Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Islam


Dosen Pengampu : Yoyok Prasetyo, ST.,M.Sy

Disusun Oleh :

CINDI OKTARINDI
4103 3403 19 1018

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan kemampuan
ilmu serta rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Ekonomi Syariah dengan tepat pada waktunya.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkah kepada Nabi Muhammad SAW,kepada
keluarganya sahabatnya serta kepada umat nya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, karena itu kami
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca sehingga dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi serta atas banyaknya kesalahan yang terdapat dalam Makalah ini Kami mohon maaf,
terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan Makalah ini.

Bandung, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
i

DAFTAR ISI...........................................................................................................
ii.............................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat
sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata,
sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin
bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di
negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi
Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari
sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai
kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing.
Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol
ketimbang kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang
menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-
negara muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem
ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk
mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem
ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah
meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran
dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi
Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma
Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi
sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu
sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan
dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk
mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia
dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim
tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi
ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.

Tiga Prinsip Dasar Yang Menyangkut sistem ekonomi Syariah menurut Islam

1. Tawhid, Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya
ini adalah Allah SWT.
2. Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka
bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan
sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi
hidupnya.
3. ‘Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah).
Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang
merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara
lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need
fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi
pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth)
serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).

Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di
Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera
mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring
dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme. Makalah ini akan menjelaskan penerapannya
pada perekonomian Indonesia.

I.II Tujuan Penulisan

      I.II.I    sebagai penyelesaian salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Syariah.


     I.II.II   sebagai pengetahuan tentang prinsip Ekonomi Syariah.
     I.II.III  sebagai pengetahuan tentang penerapan ekonomi syariah.

I.III Rumusan Masalah


     
      I.III.I   Apa saja prinsip dasar ekonomi syariah.
     I.III.II  Bagaimana penerapan hukum ekonomi syariah.
     I.III.III Bagaimana penerapan ekonomi syariah.
     

BAB II
PEMBAHASAN
1.   Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Sistim keuangan dan perbankan Islam adalah merupakan bagian dari konsep yang lebih luas
tentang ekonomi Islam, yang tujuannya, sebagaimana dianjurkan oleh para ulama, adalah
memperkenalkan sistim nilai dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi. Karena dasar etika
ini maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan muslim adalah bukan sekedar sistem
transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi finansial itu dipandang oleh banyak kalangan
muslim sebagai kewajiban agamis. Kemampuan lembaga keuangan Islam menarik investor
dengan sukses bukan hanya tergantung pada tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan
keuntungan, tetapi juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut secara sungguh-sungguh
memperhatikan restriksi-restriksi agamis yang digariskan oleh Islam.

Islam berbeda dengan agama-agama lainnya, karena agama lain tidak dilandasi dengan
postulat iman dan ibadah. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam dapat diterjemahkan ke dalam
teori dan juga diinterpretasikan ke dalam praktek tentang bagaimana seseorang berhubungan
dengan orang lain. Dalam ajaran Islam, perilaku individu dan masyarakat diarahkan ke arah
bagaimana cara pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan bagaimana menggunakan
sumber daya yang ada. Hal ini menjadi subyek yang dipelajari dalam Ekonomi Islam sehingga
implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dengan ekonomi tradisional.
Oleh sebab itu, dalam Ekonomi Islam, hanya pemeluk Islam yang berimanlah yang dapat
mewakili satuan ekonomi Islam.
Prinsip-prinsip Ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

1.    Dalam Ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau
titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal
mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu
untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan
tersebut akan dipertanggung-jawabkannya di akhirat nanti.
2.    Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan alat
produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan
masyarakat, dan Kedua, Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah,
apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat.
3.    Kekuatan penggerak utama Ekonomi Islam adalah kerjasama. Seorang muslim, apakah ia
sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya, harus
berpegang pada tuntunan Allah SWT dalam Al Qur’an: ‘Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan perdagangan
yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kamu…’ (QS 4 : 29).
4.    Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Al
Qur’an mengungkap kan bahwa, ‘Apa yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai
harta rampasan dari penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu…’ (QS
57:7). Oleh karena itu, Sistem Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan
yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan Sistem Ekonomi
Kapitalis, dimana kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak
terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.
5.    Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari Sunnah Rasulullah yang menyatakan
bahwa, “Masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api” (Al Hadits).
Sunnah Rasulullah tersebut menghendaki semua industri ekstraktif yang ada hubungannya
dengan produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan harus dikelola oleh negara.
Demikian juga berbagai macam bahan bakar untuk keperluan dalam negeri dan industri
tidak boleh dikuasai oleh individu.
6.    Orang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti diuraikan dalam Al
Qur’an sebagai berikut: ‘Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan kepada Allah,
kemudian masing-masing diberikan balasan dengan sempurna usahanya. Dan mereka tidak
teraniaya…’ (QS 2:281). Oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan,
perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi
dan penindasan.
7.    Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu (Nisab) diwajibkan
membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya (sebagai
sanksi atas penguasaan harta tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin dan orang-orang
yang membutuhkan. Menurut pendapat para alim-ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua
setengah persen) untuk semua kekayaan yang tidak produktif (Idle Assets), termasuk di
dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan permata, pendapatan bersih dari
transaksi (Net Earning from Transaction), dan 10% (sepuluh persen) dari pendapatan
bersih investasi.
8.    (Islam melarang setiap pembayaran bunga (Riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah
pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun institusi
lainnya. Al Qur’an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang
bunga. Hal ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur’an secara berturut-turut dari QS
39:39, QS 4:160-161, QS 3:130-131 dan QS 2:275-281.

