Anda di halaman 1dari 16

SISTEM EKONOMI ISLAM

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Ekonomi Islam

Dosen Pengampu :
Andi Bisyriani, S.H., M.E
Disusun Oleh :
Anggi Solihin (Nim : 2202010001)
Farah Ramdhana (Nim : 2202010021)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUD DA’WAH WAL IRSYAD
(STAI-DDI) PINRANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‘Ala yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang Sitem
Ekonomi Islam, ini dengan baik dan tepat waktu guna memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Ekonomi Islam.
Dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini penyusun tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimah
kasih kepada semua yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalan penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 24 Maret
2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Pengertian dan Sejarah Sistem Ekonomi Islam.................................3

B. Karakteristik dan Nilai Dasar Sistem Ekonomi Islam.......................5

C. Sistem Perkonomian dalam Islam....................................................11

BAB III PENUTUP........................................................................................14

A. Kesimpulan.......................................................................................14

B. Saran.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi Islam telah lahir sejak Rasulullah Saw menyebarkan ajaran
Agama Islam, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat hingga memiliki kemajuan
yang begitu pesat pada masa Dinasti Abbasiyah dan pada akhirnya masih juga
dilakukan sampai zaman sekarang, walaupun saat ini masih banyak campur aduk
ekonomi Barat dalam aktifitas perekonomian masyarakat khususnya Umat Islam.
Kemunculan ekonomi Islam bukan karena ekonomi ortodok, melainkan
karena sejarah membuktikan bahwa kemunculan ekonomi Islam sejak Rasulullah
Saw hidup. Ekonomi Islam merupakan bagian integral ajaran Islam, bukan
dampak dari sebuah keadaan yang memaksa kemunculannya, jadi bukan karena
ekonomi ortodok yang memaksa kehadiran ekonomi Islam. Ekonomi Islam juga
memiliki tujuan yang sangat penting yaitu menciptakan kesejahteraan umat
manusia khususnya terpenuhinya kebutuhan setiap individu dengan cara yang
disahkan oleh Undang-Undang Pemerintah maupun hukum syariat (Agama).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Sejarah Sistem Ekonomi Islam?
2. Apa Karakteristik dan Nilai Dasar Sistem Ekonomi Islam?
3. Bagaimana Sistem Perekonomian dalam Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan Sejarah Sistem Ekonomi Islam.
2. Mengetahui dan Memahami Karakteristik dan Nilai Dasar Sistem
Ekonomi Islam.
3. Mengetahui dan Memahami Bagaimana Sistem Perekonomian dalam
Islam.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Sistem Ekonomi Islam


Sistem ekonomi Islam jika diterjemahkan ke bahasa arab akan menjadi an
nizhôm al iqtishâd al islâmy. Secara harfiah al iqtishâd (ekonomi) berarti
qashada: bertujuan dalam suatu perkara, tidak berlebihan, berhemat dalam
membelanjakan uang atau tidak boros sebagaimana tertera di buku Lisanul Arab
milik Ibnu Manzur.1 Adapun secara terminologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang segala sesuatu yang diturunkan oleh syariat Islam sehubungan dengan al
iqtishâd dalam 3 permasalahannya: aqidah, fiqh dan akhlaq.
Dengan bahasa lain bahwasanya istilah ekonomi Islam berarti analisa
tentang hal-hal seputar ekonomi yang berasaskan hukum-hukum syariah.
Sebagaimana ketika istilah ekonomi ini disandingkan dengan fiqh akan
mengandung analisa perkara perkonomian ditinjau dari segi-segi fiqhnya.
Adapun istilah ekonomi Islam sendiri belum muncul pada zaman Rasul,
melainkan baru ada pada akhir dari abad ke-14 hijriah. Tetapi meskipun begitu
substansi dari istilah tersebut sudah muncul bersamaan dengan tumbuhnya
hukum-hukum Islam. Jadi sistem perkonomian pada zaman ini walau tidak
mengenal istilahnya secara terminologi, tetapi pada prakteknya fokus mereka
sudah tertuju pada pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan
kebebasan. Fokus-fokus tadi merupakan gambaran spirit dan objek utama dari
pemikiran ekonomi Islam sejak masa awal.2
Perkembangan selanjutnya dari ekonomi Islam ini kemudian tidak jauh
dari sejarah perkembangan fiqh itu sendiri Hal itu tidak lain karena asas dari
ekonomi Islam adalah mu’amalah yang disyariahkan dalam Qur’an dan Sunnah.
Tetapi yang perlu dicatat adalah beberapa buku yang memuat tentang
perkonomian sebelum Islam masuk ke periode stagnansi sudah banyak dikarang
oleh para ulama.

