Penyusun:
AWIN BAIHAQI (22403133)
REGITA SHEANON AYODHEA (22403141)
FIRDAUS ROBMANSA (22403162)
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................2
C. TUJUAN.............................................................................................2
D. MANFAAT.........................................................................................2
BAB II............................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................3
1. KARAKTERISTIK EKONOMI ISLAM........................................3
2. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM.........................................7
3. APLIKASI EKONOMI ISLAM DALAM KEHIDUPAN...........11
BAB III........................................................................................................13
KESIMPULAN...........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aktivitas dan perilaku ekonomi tidak terlepas dari karakteristik
manusianya. Pola perilaku, bentuk aktivitas, dan pola kecenderungan terkait
dengan pemahaman manusia terhadap makna kehidupan itu sendiri. Dalam
pandangan Islam bahwa kehidupan manusia di dunia merupakan rangkaian
kehidupan yang telah ditetapkan Allah kepada setiap makhluk-Nya tersebut
untuk nanti dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak.
Telah menjadi suatu ketetapan dan kehendak Allah bahwa manusia
diciptakan juga sekaligus diberikan tuntunan hidup agar dapat menjalani
kehidupan di dunia sebagai hamba Allah untuk memakmurkan kehidupan di
dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya. Agama Islam yang diturunkan oleh
Allah melalui para Nabi dan Rosul-Nya dan disempurnakan ajarannya
melalui Nabi terakhir yaitu Muhammad SAW adalah merupakan suatu
sistem kehidupan yang bersifat integral dan komprehensif mengatur semua
aspek kehidupan manusia agar mencapai kehidupan yang sejahtera baik di
dunia maupun di akhirat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah karakter Ekonomi Islam?
2. Apa pengertian prinsip-prinsip Ekonomi Islam?
3. Apa saja contoh aplikasi Ekonomi Islam dalam kehidupan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik Ekonomi Islam.
2. Mengetahui apa saja prinsip-prinsip Ekonomi Islam.
3. Mengetahui contoh aplikasi Ekonomi Islam dalam kehidupan.
iv
D. MANFAAT
1. Mewujudkan Integritas Seorang Muslim
2. Menambah Nilai Ibadah
3. Mendukung Kemajuan Ekonomi Islam
4. Mendukung gerakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar
5. Belajar Ekonomi Syariah Untuk Memperkuat Pengamanan Sosial
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
diperlukan buat mewujudkan kemakmuran perekonomian dalam
masyarakat. Menimbun uang berarti menghambat fungsinya dalam
memperluas lapangan produksi dan persiapan lapangan kerja buat
para buruh.
d. Larangan melakukan pemborosan, karena akan menghancurkan
individu dalam masyarakat.
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan. Islam adalah
agama yang menjaga diri, tetapi juga toleran (membuka diri). Selain
itu, Islam adalah agama yang memiliki unsur keagamaan
(mementingkan segi akhirat) dan sekularitas (segi dunia).
4. Keadilan dan keseimbangan dalam melindungi kepentingan
individu dan masyarakat. Arti keseimbangan dalam sistem sosial
Islam adalah tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan mutlak,
tetapi mempunyai batasan-batasan tertentu, termasuk dalam bidang
hak milik. Hanya keadilan yang dapat melindungi keseimbangan
antara batasan-batasan yang ditetapkan dalam sistem islam untuk
kepemilikan individu dan umum.
5. Bimbingan Konsumsi. Dalam konsumsi Islam mempunyai pedoman
untuk tidak melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak
melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
6. Petunjuk Investasi. Kriteria atau standar dalam menilai proyek
investasi, memandang ada lima kriteria yang sesuai dengan Islam
untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek investasi.
7. Zakat. Zakat adalah sedekah yang diwajibkan atas harta seorang
muslim yang telah memenuhi syarat, bahkan ia merupakan rukun
Islam yang ketiga. Zakat merupakan sebuah sistem yang menjaga
keseimbangan dan harmoni sosial di antara muzzaki dan mustahik.