Ringkasnya beberapa prinsip ekonomi syariah adalah sebagai berikut :

1.       Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah teknis riba
berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio, 1999). Ada
beberapa pendapat dalam menjelaskan riba. Namun secara umum terdapat benang merah
yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli
maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam
Islam.
2.       Zakat
Zakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan dan kesetaraan
berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan tidak berarti bahwa mereka
harus sama-sama miskin atau sama-sama kaya.
Negara Islam wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan minimal warga negaranya, dalam
bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dan pendidikan (QS. 58:11). Tujuan
utamanya adalah untuk menjembatani perbedaan sosial dalam masyarakat dan agar kaum
muslimin mampu menjalani kehidupan sosial dan material yang bermartabat dan
memuaskan.
3.       Haram
Sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang telah
diajarkan dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa praktek
dan aktivitas keuangan syariah tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka diharapkan
lembaga keuangan syariah membentuk Dewan Penyelia Agama atau Dewan Syariah.
Dewan ini beranggotakan para ahli hukum Islam yang bertindak sebagai auditor dan
penasihat syariah yang independen.
Aturan tegas mengenai investasi beretika harus dijalankan. Oleh karena itu lembaga
keuangan syariah tidak boleh mendanai aktivitas atau item yang haram, seperti
perdagangan minuman keras, obat-obatan terlarang atau daging babi. Selain itu, lembaga
keuangan syariah juga didorong untuk memprioritaskan produksi barang-barang primer
untuk memenuhi kebutuhan umat manusia.
4.       Gharar dan Maysir
Alquran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91). Alquran
menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr (kemudahan dan
kesenangan): penjudi berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini istilah itu
diterapkan secara umum pada semua bentuk aktivitas judi.
Selain mengharamkan judi, Islam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis yang
mengandung unsur judi. Hukum Islam menetapkan bahwa demi kepentingan transaksi
yang adil dan etis, pengayaan diri melalui permainan judi harus dilarang.
5. Takaful
Takaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab kafala, yang berarti
memperhatikan kebutuhan seseorang.Pada hakikatnya, konsep takaful didasarkan pada rasa
solidaritas, responsibilitas, dan persaudaraan antara para anggota yang bersepakat untuk
bersama-sama menanggung kerugian tertentu yang dibayarkan dari aset yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, praktek ini sesuai dengan apa yang disebut dalam konteks
yang berbeda sebagai asuransi bersama (mutual insurance), karena para anggotanya
menjadi penjamin (insurer) dan juga yang terjamin (insured).