1
Ibnu Manzur al Anshari, Lisan al Arab (MD.771)
2
Ibit.M.Nejatullah Siddiqi,Op Cit; hal,34.
3

Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal


tahun 90-an membuat sistem ekonomi kapitalis disanjung sebagai satu-satunya
sistem ekonomi yang sahih, tetapi ternyata sistem ekonomi kapitalis membawa
akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak Negara miskin bertambah miskin
dan Negara kaya yang jumlahnya relative sedikit semakin bertambah kaya.
Dengan kata lain kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak
terutama dinegara-negara berkembang, bahkan menurut joseph E. stiglitz (2006)
kegagalan ekonomi amerika decade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini,
ketidak berhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan
karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan
yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing.3
Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing system ekonomi tersebut
lebih menonjol ketimbang kelebihannya. Itulah yang menyebabkan timbulnya
pemikiran baru tentang system ekonomi Islam/syariah terutama dikalangan
Negara-negara muslim atau Negara-negara yang mayoritas penduduknya
beragama islam. Negara-negara yang berpendudukkan masyarakat muslim
mencoba untuk mewujudkan suatu system ekonomi yang didasarkan pada Al-
quran dan hadits yaitu system ekonomi syariah.
B. Karakteristik dan Nilai Dasar Sistem Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam yang merupakan salah satu bentuk dari sekian
banyak jenis mu’amalah islami tentunya sejalan dan berbanding lurus dengan
kaidah-kaidah Islam. Dari sini bias dipastikan bahwa sistem ekonomi Islam
mempunyai ruh-ruh dan karakteristik tersindiri. Dr. Dawabah menyebutkan
setidaknya ada 5 jenis karakteristik ekonomi Islam, yaitu :4
1. Spirit Ketuhanan (Robbaniyah)
Sebagaimana diketahui bahwa Islam adalah sebuah agama yang merujuk
semua perkaranya kepada Allah dengan konsep ketuhanan. Tidak hanya merujuk,
bahkan segala kegiatan tujuannya adalah perkara yang bersifat ketuhanan.
Tentunya ini sangat berbeda dengan sistem-sistem ekonomi konvensional yang
3
Stigliz. Joseph E. (2006). Dekade Keserakkahan. Era 90’an dan Awal Mula Petaka
Ekonomi Dunia. Serpong
4
4

tujuannya hanya member kepuasan pada diri tanpa merujuk atau bertujuan selain
dari itu.
Maka sebagaimana Islam selalu menanamkan akhlaq dan adab dalam
segala aspek kehidupan diterapkan pula dalam hal interaksi perkonomian. Islam
telah mengajarkan bahwa manusia merupakan pemimpin di muka bumi
sebagaimana firmanNya “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” Kemudian dilanjutkan dengan ayat “Dia Telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.”
Ditambah lagi dengan firmanNya “Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah Telah menjadikan kamu menguasainya.
Jelas penuturan ayat-ayat di atas jelas sudah rujukan serta tujuan dari
sistem ekonomi islam, yaitu sebuah asas ketuhanan. Sehingga nantinya dapat
menciptakan masyarakat yang tentram serta seimbang perkonomiannya.
2. Keseluruhan (syumûliah)
Sistem ekonomi Islam tidak lain merupakan sebuah cakupan dari
ketetapan-ketetapan yang berlaku dalam Islam. Karena Islam merupakan sebuah
sistem yang mengatur segala aspek kehidupan yang masuk di dalamnya aspek
perekonomian. Dengan masuknya ekonomi sebagai salah satu aspek kehidupan
dalam Islam, maka tidak mungkin ada produsen yang memproduksi barang di
dasarkan atas kemauannya saja. Tetapi dia juga pasti mempertimbangkan akan
halal dan haramnya. Para produsen tidak juga memproduksi sesuatu yang
mengandung hal-hal membahayakan konsumen atau lingkungannya. Dan berbagai
perbuatan lainnya akan disesuaikan dengan aspek dan ketentuan yang ada dalam
Islam.
3. Fleksibilitas (murûnah)
Kaidah-Kaidah dalam Islam bersifat shôlihun likulli zamân wa makân.
Dengan bahasa yang mudah dipahami adalah bisa diaplikasikan dalam berbagai
dimensi waktu dan tempat. Tentunya hal itu berkaitan erat dengan tsawabit
(sesuatu yang sudah tetap) serta mutaghayyirat (hal yang masih berubah-ubah)
yang berasaskan hal-hal ushul (pokok) dalam agama dan furu’nya (cabang).
5