Zakat juga bermakna komitmen yang kuat dan langkah yang konkret
dari negara dan masyarakat untuk menciptakan suatu sistem
distribusi kekayaan dan pendapatan secara sistematik dan permanen.
vii
8. Larangan riba. Islam telah melarang segala bentuk riba karenanya
itu harus dihapuskan dalam ekonomi Islam. Pelarangan riba secara
tegas ini dapat dijumpai dalam al-Qur’an dan hadits. Arti riba secara
bahasa adalah ziyadah yang berarti tambahan, pertumbuhan,
kenaikan, membengkak, dan bertambah, akan tetapi tidak semua
tambahan atau pertumbuhan dikategorikan sebagai riba.
9. Pelarangan Gharar. Ajaran Islam melarang aktivitas ekonomi yamg
mengandung gharar. Gharar adalah sesuatu dengan karakter tidak
diketahui sehingga menjual hal ini adalah seperti perjudian.
10. Pelarangan yang haram. Dalam ekonomi Islam segala sesuatu yang
dilakukan harus halalan toyyiban, yaitu benar secara hukum Islam
dan baik dari perspektif nilai dan sesuatu yang jika dilakukan akan
menimbulkan dosa. Haram dalam hal ini bisa dikaitkan dengan zat
atau prosesnya dalam hal zat, Islam melarang mengkonsumsi,
memproduksi, mendistribusikan, dan seluruh mata rantainya
terhadap beberapa komoditas dan aktivitasnya.
viii
keturunan (an-nasl). Jika salah satu kebutuhan ini tidak tercukupi,
niscaya manusia tidak akan mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.
ix
5. Basis Kebijakan Ekonomi Islam
Moralitas islam sebagaimana dikemukakan diatas dapat
membawa pada perwujudan falah hanya jika terdapat basis
kebijakan yang mendukung, sebagai suatu keharusan sebagai sebuah
basis, maka eksistensi hal-hal di bawah ini mutlak harus diusahakan,
sebab jika tidak maka akan mengganggu optimalitas dan evektivitas
implemntasi ekonomi islam.
x
sebaik mungkin demi memenuhi kesejahteraan bersama di dunai, yaitu
bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain. Namun yang paling
penting dari semua itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk
alat produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi
oleh kepentingan masyarakat. Dan kedua, islam menolak setiap pendapatan
yang diperoleh yang tidak sah, apalagi usaha yang dapat meng hancurkan
masyarakat.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama. Seorang
muslim, entah seorang itu pembeli, penjual, penerima upah, pembuat
keuntungan dan sebagainya, harus berpegang pada tuntunan Allah SWT
dalam Sabda-Nya:
Hِ H اHَ بHْلH اHِ بHْ مH ُكHَ نHْ يHَ بHْ مH ُكHَلH اH َوH َأ ْمHاH وHُ لH ْأ ُكHَ اَل تHاHوHُ نH َمH آH َنH يH ِذHَّلH اH اHَ هHُّH َأ يH اHَي
H َنH وH ُكHَْن تH ِإ اَّل َأH ِلHط
H اH ًمH يHحHِ HرHَ Hْ مH ُكHِ بH َنH اH َكHَ هَّللاH ِإ َّنHۚ Hْ مH ُكH َسHُ فHْ َأ نHاHوHُلHُ تHْ قHَ اَل تHوHَ Hۚ Hْ مH ُكHْ نH ِمHٍضH اHرHَ Hَْن تH H َعHً ةHرHَ H اH َجHِت
xi
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadiid:
7)
Sistem ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang
dikuasai oleh beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan sistem
ekonomi capital, di mana kepemilikan industri didominasi oleh monopoli
dan oligopoly, tidak terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.
5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat, dan penggunaannya
direncanakan untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari Sunnah
Rasulullah yang menyatakan bahwa, “Masyarakat punya hak yang sama
atas air, padang rumput dan api.” Sunnah Rasulullah tersebut meng-
hendaki semua industri ekstraktif yang ada hubungannya dengan produksi
air, tambang, bahkan bahan makanan, yang harus dikelola oleh Negara.
Demikian pula bahan bakar adalah untuk keperluan bersama tidak boleh
dikuasai oleh individual.
6. Seorang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhir, sebagaimana
firman Allah QS. Al-Baqarah: 281.