2.   Penerapan Hukum Ekonomi Syariah


Dalam sejarahnya upaya penerapan hukum syari’ah atau hukum islam di Indonesia
sebenarnya sudah dilakukan semenjak masa perjuangan kemerdekaan bangsa. Dimana kita
ketahui sendiri memang motor perjuangan kemerdekaan kita saat itu banyak didominasi oleh
pejuang-pejuang muslim yang memegang teguh prinsip-prinsip hukum syari’ah. Perjuangan
tersebut memang tidak secara frontal dilakukan, tapi lebih banyak kepada upaya-upaya politis
yang berbasis pada kelompok dan budaya. Sayangnya kemudian upaya-upaya tersebut
terbentur dengan kekuasaan politik pemerintah Hindia-Belanda pada masa penjajahannya
secara sistematis terus mengikis pemberlakuan hukum syari’ah di tanah-tanah jajahannya.
Hingga pada gilirannya kelembagaan-kelembagaan baik yang telah ada maupun yang kemudian
dibentuk baik itu lembaga peradilan, perserikatan, dan lainnya pada masa itu mulai
meninggalkan nilai-nilai hukum syari’ah dan mulai terbiasa menerapkan aturan hukum yang
dibentuk pemerintah Hindia-Belanda yang saat itu disebut Burgerlijk Wetbook yang tentunya
jauh dari nilai-nilai syari’ah. Sehingga jelas saja kagiatan-kegiatan atau perkara-perkara
peradilan yang bersinggungan dengan syari’ah saat itu belum memiliki pedoman yang sesuai
dengan nurani masyarakat muslim kebanyakan.
Disadari atau tidak kondisi tersebut diatas tetap bergulir hingga kurun waktu dewasa ini.
Dalam prakteknya di lapangan, terlebih pada lembaga peradilan kita, sebelum adanya
amandemen UU No 7 tahun 1989, penegakkan hukum yang berkaitan dengan urusan
perniagaan ataupun kontrak bisnis di lembaga-lembaga keungan syari’ah kita masih mengacu
pada ketentuan KUH Perdata yang ternyata merupakan hasil terjemahan dari Burgerlijk
Wetbook peninggalan jajahan Hindia-Belanda yang keberlakuannya sudah dikorkordansi sejak
tahun 1854.. Sehingga konsep perikatan dalam hukum-hukum syari’ah tidak lagi berfungsi
dalam praktek legal-formal hukum di masyarakat.
Menyadari akan hal tersebut, tentunya kita sebagai muslim patut mempertanyakan kembali
sejauh mana penerapan hukum syari’ah dalam setiap aktivitas kehidupan kita, terlebih pada
hal-hal yang terkait dengan aktivitas-aktivitas yang bernafaskan ekonomi syari’ah yang telah
jelas disebutkan bahwa regulasi-regulasi formil yang menaungi hukumnya masih mengakar
pada penerapan KUH Perdata yang belum dapat dianggap syari’ah karena masih bersumber
pada Burgerlijk Wetbook hasil peninggalan penjajahan Hindia-Belanda.
Sejalan dengan perkembangan pesat sistem ekonomi syari’ah dewasa ini berbagai upaya-
upaya sistematis dilakukan oleh pejuang-pejuang ekonomi syari’ah pada level atas untuk
kemudian memuluskan penerapan hukum ekonomi syari’ah secara formal pada tatanan payung
hukum yang lebih diakui pada tingkat nasional. Tentunya upaya-upaya ini tidak lepas dari aspek
politik hukum di Indonesia. Proses legislasi hukum ekonomi syari’ah pun sudah sejak lama
dilakukan dan relatif belum menemui hambatan yang secara signifikan mempengaruhi proses
perjalanannya. Hanya saja kemudian upaya-upaya ini baru sampai pada tahap perumusan
Undang Undang yang mengatur aspek-aspek ekonomi syari’ah secara terpisah, belum kepada
pembentukkan instrument hukum yang lebih nyata layaknya KUH Pidana maupun KUH Perdata
yang lebih kuat.
3.   Penerapan Ekonomi Syariah
Perkembangan sistem finansial syariah yang pesat boleh jadi mendapat tambahan dorongan
sebagai alternatif atas kapitalisme, dengan berlangsungnya krisis perbankan dan kehancuran
pasar kredit saat ini, demikian menurut pendapat para akademisi Islam dan ulama. Dengan nilai
300 miliar dolar dan pertumbuhan sebesar 15 persen per tahun, sistem ekonomi Islam itu
melarang penarikan atau pemberian bunga yang disebut riba. Sebagai gantinya, sistem finansial
syariah menerapkan pembagian keuntungan dan pemilikan bersama.
Kehancuran ekonomi global memperlihatkan perlunya dilakukan perombakan radikal dan
struktural dalam sistem finansial global. Sistem yang didasarkan pada prinsip Islam
menawarkan alternatif yang dapat mengurangi berbagai risiko. Bank-bank Islam tak membeli
kredit, tetapi mengelola aset nyata yang memberikan perlindungan dari berbagai kesulitan yang
kini dialami bank-bank Eropa dan AS.
Dalam kehidupan ekonomi Islam, setiap transaksi perdagangan harus dijauhkan dari unsur-
unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung penipuan, dan yang sejenisnya.
Unsur-unsur tersebut diatas, sebagian besarnya tergolong aktifitas-aktifitas non real. Sebagian
lainnya mengandung ketidakjelasan pemilikan. Sisanya mengandung kemungkinan munculnya
perselisihan. Islam telah meletakkan transaksi antar dua pihak sebagai sesuatu yang
menguntungkan keduanya; memperoleh manfaat yang real dengan memberikan kompensasi
yang juga bersifat real. Transaksinya bersifat jelas, transparan, dan bermanfaat. Karena itu,
dalam transaksi perdagangan dan keuangan, apapun bentuknya, aspek-aspek non real dicela
dan dicampakkan. Sedangkan sektor real memperoleh dorongan, perlindungan, dan pujian. Hal
itu tampak dalam instrumen- instumen ekonomi berikut:
1.      Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam, yaitu
emas dan perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, mata
uang Islam telah dicetak dan diterbitkan (tahun 77 H). Artinya, nilai nominal yang
tercantum pada mata uang benar-benar dijamin secara real dengan zat uang
tersebut.
2.      Islam telah mengharamkan aktifitas riba, apapun jenisnya; melaknat/mencela para
pelakunya. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang
yang beriman” QS Al Baqarah 278. Berdasarkan hal ini, transaksi riba yang tampak
dalam sistem keuangan dan perbankan konvensional (dengan adanya bunga bank),
seluruhnya diharamkan secara pasti; termasuk transaksi-transaksi derivative yang
biasa terjadi di pasar-pasar uang maupun pasar-pasar bursa. Penggelembungan
harga saham maupun uang adalah tindakan riba.
3.      Transaksi spekulatif, kotor, dan menjijikkan, nyata-nyata diharamkan oleh Allah
SWT, sebagaimana firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
minum khamr, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan” (QS Al maidah 90).
4.      Transaksi perdagangan maupun keuangan yang mengandung dharar/bahaya
(kemadaratan), baik bagi individu maupun bagi masyarakat, harus dihentikan dan
dibuang jauh-jauh.
5.      Islam melarangAl- Ghasy, yaitu transaksi yang mengandung penipuan,
pengkhianatan, rekayasa, dan manipulasi.
6.      Islam melarang transaksi perdagangan maupun keuangan yang belum memenuhi
syarat-syarat keuangan yang belum sempurnanya kepemilikan seperti yang biasa
dilakukan dalam future trading.
Seluruh jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini tergolong ke dalam
transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat mengakibatkan dharar/bahaya bagi
masyarakat dan negara, memunculkan high cost dalam ekonomi, serta bermuara pada bencana
dan kesengasaraan pada umat manusia. Sifat-sifat tersebut melekat dalam sistem ekonomi
kapitalis dengan berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara dan masyarakat yang
menganut atau tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis yang dipaksakan oleh
negara-negara Barat adalah kehancuran ekonomi dan kesengsaraan hidup.
BAB III
KESIMPULAN

