EKONOMI SYARIAH
Dosen Pengampuh:
Dr. Nurul Anam, M,Pd
Disusun Oleh
Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Atas segala Nikmat dan
Karunia-Nya. Shalawat dan Salam yang tak lupa pula kita panjatkan kepada junjungan kita
Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan/jahiliyah ke
alam terang benderang sekarang ini.
Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan daya dan upaya yang terbatas
maka makalah ini dapat diselesaikan Adapun judul makalah ini adalah “EKONOMI
SYARIAH” Akhir kata kami berharap apa yang kami tulis ini dapat bermamfaat bagi
pembaca dan terkhusus bagi kami untuk digunakan sebagai pembelajaran dalam
membuatkan karya-karya baru lainnya.
Semoga Allah Swt senantiasa tetap memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya
kepada kami menuju jalan lurus yang penuh dengan Ridha-Nya.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu alaikum Wr.Wb.
Penyusun
Agustin Dahlia
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
a. Latar Belakang ........................................................................................................1
b. Rumusan Masalah ...................................................................................................2
c. Tujuan dan Kegunaan ..............................................................................................2
BAB II SISTEM EKONOMI SYARIAH ........................................................................3
a. Definisi/Pengertian ..................................................................................................3
b. Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Syariah ..........................................................................3
c. Manfaat Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Ekonomi Syariah. ................4
d. Bentuk-Bentuk Sistem Ekonomi Syariah ...............................................................5
BAB III PENUTUP .........................................................................................................9
a. Simpulan ..................................................................................................................9
b. Saran ........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................10
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
1
b. Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem ekonomi syariah ?
2. Apa ciri-ciri sistem ekonomi syariah ?
3. Apa manfaat negara-negara yang menggunakan sistem ekonomi syariah?
4. Apa bentuk-bentuk sistem ekonomi syariah ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur’an, dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur’an dan Sunnah banyak
sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai
produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi.
Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi
syariah menekankan empat sifat, antara lain:
3
Kesatuan (unity)
Keseimbangan (equilibrium)
Kebebasan (free will)
Tanggungjawab (responsibility)
4
mendirikan Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah (BUS). Inggris tercatat
sebagai negara yang memiliki bank syariah terbanyak di antara negara Barat lainnya. Kini,
lebih dari 26 bank di Inggris menawarkan produk keuangan syariah. Saat ini terdapat lima
bank murni syariah di Inggris, sementara 17 bank lainnya seperti Barclays, RBS, dan
Lloyds Banking Group telah memiliki unit usaha syariah.
Aset dari perbankan syariah Inggris telah mencapai 18 miliar dolar AS (12 miliar
pounds) melebihi aset bank syariah seperti di negara-negara Islam seperti, Pakistan,
Bangladesh, Turki, dan Mesir. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding negara-negara
lainnya. Hal tersebut menyebabkan Inggris menduduki peringkat delapan dalam aset
perbankan syariah di seluruh dunia.
Perkembangan sistem keuangan Islam di Inggris tidak terlepas dari dukungan
pemerintahannya. Dukungan tersebut diantaranya adalah keleluasaan pajak untuk kredit
rumah dan kemudahan perdagangan sukuk.
Warga Inggris banyak yang memindahkan kredit rumahnya dari bank konvensional ke
bank Syariah dengan alasan mereka tertarik dengan transparansi dan stabilitas perbankan
syariah.
Selain Inggris, Perancis saat ini juga akan mengembangkan ekononomi syariah. Hadirnya
sejumlah investor dari negara-negara Teluk dan Qatar Islamic Bank (QIB) menandai
dimulainya investasi bank syariah di negeri ini. Bank-bank tersebut diantaranya ialah Qatar
Islamic Bank, Kuwait Finance House dan Al Baraka Islamic Bank of Bahrain. Hal ini juga
tidak terlepas dari peran pemerintah Perancis yang sangat menyetujui bahkan bersedia
untuk membuat penyesuaian peraturan hukum untuk perbankan syariah.
Negara adidaya Amerika Serikat pun, setelah mengetahui keunggulan dari Bank
Syariah juga mulai melirik prinsip kerja dari sistem keuangan Islam ini. Penerapan prinsip
syariah ini diterapkan di sebuah bank kecil di Michigan, AS bernama University Islamic
Financial. University Islamic Financial memiliki dua tipe pembiayaan, yaitu penjualan
dengan cicilan dan sewa. Upah yang didapat dari pembiayaan tersebut sebanding dengan
pembayaran bunga pada pinjaman tradisional.