Hٰ Hَّ فH َوHُ تHَّ مHُ ثHۖ Hِ هَّللاH ىHَ ِإ لHِهH يHِ فH َنH وH ُعHجHَ ْرH Hُ تH اHْو ًمH Hَ يHاHوHُ قHَّتH اHَو
ْH Hَ بH َسH َكH اH َمHٍ سHْ فHَ نHُّH لH ُكHى
اَلHْ مHُ هHوHَ ت
xii
yaitu:
1. Prinsip Amanah
Dalam dunia bisnis, bentuk keseimbangan dalam untung-rugi,
harapanresiko, kewajiban-hak dan lain sebagainya akan terealisir jika
kegiatan muamalah antarsesama dilakukan dengan penuh amanah,
tanggungjawab dan saling percaya.
2. Prinsip Kebolehan
Kegiatan ekonomi dalam ajaran Islam adalah bagian dari aspek muamalah.
Dalam muamalah, kaidah yang berlaku adalah al-Ashlu fi al-Mu’amalah al-
Ibahah Hatta Yadulla al-Dalilu ‘ala Tahrimiha yaitu hukum asal muamalah
adalah boleh selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.
3. Prinsip Kerelaan
Prinsip kerelaan menjadi hal yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi
berbasis Islam. Rela (ridho)berarti tanpa ada paksaan. Dalam kegiatan jual
beli, implementasi dari prinsip ini disyariatkan dalam kebebasan bagi
pembeli atau penjual untuk memilih, untuk melanjutkan transaksi atau
mengembalikan barang yang tidak sesuai dengan harga atau jika terdapat
cacat.
4. Prinsip Mashlahat
Mashlahat merupakan kebaikan, manfaat yang diperoleh dari suatu hal,
sedangkan mafsadat adalah keburukan, kesia-siaan. Dalam Islam, setiap
aktivitas haruslah memiliki nilai kebaikan dan manfaat. Keputusan
melakukan suatu kegiatan ekonomi harus didasarkan pada mashlahat yang
akan diperoleh, yakni kebermanfaatan yang dirasakan baik bagidiri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan sekitar. Adapun aktivitas yang
menimbulkan mafsadat harus ditinggalkan.
5. Prinsip Kejujuran
Perintah bersikap jujur mengandung hikmah yaitu menghindari seseorang
memakan harta orang lain, memberikan keberkahan hidup serta
menciptakan kenyamanan bagi masyarakat.
xiii
3. APLIKASI EKONOMI ISLAM DALAM KEHIDUPAN
a. Pendirian lembaga keuangan syariah/bank
xiv
analisis sebaik mungkin resiko pembiayaan yang macet tidak dapat di
hindari, maka bank syari‟ah mengambil inisiatif untuk meminta agunan
tambahan sebagai jaminan atas pembiayaan tersebut. Hal ini dilakukan
dengan untuk meyakinkan bahwa modal yang diberikan kepada nasabah
pembiayaan (mudarib) diharapkan dapat kembali seperti semula sesuai
dengan ketentuan ketika berlangsungnya kontrak.2
2
Rachmat Syafei, MA. Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2000) h.8
xv
BAB III
KESIMPULAN
Ekonomi Islam adalah segala bentuk upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dengan berlandaskan sumber-sumber yang
disyariatkan dalam agama Islam yaitu di antaranya Alquran dan Hadis. Di
dalam ekonomi Islam terdapat larangan-larangan terhadap hal-hal yang
merugikan diri sendiri ataupun orang lain, seperti larangan riba dan gharar.
Pelarangan riba dan gharar terlihat pada operasional bank
konvensional yang menggunakan sistem suku bunga (interest rate). Dalam
sistem suku bunga, khususnya dalam sistem kredit, baik bank maupun
nasabah akan sama-sama tidak diuntungkan, sedangkan dalam sistem bagi
hasil, transaksi pembiayaan akan lebih menenangkan dan berkeadilan
karena hubungan antara bank dengan nasabah merupakan mitra kerja atau
partner. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sistem syariah ini sering kali
disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dan
mengatasnamakan atau berkerudung syariah saja.
Maka dari itu ekonomi Islam adalah sistem ekonomi terbaik dan
ajaran yang sudah sempurna. Hal ini dikarenakan sistem ekonomi Islam
adalah sistem ekonomi yang sangat memperhatikan kesejahteraan umat
manusia (falah).
xvi
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/
xvii