Ekonomi islam atau ekonomi syariah saat ini sedang ramai di perbincangkaan, bahkan sudah
banyak masyarakat menginginkan penerapannya pada perekonomian indonesia. Penerapan
ekonomi islam sendiri menurut saya merupakan perbaikan perekonomian Indonesia, dengan
segala prinsip-prinsip yang mengaturnya.

Seperti yang kita ketahui, jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini
tergolong ke dalam transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat mengakibatkan
dharar/bahaya bagi masyarakat dan negara, memunculkan high cost dalam ekonomi, serta
bermuara pada bencana dan kesengasaraan pada umat manusia. Sifat-sifat tersebut melekat
dalam sistem ekonomi kapitalis dengan berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara
dan masyarakat yang menganut atau tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis yang
dipaksakan oleh negara-negara Barat adalah kehancuran ekonomi dan kesengsaraan hidup. Oleh
karena itu, pemerintah harus mempertimbangkan lagi keinginan masyarakat tentang penerapan
ekonomi syariah pada perekonomian Indonesia ini.
Latar Belakang Ekonomi syariah merupakan ekonomi ilahia yang berdasarkan prinsip-prinsip
ketuhanan yang landasannya Al-Qur’an dan hadits, walaupun kepemilikan individu tetap di akui
tadi itu sepanjang tidak kepentingan orang lain dan bersifat pengabdian inilah merupakan solusi
untuk menghadapi sistem ekonomi kapitalis yang telah membelenggu kota, dengan mengakui
ekonomi syariah karena ketika suatu ideologi ingin diruntuhkan maka karena juga di lawan
dengan ideologis. menurut Adam Smith yang merupakan cikal bakal munculnya ekonomi
kapitalis, secara individu misalnya pemilikan barang secara individual, ekonomi negara menurut
kapitalis yaitu teori pasal murni paham ini bahwa pemerintah tidak boleh mengetahui yang di
sebut invisible hadn dianggap memadai untuk mengatur perekonomian dengan hasil
memuaskan semua orang, jika setiap orang dibiarkan mengejar kepentingan masing-masing
maka tanpa disadari keinginan setiap orang terpenuhi dengan sendirinya dan akan tercapai
kesejahteraan umum, yaitu adanya tangan yang mengatur perekonomian tanpa campur tangan
pemerintah. Diramalkan oleh Karl Marx bahwa kapitalis akan runtuh dengan adanya
perlawanan buruh terhadap perusahaan besar sehingga tidak ada kepemilikan individu yaitu
pemilikan secara kolektif atau berubah sosialis (komuis) ternyata kebalik apa yang diramalkan
Karl Marx ternyata kapitalisme berubah bentuk melahirkan metabolisme yang akan mengancam
dunia, akan menimbulkan demografi, menghambat perkembangan suatu negara karena modal
pertama, penguasa barang secara individual, ataupun perusahaan, maka akan melahirkan
imperialisme karena imperialisme tidak cocok dengan masa sekarang maka muncul penjajahan
baru yang disebut neoliberalisme dimana 80% kekayaan dunia di kuasai oleh perusahaan besar
yang selalu mengintrofened suatu negara yang dikuasainya karena terlilit utang. B. Rumusan
Masalah Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka kami mengambil rumusan
masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah ekonomi syariah 2. Bagaimana sistem ekonomi
kapitalis 3. Perbandingan antara ekonomi syariah dan kapitalis C. Tujuan Penulisan  Tujuan
penulisan makalah yang berjudul “Ekonomi Syariah” adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui
apa itu pengertian ekonomi dan pendidikan 2. Mengetahui sejarah sistem ekonomi syariah 3.
Mengetahui prinsip dasar ekonomi syariah 4. Mengetahui ciri khas ekonomi syariah 5. Memberi
pengetahuan baru tentang bank syariah dan mengapa harus bank syariah 6. Memberi
pengetahuan ke masyarakat luas tentang ekonomi syariah BAB II PEMBAHASAN A. Definisi
Ekonomi Syariah Jika Ilmu Ekonomi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dengan menentukan pilihan-
pilihan sumber daya yang langka untuk mencapai kesejahteraan manusia, maka pada dasarnya
definisi ilmu ekonomi Islam juga sama dengan definisi tersebut. Namun Ilmu Ekonomi Islam
menetapkan tujuan ekonomi itu tidak terbatas pada kesejahteraan dunia saja, tetapi juga
kebahagiaan spiritual, yang senantiasa didasarkan kepada sumber-sumber hukum Islam.
Beberapa definisi ekonomi syariah menurut beberapa ekonom islam : 1. Muhammad Abdul
Mannan = “Ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam” 2. M.M Metwally = “Ekonomi Islam
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim yang mengikuti Al Qur’an,
Hadist Nabi, Ijma dan Qiyas. 3. Hasanuzzaman = “Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan
aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh
sumber daya material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka
menjalankan perintah Allah dan masyarakat” B. Sejarah tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah
Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat
sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata,
sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara
miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya. Dengan
kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-negara
berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade
90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem
ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan
atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan
atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang
kelebihannya. Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan
itulah yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan
negara-negara muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu
sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk
mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem
ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah
meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran
dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi
Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia. Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi
Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan
Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi
sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-
kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam
diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan
ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi
tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka
bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara
melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat
nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan
kebutuhan untuk akhirat. C. Prinsip Dasar Sistem Ekonomi syariah Mengenai prinsip syari’ah,
telah digariskan oleh Undang-undang nomor 10 tahun 1998, pasal 1 angka 13 prinsip syari’ah
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syari’ah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan
atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina’).(M.Amin,.937)
Menurut islam ada 3 prinsip dasar yang menyangkut sistem ekonomi syariah : 1. Tawhid,
Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah
SWT. 2. Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka
bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan
sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi
hidupnya. 3. ‘Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-
Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya
yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara
lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need fullfillment), menghargai sumber pendapatan
(recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan kesejah-teraan yang merata
(equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and
stability). D. Ciri Khas Ekonomi Syariah Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan
hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an
dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku
sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi.
Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi
syariah menekankan empat sifat, antara lain: 1. Kesatuan (unity) 2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will) 4. Tanggungjawab (responsibility) Manusia sebagai wakil (khalifah)
Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di
bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bum. Didalam
menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi
bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. E. Bank
Syariah Kembali kepada topik pembahasan di atas yankni ekonomi syari’ah, sebagaimana
dijumpai dalam pasal 49 huruf (i) Undang-undang Nomor 3 tahun 2006, penambahan
kewenangan peradilan agama adalah: 1.Bank syari’ah. Undang undang nomor 10 tahun 1998
tentang perbankan mulai memperkenalkan Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan prinsip
syari’ah yang kemudian berkembang menjadi Bank syari’ah. Dimana Bank syari’ah dimulai
beroperasi di Indonesia pada tahun 1992 ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia.
Yang dimaksud dengan Bank Syari’ah adalah Bank umum yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran .(Buletin berkala Hukum Dan Keadilan, hal.64) dan BSM (Bank Syari’ah Mandiri)
menerapkan prinsip keadilan, kemitraan, transparansi dan universal. Perbedaan prinsip Bank
Syari’ah VS Bank Konvensional: Prinsip Bank Syari’ah Bank Konvensional Falsafah Tidak
berdasarkan bunga,spekulasi dan ketidak jelasan Berdasarkan bunga Operasional -Dana
masyarakat berupa titipan (wadi’ah) yang baru akan mendapat hasil jika diusahakan terlebih
dahulu – Penyaluran dana pada usaha yang halal dan menguntungkan -Dana masyarakat
berupa simpanan harus dibayar bungannya pada saat jatuh tempo – Penyaluran dana pada
sector yang menguntungkan,aspek halal tdk menjadi pertimbangan utama Aspek social
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dlm misi dan visi Tidak diketahui secara
tegas Organisasi Harus memiliki Dewan Pengawas Syari’ah Tidak memiliki Dewan Pengawas
