Dosen Pengampu:
Dian Febriyani, M.E.Sy.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Alfianti Rossy Rostiani / 201130142
Dinda Safitri / 201130163
M. Fauzan Hilmani / 201130167
Tri Mulia Watie / 201130147
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat Kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengertian dan Macam-Macam Sistem Ekonomi”. Kemudian shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Ekonomi Islam.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada Ibu Dian
Febriyani, M.E.Sy. selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar Ekonomi Islam, dan kepada
teman-teman yang telah memberikan masukan.
Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pada pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
C. Tujuan Makalah……...……………………….………………………........………... 1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Sistem Ekonomi..........................................…………………..................................... 2
B. Macam-Macam Sistem Ekonomi..……………………............................................... 9
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekonomi islam, semakin populer bukan hanya di negara-negara islam bahkan juga
di negara-negara barat. Terbukti dengan ditandai semakin banyaknya bank-bank yang beroperasi
menerapkan konsep Islam. Ini membuktikan bahwa nilai-nilai islam yang diterapkan dalam
perekonomian bisa diterima diberbagai kalangan, karena sifatnya yang universal dan tidak
eksklusif. Dasar-dasar ekonomi islam sudah ada sejak lama, yaitu sejak zaman Nabi Muhammad
SAW yang menerapkan etika dalam berdagang. Perkembangannya terhenti karena menguatnya
kelompok sosialis dan kapitalis di Eropa.
Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien, maka setiap tipe dan lapisan
masyarakat harus terwadahi keinginannya dalam berinvestasi dan berusaha, sesuai dengan
kemampuan dan keinginan mereka. Sistem keuangan Islam harus memfasilitasi hal tersebut.Hal
demikian sesuaidengan ajaran Islam yang memang diperuntukkan sekalian alam. Institusi
keuangan belum dikenal secara jelas dalam sejarah Islam1.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian sistem ekonomi
2. Macam-macam sistem ekonomi
3. Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui perkembangan ekonomi Islam
2. Memahami tentang prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam
3. Mengetahui arti dari sistem ekonomi
BAB II
1
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta, Ekonmisia, 2004), h. 7
1
PEMBAHASAN
A. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan yang berdampak
pada kehidupan masyarakat baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Dari definisi diatas memiliki beberapa sifat penting yaitu; (1) suatu proses, yang
merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus; (2) sesuatu yang dapat merubah
tingkat penghidupan masyarakat. Pendapat lain juga menegaskan bahwa sistem ekonomi
adalah cara suatu bangsa atau negara dalam menjalankan perekonomianya.
Beberapa pendapat para ahli yang terkait dengan sistem ekonomi antara lain:
1) Chester A Bemand, mengatakan bahwa:
”Sistem ekonomi adalah suatu kesatuan yang terpadu yang secara kolestik yang di
dalamnya ada bagian-bagian dan masing-masing bagian itu memiliki ciri dan batas
tersendiri”
2) Dumatry (1996), mengatakan bahwa:
“Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin
hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu
ketahanan”.
3) Gregory Grossman and M. Manu, mengatakan bahwa:
“Sistem ekonomi adalah sekumpulan komponen-komponen atau unsur-unsur yang
terdiri dari atas unit-unit dan agen-agen ekonomi, serta lembaga-lembaga
ekonomi yang bukan saja saling berhubungan dan berinteraksi melainkan juga sampai
tingkat tertentu yang saling menopang dan mempengaruhi.”
4) M. Hatta, mengatakan bahwa:
“Sistem ekonomi yang baik untuk diterapkan di Indonesia harus
berdasarkan atas asas kekeluargaan”
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat, simpulkan bahwa sistem
ekonomi bukan hanya sebagai sekumpulan komponen atau unit perekonomian tetapi
merupakan sebuah penerapan yang dikembangkan oleh seperangkat masyarakat yang
masing-masing memiliki ciri dan batas-batas tersendiri.
2
produksi, distribusi, konsumsi, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam
peraturan perundang-undangan Islam (sunnatullah). Bagian ini memberikan penjelasan secara
garis besar ‘bangunan’ dari sistem ekonomi Islam.
Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam menurut Umer Chapra (2001), adalah sebagai
berikut.
1. Prinsip Tauhid. Tauhid adalah fondasi keimanan Islam. Ini bermakna bahwa segala
apa yang ada di alam semesta ini didesain dan diciptakan dengan sengaja oleh Allah
SWT, bukan kebetulan dan semuanya pasti memiliki tujuan. Tujuan inilah yang
memberikan signifikansi dan makna pada eksistensi jagat raya, termasuk manusia
yang menjadi salah satu penghuni di dalamnya.
2. Prinsip Khalifah. Manusia merupakan khalifah Allah SWT di muka bumi dengan
dibekali perangkat, baik jasmani maupun rohani untuk berperan secara efektif sebagai
khalifah-Nya. Implikasi prinsip ini adalah: (a) persaudaraan yang universal; (b)
sumber daya adalah amanah; (c) gaya hidup sederhana; (d) kebebasan manusia.
3. Prinsip Keadilan. Keadilan adalah salah satu misi utama ajaran Islam. Implikasi
prinsip ini adalah: (a) pemenuhan kebutuhan pokok manusia; (b) sumber-sumber
pendapatan yang halal dan thayyib; (c) distribusi pendapatan dan kekayaan yang
merata; (d) pertumbuhan dan stabilitas.
Sistem ekonomi Islam mengalami perkembangan sejarah baru pada era modern. Menurut
Khursid Ahmad, ada empat tahapan perkembangan dalam wacana pemikiran ekonomi Islam,
yaitu sebagai berikut.
1. Tahap pertama, dimulai ketika sebagian ulama yang tidak memiliki pendidikan formal dalam
bidang ekonomi, tetapi memiliki pemahaman terhadap persoalan sosio-ekonomi pada masa
itu mencoba untuk menuntaskan persoalan bunga. Mereka berpendapat bahwa bunga bank itu
haram dan kaum Muslim harus meninggalkan hubungan apa pun dengan perbankan
konvensional.
Masa itu dimulai sekitar pertengahan dekade 1930-an dan mengalami puncak kemajuannya
pada akhir dekade 1950-an dan awal dekade 1960-an. Tahapan ini memang masih bersifat
prematur dan trial error sehingga dampaknya masih sangat terbatas. Meskipun demikian,
tahap ini telah membuka pintu lebar bagi perkembangan selanjutnya.
2. Tahap kedua, dimulai pada akhir dasawarsa 1960-an. Pada tahap ini para ekonom Muslim
yang pada umumnya dididik dan dilatih di perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat
dan Eropa, mulai mencoba mengembangkan aspek-aspek tertentu dari sistem moneter Islam.
Mereka melakukan analisis ekonomi terhadap larangan riba (bunga) dan mengajukan
alternatif perbankan yang tidak berbasis bunga.
Pada tahap kedua ini, muncul ekonom Muslim terkemuka, antara lain Khursid Ahmad, Umer
Chapra, M.A. Mannan, Omar Zubair, dan lainnya. Mereka ekonom Muslim yang dididik di
Barat, tetapi sangat memahami bahwa Islam sebagai way og life yang integral dan
komprehensif memiliki sistem ekonomi tersendiri yang jika diterapkan dengan baik akan
membawa umat Islam pada kedudukan yang berwibawa di mata dunia.
3
3. Tahap ketiga, ditandai dengan upaya-upaya konkret untuk mengembangkan perbankan dan
lembaga-lembaga keungan nonriba dalam sektor swasta dan dalam sektor pemerintah. Tahap
ini merupakan sinergi konkret antara usaha intelektual dan material para ekonom, pakar,
bankir, pengusaha, dan usahawan Muslim yang memiliki kepedulian pada perkembangan
ekonomi Islam. Pada tahap ini mulai didirikan bank-bank Islam dan lembaga investasi
berbasis nonriba dengan konsep yang lebih jelas dan pemahaman ekonomi yang lebih mapan.
Bank Islam yang pertama kali didirikan adalah Islamic Development Bank (IDB) pada tahun
1975 di Jeddah, Saudi Arabia.
4. Tahap keempat, ditandai dengan pengembangan pendekatan yang lebih integratif dan
sophisticated untuk membangun keseluruhan teori dan praktik ekonomi Islam, terutama
lembaga keuangan dan perbankan yang menjadi indikator ekonomi umat.
4
Hak milik negara pada asalnya dapat berupa hak milik umum atau individu, tetapi hak
pengelolaannya menjadi wewenang pemerintah. Berbeda dengan hak milik umum, hak milik
negara ini dapat dialihkan menjadi hak milik individu jika memang kebijakan negara
menghendaki demikian. Akan tetapi, hak milik umum tidak dapat dialihkan menjadi hak milik
individu, meskipun ia dikelola oleh pemerintah.
5
akan mau memberikan suatu miliknya jika ia mendapatkan imbalan yang sesuai dengan
keinginannya. Mekanisme inilah yang kemudian dikenal dengan mekanisme pasar.
Dalam pandangan Islam, insentif individualistik diakomodasi sebatas tidak bertentangan
dengan kepentingan sosial dan kepentingan suci (ibadah). Oleh karena itu, mekanisme pasar
tidak cukup untuk pemenuhan ketiga insentif tersebut. Kebebasan individu yang harmoni dengan
kebutuhan sosial dan moralitas Islam akan terwujud dalam suatu mekanisme pasar yang
mengedepankan aspek moralitas dan kerja sama. Ibn Taimiyah menyebutkan mekanisme ini
dengan istilah ‘pasar yang adil’ atau gabungan antara persaingan dan kerja sama (coopetition).
Mekanisme pasar diberikan ruang gerak untuk penentuan harga, namun masyarakat dan syariah
Islam tetap berperan mengontrol jalannya pasar sehingga masyarakat yang adil dan harmoni bisa
terwujud. Dengan demikian, makanisme pasar murni bukanlah menjadi kendali perilaku pada
pelaku ekonomi, namun pasar juga dikendalikan oleh pemerintah dan masyarakat (citizenship)
dalam upaya mencapai keadilan dan mashlahah maksimum.
Jika dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya, ekonomi Islam tidak berbeda dalam
hal hasil yang tampak, atau mekanisme pasarnya, namun perbedaan ini dilatarbelakangi oleh
adanya perbedaan konsep kepemilikan, insentif dan mekanisme pengambilan keputusan.
5
QS An-Nisa/4: 29. QS Al-Baqarah/2: 275.
6
kondisi ekonomi masyarakat lebih luas. Dalam situasi yang bersaing sempurna (perfect
competition market), tak ada seorang pelaku pun yang secara individual dapat mengendalikan
mekanisme pasar. Allah SWT lah uang mengatur naik turunnya harga6.
Penghargaan yang tinggi ini telah dibuktikan dalam sejarah yang panjang kehidupan
ekonomi masyarakat muslim awal, di mana pasar memegang peranan yang penting.
Perekonomian masyarakat Muslim pada masa Rasulullah SAW adalah perekonomian yang
menjunjung tinggi mekanisme pasar. Pada saat awal perkembangan Islam di Makkah,
masyarakat Muslim mendapat tantangan dan tekanan yang berat dari masyarakat Makkah
(terutama suku Qurasy) sendiri sehingga kegiatan utama Rasulullah SAW adalah berjuang
mempertahankan diri, berdakwah, dan terus berdakwah.
Akan tetapi, Islam menolak konsep pasar dalam bentuk persaingan bebas tanpa batas
sehingga mengabaikan norma dan etika. Pasar yang seperti ini tidak akan mampu merealisasikan
tujuan mencapai falah, bahkan mungkin akan mendistorsinya. Dalam pasar yang Islami, para
pelaku pasar didorong oleh semangat persaingan untuk meraih kebaikan (fastabiqul khairat)
sekaligus kerja sama dan tolong-menolong (ta’awun) dalam bingkai nilai dan moralitas Islam.
Pasar yang Islami adalah sebuah free co-opetition market7. Pasar akan menjadi arena perniagaan
komoditas yang halalan toyyiban saja sehingga yang haram harus ditinggalkan. Transaksi yang
mengandung riba, perjudian, alcohol, daging babi, dan komoditas haram lainnya tidak akan
terdapat dalam pasar. Aktivitas pasar juga harus mencerminkan persaingan yang sehat (fair
play), kejujuran (honesty), keterbukaan (tranparancy), dan keadilan (justice) sehingga harga
yang tercipta adalah harga yang adil (just price). Dengan kata lain, pasar ini tidak mengandung
deviasi dari nilai dan moralitas Islam.
6
Harga pasar diatur oleh tangan Tuhan (God Hand), sebagaimana sunnah Nabi, “Allah itu sesungguhnya adalah
penentu harga penahan, pencurah, serta pemberi rezeki. Aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku di mana
salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kedzaliman dalam hal darah dan harta” (HR. Tirmidzi dan Ibnu
Majah)
7
Co-epetition merupakan singkatan dari cooperation sekaligus competition.
7
Islam tidak dapat dilakukan hanya dengan membiarkan pasar bekerja secara alamiah, meskipun
para pelaku pasar adalah Muslim sekalipun. Pemerintah juga memiliki peranan penting dalam
menyediakan barang dan fasilitas publik, mengatasi masalah eksternalitas, dan berbagai masalah
ekonomi lain yang memang tidak bisa diselesaikan melalui mekanisme pasar. Dalam
menjalankan tugas-tugas tersebut, pemerintah dapat bertindak sebagai perencana, pengawas,
pengatur, produsen, sekaligus konsumen bagi aktivitas pasar.
Dalam ajaran Islam pemenuhan kebutuhan dasar cerita serta pemerataan distribusi
pendapatan dan kekayaan bukan hanya tugas individual masyarakat, tetapi juga merupakan
kewajiban kolektif seluruh masyarakat. Setiap individu harus berusaha untuk memenuhi
kebutuhan dirinya, keluarganya, kerabatnya, tetangganya, dan seluruh masyarakat sesuai dengan
kemampuannya. Negara memiliki perangkat dan sumber daya -termasuk keuangan- untuk
memberikan jaminan ini.
Pemerintah juga memiliki kelemahan-kelemahan (government failure). Beberapa
kelemahan dari pemerintah antara lain: (1) pemerintah sering kali tidak berhasil mengidentifikasi
dengan tepat kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya sehingga formulasi kebijakannya juga
tidak tepat; (2) pemerintah seringkali juga memiliki banyak masalah struktural yang dapat
menghambat efektivitas dan efesien kebijakan, misalnya masalah bikrokrasi; (3) keterlibatan
pemerintah seringkali menimbulkan pengaturan yang berlebihan terhadap aktivitas
perekonomian sehingga justru menghambat mekanisme pasar; dan (4) intervensi pemerintah
yang berlebihan dapat mengurangi bekerjanya mekanisme penyesuaian otomatis dari pasar
sehingga pasar tidak dapat berjalan dengan alamiah. Berbagai kegagalan pemerintah ini
meneguhkan pentingnya peran aktif dari masyarakat secara langsung.
8
Winardi, Kapitalisme Versus Sosialisme
9
Dumairy, Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996
9
memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi hasil
produksi.
Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah yang mengatur faktor-
faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan.
Ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu komunisme dan sosialisme.
Sebagai wujud pemikiran Karl Marx, komunisme adalah sistem yang mengharuskan pemerintah
memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi. Namun, lanjutnya, kepemilikan pemerintah
atas faktor-faktor produksi tersebut hanyalah sementara. Ketika perekonomian masyarakat
dianggap telah matang, pemerintah harus memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada
para buruh.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu sistem ekonomi tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan falsafah,
pandangan, dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak. Sistem ekonomi yang
ditetapkan di Indonesia atau berlangsung di Indonesia sering menjadi pertanyaan atau
perdebatan dalam masyarakat.
Sistem ekonomi konvensional boleh dikatakan sebagai sistem ekonomi yang
sudah dipraktikan secara meluas dalam sebuah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
dapat dikatakan bahwa sistem ekonomi konvensional dapat ditentukan oleh manusia
dalam sebuah masyarakat yang tidak mempunyai kepintaran dan boleh berubah
mengikuti ketentuan masyarakat. Sistem ini merupakan sistem manusia yang tidak tetap
dan berbeda dengan sistem Islam yang mempunyai kepiawaian yang tetap, yaitu
bersumber pada wahyu dalam semua bidang termasuk ekonomi.
B. Saran
Dengan kerendahan hati penulis, penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca, penulis harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah yang akan datang.
Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
11
http://repository.uinbanten.ac.id/5629/2/Naskah%20Perbandingan%20Sistem%20Ekonomi.pdf
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JESI/article/view/132/130
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia, (2015). Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali
Pers.
M. Nur Rianto Al Arif, (2020). Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik. Bandung:
Pustaka Setia.
12