Dengan model yang disebutkan tadi berbagai macam kejadian bisa disesuaikan
dengan hukum-hukum fiqh yang ada.
Kaidah-Kaidah dalam Islam bersifat shôlihun likulli zamân wa makân.
Dengan bahasa yang mudah dipahami adalah bisa diaplikasikan dalam berbagai
dimensi waktu dan tempat. Tentunya hal itu berkaitan erat dengan tsawabit
(sesuatu yang sudah tetap) serta mutaghayyirat (hal yang masih berubah-ubah)
yang berasaskan hal-hal ushul (pokok) dalam agama dan furu’nya (cabang).
Dengan model yang disebutkan tadi berbagai macam kejadian bisa disesuaikan
dengan hukum-hukum fiqh yang ada.
Ibnu Taimiyah menyatakan perbuatan seorang hamba itu ada dua jenis:
ibadah yang dengannya orang memperbaiki agama mereka dan adat kebiasaan
yang dibutuhkan di dunia. Ibadah adalah sesuatu hal. Dengan adanya pokok-
pokok syariah, maka kita mengetahui bahwa ibadah yang ditetapkan olehNya
tidak akan sah kecuali dengan ketentuan yang ditetapkan syariah. Adapun adat
adalah hal yang biasa dilakukan oleh manusia di dunia, maka unsur pokoknya
adalah tidak adanya larangan (al ashlu fîhi ‘adamul hazhr) kecuali yang telah
dilarang olehNya.
Dengan kaidah yang disebutkan maka kebanyakan perkara yang ada di
ekonomi Islam berasaskan ibâhah atau al ‘afwu. Maka dari penjelasan singkat Dr.
Rif’at tadi semakin memperluas ranah perkonomian Islam dengan
menganggapnya ada pada asas ibâhah.
4. Keseimbangan (tawâzun)
Berbagai aspek hidupnya selalu berdasarkan keseimbangan antara dua
sisinya. Sebagaimana keseimbangan antara dunia dan akhiratdan juga
keseimbangan antara iman dan perekonomian serta keseimbangan antara boros
dan kikir. Islam juga memberi keselarasan antara kebutuhan rohani dan
kebutuhan materi dengan memberi porsi yang sesuai antara keduanya.
Hal penting lain dari konsep keseimbangan ini adalah sebuah sikap yang
tidak condong pada kapitalis ataupun sosialis. Islam punya kedudukannya sendiri
dalam hal ini, yaitu berada di antara keduanya dengan tidak menafikan
kepemilikan individual ataupun kepemilikan sosial sebagaimana yang akan
6

dibahas lebih dalam di bab lain dari makalah ini. Islam memiliki batasan-
batasannya sendiri antara kepentingan negara dan individual dalam ekonomi
sehingga dapat menyeimbangkan antara keduanya.
Asas dari kepemilikan dalam Islam adalah kepemilikan individual karena
hal itu dianggap sesuatu yang fitrah dalam Islam. Karena kepemilikan individual
ini merupakan pemeran utama dalam kinerja produksi. Sedangkan kepemilikan
umum baru dianggap pada saat-saat tertentu sehingga memaksa negara untuk
turun tangan dalam menyelesaikannya. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan
konsep kapitalisme yang benar-benar meniadakan peran negara dalam mekanisme
ekonomi. ataupun konsep sosialisme membangun asas perkonomian mereka atas
kepemilikan umum yang malah mengurangi gairah untuk berproduksi.
Rumusan kapitalis dan sosialis memang sangat berbeda denga Islam yang
mengatur hubungan antara individual dan negara dalam ranah perkonomian. Islam
menyatakan bahwa keduanya itu saling melengkapi, dimana setiap dari keduanya
mempunyai denah aplikasi masing-masing hingga tidak bertentangan. Selain itu
keduanya merupakan kutub yang saling berhubungan dan tidak berdiri sendiri.
Maka dari itu, pertumbuhan ekonomi dalam Islam menjadi kewajiban negara dan
individual secara bersamaan.
Dengan begini setidaknya batasan antara kebebasan dan intervensi
pemerintah dalam mekanisme ekonomi Islam. Dalam ekonomi Islam, negara
bukanlah suatu unsur yang bertentangan ataupun pengganti dari unsur lain,
melainkan unsur pelengkap. Seperti melakukan hal-hal yang sepertinya agak sulit
dilakukan secara individu layaknya perbaikan jalan, jembatan, dll. Bahkan posisi
negara terkadang menjadi sangat penting layaknya saat kekurangan lembaga
pendidikan atau lembaga kesehatan di suatu daerah.
Jelas sudah bahwa intervensi negara dalam ekonomi Islam tidaklah sesuatu
yang bertentangan dengan kebebasan individual. Bahkan ia menjadi unsur
pelengkap untuk menciptakan maslahat umum. Hal itu bisa disaksikan lagi
dengan adanya kewajiban zakat yang dikeluarkan oleh individual untuk
selanjutnya dikelola oleh negara. Di sini didapati bukan saja keseimbangan antara
negara dan individu, tapi juga keseimbangan dan kemerataan putaran harta.
7