syari’ah Sebagai contoh Bank Syari’ah menerapkan bagi hasil. BMI mengluarkan pembiayaan
mudharabah dengan system bagi hasil dengan cara menyediakan pembiayaan modal investasi
atau modal kerja sepenuhnya (shahibul mal) dan Nasabah menyediakan usaha dan
manegemennya (Mudharib), keuntungan dibagi sesuai kesepakatn dalam bentuk nisbah.
Misalnya BMI sebagai shahibul mal (Pemodal) mendapat keuntungan 65 % dan Pengusaha
sebagai Mudharib (nasabah) mendapat 35 %. Bank Syari’ah di Indonesia mengalami kemajuan
yang pesat bahkan nasabahnya bukan hanya orang Islam tapi non mulim juga banyak,
sebgaimana dilansir oleh Koran Waspada Edisi Rabu tanggal 4 Januari 2007 hal.7, bahwa
Bank Syari’ah di Medan nasabahnya 5 s/d 10 % non muslim sedangkan di Medano, jumlah
nasabahnya 21.000 dan 2,5 % (525 orang) nasabahnya non muslim. Adapun tujuan mendirikan
Bank Islam (Syari’ah) adalah tujuan utama Bank Islam didirikan adalah menerapkan ajaran
Allah secara konsekwen dalam lapangan perekonomian dan bisnis dan menghindarkan
masyrakat Islam dari larangan-larangan agama. Mengenai kegiatan Bank Syari’ah secara rinci
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.6/24/PBI/2004 tgl.14 Oktober 2004 Jo. Peraturan
Bank Indonesia No.7/35/PBI/2005 tgl.25 September 2005 tentang Bank Umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah pada pasal 36 dan 37. Dan
Peraturan Bank Indonesia No.6/17/PBI/2004 tgl. 1 Juli 2004 tentang BPR berdasarkan prinsip
syari’ah pada pasal 34. F. Jenis Ekonomi Kapitalis dan Perbandingan Dengan Ekonomi Syariah
Kalau tadi seudah dijelaskan tentang ekonomi syariah, maka kali ini saya akan menjelaskan
jenis-jenis ekonomi kapitalis : Ekonomi Konvensional (Kapitalis) Ekonomi konvensional Holahal
Rijals pemasukan antara kehidupan dunia dan akhirat. Konsep yang dibangun bahwa
kepemilikan pribadi yang sangat menonjol sehingga terjadi penindasan dan penghapusan
antara pribadi yang satu dengan yang lain sehingga tidak ada nilai-nilai keadilan yang kuat
semakin kuat dan yang lemah semakin tertindas. Dalam pandangan Adam Smith bahwa negara
‘tidak boleh’ mengatur perekonomian biarkan individu yang mengatur pasar dibiarkan individu
mengejar kepentingan masing-masing. Maka tanpa disadari keinginan orang akan terpenuhi
dengan sendirinya dan akan mencapai kesejahteraan umum (general waltani). Namun dalam
kenyataan ada jurang besar antara ‘teori’ dan ‘praktik’ ‘das seen’ dan ‘das soleen’ karena
kenyataannya teori itu memunculkan jurang pemisah antara pemilik, model dan pekerja antara
berjuis dan prolitart karena kepentingan individual yang dikejar semata-mata, kehidupan
dunialah yang sangat menonjol. - Paham kapitalisme Kapitalisme adalah suatu perkataan yang
sering dipakai tapi jarang diberikan batasan yang tepat untuk sementara biarlah kapitalisme
diberikan batasan sebagai suatu sistem ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki
secara pribadi dan produksi terutama dilakukan untuk penjualan. Perekonomian barat yang
maju juga memiliki sektor yang dimiliki oleh negara baik kecil maupun besar; ini dinamakan
perekonomian campuran. Tujuan pemilikan pribadi adalah untuk mendapatkan suatu
keuntungan yang lumayan dari penggunaan kekayaan produktif. Ini sangat jelas dan motif
mencari keuntungan, bersama-sama dengan lembaga warisan dan dipupuk oleh hukum
perjanjian, merupakan mesin kapitalisme yang besar; memang merupakan pendorong ekonomi
yang besar dalam sejarah sampai saat ini. Tapi ada apa yang secara sosial dapat diterima
dengan cara mencari laba dalam satu zaman, tidak selalu sama dalam zaman yang berikutnya.
Hukum dan kebiasaan berubah. Dalam abad keenam belas dipandang sangat wajar untuk
membajak di laut lepas harga miliki negara lain. abad berikutnya menyaksikan perdagangan
budak dan perbudakan dalam ukuran yang luar biasa. Dan sekitar setengah abad yang lalu,
banyak usaha di negeri ini dilakukan tanpa memperhatikan orang banyak, pekerja, penanam
modal dan sumber alam yang sekarang akan dianggap tidak legal. Pengenaan batasan sosial-
baik normal maupun hukum pada pencarian keuntungan tidak perlu berarti suatu kemunduran
kapitalisme dalam jangka panjang. Sebaliknya, dengan menyesuaikan diri pada batas-batas
mencari keuntungan pada ukuran-ukuran humanisme dan keadilan, dan dengan mengambil
berbagai tindakan kesejahteraan sosial, kapitalisme cenderung memperoleh penerimaan umum
di negeri-negeri yang telah lama menganutnya. Pemilikan pribadi, usaha bebas dan produksi
untuk pasar, mencari keuntungan-tidak hanya merupakan gejala ekonomi. Semua ini ikut
menentukan segala segi masyarakat dan segala segi kehidupan dan kebudayaan manusia.
orang-orang yang telah mempelajari timbul dan perkembangan kapitalisme dalam sejarah-
pemikir besar seperti Adam Smith, Karl Marx, Wener Sombart, Max Weber, John A. Hobson,
Thorstein Veblen, Joseph A, Schumpeter dan sikap masyarakat kapitalis dan
membandingkannya dengan sifat-sifat masyarakat kapitalis dan membandingkannya dengan
sifat-sifat yang sama dalam zaman sebelum dalam sejarah. - Kapitalisme yang masih muda
Pada masa permulaannya kapitalisme, segi semangat yang sering mendapatkan penekanan
adalah semangat usaha, berani mengambil resiko, persaingan dan keinginan untuk
mengadakan inovasi. Tata nilai yang memadai kapitalisme (terutama di negara Anglo Saxon)
adalah individualisme, kemajuan material dan kebebasan politik. Para penulis seperti Weber
dan Sombart menekan rasionalitas sebagai suatu sikap yang membedakan kapitalisme dengan
abad sebelumnya. Dengan ‘rasionalitas’ mereka maksudkan penempatan alat untuk mencapai
tujuan, terutama tujuan yang berbentuk keuntungan keuangan, menilai alternatif dengan teliti,
membuat catatan yang baik, segi negatifnya, merombak tradisi. Sering dianggap bahwa
ideologi kapitalisme yang masih mudah adalah “laiseez faire tak ada campur tangan pemerintah
dalam kegiatan ekonomi, yang fungsinya terbatas sebagai’ penjaga malam’ artinya semata-
mata pelindung jiwa dan kekayaan dan pelaksanaan hukum. Ini tidak benar bahkan di Inggris,
negeri dengan kapitalisme yang paling maju selama beberapa abad dan selama seperempat
abad terakhir abad kesembilan belas, ideologi laizes sefaire hanya terdapat dalam jangka waktu
yang singkat, selama setengah abad terakhir kesembilan belas. Sebelum itu, di Inggris seperti
dikebanyakan negeri Eropa lainnya doktrin yang dianut adalah merkantilisme-doktrin yang
mengatakan bahwa negara mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan melindungi
usaha pribadi, dipandang sebagai suatu alat kekuasaan dan kemegahan negara yang semakin
besar. Bahkan dalam masa kapitalisme yang berkobar-kobar di Amerika Serikat-katakanlah
antara perang saudara dan depresi yang besar-ideologi yang dominan bukanlah laiseez faire
yang murni melainkan laiseez faire yang telah mengalami perubahan, dimana terdapat
perlindungan tarif dan subsidi pemerintah federal yang besar untuk pembangunan jalan kereta
api, dan disamping itu juga terdapat pengaturan pemerintah untuk publik utilities dan anti trust.
Di Jerman Perancis, Rusia dan Jepang yang merupakan pendatang baru dalam kapitalisme
laiseez faire dipandang sebagai suatu kemewahan yang hanya negara-negara kapitalis yang
paling maju yang dapat melakukannya. Di negeri-negeri ini, karena pengaruh perasaan
perlindungan dan promosi pemerintah yang aktif untuk industri swasta (kadang-kadang dimiliki
pemerintah) dengan cepat diterima dan dijalankan dalam dekade-dekade sebelum perang
dunia pertama. Pada saat yang bersamaan, keharusan persiangan yang diharuskan pemerintah
mendapatkan sedikit dukungan, dan monopoli kartel, dan bank yang kuat menjadi lembaga
kapitalis yang dominan di Eropa. Pertumbuhan kapitalisme dan terutama industrialisasi oleh
kapitalis, juga berarti melahirkan kelas pekerja yang besar di negara yang lebih maju. Sering
berdasarkan di daerah yang kotor di kota-kota industri yang baru berkembang, jam kerja yang
lama dengan upah yang rendah dan dalam keadaan yang menyedihkan dan tidak sehat,
kehilangan lembaga pengatur yang terdapat di desa asalnya, dan untuk selama beberapa
dekade disisihkan sama sekali dari proses politik-pekerja di Eropa tak dapat diabaikan untuk
keberhasilan kapitalisme dan juga merupakan persoalan sosial dan politik yang paling besar
selama tingkat permulaan kapitalisme industri ini. Untuk mereka dan diantara mereka, diilhami
oleh pemikiran intelektual, muncul ideologi dan gerakan politik yang radikal, terutama
sosialisme, untuk menantang susunan kapitalisme. - Kapitalisme masa kini Prospek kapitalisme
kelihatan tidak begitu cerah seluruhnya segera sesudah berakhirnya perang dunia kedua.
Memang benar bahwa kapitalisme yang telah memungkinkan kemajuan yang mengagumkan
dalam produktivitas dan kemakmuran material dalam abad ke sembilan belas dan dekade
permulaan abad kedua puluh. Tapi kapitalisme juga dikaitkan dalam pikiran banyak orang
dengan perang yang mengerikan, konjungtur yang memuncak dengan depresi dunia dalam
tahun tiga puluhan, peradaban pendapatan yang menyolok, kolonialisme dan banyak
ketegangan sosial. Bagi komunisme, tujuannya hanya dapat dicapai melalui revolusi dan
perang, yang dipercepat oleh ketidakmampuan kapitalisme untuk mengatasi persoalannya
sendiri. Pertumbuhan kekuatan Rusia sesudah perang, pengambil alihan kekuasaan di Eropa
Timur, Tiongkok dan munculnya partai komunis yang besar di beberapa negara Barat (terutama
di Italia dan Prancis) membuat prognosis yang sukar diramalkan. Sosialis demokrat di negara
barat yang ingin mengganti kapitalisme secara damai melalui kotak suara dan dirangsang oleh
kemenangan partai buruh di Inggris dalam tahun 1945. orang lain yang tidak revolusioner dan
radikal, seperti misalnya Joseph Schipemeter di Harvard, telah meramalkan suatu kemunduran
semangat yang berjalan lambat tapi pasti pada perusahaan raksasa kapitalis dan sebagai
