Anda di halaman 1dari 22

EKONOMI ISLAM DAN PERBANKAN SYARIAH

Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan agama islam
Dosen pembimbing : Qoriah A. Siregar

Oleh :
Kelompok 6
Moh. Ihsan Arifin A017005
Muhammad Wildan Manthofani A017006
Muhammad Taufik Dwi Purnama A017008
Raikhan Zulbakhri A017021

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


D3 AKADEMI METROLOGI DAN
INSTRUMENTASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan
kepada kita, baik nikmat lahir, nikmat batin, maupun nikmat terbesar yang tidak ada
tandingannya yakni nikmat iman dan nikmat islam. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para
sahabatnya, para tabiinnya, dan kita semua yang mudah-mudahan termasuk umatnya
dan mendapatkan syafaatnya kelak di yaumil kiamat. Aamiin.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada kepada Ibu Qoriah A. Siregar
selaku Dosen mata kuliah pendidikan agama islam, yang telah membimbing kami
dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa kami sampaikan terimakasih juga kepada
anggota kelompok kami yang telah berjuang bersama sampai akhirnya makalah yang
berjudul “Ekonomi Islam dan Perbankan Syariah” ini selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan makalah itu sendiri adalah untuk memberikan sedikit
penjelasan kepada semua pembaca tentang apa itu ekonomi islam dan perbankan
syariah dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khusunya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar ...........................................................................i


Daftar Isi................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................ 3
BAB II EKONOMI ISLAM DAN PERBANKAN SYARIAH 4
2.1 Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam .............................. 4
2.2 Prinsip-psinsip Ekonomi Islam ........................................... 7
2.3 Perbandingan dengan Sistem Kapitalis dan Sosialis ......... 11
2.4 Perbandingan Konsep Bank Syariah dan Konvensional ... 13
2.5 Animo Masyarakat Terhadap Berdirinya “212 Mart” ...... 17
BAB III PENUTUP ................................................................ 21
3.1 Simpulan ........................................................................... 21
3.2 Saran .................................................................................. 21
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi adalah hal mendasar yang dibutuhkan manusia untuk bisa hidup dan
berkembang di muka bumi. Tanpa terpenuhinya kebutuhan ekonomi manusia, tentu
saja aktivitas dan proses hidup manusia di muka bumi akan terganggu. Dapat
diketahui bahwa dalam keseharian manusia membutuhkan makan, minum, hidup,
berumah tangga, tentu semuanya membutuhkan modal dan transaksi ekonomi secara
intens.
Dalam hal ini, tentu saja masalah ekonomi pun juga harus diatur agar tidak terjadi
kesenjangan sosial, terjadi permasalahan beda kelas sosial yang sangat tinggi, atau
ketidak adilan ekonomi yang bisa berakibat pada kemiskinan atau ketidakberdayaan
manusia.
Oleh karena itu, melihat betapa pentingnya ekonomi bagi kehidupan manusia, maka
kami menulis makalah yang berjudul “Ekonomi Islam dan Perbankan Syariah” ini
untuk menjelaskan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan ekonomi islam ?
2. Apa saja prinsip-prinsip ekonomi islam ?
3. Bagaimana perbandingan dengan sistem kapitalis dan sosialis ?
4. Bagaimana perbandingan konsep bank syariah dan konvensional ?
5. Bagaimana animo masyarakat terhadap berdirinya “212 Mart” ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah perkembangan
ekonomi islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja prinsip-prinsip ekonomi islam.
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perbandingan dengan sistem
kapitalis dan sosialis.
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perbandingan konsep bank
syariah dan konvensional.
5. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana animo masyarakat terhadap
berdirinya “212 Mart”.

BAB II
Ekonomi Islam dan Perbankan Syariah

2.1 Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam

Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an
membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang
sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih
buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang
jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.

Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama
di negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan
ekonomi Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini.
Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan
karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang
lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau
kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang
kelebihannya.

Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah


yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama
dikalangan negara-negara muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam yaitu sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya
mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang
didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah
berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian
di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut,
saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di
banyak negara Islam termasuk di Indonesia.

Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari


paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah
bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi
lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-
kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah
ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia
guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat
sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi,
seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat
memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada
keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk
akhirat.

Pemaparan sejarah sistem ekonomi islam yaitu:

1. Ekonomi Islam zaman Rasulullah Saw – Bani Abbasyiah

Tidak disangkakan lagi bahwa lahirnya sumber hukum dari sistem ekonomi Islam ada
pada periode Rasulullah Saw hingga periode Ali bin Abi Thalib, sebab periode Ali
adalah periode shahabat Nabi yang terakhir dimana para ulama menyebutnya sebagai
akhir periode Khulafaur Rasyidin (Khalifah-Khalifah yang lurus). Periode shahabat
adalah periode yang termasuk sumber hukum Islam yang ketiga dari sistem ekonomi
Islam, yaitu Ijma Shahabat Nabi.

a. Masa Rasulullah Saw

Masa Rasulullah adalah masa saat dua sumber hukum Islam turun, yaitu al-Qur’an
dan Hadits. Praktek ekonomi yang sesuai dan tidak sesuai dengan Islam pada masa
tersebut akan dijelaskan dan ditetapkan, baik itu pada al-qur’an maupun hadits Nabi
Saw..