Sehingga pada akhirnya tidak tercipta jurang pemisah yang terlalu lebar antara si
kaya dan si miskin.
5. Keuniversalan (‘âlamiyyah)
Konsep keuniversalan ini sudah ada sejak diutusnya Rasul ke atas bumi,
karena tidak lain diutusnya Rasul adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Keuniversalan ekonomi Islam semakin terasa jelas setelah datangnya krisis global
yang melanda AS dan belahan negara lain pada tahun 2008. Karena sejak saat itu
beberapa negara barat mulai menerapkan ekonomi Islam. Bahkan salah satu yang
pertama kali menerapkannya adalah vatikan sendiri sebagaimana yang ditegaskan
dalam salah satu surat kabar resmi milik mereka yang bernama L’osservatore
Romano edisi 6 Maret 2009.
Selain itu Vincent Beaufils pimpinan redaksi Challenge, sebuah majalah
Prancis menuliskan sebuah artikel yang mempertanyakan moral dalam sistem
ekonomi kapitalis. Hal itu tak jauh beda dengan yang diucapkan Roland Laskine,
pemimpin redaksi majalah Le Journal des Finance. Dia menuliskan sebuah artikel
berjudul “apakah Wall Street siap untuk menerima prinsip-prinsip hukum Islam?”
Tulisan ini bermula dari pendapat dia tentang pentingnya penerapan hukum Islam
di ranah perkonomian untuk meredam krisis yang terjadi di penjuru dunia.
Nilai – nilai dasar sistem ekonomi Islam adalah :
1. Nilai dasar kepemilikan
Menurut sistem ekonomi Islam, pemilikan bukanlah penguasaan mutlak
atas sumber – sumber ekonomi, tetapi kemampuan untuk memanfaatkannya.
Kepemilikan dalam ekonomi Islam dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Kepemilikan Umum
Kepemilikan umum meliputi semua sumber, baik yang

keras, cair maupun gas, minyak bumi, besi, tembaga, emas, dan

temasuk yang tersimpan di perut bumi dan semua bentuk energi,

juga industri berat yang menjadikan energi sebagai komponen

utamanya.
8

b. Kepemilikan Negara

Kepemilikan Negara meliputi semua kekayaan yang

diambil Negara seperti pajak dengan segala bentuknya serta

perdagangan, industri, dan pertanian yang diupayakan Negara

diluar kepemilikan umum, yang semuanya dibiayai oleh Negara

sesuai dengan kepentingan Negara.

c. Kepemilikan Individual

Kepemilikan ini dapat dikelola oleh setiap individu atau

setiap orang sesuai dengan hukum atau norma syariat.

2. Nilai dasar keseimbangan


Keseimbangan merupakan nilai dasar yang mempengaruhi aspek tingkah
laku ekonomi seorang muslim. Asas keseimbangan ini misalnya terwujud dalam
kesederhanan, hemat dan menjahui keborosan. Nilai dasar keseimbangan ini harus
dijaga sebaik- baiknya bukan saja antara kepentingan dunia dengan kepentingan
akhirat dalam ekonomi, tetapi juga keseimbangan antara perorangan dan
kepentingan umum.
3. Nilai dasar keadilan
Kata adil adalah kata yang terbanyak yang disebutkan dalam Al-Qur’an
(lebi dari satu kali), setelah perkataan Allah dan ilmu pengetahuan. Karena itu
dalam Islam, keadilan adalah titik tolak, sekaligus proses dan tujuan semua
tindakan manusia.
4. Nilai dasar kebebasan
Dalam sistem ekonomi Islam, masalah kebebasan ekonomi adalah tiang
pertama dalam struktur pasar Islam. Kebebasan didasarkan atas ajaran-ajaran
fundamental Islam atau dengan kata lain nilai dasar kebebasan merupakan
konsekuensi logis dari ajaran tauhid dimana dengan pernyataan tidak ada tuhan
selain Allah, artinya manusia terlepas dariikatan perbudakan baik oleh alam
maupun oleh manusia itu sendiri.
9