akibat peralihan yang sedikit demi sedikit kapitalisme menjadi sosialisme. Keadaan ternyata
tidak berjalan demikian. Dalam dua dekade sesudah perang dunia kedua, kapitalisme tidak
hanya membuktikan kemampuan untuk bertahan tapi disamping itu menunjukkan dinamisme
dan kemampuan yang lebih besar dari sebelumnya, baik di negara industri yang telah maju
maupun di sejumlah negara yang kurang maju. Pada beberapa negara terutama Jerman Barat
Italia, Australia Prancis dan disamping semua itu Jepang- pertumbuhan produksi dan kenaikan
tingkat konsumsi rata-rata telah berjalan dengan kecepatan yang mencengangkan. Pada saat
yang sama fluktuasi usaha dan pengangguran telah dapat ditekan menjadi minimal di negara
kapitalis yang maju (walaupun di Amerika serikat dan Kanada tidak berhasil di negara lain).
Mungkin gambaran kapitalisme yang paling menarik sesudah perang adalah keseimbangan
politik ekonomi dan pengakuan bersama dari dunia usaha (terutama usaha besar), pemerintah,
serikat buru di negara-negara maju. Dalam kebanyakan hal, pad kedua pola hidup bersama ini
harus ditambahkan dua gambaran lainnya; pertanian dan usaha kecil keduanya menerobos
pada gambaran ekonomi nasional baik melalui saluran politik maupun melalui saluran ekonomi.
Dunia usaha dapat menerima campur tangan pemerintah yang aktif dalam perekonomian untuk
kepentingan stabilitas ekonomi, merangsang pertumbuhan, mengurangi ketidakpastian, dan
memperkecil jurang ekonomi yang diciptakan pasar dan yang diperburuk oleh bakat seseorang
yang kekuatan tawar menawar. Dalam beberapa negara, usaha swasta juga mengakui
kenyataan adanya sektor yang aktif oleh pemerintah. Lebih lanjut dunia usaha telah menerima
perjanjian kerja kolektif dengan organisasi buruh yang kuat sebagai satu pengaturan yang baik
dan permanen. Sikap-sikap ini yang diperkuat oleh tanggung jawab profesional yang semakin
besar pada pihak manajemen dalam perusahaan yang besar, telah dicerminkan (terutama di
Amerika serikat) dalam ideologi manajemen yang baru, yang tidak meninggalkan motif mencari
untung, menekankan tanggung jawab manajemen terhadap berbagai pihak di dalam dan di luar
perusahaan (pekerja, langganan, rekanan, publik umum, maupun pemegang saham). Buruh
sendiri telah menerima tata sosial yang ada dan memperlunak tujuan politiknya. Ini telah terjadi
bahkan di negara-negara, seperti Italia dan Perancis, dimana teradapat suatu gerakan buruh
yang berada di bawah pengendalian partai komunis sejak perang. Militansi yang semakin
menurun dari berbagai gerakan buruh selanjutnya telah menimbulkan perpecahan menjadi dua
golongan kiri di negeri meliputi banyak gerakan buruh dan partai politik yang banyak kaitannya
dengan gerakan buruh, telah memperlunak program yang radikal dan revolusioner yang
sebelumnya. Sebagai akibatnya, golongan sosialis. Dalam beberapa negeri seperti itu sebagian
besar gerakan buruh, sukar untuk digolongkan golongan kiri. Pada saat yang sama, hampir di
semua negeri yang maju dan demokratis, banyak partai kecil yang muncul sebagai reaksi
terhadap kecenderungan ini dan untuk mempertahankan ideologis revolusioner dan radikal.
Pendeknya, untuk banyak negara kapitalis pertentangan antara modal dan tenaga, walaupun
tidak lenyap, tidak lagi merupakan persoalan sosial yang paling menonjol seperti sebelumnya.
Belakangan ini persoalan ini disiangi oleh persoalan penyesuaian sektor yang kurang modern,
pertanian kecil dan usaha kecil, kebutuhan suatu perekonomian modern tanpa penderitaan
manusia yang tidak perlu atau ketidakstabilan politik, dan persoalan yang tidak ada
hubungannya kelas seperti pemeliharaan lingkungan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Benang merah yang dapat ditarik jadi perbandingan ekonomi Syari’ah dan ekonomi kapitalis
sangat jelas perbedaan dan hampir paham dari kedua aliran ekonomi Syari’ah dan kapitalis
sangat berseberangan yaitu : 1. Ekonomi Syari’ah mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-
batas tertentu, sedangkan kapitalis menempatkan individu kepentingan pribadi di atas segala-
galanya 2. Ruh kebebasan dalam ekonomi kapitalis mencakup hampir segala galanya dalam
ekonomi Syari’ah kebebasan itu ada batasnya ketika merugikan kepentingan orang lain 3. Di
luar dirinya merupakan pesaing yang berbahaya dan harus dikalahkan dengan strategis
bagaimanapun bentuknya menurut ekonomi kapitalis tadi dalam Islam kekuatan penggerak
utama ekonomis Islam adalah kerja sama.  B. Kritik dan Saran Demikianlah makalah ini kami
buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita bersama. Ibarat ”tak ada gading yang tak retak”,
tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Terimakasih. DAFTAR PUSTAKA 1.
http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/ 2. http://id.wikipedia.org 3.
http://meetabied.wordpress.com/ 4. http://fire-blogku.blogspot.com 5. http://cafe-
ekonomi.blogspot.com/

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

Anda mungkin juga menyukai