Pemanfaatan kepemilikan telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih ulama yang
bersumber dari kitab-kitab hadits para perawi hadits. Seperti pembahasan seputar
kewajiban membayar zakat, memberi shodaqoh, hibah, wasiat dan lain sebagainya,
juga larangan dari sifat bukhl (pelit), isrof (berlebihan), risywah (suap) dan lain
sebagainya. Juga pembahasan seputar hukum perdagangan atau jual beli, syirkah
(kerjasama bisnis), syina’ah (industri), az-zara’ah (bertani) dan lain sebagainya, juga
larangan terhadap praktek qimar (judi), riba, tadlis fil bai’ (menyembunyikan cacat
dalam jual beli), ghabn fahisy (penipuan) dan lain sebagainya. Hukum-hukum
demikian adalah hukum-hukum Islam mengenai pemanfaatan kepemilikan, baik
pembelanjaan harta (infaq) maupun pengembangan harta (tanmiyah).

Pendistribusian harta juga telah ditetapkan di masa Rasulullah saw, contohnya yaitu
dalam pendistribusian harta zakat, al-qur’an telah menetapkan dalam surat at-Taubah:
60 bahwa zakat hanya pada delapan golongan dari masyarakat muslim, dan tidak
dibolehkan diberikan pada selain itu. Apabila pemungut zakat ditetapkan pelakunya
adalah negara sebagaimana terdapat dalam at-Taubah: 103, maka tentu pendistribusi
harta tersebut juga tidak lain adalah negara.

b. Masa Khulafaur Rasyidin


Masa Khulafaur Rasyidin (Khalifah-Khalifah yang lurus) adalah masa saat
pemerintahan Islam dipimpin secara bergantian oleh Abu Bakar ash Shiddiq, Umar
bin Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib selama kurang lebih 30 tahun
pasca wafatnya Rasulullah Saw.

Masa ini juga termasuk masa dimana sumber hukum Islam masih ada, yaitu sumber
hukum Islam yang ketiga, Ijma Shahabat. Artinya, sumber hukum dari sistem
ekonomi Islam juga masih ada. Dimana kesesuaian dan ketidaksesuaian praktek
ekonomi pada masa itu akan dijelaskan dan ditetapkan oleh para shahabat Nabi Saw
yang akan kita ketahui melalui kisah-kisahnya.

c. Masa Bani Umayyah

Periode sumber hukum dari sistem ekonomi Islam telah berakhir. Sebab periode bani
Umayyah adalah periode dimana seringnya suatu relitas ditentang oleh sebagian dari
shahabat Nabi, sehingga hampir tidak pernah terjadi ijma shahabat. Tinggal masanya
pemerintahan ini melanjutkan berjalannya roda sistem ekonomi Islam yang sudah
digelindingkan para pendahulunya, walaupun perputarannya terkadang keluar masuk
pada jalurnya.

d. Masa Bani Abbasyiah

sebagaimana masa bani Umayyah, masa bani Abbasyiah juga masa dimana roda dari
praktek sistem ekonomi Islam terkadang keluar dan masuk pada relnya. Oleh karena
itu masa Abbasyiah adalah masa dimana banyak lahir para ulama sekaligus ekonom
muslim yang memantau dan menjaga agar sistem ekonomi Islam tetap berjalan diatas
relnya, sekaligus merumuskan ilmu-ilmu ekonomi Islam dengan lebih spesifik dari
masa-masa sebelumnya. Diantaranya yang tersohor adalah Abu Yusuf, al-Syaibani,,
Yahya bin Umar, al-Mawardi, al-Ghazali, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Khaldun.

2. Sejarah sistem ekonomi islam di Indonesia

Adapun di Indonesia, ekonomi Islam dengan wujud lembaga keuangan perbankan


syariah baru muncul dan berkembang sejak tahun 1991, dan lembaga keuangan
asuransi syariah tahun 1994. Baru beberapa tahun kemudian yaitu tahun 2000, banyak
Perguruan Tinggi di Indonesia beramai-ramai membuka jurusan atau program studi
ekonomi Islam. Seperti JEI (Jurusan Ekonomi Islam) Dunia akademik inilah yang
kemudian paling banyak berperan dalam mengembangkan ekonomi Islam di abad 21
ini. Sebab hanya lembaga pendidikan yang mampu melahirkan pemikir-pemikir
ekonomi Islam yang kritis, yang memperbaiki praktek-praktek ekonomi Islam yang
keliru, merekonstruksi teori-teori ekonomi Islam yang sudah dibangun sebelumnya
oleh para cendikiawan muslim di masa kejayaannya, dan merancang bangunan sistem
ekonomi Islam agar siap dipraktekkan bilamana sistem besar dari Islam terbangun.
Di indonesia, perkembangan ekonomi Islam juga telah mengalami kemajuan yang
pesat. Berbagai Undang-Undang yang mendukung tentang sistem ekonomi tersebut
mulai dibuat, seperti UU No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana yang
telah di ubah dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia (BI) yang dalam Pasal 10,
menyatakan bahwa BI dapat menerapkan policy keuangan berdasarkan prinsip-
prinsip Syariah.