Itulah kebaikan dari sistem keuangan Islam. Suatu sistem yang diberikan dan
diridhoi Ilahi, Allah SWT, yang memberi kemaslahatan bagi umat manusia di Bumi ini.
Sistem yang menyelamatkan masalah keuangan dunia dari krisis global. Inilah
jawabannya, dengan menerapkan sistem keuangan Syariah. Semoga sistem keuangan ini
terus berkembang dan menjadi sistem keuangan dunia.
5
d. Bentu-Bentuk Sistem Ekonomi Syariah
1. Cara Pemilikan Harta Dalam Islam (Al-Milkiyah)
Sistem Ekonomi Islam berbeza sama sekali dengan sistem ekonomi kufur buatan
manusia. Sistem ekonomi Islam adalah sempurna kerana berasal dari wahyu, dan dari segi
pemilikan, ia menerangkan kepada kita bahawa terdapat tiga jenis pemilikan:-
Hak Milik Umum: meliputi mineral-mineral dalam bentuk pepejal, cecair dan gas
termasuk petroleum, besi, tembaga, emas dan sebagainya yang didapati sama ada di dalam
perut bumi atau di atasnya, termasuk juga segala bentuk tenaga dan intensif tenaga serta
industri-industri berat. Semua ini merupakan hak milik umum dan wajib diuruskan
(dikelola) oleh Daulah Islamiyah(negara) manakala manfaatnya wajib dikembalikan
kepada rakyat
Hak Milik Negara meliputi segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara
secara syar’ie dari warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian, perdagangan
dan aktiviti industri, di luar dari lingkungan pemilikan umum di atas. Negara
membelanjakan perolehan tersebut untuk kemaslahatan negara dan rakyat
Hak Milik Individu: selain dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain boleh
dimiliki oleh individu secara syar’ie dan setiap individu itu perlu membelanjakannya
secara syar’ie juga.
6
Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta
yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah dimiliki,
wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta. Secara umum
Islam telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti
jual-beli, kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun
perdagangan. Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti
dengan jalan aktiviti riba, judi, serta aktiviti terlarang lainnya.
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu adalah
hak negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah) adalah wakil ummat.
Meskipun menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelolanya, namun
Allah SWT telah melarang negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelola kepemilikan umum
tersebut dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara
mengelola dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada
hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara'.
Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara
(Daulah Islamiyah) dan kepemilikan individu, nampak jelas dalam hukum-hukum baitul
mal serta hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As
Syari' juga telah memperbolehkan negara (Daulah Islamiyah) dan individu untuk
mengelola masing-masing kepemilikannya, dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau
diberikan untuk orang tertentu ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak kepada hukum-
hukum yang telah dijelaskan oleh syara’.
Kerana edaran harta kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka Islam
memberikan juga berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme edaran
harta kekayaan terwujud dalam hukum syara’ yang ditetapkan untuk menjamin pemenuhan
barang dan perkhidmatan bagi setiap individu rakyat. Mekanisme ini dilakukan dengan
mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan (contohnya, bekerja) serta akad-akad
muamalah yang wajar (contohnya jual-beli dan ijarah).
Namun demikian, perbezaan potensi individu dalam masalah kemampuan dan
pemenuhan terhadap suatu keperluan, boleh menyebabkan perbezaan edaran harta
kekayaan tersebut di antara mereka. Selain itu perbezaan antara masing-masing individu
mungkin saja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam edaran harta kekayaan. Kemudian
7
kesalahan tersebut akan membawa hanya harta kekayaan teredar kepada segelintir orang
saja, sementara yang lain kekurangan, sebagaimana yang terjadi akibat penimbunan harta,
seperti emas dan perak.
Oleh kerana itu, syara' melarang berputarnya kekayaan hanya di antara orang-orang
kaya namun mewajibkan perputaran tersebut terjadi di antara semua orang. Dalam Firman
Allah SWT yang Artinya :
"Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu."
(QS. Al-Hasyr : 7)
Di samping itu syara' juga telah mengharamkan penimbunan emas dan perak (harta
kekayaan) meskipun zakatnya tetap dikeluarkan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman :
"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahawa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih." (QS. At-Taubah : 34)
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
9
Dalam melakukan suatu usaha hendaknya menyadari akan kewajiban
mengeluarkan zakat dan selalu berpegang kepada prinsip bahwa segala sesuatu ataupun
kekayaan di muka bumi ini hanyalah milik Allah SWT, sehingga sudah sepantasya
manusia tidak bersikap individualistik dalam mengelola hartanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://riyanapamungkas171.blogspot.co.id/2012/11/katapengantar-assalamualaikum-
wr.html
10