Pemerintah
Tidak berdasarkan bunga(riba),
Berdasarkan atas bunga
8 Falsafah spekulasi (maisir), dan
(riba)
ketidakjelasan(gharar)
7
- Dana Masyarakat (Dana
- Dana Masyarakat (Dana
Pihak Ketiga/DPK) berupa
Pihak Ketiga/DPK) berupa
titipan simpanan yang
titipan ( wadi’ah) dan
harus dibayar bunganya
investasi(mudharabah) yang
pada saat jatuh tempo
9 Operasional baru akan mendapat hasil jika
- Penyaluran dan pada
“diusahakan“ terlebih dahulu
sektor yang
- Penyaluran dana (financing)
menguntungkan, aspek
pada usaha yang halal dan
halal tidak menjadi
menguntungkan
pertimbangan agama
Dinyatakan secara eksplisit dan
Tidak diketahui secara
10 Aspek sosial tegas yang tertuang dalam visi
tegas
dan misi
Tidak memiliki Dewan Harus memiliki Dewan
11 Organisasi
Pengawas Syariah(DPS) Pengawas Syariah(DPS)
Uang adalah komoditi
Uang bukan komoditi, tetapi
12 Uang selain sebagai alat
hanyalah alat pembayaran
pembayaran
1. Efisiensi, mengacu pada prinsip saling menolong untuk berikhtiar, dengan tujuan
mencapai laba sebesar mungkin dan biaya yang dikeluarkan selayaknya.
2. Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya) , saling ikhlas
mengikhlaskan antar pihak – pihak yang terlibat dengan persetujuan yang adil tentang
proporsi bagi hasil, baik untung maupun rugi.
3. Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasehat untuk saling
meningkatkan produktivitas.
8
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(Q.S An - Nisa : 29)
• Qadrul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah baik dalam
keadaan darurat.
• Murabahah, yaitu suatu istilah fiqh Islam yang menggambarkan suatu jenis penjualan
di mana penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk, dengan
ditambah jumlah keuntungan tertentu di atas biaya produksi.
ُاألمين
ِ ي ُّ ت ا ْست َأ ْ ِج ْرهُ إِ َّن َخي َْر َم ِن ا ْستَأ ْ َج ْرتَ ْالقَ ِو
ِ َت إِحْ دَا ُه َما يَا أَب
ْ َقَال.
Artinya : salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya". (Q.S : Alqashah : 26 )
9
4. Resiko kerugian lebih kecil dengan menggunakan prinsip ini. Karena apabila mengalami
kerugian, maka dibagi menurut perjanjian yang dibuat.
5. Pihak bank akan mendapatkan banyak nasabah dengan menggunakan prinsip ini, karena
adanya kemudahan – kemudahan (misalnya tanpa agunan) yang diberikan oleh bank dan
juga akan menaikkan keuntungan yang besarnya sesuai dengan perjanjian yang
dilakukan.
Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai
pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.
Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah
selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan
cara pembayaran cicilan (bi tsaman ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan
segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka
bank akan menjualnya kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara angsuran.
Umumnya transaksi ini diterapkan dalam penbiayaan barang yang belum ada, seperti
pembelian komoditi dijual kembali secara tunai atau secara cicilan.
Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Ketentuan umum Istishna sebagai berikut :
10
Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu,
dan jumlah. Harga jual yang disepakati dicantumkan dalam akad Istishna dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan harga setelah akad
ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
11
d. Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad
pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembayaran. Meskipun tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta
pengganti biaya – biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang benar – benar timbul.
Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik
perbankan syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk melanjutkan suplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank
mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.
Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada
bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi
kriteria sebagai berikut :
Milik nasabah sendiri
Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai sebenarnya
pasar.
Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank
Qardah
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya
dalam empat hal, yaitu:
Sebagai pinjaman talangan haji, diman nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai melalui bank
(ATM). Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.
Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut perhitungan
bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan
skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas
ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank
akan mengembalikannya secara angsur melalui potongan gajinya.
Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa
pada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
pembukuan L/C (Letter of Credit), inkaso dan transfer uang.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus
cakap hukum. Khusus untuk pembukuan L/C, apabila dana nasabah tidak cukup,
maka penyelesaian L/C (settlement L/C) dapat dilakukan dengan pembiayaan
murabahah, salam, ijarah, mudharabah, atau musyarakah.
Kafalah (Garansi Bank)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk mrnjamin suatu kewajiban
pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan
sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana
12
tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa
yang diberikan.
a. Prinsip Wadi’ah
Ketentuan umum dari produk ini, yakni:
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imabalan dan tidak
menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberi bonus kapada pemilik
dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak
boleh diperjanjikan di muka.
Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening
giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya
administrasi untuk sekadar menutupi biaya yang benar – benar terjadi.
Ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan
tabungan berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Prinsip Mudharabah
Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito
sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharaba
dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, tidak ada pembatasan
bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted
investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat – syarat tertentu
yang harus dipenuhi bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis
tertentu, disyaratkan digunakan deangan akad tertentu, atau disyaratkan
digunakan untuk nasabah tertentu.
Mudharabah Muqayyadah off Balace Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah
langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai
perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan
pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat – syarat tertentu
yang harus dipenuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan
dibiayai dan pelaksanaan usahanya.
13
3. Jasa Perabankan
a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Salah satu jasa perbankan bank syariah pada umumnya adalah sharf atau jual
beli valuta asing. Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.
Jual beli mata uang yang tudak sejenis ini penyerahannya harus dilaksanakan pada
waktu yang sama. Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
b. Ijarah (Sewa)
Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box)
dan jasa tata laksana administrasi dokumen . Bank dapat imbalan sewa dari jasa
tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Islam bukanlah agama ritual semata, melainkan sebuah ideologi. Sebagai sebuah ideologi
yang shahih, tentu islam memiliki cara-cara yang lengkap dalam mengatasi problematika
manusia, termasuk problematika ekonomi Negara. Dari pembahasan ini, tampak bagaimana
kehandalan Sistem Ekonomi Syariah sebagai solusi dari krisis yang berkepanjangan. Apabila
saat ini kita menyaksikan banyak kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dsb melanda umat islam,
maka hal itu disebabkan karena mereka tidak hidup dengan norma-norma islam. Sistem selain
islamlah (kapitalis, sosialis/komunis) yang mereka terapkan saat ini, sehingga meskipun
kekayaan alamnya melimpah, tetap saja hidup dalam kemiskinan dan keterpurukan. Allah SWT
berfirman:
“Barang siapa yang dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit dan kami
akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS Thaha (20) :124.
15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
16