Sesuai dengan perkembangan ekonomi global dan semakin meningkatnya minat


masyarakat dengan ekonomi perbankan secara Islami, ekonomi Islam mendapat
tantangan yang sangat besar pula. Setidaknya ada tiga tantangan yang dihadapi, yaitu:
pertama, ujian atas kredibel sistem ekonomi dan keuangannya. Kedua, bagaimana
sistem ekonomi Islam dapat meningkatkan dan menjamin atas kelangsungan hidup
dan kesejahteraan seluruh umat, dapat menghapus pengangguran dan kemiskinan di
indonesia ini yang semakin marak, serta dapat memajukan ekonomi dalam negeri
yang masih terpuruk dan masih bernilai rendah dibandingkan dengan negara lain.
Dan yang ketiga, mengenai perangkat peraturan, hukum dan kebijakan baik dalam
skala nasional maupun dalam skala internasional. Untuk menjawab pertanyaan itu,
telah dibentuk sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang tersebut yaitu
organisasi IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia.

Pendirian Organisasi ini dimaksudkan untuk membangun jaringan kerja sama dalam
mengembangkan ekonomi Islam di Indonesia baik secara akademis maupun secara
praktek. Dengan berdirinya organisasi tersebut, diharapkan agar para ahli ekonomi
Islam yang terdiri dari akademisi dan praktisi dapat bekerja sama untuk menjalankan
pendapat dan aksinya secara bersama-sama, baik dalam penyelenggaraan kajian
melalui forum-forum ilmiah ataupun riset, maupun dalam melaksanakan pengenalan
tentang sistem ekonomi Islam kepada masyarakat luas. Dengan demikian, maka
InsyaAllah segala ujian yang yang menghadang dapat dipikirkan dan ditemukan
solusinya secara bersama sehingga pergerakannya bisa lebih efektif dalam
pembangunan ekonomi seluruh umat.

Pendirian ekonomi yang berlandaskan Al-qur’an dan Al-Hadits ini membawa hikmah
yang sangat banyak, salah satunya praktek ekonomi Islam ini mengigatkan kembali
kepada kita bahwa perbuatan riba itu adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci
Allah SWT dan mengajarkan kepada kita agar menjauhi perbuatan tersebut. Selain itu
praktek ekonomi Islam juga merupakan wadah menyimpan dan meminjam uang
secara halal dan diridhoi oleh Allah SWT.

2.2 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam

Islam adalah agama yang berorientasi kepada kebaikan dan keadilan seluruh manusia.
Islam senantiasa mengajarkan agar manusia mengedepankan keadilan, keseimbangan
dan juga kesejahteraan bagi semuanya. Islam tidak mengajarkan pada kesenjangan
sosial, prinsip siapa cepat siapa menang, atau pada kekuasaan hanya dalam satu
kelompok atau orang tertentu saja.

Prinsip ini pun diajarkan islam dalam hal ekonomi. Dalam hal ekonomi, islam pun
ikut mengatur dan memberikan arahan atau pencerahan agar umat manusia tidak
terjebak kepada ekonomi yang salah atau keliru.

Aturan-aturan islam mengenai ekonomi diantaranya seperti:

 Masalah kewajiban zakat, infaq, shodaqoh


 Larangan judi dan mengundi nasib dengan panah
 Membayar pajak
 Menjual dengan neraca yang adil
 Membuat catatan keuangan
 Dan lain sebagainya

Ekonomi islam tentunya sangat berbeda dengan ekonomi yang mengarah kepada
prinsip kapitalisme atau liberalisme. Ekonomi islam bertujuan agar dapat
terpenuhinya kebutuhan manusia, bukan hanya satu orang saja melainkan seluruh
umat manusia secara keseluruhan agar dapat hidup berkualitas dan menunanaikan
ibadah dengan baik. Sedangkan prinsip liberalisme atau kapitalisme hanya
berdasarkan kepada pemilik modal, pasar bebas, dan tidak berpihaknya pada
masyarakat lemah atau kurang mampu.

Prinsip dasar ekonomi ini juga tentu berlandasakan kepada Rukun Islam, Dasar
Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun
Iman. Berikut adalah Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam islam yang senantiasa ada
dalam aturan islam. Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah
SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.

1. Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial

Prinsip dasar islam dalam hal ekonomi senantiasa berpijak dengan masalah keadilan.
Islam tidak menghendaki ekonomi yang dapat berdampak pada timbulnya
kesenjangan. Misalnya saja seperti ekonomi kapitalis yang hanya mengedepankan
aspek para pemodal saja tanpa mempertimbangkan aspek buruh, kemanusiaan, dan
masayrakat marginal lainnya.

Untuk itu, islam memberikan aturan kepada umat islam untuk saling membantu dan
tolong menolong. Dalam islam memang terdapat istilah kompetisi atau berlomba-
lomba untuk melaksanakan kebaikan. Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti
mengesampingkan aspek keadilan dan peduli pada sosial.
Hal ini sebagaimana perintah Allah, “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS An-Nur : 56)

Zakat, infaq, dan shodaqoh adalah jalan islam dalam menyeimbangkan ekonomi.
Yang kaya atau berlebih harus membantu yang lemah dan yang lemah harus berjuang
dan membuktikan dirinya keluar dari garis ketidakberdayaan agar mampu dan dapat
produktif menghasilkan rezeki dari modal yang diberikan padanya.