C. Sistem Perkonomian dalam Islam


Pada sistem ekonomi Islam terdapat beberapa asas sistem ekonomi Islam
yang dikemukakan oleh Zullum (1983), Az-Zain (1981), An-Nabhaniy (1990),
dan Abdullah (1990), yaitu:
1. Kepemilikan (Al-Milkiyyah)
Pada asas pertama yaitu kepemilikan telah diuraikan pada prinsip dasar
ekonomi Islam, dan sesungguhnya pemilik kepemilikan harta itu adalah Allah
SWT dan sekaligus Dzat yang memiliki kekayaan tersebut, seperti dalam surat
An-N {24} : (33).
2. Pengelolaan Kepemilikan (At-Tasharrufi Al-Milkiyyah)
Secara garis besar, pengelolaan kepemilikan mencakup kepada dua
kegiatan yaitu:
a. Pembelanjaan Harta
Pembelanjaan harta adalah "pemberian harta tanpa adanya
kompensasi", dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam
memberikan tuntunan bahwa harta tersebut pertama-tama haruslah
dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infaq fi
sabilillah, membayar zakat, dan lainnya. Kemudian nafkah sunnah seperti
sodaqoh, hadia, dan lainnya. Dan setelah itu dimanfaatkan untuk hal-hal
yang mubah, dan hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk hal-
hal terlarang seperti untuk membeli barang haram, minuman keras, dan
lainnya.
b. Pengembangan Harta
Pengembangan harta adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta
yang telah dimiliki. Seorang Muslim yang ingin mengembangkan harta
yang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan
pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan
pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja
sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun
perdagangan. Selain itu, Islam juga melarang pengembangan harta yang
terlarang seperti jalan aktifitas riba, judi, serta aktifitas terlarang lainnya.
10

3. Distribusi Kekayaan ditengah- tengan Manusia


Karena distribusi kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka
Islam memberikan juga berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini.
Mekanisme distribusi kekayaan terwujud dalam sekumpulan hukum syara' yang
ditetapkan untuk menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu
rakyat. Mekanisme ini dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebab-sebab
kepemilikan serta akad-akad mu'amalah yang wajar.
Namun demikian, perbedaan potensi individu dalam masalah kemampuan
dan pemenuhan terhadap suatu kebutuhan, bisa menyebabkan perbedaan distribusi
kekayaan tersebut diantara mereka. Selain itu perbedaan antar masing-masing
individu mungkin saja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam distribusi
kekayaan. Kemudian kesalahan tersebut akan membawa konsekuensi
terdistribusikannya kekayaan kepada segelintir orang saja, sementara yang lain
kekurangan, sebagaimana yang terjadi akibat penimbunan alat tukar yang fixed,
seperti emas dan perak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem ekonomi Islam tidak sama dengan sistem-sistem ekonomi
yang lain. Ia berbeda dengan sistem ekonomi yang lain. Ia bukan
dari hasil ciptaan akal manusia seperti sistem kapitalis dan komunis.
Ia adalah berpandukan wahyu dari Allah SWT.
2. Sistem ciptaan akal manusia ini hanya mengambil kira perkara-
perkara lahiriah semata-mata tanpa menitikberatkan soal hati, roh
11

dan jiwa manusia. Hasilnya, matlamat lahiriah itu sendiri tidak


tercapai dan manusia menderita dan tersiksa kerananya. Berlaku
penindasan, tekanan dan ketidakadilan. Yang kaya bertambah kaya
dan yang miskin bertambah miskin. Ekonomi Islam pula.sangat
berbeda.

B. Saran
Sistem Ekonomi Islam merupakan perwujudan dari paradigma Islam.
Pengembangan Sistem Ekonomi Islam bukan untuk menyaingi sistem ekonomi
kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu
sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi
kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada.
Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup
manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan
di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat
Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak
hanya sekedar dapat memnuhi kebutuhan hidup secara limpah ruah di dunia,tetapi
juga dapat memenuhi kebutuhan sebagai bekal di akhirat nanti.jadi harus ada
keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan di dunia maupun di akhirat nanti
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai