Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas PROPOSAL PERBANDINGAN EKONOMI ISLAM DAN
KONVENSIONAL Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada NUR”AINI.S.E.,M.E selaku
dosen yang telah memberikan materi selama kuliah berlangsung. Saya juga berterima kasih
kepada orang tua saya yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, juga kepada teman-
teman saya yang memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung. Tentunya saya
berharap dapat memenuhi apa yang menjadi ttugas ini, juga telah bermanfaat bagi diri saya
sendiri karena menambah ilmu dalam bidang kewirausahaan. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya berharap kritik dan saran yang
membangun dari dosen terkait, guna menyempurnakan tugas ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekonomi yang dikenal oleh masyarakat secara global adalah sistem ekonomi
Konvensional dan sosialis. Kedua sistem ini telah mampu meningkatkan kemakmuran
rakyat dinegara yang menggunakan kedua sistem ekonomi tersebut. Sistem Konvensional
dipengaruhi oleh semangat mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan sumber
daya yang terbatas. Usaha Konvensional Ini didukung oleh nilai-nilai kebebasan untuk
memenuhi kebutuhan. Kebebasan ini mengakibatkan tingginya persaingan diantara
sesamanya untuk bertahan. Sistem ekonomi Konvensional memiliki beberapa
kecenderungan antara lain: kebebasan memiliki harta secara perorangan, kebebasan
ekonomi dan persaingan bebas, serta ketimpangan ekonomi.
Persoalan yang dihadapi umat manusia adalah munculnya suatu pandangan yang
menempatkan aspek material yang bebas dari dimensi Nilai pada posisi yang dominan.
Pandangan hidup yang berpijak pada ideology materialism inilah yang kemudian
mendorong perilaku manusia menjadi pelaku ekonomi yang hedonistik, sekularistik dan
materialistik. Dampak yang ditimbul dari cara pandang inilah yang kemudian membawa
malapetaka dan bencana dalam kehidupan social masyarakat seperti eksploitasi dan
perusakan lingkungan hidup, disparitas pendapatan dan kekayaan antar golongan dalam
masyarakat dan antar Negara di dunia,lunturnya sikap kebersamaan dan persaudaraan,
timbulnya penyakit - penyakit sosial, timbulnya revolusi social yang anarkhis dan
sebagainya penelitian.
Ada tiga sistem ekonomi yang ada dimuka bumi ini yaitu Konvensional, sosialis dan Mix
Economic. Sistem ekonomi tersebut merupakan sistem ekonomi yang berkembang
berdasarkan pemikiran barat. Selain itu, tidak ada diantara sistem ekonomi yang ada secara
penuh berhasil diterapkan dalam perekonomian di banyak negara. Sistem ekonomi sosialis
atau komando hancur dengan bubarnya Uni Soviet. Dengan hancurnya komunisme dan
system ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat system Konvensionalme
disanjung sebagai satu - satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata,system
ekonomi Konvensional membawa akibat negative dan lebih buruk,karena banyak negara
miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relative sedikit semakin kaya
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang
menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan Negara
- negara muslim atau negara - negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam
yaitu system ekonomi syariah. Negara - negara yang penduduknya mayoritas Muslim
mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan
Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada
zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang
didasarkan pada Al Quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi
Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Disinilah Islam melontarkan kritik terhadap sistem ekonomi Konvensional yang
bertanggung jawab terhadap perubahan arah,pola dan struktur perekonomian dunia
sekarang ini. Perlu ada suatu kajian yang intensif dalam memberikan alternatif pandangan,
rumusan dan strategi. Pembangunan ekonomi yang lebih humanistic dengan
menggaliinspirasi nilai-nilaiyang terkandung dalam al-Qur’an,hadits dan sunnah,serta
khasanah pemikiran para cendekiawan muslim Namun tulisan ini tidak bermaksud untuk
menjawab permasalahan itu semua melainkan hanya sedikit memberikan gambaran
perbandingan antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam, paling tidak menurut para
sarjana atau ekonom muslim.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya tujuan disusunnya karya tulis
ini disamping memenuhi tugas kuliah juga :
1. Mengetahui konsep, tujuan, karakteristik, dan prinsip-prinsip ekonomi islam
2. Menguraikan sistem ekonomi Konvensional
3. Mendapatkan perbandingan antara sistem ekonomi islam dan ekonomi
konvensional
C. Manfaat
Sebagaimana tujuan penulisan, manfaat utama dari penyusunan karya tulis ini antara lain :
1. Penulis : memberikan pemahaman penting mengenai perbedaan antara sistem
ekonomi islam dengan sistem ekonomi konvensional.
2. Pembaca : tidak hanya memberikan pemahaman ekonomi pada umumnya tetapi
membantu memahami konsep ekonomi islam yang saat ini telah berkembang
3. Dosen : memberikan penilaian terhadap aktivitas mahasiswa sepanjang penyusunan
karya tulis terutama dari segi pembahasan, penyajian, presentasi, dan pemahaman
pada mata kuliah Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
D. PEMBAHASAN
Ekonomi Islam sebagai suatu ilmu pengetahuan lahir melalui proses keilmuan yang panjang.
Ekonomi Islam dapat menjadi suatu sistem ekonomi alternatif yang mampu meningkatkan
kesejahteraan umat, tidak seperti sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang telah terbukti tidak
mampu meningkatkan kesejahteraan dari umat.
Dawan Raharjo (1999) memilih istilah ekonomi Islamdalam tiga kemungkinan pemaknaan
tersebut.
a. Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran Islam.
b. Ekonomi Islam adalah suatu sistem. Sistem menyangkut pengaturan, yaitu pengaturan
kegiatan ekonomi masyarakat atau negara berdasarkan cara atau metode tertentu.
c. Ekonomi Islam dalam pengertian perekonomian umat Islam.
Definisi ekonomi Islam juga dikemukakan oleh Umer Chapra (2001) bahwa ekonomi Islam
diartikan sebagai “cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia
melalui alokasi dan distribusi sumber daya alam yang langka yang sesuai dengan maqashid,
tanpa mengekang kebebasan individu untuk menciptakan keseimbangan makroekonomi dan
ekologi yang berkesinambungan, membentuk solidaritas keluarga, sosial, dan jaringan moral
masyarakat”.
Muhammad Abdul Manan, berpendapat bahwa
“ilmu ekonomi Islam dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial yang memepelajari
masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nialai-nilai Islam.”
Akan tetapi, secara umum ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai prilaku individu muslim
dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam, dalam
rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta).
Nilai-nilai filosofis yang ada dalam ekonomi Islam merupakan pondasi dari munculnya prinsip-
prinsip ekonomi Islam yang menjadi acuan dalam seluruh aktivitas ekonomi dalam Islam.
Berikut beberapa prinsip dari ekonomi Islam yang ditawarkan oleh M.A. Choudhury (1986),
yaitu sebagai berikut:
a. Tauhid dan persaudaraan.
Tauhid adalah konsep yang menggambarkan antara manusia dengan Tuhannya. Segala
aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang Muslim akan sangat terjaga karena ia
merasa bahwa Allah SWT. akan selalu melihat apa yang dilakukannya. Sementara
konsep persaudaraan atau yang bisa dikenal sebagai ukhuwah Islamiyah memberikan
makna persaudaraan dan kerja sama yang tulus antara sesama Muslim dalam aktivitas
ekonomi. Hal tentang ketauhidan dapat dijelaskan dalam firman Allah SWT. pada Q.S.
Al-Hadid ayat 4, Artinya: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa:
Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam
bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan”.( Q.S. Al- Hadid:4).
b. Bekerja dan produktivitas.
Dalam ekonomi Islam individu dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin dengan
tingkat produktivitas kerja yang tinggi dengan tujuan memberikan yang terbaik bagi
kemaslahatan umat. Hasil pekerjaan ini harus dikompensasi secara layak sesuai dengan
standar kehidupan yang layak. Artinya: “bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. at-Taubat:105).
c. Distribusi kekayaan yang adil.
Mekanisme pendistribusian kekayaan dalam Islam adalah melalui mekanisme zakat.
Proses mekanisme zakat mampu melakukan redistribusi kekayaan dari pihak kaya kepada
pihak miskin. Artinya: “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Dan berdo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’amu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui.” (Q.S. at-Taubah: 103).
Prinsip-prinsip di atas bertujuan untuk mengatur dan memberikan arahan atau pencerahan
agar umat manusia tidak terjebak kepada soal kegiatan ekonomi
yang salah atau keliru.
Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar dalam
Islam, yaitu Tauhid dan berdasarkan rujukan pada Al-Qur‟an dan Sunnah adalah:
a). Memenuhi kebutuhan dasar manusia, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
b). Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua oran
.c. Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan dana distribusi
pendapatan dan kekayaan di masyarakat.
d). Memastikan kepada setiap orang kebebasan untk mematuhi nilai-niali moral.
e). Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai ajaran yang komprehensif, hukum ekonomi Islam dibangun atas dasar kaidah ushul
fiqh mu‟amalah, qawa‟id, dan falsafak hukum Islam. Dengan demikian sebagian besar ekonom
muslim memahami ekonomi Islam sebagai suatu teori dan praktek ekonomi yang menghindari
segala transaksi yang mengandung dengan riba‟ (bunga), maisir (judi) dan gharar (spekulasi),
menghindari dilakukannya peningkatan kesejahteraan seseorang dengan cara yang bathil atau
merugikan orang lain, menekankan pada aspekk keadilan dari pada efisiensi, dan berupaya
mewujudkan kesejahteraan sosial yang didukung oleh zakat dan amal sholeh lainnya. Berikut
sumber hukum yang digunakan dalam kegiatan ekonomi yang berdasarkan syari‟at Islam:
a). Al-Qur’an, Sumber hukum Islam yang abadi dan asli adalah kitab suci Al-Qur‟an. Al-
Qur‟an adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syari‟ah. Al-qur‟an juga memberikan
hukum-hukum ekonomi yang sesuai dengan tujuan dan cita-cita ekonomi Islam yang dapat
menciptakan kestabilan dalam perekonoian.
b). Hadits dan Sunnah, Hadits dan sunnah merupakan tuntunan pelengkap setelah Al-Qur‟an
yang menjadi pedoman hidup umst muslim dalam setiap tingkah lakunya. Keduanya merupakan
sumber hukum dari setiap pengambilan keputusan dalam ilmu ekonomi Islam. Hadits dan sunnah
merupakan salah satu sumber hukum yang menjadi acuan setelah Al-Qur‟an.
c). Ijma’, Ijma‟ sebagai sumber hukum ketiga yang merupakan konsensus, baik dari masyarakat
maupun cendikiawan agama. Ijma‟ adalah prinsip hukum baru yang timbul sebgai akibat dari
penalaran atas setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi.
d). Ijtihad dan Qiyas, secara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan
sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Sedangkan Qiyas menurut ulama ushul
adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur‟an dan Hadits dengan cara
membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.
A. Kompensasi
1. Definisi Kompensasi
Kompensasi merupaka salah satu fungsi yang penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM). Karena kompensasi merupakan salah satu aspek yang paling sensitif didalam
hubungan kerja. Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-nilai
kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.8
Didalam buku Edy Sutrisno, menurut Handoko (1992), yang dimaksud dengan “kompensasi
adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.”9
Apabila kompensasi yang diterima setiap karyawan sesuai dngan jumlah yang diharapkan dari
pekerja itu, maka dapat disebut telah mencapai tingkat kepuasan kerja sekaligus merasa telah
tercipta rasa keadilan di dalam hubungan kerja.
Untuk lebih jelasnya definisi kompensasi ada 3 pendapat menurut para ahli, yaitu sebagai
berikut:
Malayu S.P. Hasibuan, “kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
langsung atau tidak langsung yang diterima pegawai sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan.”
William B. Warther dan Keith Davis,
“kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang
diberiknnya. Baik upah per jam ataupun gaji periodik didesain dan dikelola oleh bagian
personalia.”
Andrew F. Sikula, “kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap
sebagai suatu balas jasa atau ekuivalen.”10
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa kompensasi merupakan segala
bentuk imbalan atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan dan diterima oleh pegawai atas
kerja yang telah dilakukan.
3. Jenis-Jenis Kompensasi
Kompensasi (compensation) merupakan pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect), berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai balas jasa yang diberikan
kepada perusahaan.
a) Kompensasi Langsung (direct)
Menurut Nawawi, “kompensasi tidak langsung adalah program pemberian penghargaan atau
ganjaran dengan variasi yang luas, sebagai bagian keuntungan organisasi atau perusahaan.”
Handoko (2001: 185) “menggolongkan kompensasi tidak langsung menjadi beberapa bagian,
yaitu; pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja, perlindungan ekonomis terhadap bahaya,
program pelayanan pegawai, dan pembayaran kompensasi yang ditetapkan secara legal.
4. Tujuan Kompensasi
Tujuan kompensasi pada tiap-tiap perusahaan berbeda, hal ini tentunya tergantung pada
kepentingan perusahaan. Tujuan kompensasi dapat dikatakan sebagai salah satu motivasi
atau perangsang yang diberikan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja
karyawan. Tujuan kompensasi antara lain:
a). Ikatan kerja sama, dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik,
sedangkan pengusaha atau majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang
disepakati.
b). Kepuasan kerja, dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik, status sosial, dan egoisnya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya
c). Pengadaan efektif , jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan
yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah
d). Motivasi, jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi
bawahannya.
e). Stabilitas karyawan, dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn-over relatif
kecil.
f). Disiplin, dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin
baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan- peraturan yang berlaku.
g). Pengaruh serikat buruh, dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan konsentrasi pada pekerjaannya.
h). Pengaruh pemerintah, jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan
yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah dapat
dihindarkan.
5. Indikator-Indilkator Pemberian Kompensasi
Hasibuan (2007: 120) menjelaskan bahwa kebutuhan yang dipuaskan dengan bekerja
antara lain sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisik dan keamanan
Kebutuhan fisik dan keamanan menyangkut
kepuasan kebutuahn fisik atau biologis, seperti makan, minum, tempat tinggal, dan
semacamnya, disamping kebutuhan rasa aman dalam menikmatinya.
2. Kebutuhan sosial
Karena manusia bergantung satu sama lain,
terdapat berbagai kebutuhan yang hanya dapat dipuaskan apabila masing-masing
individu ditolong atau diakui oleh orang lain.
3. Kebutuhan egoistis
Kebutuhan egoistis berhubungan dengan
keinginan orang untuk bebas, untuk mengerjakan sesuat
sendiri, dan puas karena berhasil menyelesaikannya
C. UjiHipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang harus diuji
kebenarannya. Hipotesis yaitu sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu
disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut melalui penelitian.30
Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan apakah benar terdapat hubungan antara
kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan.
H0: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap
kepuasan kerja karyawan.
Ha: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap kepuasan
kerja karyawan.
A. Hukum Ekonomi Syari’ah
Secara bahasa Arab, ekonomi dinamakan al-muamalah al madiyah yaitu aturan- aturan
tentang pergaulan dan perhubungan manusia mengenai kebutuhan hidupnya dan disebut juga al-
iqtishad yaitu pengaturan soal-soal penghidupan manusia dengan sehemat- hematnya dan
secermat-cermatnya. Secara istilah, pengertian ekonomi Islam dikemukakan dengan redaksi yang
beragam dikalangan para pakar ekonomi Islam. 1
Secara epistemologi, ekonomi berasal dari bahasa Greek atau yunani “oikonomia” yang terdiri
dari dua kata yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan. Jadi
ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengatur rumah tangga, yang dalam bahasa inggris disebut
“economies”. Dalam perkembangan lebih lanjut, kata rumah tangga diperluas lagi menjadi 3
subsistem yaitu memperbanyak kekayaan, memelihara keberadaannya yang disebut dengan
subsistem produksi, tata cara mengonsumsikannya disebut subsistem konsumsi produksi, dan
yang berhubungan dengan tata cara pendistribusiannya yang tercakup dalam subsistem distribusi.
Sedangkan secara terminologi pengertian ekonomi telah banyak diberikan atau dijelaskan oleh
para pakar ekonomi. Disini dikemukakan pengertian ekonomis Islam yaitu yang ditulis Yusuf
Halim Al-Alim yang mengemukakan bahwa ilmu ekonomi Islam adalah ilmu tentang hukum-
hukum syariat aplikatif yang dimabil dari dalil-dalil yang terperinci terkait dengana mencari,
membelanjakan, dan tata cara membelanjakan harta. Fokus kajian ekonomi Islam adalah
memperlajri perilaku maumalah masyarakat Islam yang sesuai dengan Nash Al- Qur’an, Al-
Hadis, Qiyas dan Ijma’ dalam kebutuhan hidup manusia dalam mencari ridha Allah swt.
Menurut M. Umer Chapra mengemukakan bahwa ekonomi syariah didefinisikan sebagai
sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas dan berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran
Islam tanpa memnerikan kebebasan individu (leissez faire) atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.2
Menurut Abdul Manan mengemukakan bahwa ilmu ekonomi syariah adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-maslah ekonomi masyarakat yang dilihat oleh
nilai-nilai Islam. Dalam menjelaskan definisi diatas, abdul manan juga menjelaskan bahwa ilmu
ekonomi syariah tidak hanya mempelajari individu sosial melainkan juga manusia dengan bakat
religius manusia itu sendiri, hal ini disebabkan karena banyaknya kebutuhan dan kurangnya
sarana, maka timbullah masalah ekonomi, baik ekonomi modern maupun ekonomi islam.
Perbedaannya pada pilihan, pada ekonomi Islam pilihan kendalikan oleh nilai-nilai dasar Islam
sedangkan dalam ekonomi modern sangat dikuasai oleh kepentingan diri sendiri atau individu.
Menurut Yusuf Qardharwi, ekonomisi syariah merupakan ekonomi yang berdasarkan
pada ketuhanan. Esensi sistem ekonomi ini bertitik tolak dari Allah Azza Wajalla, tujuan
akhirnya kepada Allah Azza Wajalla dan memanfaatkan sarana yang tidak lepas dari syari’at
Allah. 4
Definisi ekonomi syariah para ahli tersebut menekankan karakter komprehensif tentang
subjek dan didasarkan atas nilai moral ekonomi syariah yang bertujuan mengkaji kesejahteraan
manusia yang dicapai melalui pengorganisasian sumber-sumber alam berdasarkan kooperasi dan
partisipasi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi syariah adalah ilmu yang
mempelajari aktivitas atau perilaku manusia secara aktual, dan empirikal, baik dalam produksi,
distrubusi, maupun konsumsi berdasarkan syariat islam yang bersumber kepada Al Qur’an da
Ass-Sunnah serta ijma’ para ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Ekonomi syariah bukan sekedar etika dan nilai yang bersifat normatif, tetapi juga bersifat positif
sebab ia mengkaji aktivitas aktual manusia. Problem- problem ekonomi masyarakat dalam
perspektif Islam. Dalam ekonimi syariah, baik konsumen maupun prudusen bukanlah raja.
Perilaku keduanya harus dituntun oleh kesejahteraan umum, individual, dan sosial sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Islam memiliki seperangkat tujuan dan niai yang mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia. Termasuk didalamya urusan sosial, politik dan ekonomi. Dalam hal ini
tujuan Islam (maqasid al syar’i) pada dasarnya ingin mewujudkan kebaikan hidup di dunia dan
akhirat. Beberapa pemikiran tokoh Islam dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut, menurut
Dr. Muhammad Rawasi Qal’aji dalam bukunya yang berjudul Mahabis Fil Iqtishad Al-
Islamiyah8 menyatakan bahwa tujuan ekonomi Islam pada dasarnya dapat dijabarkan dalam 3
hal yaitu:
a. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Dalam Negara
Pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang bersifat fundamental sebab dengan
pertumbuhan ekonomi negara dapat melakukan pembangunan.dalam ini konsep pembangunan
ekonomi yang ditawarkan oleh Islam adalah konsep pembangunan yang didasrkan pada landasan
filosofis yang terdiri atas tauhid, rububiyah, khilafah dan takziyah.
b. Mewujudkan Kesejahteraan Manusia
Terpenuhinya kebutuhan pokok manusia dalam pandangan Islam sama pentingnya
dengan kesejahteraan manusia sebagai upaya peningkatan spriritual. Oleh sebab itu, konsep
kesejahteraan dalam Islam bukan hanya berorientasi pada terpenuhinya kebutuhan material-
duniawi melaikan juga berorientasi pada terpenuhinya kesejahteraan spriritual-ukhrowi.
c. Mewujudkan Sistem Distribusi Kekayaan Yang Adil
Dalam hal ini kehadiran ekonomi syariah betujuan membangun mekaniskem
distribusi kkayaan yang adil ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Islam
sangat melarang praktek penimbuhan (ikhtiar) dan monopoli sumber daya alam di sekelompok
masyarakat. Konsep distribusi kekayaan yang ditawarkan oleh ekonomi Islam dengan cara
menciptakan keseimbangan ekonomi dalam masyarakat.
5. Prinsip Dan Nilai-Nilai Hukum Ekonomi Syariah
K. Prinsip al kifayah
tujuan pokok prinsip ini menurut Sjaichul Hadi Purnomo18 adalah untuk membasmi kefakiran
dan mencukupi kebutuhan primer seluruh anggota dalam masyarkat.
Untuk menampilkan nilai-nilai hukum ekonomi syariah dalam penelitian ini, dilakukan
dengan menggunakan dua cara yaitu:
1. Melalui penelusuran literatur, khususnya yang tedapat dalam Al-Qur’an dan
sumber-sumber dalam bentuk referensi lainnya.
2. Nilai- nilai tersebut akan terungkap melalui penelitian lapangan, baik melalui
pengaatan langsung (observasi) dan wawancara terhadap para ahli atau informasn penelitian.