2. Tidak Bergantung Kepada Nasib yang Tidak Jelas

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya.”…” (QS Al-Baqarah : 219)

Islam melarang umatnya untuk menggantung nasib kepada hal yang sangat tidak
jelas, tidak jelas ikhtiarnya, dan hanya mengandalkan peruntungan dan peluang
semata. Untuk itu islam melarang perjudian dan mengundi nasib dengan anak panah
sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi.

Pengundian nasib adalah proses rezeki yang dilarang oleh Allah karena di dalamnya
manusia tidak benar-benar mencari nafkah dan memakmurkan kehidupan di bumi.
Uang yang ada hanya diputar itu-itu saja, membuat kemalasan, tidak produktifnya
hasil manusia, dan dapat menggeret manusia pada jurang kesesatan atau lingkaran
setan.

Untuk itu, prinsip ekonomi islam berpegang kepada kejelasan transaksi dan tidak
bergantung kepada nasib yang tidak jelas, apalagi melalaikan ikhtiar dan kerja keras.

3. Mencari dan Mengelola Apa yang Ada di Muka Bumi

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
(QS Al Jumuah : 10)

Allah memberikan perintah kepada manusia untuk dapat mengoptimalkan dan


mencari karunia Allah di muka bumi. Hal ini seperti mengoptimalkan hasil bumi,
mengoptimalkan hubungan dan transaksi dengan sesama manusia. Untuk itu, jika
manusia hanya mengandalkan hasil ekonominya dari sesuatu yang tidak jelas atau
seperti halnya judi, maka apa yang ada di bumi ini tidak akan teroptimalkan. Padahal,
ada sangat banyak sekali karunia dan rezeki Allah yang ada di muka bumi ini. Tentu
akan menghasilkan keberkahan dan juga keberlimpahan nikmat jika benar-benar
dioptimalkan.
Untuk itu, dalam hal ekonomi prinsip islam adalah jangan sampai manusia tidak
mengoptimalkan atau membiarkan apa yang telah Allah berikan di muka bumi
dibiarkan begitu saja. Nikmat dan rezeki Allah dalam hal ekonomi akan melimpah
jika manusia dapat mencari dan mengelolanya dengan baik.

4. Larangan Ekonomi Riba

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah :278)

Prinsip Islam terhadap ekonomi yang lainnya adalah larangan riba. Riba adalah
tambahan yang diberikan atas hutang atau transaksi ekonomi lainnya. Orientasinya
dapat mencekik para peminam dana, khususnya orang yang tidak mampu atau tidak
berkecukupan. Dalam Al-Quran Allah melaknat dan menyampaikan bahwa akan
dimasukkan ke dalam neraka bagi mereka yang menggunakan riba dalam
ekonominya.

5. Transaksi Keuangan yang Jelas dan Tercatat

Transaksi keuangan yang diperintahkan islam adalah transaksi keuangan yang tercatat
dengan baik. Transaksi apapun di dalam islam diperintahkan untuk dicatat dan ditulis
diatas hitam dan putih bahkan ada saksi. Dalam zaman moderen ini maka ilmu
akuntansi tentu harus digunakan dalam aspek ekonomi. Hal ini tentu saja
menghindari pula adanya konflik dan permasalahan di kemudian hari. Manusia bisa
saja lupa dan lalai, untuk itu masalah ekonomi pun harus benar-benar tercatat dengan
baik.

Hal ini sebagaimana Allah sampaikan, “Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermu’amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar” (QS Al Baqarah : 282)

6. Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan


neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS
Al Isra : 35)

Allah memerintahkan manusia ketika melaksanakan perniagaan maka harus dengan


keadilan dan keseimbangan. Hal ini juga menjadi dasar untuk ekonomi dalam islam.
Perniagaan haruslah sesuai dengan neraca yang digunakan, transaksi keuangan yang
digunakan, dan juga standar ekonomi yang diberlakukan. Jangan sampai ketika
bertransaksi kita membohongi, melakukan penipuan, atau menutupi kekurangan atau
kelemahan dari apa yang kita transaksikan. Tentu saja, segalanya akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dipahami bahwa manusia diberikan aturan dasar
mengenai ekonomi islam agar manusia dapat menjalankan kehidupannya sesuai
dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan
Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai
dengan fungsi agama , Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia
Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam. Tentu saja dari prinsip
tersebut dapat terlihat bahwa islam hendak memberikan rahmat bagi semesta alam,
terlebih bagi mereka yang beriman dan taat dalam melaksanakan perintah Allah
tersebut.

2.3 Perbandingan dengan Sistem Kapitalis dan Sosialis

A. Sistem Ekonomi Sosialis

Sosialis adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup
besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan
campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk
mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik,
telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.

Sistem ekonomi sosialis adalah suatu sistem ekonomi dengan kebijakan atau teori
yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik dengan tindakan
otoritas demokratisasi terpusat dan kepadanya perolehan produksi kekayaan yang
lebih baik daripada yang kini berlaku sebagaimana yang diharapkan.

Sistem Sosialis berpandangan bahwa kemakmuran individu hanya mungkin tercapai


bila berfondasikan kemakmuran bersama. Sebagai Konsekuensinya, penguasaan
individu atas aset-aset ekonomi atau faktor-faktor produksi sebagian besar merupakan
kepemilikan sosial.

Prinsip Dasar Ekonomi Sosialis

 Pemilikan harta oleh negara


 Kesamaan ekonomi
 Disiplin Politik

Ciri-ciri Ekonomi Sosialis:

1. Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme).


2. Peran pemerintah sangat kuat
3. Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi

B. Sistem Ekonomi Kapitalis

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh


kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti
memproduksi baang, manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya.
Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran
dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga
pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.

Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai
dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh
laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan
persaingan bebas dengan berbagai cara.

Ciri-ciri sistem ekonomi Kapitalis :

1. Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi


2. Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
3. Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar
kepentingann (keuntungan) sendiri
4. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno
(disebut hedonisme)

C. Sistem Ekonomi Islam

M.A. Manan (1992:19) di dalam bukunya yang berjudul “Teori dan Praktik Ekonomi
Islam” menyatakan bahwa ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Sementara
itu, H. Halide berpendapat bahwa yang di maksud dengan ekonomi islam ialah
kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang dii simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah
yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi (dalam Daud Ali, 1988:3).

Sistem ekonomi islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang di


simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang
di dirikan atas landasan dasar-dasar tersebut yang sesuai dengan kondisi lingkungan
dan masa.
Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis, Islam dan Sosialis

Konsep Kapitalis Islam Sosialis

Sumber kekayaan Sumber kekayaan sangat Sumber Kekayaan alam Sumber kekayaan sangat

langka (scarcity of resources) semesta dari Allah SWT langka (scarcity of resources)

Kepemilikan Setiap pribadi di bebaskan Sumber kekayayan yang kita Sumber kekayaan di dapat dari
untuk memiliki semua miliki adalah titipan dari pemberdayaan tenaga kerja
kekayaan yang di peroleh nya. ALLAH SWT (buruh)

Tujuan Gaya hidup Kepuasan pribadi Untuk mencapai ke Ke setaraan penghasilan di


perorangan
makmuran/sucess (Al-Falah), antara kaum buruh
di dunia dan akhirat

Tabel di atas menerangkan 3 konsep sistem per ekonomian yaitu: Kapitalis, Islam dan
Sosialis.

Konsep dari ekonomi kapitalis di mana sumber kekayaan itu sangat langka dan harus
di peroleh dengan cara bekerja keras di mana setiap pribadi boleh memiliki kekayaan
yang tiada batas, untuk mencapai tujuan hidup nya. Dalam sistim ekonomi kapitalis
perusahaan di miliki oleh perorangan. Terjadi nya pasar (market) dan terjadinya
demand and supply adalah ciri khas dari ekonomi kapitalis. Keputusan yang diambil
atas isu yang terjadi seputar masalah ekonomi sumbernya adalah dari kalangan kelas
bawah yang membawa masalah tersebut ke level yang lebih atas.

Sementara Islam mempunyai suatu konsep yang berbeda mengenai kekayaan, semua
kekayaan di dunia adalah milik dari Allah SWT yang dititipkan kepada kita, dan
kekayaan yang kita miliki harus di peroleh dengan cara yang halal, untuk mencapai
Al-falah (makmur dan success) dan Sa’ada Haqiqiyah (kebahagian yang abadi baik
di dunia dan akhirat. Dalam Islam yang ingin punya property atau perusahaan harus
mendapat kan nya dengan usaha yang keras untuk mencapai yang nama nya Islamic
Legal Maxim, yaitu mencari keuntungan yang sebanyak banyak nya yang sesuai
dengan ketentuan dari prinsip prinsip syariah. Yang sangat penting dalam transaksi
Ekonomi Islam adalah tidak ada nya unsur Riba (interest) Maisir (judi) dan Gharar
(ke tidak pastian).

Lain halnya dengan konsep ekonomi sosialis, di mana sumber kekayaan itu sangat
langka dan harus di peroleh lewat pemberdayaan tenaga kerja (buruh), di semua
bidang, pertambangan, pertanian, dan lainnya. Dalam sistem Sosialis, semua Bidang
usaha dimiliki dan diproduksi oleh Negara. Tidak terciptanya market (pasar) dan
tidak terjadinya supply dan demand, karena Negara yang menyediakan semua
kebutuhan rakyatnya secara merata. Perumusan masalah dan keputusan di tangani
langsung oleh negara.

2.4 Perbandingan Konsep Bank Syariah dan Konvensional

Perbedaan Bank Konvensional Dan Bank Syariah dalam Berbagai Bidang

Saat ini di beberapa negara-negara tertentu, memiliki dua jenis sistem perbankan
yang diterapkan yaitu bank konvesional (umum) dan bank syariah. Bank
konvensional tersebar luas di berbagai kota-kota di Indonesia, serta menawarkan
fasilitas dan program-program yang berbeda untuk nasabah nya. Sedangkan bank
syariah sendiri merupakan bank yang menerapkan sistem syariah di dalam kegiatan
perbankannya.

Jika pada awalnya, bank-bank syariah belum terlalu berkembang dan populer. Namun
saat ini dapat dilihat bahwa perkembangan bank-bank syariah semakin pesat baik
dalam segi aset maupun pegawainya. Hal ini bisa jadi dikarenakan faktor sebagian
besar penduduk Indonesia yang beragama Islam.

Namun sayangnya tak banyak orang yang mengetahui perbedaan antara bank
konvensional dengan bank syariah. Hal ini sangat wajar terjadi, mengingat banyaknya
istilah-istilah baru yang ada di dalam bank syariah dibandingkan dengan bank-bank
pada umumnya. Banyak orang yang berpendapat bahwa perbedaan dari bank
konvesional dan syariah terletak pada prinsip dasar layanan yang digunakan. Hal-hal
inilah yang banyak membuat orang kebingungan untuk mencari perbedaannya.

Perbedaan Bank Konvesional Dan Bank Syariah

1. Perbedaan Hukum yang Digunakan

Seperti sudah disinggung di atas, bahwa perbedaan paling mencolok antara bank syariah
dan bank konvensional terletak pada hukum yang digunakannya masing-masing. Bank
syariah memiliki sistem yang didasari pada syariat Islam yang berlandas Al-Qur’an,
Hadist, dan Fatwa Ulama (Majelis Ulama Indonesia), sementara bank konvensional
memiliki sistem yang dilandasi pada hukum positif yang berlaku di Indonesia. Beberapa
sistem transaksi pada bank syariah yang menggunakan perspektif hukum Islam di
antaranya al-musyarakah (perkongsian), al-mudharabah (bagi hasil), al-musaqat (kerja
sama tani), al-ijarah (sewa-menyewa), al-ba’i (bagi hasil), dan al-wakalah (keagenan).

2. Perbedaan Investasi

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional pada hukum yang mendasarinya juga
menelurkan perbedaan pada setiap sistem yang digunakan, misalnya dalam hal investasi.
Pada bank syariah, seorang akan diperkenankan meminjam dana apabila jenis usaha
yang diajukannnya adalah usaha yang halal dan baik, seperti pertanian, peternakan,
dagang, dan lain sebagainya. Sementara itu, pada bank konvensional, seseorang boleh
mengajukan pinjaman terhadap usaha-usaha yang diizinkan atas hukum positif. Usaha
yang tidak halal tapi diakui hukum positif di Indonesia akan tetap diterima dalam
pengajuan pinjaman.

3. Perbedaan Orientasi

Orientasi yang ada pada sistem bank konvensional semata-mata adalah orientasi
keuntungan atau profit oriented. Sementara pada sistem bank konvensional, orientasi
yang digunakan selain orientasi keuntungan juga memperhatikan kemakmuran dan
kebahagiaan hidup dunia akhirat atas kerjasamanya.

4. Pembagian Keuntungan

Sistem pembagian keuntungan antara bank konvensional dan bank syariah juga berbeda.
Bank konvensional menerapkan sistem bunga tetap atau bunga mengambang pada
setiap pinjaman yang diberikan pada nasabah. Oleh karena itu, bank konvensional
menganggap bahwa usaha yang dijalankan oleh nasabah akan selalu untung. Hal ini
berbeda dengan sistem pembagian keuntungn yang diterapkan bank syariah. Pada bank
syariah, keuntungan dari penggunaan modal dibagi sesuai dengan akad yang disepakati
di awal. Bank syariah akan tetap memperhatikan kemungkinan untung atau rugi usaha
yang dibiayainya tersebut. Jika dirasa tidak menguntungkan, bank syariah akan menolak
pengajuan pinjaman yang nasabahnya.

5. Hubungan Nasabah dan Bank

Dari segi sosial, perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional juga terdapat
pada hubungan antara bank dengan nasabahnya. Pada bank syariah diterapkan sistem
kemitraan, sementara pada bank konvensional hubungan nasabah dan bank disebut
kreditur dan debitur.
6. Perbedaan Pengawasan

Setiap sistem transaksi yang dilakukan bank syariah harus dibawah pengawasan Dewan
Pengawas. Dewan pengawas ini berisi sekumpulan ulama dan ahli ekonomi yang
menguasai pemahaman fiqih muamalah. Sementara, di bank konvensional setiap sistem
transaksi tidak diawasi selain oleh hukum positif.

2.5 Animo Masyarakat Terhadap Berdirinya “212 Mart”

Koperasi Syariah 212 adalah Koperasi Primer Nasional yang didirikan oleh tokoh-
tokoh umat Islam sebagai implementasi semangat Aksi 212 yang penuh persaudaraan
dan kebersamaan. Semangat ini kemudian diwujudkan pada upaya menjadikan
Koperasi Syariah 212 sebagai wadah perjuangan ekonomi untuk mencapai
kemandirian ekonomi umat.

Koperasi Syariah 212 didirikan pada tanggal 6 Januari 2017, yaitu pada saat Grand
Launching Koperasi Syariah 212 di Ruang Al-Hambra, Andalusia Islamic Center,
Sentul City, Bogor. Saat itu berkumpul tokoh-tokoh umat, seperti Kyai Ma’ruf Amin,
Ustad Bachtiar Nasir, Ustad M. Zaitun Rasmin, Kyai Misbahul Anam, Ustad Didin
Hafidhuddin, Dr. M. Syafii Antonio, dan masih banyak tokoh umat lainnya.

Rapat perdana para pendiri dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2017, yang dihadiri
oleh 24 pendiri. Rapat perdana ini menghasilkan keputusan Anggaran Dasar Koperasi
Syariah 212 dan susunan personalia kepengurusan Koperasi Syariah 212 yang
pertama kali. Untuk selanjutnya hasil Rapat Pendiri ini melalui Notaris, dilaporkan
kepada Kementerian Koperasi dan UKM selaku wakil pemerintah yang menangani
perkoperasian.

Koperasi Syariah 212 mendapatkan pengesahan dari pemerintah melalui Surat


Keputusan Menteri Koperasi dan usaha Kecil Menengah No.
003136/BH/M.UMKM.2/I/2017 yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan
UKM pada tanggal 19 Januari 2017. Sampai dengan akhir tahun 2017 terbentuk 61
buah outlet 212 Mart di seluruh Indonesia.

Visi Koperasi Syariah 212 adalah:


“Menjadi 5 (lima) besar Koperasi di Indonesia dari sisi jumlah anggota, penghimpun
dana tabungan, jaringan, dan kekuatan investasi pada sektor-sektor produktif pilihan
pada tahun 2025.”
Misi Koperasi Syariah 212 adalah:
“Mengoptimalkan segenap potensi ekonomi dan sumber daya ummat baik secara
daya beli, produksi, distribusi, pemupukan modal serta investasi dalam sektor
produktif pilihan yang dijalankan secara berjamaah, amanah, profesional yang
mampu mendatangkan kesejahteraan pada tataran individu/keluarga, serta
mewujudkan izzah (kemuliaan) pada tataran keumatan.”

Adapun tujuan dari didirikannya Koperasi Syariah 212 adalah:


“Membangun Ekonomi Umat yang terpercaya, profesional, besar dan kuat sebagai
salah satu penopang pilar ibadah, syariah dan dakwah menuju kebahagiaan dunia dan
keselamatan akhirat.”

Animo masyarakat terhadap pendidikan, dinilai dari berbagai sudut pandang, antara
lain:

1. Dakwah dan Bisnis Sejalan

Layaknya dalam tiap usaha bersama, tidak semua paham benar misi dari pendirian
212Mart ini. Termasuk, dari saat sosialisasi pun, banyak pertanyaan mendasar dari
jamaah. Misalnya, mengapa 212Mart, mengapa harus berjamah, sistem bagi hasil,
keuntungan konkrit apa yang bisa didapat, dan sebagainya.

Teddy berbagi pengalaman saat dirinya menyosialisasikan gerakan ekonomi umat ini.
Kepada jamaah, dia mengatakan, bahwa umat tidak berjamaah satu komplek saja.
Berjamaah itu seluruh wilayah dan jika perlu seluruh Indonesia.

Nah, itulah salah satu tujuan penting dari pendirian 212Mart, menyatukan umat,
layaknya aksi 212. Cuma, tegas Teddy, berjamaah dimulai dari wilayah Tangsel dulu.
Kalau posisinya umat kuat bersatu, otomatis kekuatan umat senjatanya banyak.

“Jadi jangan terpecah-pecah. Saya tahu jamaah punya uang dan sebagainya, tetapi
bukan itu yang dimaksud. Tapi buat jamaah. Karena berjamaah itu untuk kekuatan
umat,” tegas Teddy.

Lalu, ada yang menganggap 212 Mart ini untuk peluang bisnis dan meraih
keuntungan semata. Oleh Teddy dijelaskan, bahwa niat mendirikan 212 Mart ini
berjamaahnya bukan niat ambil keuntungannya.

Teddy selalu mengingatkan bahwa mendirikan 212 Mart adalah awal perjuangan
yang harus dijalani secara berjamaah dalam satu wadah atau manajemen. Baru diatur
soal bagi hasil dan keuntungan untuk pengurus dan investor toko.
“Alhamdulilah jamaah tertarik dan bersatu. Karena bersatunya ini yang susah ya,
apalagi kalau sudah masalah uang bisa terpecah. Jadi niatkan hati untuk ibadah
mengejar keabadian dunia akherat,” tegasnya.

2. Belanja di Toko Milik Sendiri

Agar berbeda dengan jaringan ritel mainstream, 212 Mart At Taqwa Tangsel akan
memfasilitasi produk-produk Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk dipasarakan di
212 Mart. “Grad Opening 212 Mart At Taqwa Tangsel, Sabtu besok sekitar 20
produk UKM siap dipasarkan,” kata Teddy.

Teddy berharap umat Muslim Indonesia yang berbagung dengan 212 Mart untuk
menjaga komitemen belanja di toko milik sendiri. Karena menurutnya, 212 Mart ini
milik umat, dari umat, oleh umat, dan untuk umat.

“Istilahnya, toko milik kita, belanja di toko sendori, dan untungnya juga buat kita.
Kita kasih sedekah 20 persennya. Jadi istilahnya menghidupi kita sendiri. Ghirahnya
sudah bagus umat Muslim Tangsel ini,” tegas Teddy.

Dalam pengembangan 212 Mart ini, Teddy menyatakan akan bersaing secara se hat
dengan mini market yang sudah ada. Menurutnya, bukan berarti bermusuh-musuhan
tapi berkompetisi yangg sehat, hanya saja perbedaaan mini mart besutan Koperasi
Syariah 212 Pusat ini pengandalkan jamaah dengan berpegang pada prinsip syariah.

“Insyaallah dengan posisinya kita berdakwah bahwa umat punya kekuatan dan
keiklasan atas ridho Allah SWT dalam upaya membangkitkan ekonomi umat Muslim
Indonesia,” pungkas Teddy.

3. Untuk membangun ukhuwah Islamiyah dan pelaksanaan jihad

Hampir setahun aksi 212, umat Muslim terbangunkan dari tidur panjangnya. Diawali
gerakan moral menegakkan hukum atas kasus penistaan agama Islam, berkembang
menjadi gerakan ekonomi rakyat. Dari antara gerakan itu adalah membangun jaringan
ritel Muslim, yang dimiliki secara berjamaah, bernama 212 Mart.

Imbauan untuk berbelanja di 212 Mart pun disampaikan di mana-mana. Yang selalu
dikatakan dalam tiap pembukaan gerai 212 Mart. Gerai yang kini berjumlah 34 di
seluruh Indonesia, berdiri dalam itungan enam bulan.

Di peresmian gerai 212 Mart Rawa Kalong, Tambun, Bekasi, Ahad (5/11), Sekertaris
Koperasi Syariah (KS 212), Agus Siswanto mengingatkan masyarakat Muslim
sekitaran Tambun, bahwa ketika berbelanja di 212 Mart, maka sebenarnya banyak
implikasinya. Beberapanya, membantu anak yatim dan dhuafa karena sebagian
keuntungan 212 Mart harus diserahkan sebagai zakat dan sedekah. Membantu
perjuangan umat Islam di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena meningkatkan
daya tawar umat Muslim. Yang tak kalah penting adalah berjihad di jalan Allah SWT
dan tentunya membangun ukhuwah Islamiyah.

”Karena bangunan ukhuwah Islamiyah yang paling mudah direkatkan ketika


urusannya adalah ekonomi. Maka apapun latar belakangnya, inshaallah 212 Mart
akan menjadi perekat keumatan ini dan akan memperkokoh ukhuwah islamiyah,”
Kata Agus dalam sambutannya.

Selain itu, sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi umat, belanja di 212 Mart juga
memeratakan pendapatan antarumat, meningkatkan kesejahteraan umat, dan
mengurangi pengganguran. Dilihat dari gambar besarnya, mengurangi hegemoni
kapitalisme, yang sampai saat ini masih menjadikan Islam hanya sebagai obyek
penindasannya.

Perjuangan ini dimulai dari yang kecil, Agus menjelaskan, toko sebelah sekarang
besar lantaran sudah berkiprah selama 30 tahun, dan sudah memiliki gerai kurang
lebih 35 ribu di seluruh Indonesia.

”Umat Muslim harus mempunyai cita-cita besar, 35 tahun ke depan harus memiliki
gerai 212 Mart lebih dari 35 ribu di seluruh Indonesia. Allahu Akbar, ” kata Agus
disambut pekik takbir jamaah yang hadir.

Kalimat Penutup Presentasi :

Demikianlah presentasi dari kami , semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan


bagi kita semua. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan
saran dan kritik dari teman-teman agar menjadi perbaikan bagi kami. Sekian
penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Dan sekarang kami membuka sesi tanya jawab.
BAB III
Penutup

3.1 Simpulan
Ekonomi Islam didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantu merealisasikan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang langka, yang
sejalan dengan ajaran islam, tanpa membatasi kebebasan individu ataupun
menciptakan ketidakseimbangan makro dan ekonomi logis.

Prinsip-prinsip kegiatan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:


1. Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial
2. Tidak bergantung Kepada Nasib yang Tidak Jelas
3. Mencari dan Mengelola Apa yang Ada di Muka Bumi
4. Larangan Ekonomi Riba
5. Transaksi Keuangan yang Jelas dan Tercatat
6. Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga

Ekonomi Islam merupakan racikan resep ekonomi yang digali dari Al-Qur’an dan
Hadits. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh meragukan kandungan ajaran Al-
Qur’an. Namun, kita perlu merumuskan praktik-praktik ekonomi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tetapi tidak menyalahi prinsip-prinsip yang terkandung dalam
Al-Qur’an.

3.2 Saran
Dengan percaya mengetahui beberapa ilmu mengenai ekonomi syariah di harapkan
pembaca dapat mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari yakni
menerapkan ekonomi yang sesuai dengan tuntunan islam yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadist, karena kita telah mengetahui bahwa harta adalah kepunyaan Allah
SWT, dan manusia hanyalah khalifah atas harta tersebut.

Daftar Pustaka

Abdullah, Muhammad. 1979. Ekonomi Islam dan Penerapannya di Masa Kini.


Jakarta Pusat : PT. Sastra Hudaya.
Ahmad, Zainal Abidin. 1979. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Syafi’I, Muhammad. 1992. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta : Dhana
Bakti Wakaf.
https://baskorouttantoblog.wordpress.com/2013/10/30/sejarah-perkembangan-
ekonomi-islam/
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/prinsip-prinsip-ekonomi-islam
https://kinanzahirah.wordpress.com/2012/05/23/perbedaan-sistem-ekonomi-sosialis-
kapitalis-dan-islam/

Anda mungkin juga menyukai