Secara observatif, pola penerapan ajaran Islam tersebut berawal dari pemahaman yang
tidak proporsional. Menurut Almarhum Muhammad Ali mensinyalir bahwa pemahaman seperti
itu tidak sepenuhnya berasal dari ajaran Islam, tetapi banyak juga telah dipengaruhi pandangan
ahli Islam yang bukan Muslim (orentalis) yang sengaja memalingkan pemahaman umat Islam,
agar semakin jauh dari keyakinan yang hakiki. 20
Nilai-nilai ekonomi Islam yang terpendam dalam Al-Qur’an terlebih dahulu harus dipodidikan
sebagai titik pangkal pengkajian. Selain nilai-nilai ekonomi Islam masih bersifat abstrak dan
universal, juga nilai-nilai ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dengan nilai-nilai Islam secara
keseluruhan.
Bedasarkan banyaknya jumlah ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah yang berkenaan dengan
nilai-nilai Islam secara normatif dan relavan dengan kegiatan ekonomi (secara tematis) tidak
dikemukakan seluruhnya sehingga hanya yang paling relavan yang dapat diajukan, yaitu sebagai
berikut:
a. Penegasan secara eksplisit tujuan penciptaan manusia dan jin ke bumi
Islam telah memberikan tafsiranyang berintikan pada makna dan model penyembahan itu
sendiri. Setelah dilakuan identifikasi esensi dan model-model penyembahan kepada sang
pencipta, maka dalam konteks ajaran Islam seluruhnya bermuara pada ibadah, baik dalam
pengertiannya yang khusus (shalat, zakat, puasa, dan lain-lain).
5. Asas-asas Hukum Ekonomi Syariah
Menurut Nana Herdiana Abdurahman, asas-asas hukum ekonomi syariah yaitu:
1) Kesatuan (Unity). Kesatuan disini merupakan refleksi dari konsep tauhid, yang
memadukan keseluruhan aspek kehidupan Muslim baik di bidang ekonomi, politik, sosial
menjadi keseluruhan yang homogen, serta
mementingkan konsitensi dan keteraturan yang koprensif.
2) Keseimbangan (Equitibrium). Dalam aktivitas dunia kerja dan bisnis, Islam
mengharuskan untuk berbuat adil, tidak terkecuali pada pihak yang tidak
disukai.
3) Kehendak bebas (Free Will). Kebebasan merupakan bagian zakat, infaq dan
sedekah. Penting dalam nilai etika ekonomi Islam, tetapi kebebasan itu sepanjang tidak
merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar, tidak ada larangan
memperkaya diri, tetapi ketika tujuannya diikat dengan kewajiban bagi setiap individu
terhadap masyarakat lainya melalui
4) Tanggung Jawab (Responsibility). Kebebasan tanpa batas adalah sesuatu yang
mustahil bagi manusia. Untuk memengaruhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia
harus mempertanggung jawabkan tindakannya, secara logis, prinsip ini berhubungan erat
dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh
manusia dengan betanggung jawab sesuai yang dilakukannya.
5) Kebenaran (True). Dalam konteks bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap
dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi), proses mencari atau
memperoleh komoditas pengembangan ataupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini, etika bisnis Islam sangat menjaga
dan berlaku prefentif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang
melakukan transaksi, kerja sama, atau perjanjian dalam bisnis.
6) Keadilan keseimbangan antara berbagai potensi individu, baik, moral maupun materil,
antara individudan msyrarakat, maupun antar masyrakat satu dan lainnyayang
berlandaskan pada syari’ah Islam.
Asas-asas Hukum Ekonomi Syariah diatas dapat dipahami secara ringkas menjadi
kebebasan dalam kepemilikan dan usaha bisnis keadilan dalam produksi dan distribusi
komitmen terhadap nilai nilai akhlak dalam praktik bisnis.
b) Keseluruhan (Syumuliah)
Sistem ekonomi Islam tidak lain merupakan sebuah cakupan dari ketetapan- ketetapan
yang berlaku dalam Islam. Karena Islam merupakan sebuah sistem yang mengatur segala
aspek kehidupan yang masuk di dalamnya aspek perekonomian.29
c) Menggunakan Sistem Bagi Hasil
Salah satu prinsip ekonomis syariah adalah pembangian kepemilikan yang
mengedepankan keadilan, artinya keuntungan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi
dibagi secara adil.
d) Menggabungkan Antara Nilai Spritual Dan Material
Ekonomi syariah hadir sebagai wujud dalam membantu perekonomian para
nasabah
untuk mendapatkan keuntungan sesuai ajaran Islam. Kekayaan yang diperoleh dari
kegiatan ekonomi dapat digunakan untuk zakat, infaq dan shadaqah sesuai ajaran Islam.
e) Memberikan Kebebasan Sesuai Ajaran Islam
Ekonomi syariah memberikan kebebasan kepada pelaku usaha ekonomi untuk
bertindak sesuai hak dan kewajiban mereka dalam menjalankan perekonomian dan
kegiatan yang dilakukan haruslah positif sesuai ajaran yang berlaku dan mempertanggung
jawabkan apa yang telah dilakukan. f) Mengakui Kepemilikan dan Multi Jenis
Bahwa kepemilikan dana dan harta perkonomian sejatinya hanyalah milik allah.
Sehingga dalam menjalankan perkonomian sesuai dengan ajaran Islam.
g) Terikad Akidah, Syariah, dan Moral
Semua kegiatan ekonomi didasrkan pada akidah, syariah dan moral untuk
menyeimbangkan perekonomian.
h) Menjaga Keseimbangan Rohani dan Jasmani
Tujuan perekonomian syariah bukan sekedar keuntungan fisik, namun diarahkan
untuk mendapatkan keuntungan dan ketenangan batin di dalam hidup.
i) Memberikan Ruang Pada Negara dan Pemerintah
Perekonomian syariah memberikan ruang ruang kepada pemerintahdan negara
untuk ikut bercampur tangan sebagai penegah apabila terjadi suatu permasalahan.
j) Melarang Praktik Riba
Larangan Riba’ dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-Qur’an melainkan juga
hadis, yaitu”ingatlah bahwa kamu akan menghadap tuhanmu dan dia pastikn menghitung
amalmu”.
BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif Penelitian ini adalah penelitian
studi pustaka, dimana penulis menelusuri secara mendalam konsep ekonomi Konvensional,
Konvensionalme, ekonomi islam, ekonomi Konvensionalme dalam perspektif islam dengan
Mengumpulkan literature, jurnal dan dokumen yang terkait, Membaca dan menemukan
topic-topik yang akan di angkat dalam pembahasan, Mengutip topic-topik yang relevan dan
tepat di pembahasan terkait Konvensionalme, ekonomi Konvensionalme, dampak positif
dan negative Konvensionalme, Konsep dasar ekonomi islam, Konvensionalme dalam
perspektif islam, Melakukan pemaparan dan analisis dengan pendekatan content analysis.
1. Jenis Penelitian
2. Objek penelitian
Objek instrumen yang digunakan melakukan penilitian bahasa pada perbandingan
ekonomi kapitaslisme dengan ekonomi islam. Data yang diperoleh secara akurat dan valid.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku, jurnal dan intenet yang
sesuai dengan topic penelitian.
Teknik analisis data digunakan metode deskriptif-analitik. Pada setiap data yang telah
dikemas kemudian diuraikan dengan mengaitkan dengan teori yang digunakan dalam
penelitian. Untuk menunjang proses penelitian ini digunakan jurnal-jurnal sebagai acuan
penelitian.
BAB III
PEMBAHASAN
Dikatakan ekonomi islam atau ekonomi syariah karena berbasis pada aturan dan cara
islam. baik dalam hal teknis, sistem kerja dan dalam menyikapi permasalahan yang
muncul. Perbedaan ekonomi islam dan konvensional bisa ditinjau dari kepentingan.
Misalnya ditinjau dari tujuannya, maka ekonomi islam atau ekonomi syariah lebih
mengutakan untuk mencapai tujuan yang baik untuk urusan di dunia, tetapi juga baik
untuk di akhirat.
Misalnya terkait masalah riba, maka dalam ekonomi islam di tiadakan istilah riba.
Tujuan lain dari ekonomi islam adalah tidak berorientasi pada diri sendiri, melainkan
untuk mencapai kepentingan oranglain juga. Sehingga mampu mencapai kesejahteraan
dan keadilan bagi rakat secara umum.
Sumber perekonomian islam mengacu pada Al-quran dan hadist. Di mana ada aturan
dalam menjalankan roda perekonomian.
Dimana ada aturan dalam peminjaman uang, atau sekedar mengatur tentang hukum
riba dalam sudut pandang islam. karena di Al-quran dan hadist juga akan diberi
penjelasan jika melanggar, maka akan menerima sanksi di akhirat nanti.
Di dasarkan pada kepemilikannya, maka ekonomi islam menetapkan bahwa sumber
kepemilikan kekayaan yang dimiliki individu adalah milik Allah, manusia hanya bersifat
dititipi sementara.Itu sebabnya dalam pembagian hasil berdasarkan pada pengambilan
keuntungan dari prosentase pendapatannya saja.
Selain beberapa yang disinggung di atas. ada perbedaan yang paling mendasar. Salah
satunya perbedaan prinsip. Jika ekonomi konvensional berprinsip pada konsep scarcity
sedangkan ekonomi islam berprinsip pada Goal oriented diciplin.
Konsep scarcity adalah konsep yang menekankan pada mempelajari perilaku manusia
dalam menyikapi kelangkaan. Dengan kata lain, konsep ini membebaskan seseorang
untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara maksimal untuk mencapai
tujuan mereka. sedangkan goal oriented diciplin lebih luas lagi, di sana tidak hanya
mempelajari cara mengalokasikan sumber daya secara maksimal, tetapi juga mempelajari
tujuan. Tujuan di dunia dan di akhirat.
Dari segi mekanisme, tentu saja berbeda jauh. Jika ekonomi konvensional
menggunakan mekanisme bebas keluar masuk pasar tanpa intervensi. Padahal jika pasar
tidak di atur, dan dibiarkan bebas, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam
penawaran dan stok barang. Salah satu contoh konkrit adalah masalah masker akibat
virus corona. Banyak terjadi penimbunan barang sekaligus terjadi lonjakan harga yang
fantastis tinggi.
Berbeda mekanisme pasar pada ekonomi islam, dimana ia meyakini adannya invisible
hand yang mencoba untuk mengefisiensikan pasar. Jadi ekonomi islam
mempertimbangkan proses produksi dan distribusi barangjasa. Menjadikan pemerintah
sebagai unit ekonomi yang berdampingan dengan unit ekonomi lain, demi menjaga
kestabilan.
Perbedaan kedua jenis ekonomi ini juga dapat dilihat dari perbedaan distribusi
kekayaan. Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa terjadi dua perbedaan ang cukup
jauh diantara keduannya. Pada ekonomi konvensional, prinsipna mendapatkan
keuntungan dan kekayaan sebesar-besarnya. Lebih condong ke kapitalis, dimana
kekayaan hanya berpihak pada pemilik modal yang paling besar. Sehingga terjadi
pemerataan kekayaan harta atau semacamnya. Salah satu bentuknya dengan mekanisme
zakat, sedekah, infaq atau waqaf.
Perbedaan yang paling menonjol yang lain dari segi perolehan keuntungan. Pada
ekonomi konvensional, justru seolah menekan seseorang jika ingin mendapatkan
keuntungan. Prinsip yang digunakan pun menggunakan time value of money, dimana
nilai uang saat ini lebih tinggi dibandingkan nilai uang dimasa datang.
Time value of money dalam bahasa umum lebih akrab di kenal dengan bunga.
Masarakat ang meminjam hutan pun akan dikenai bunga tinggi. Bunga yang tinggi tentu
saja akan semakin mencekik bagi mereka. sedangkan mereka yang memiliki saldo tinggi,
mereka pun akan mendapatkan bunga tersebut. alih-alih uang hilang, justru bertambah.
Dari ini saja sudah dapat dilihat potensi kesenjangan kekayaan pun akan semakin tampak.
Berlau sebaliknya, perolehan keuntungan pada ekonomi islam dihitung ketika terjadi
transaksi bisnis, maka akan terjadi pembagian keuntungan dari bisnis tersebut. sehingga
terjadi keseimbangan antara usaha dan tindakan. Tidak ada istilah bunga, yang sifatnya
merugikan bagi mereka yang meminjam uang di bank dan semacamnya.
Itulah perbedaan ekonomi islam dan konvensial yang barangkali tidak semua orang
tahu. Kini ekonomi syariah di Indonesia tengah menjamur dimana-mana. Tidak hanya
dalam bentuk per-bank-kan saja. Tetapi dalam property pun juga sudah ada embel-embel
ekonomi islam atau ekonomi syariah. Memang hal ini awal yang baik. Namun kenyataan
di lapangan, masih selalu ada sisi kekurangan dari ekonomi islam. dimana ekonomi islam
tidak sesuai bekerja sebagaimana tanggung jawabanya. Semacam hanya kedok atau
istilah syariah. Dari sistem kerja dan lain-lainnya masih sama. itu sebabnya perlu kejelian
dan seleksi dalam memilih.
PENUTUP
Al-’Assal, A.M & Fathi Ahmad Abdul Karim. 1999. Sistem, Prinsip dan Tujuan
Ekonomi Islam (Terjemahan). Penerbit CV. Pustaka Setia.
An-Nabhaniy,T. 1953. Nizham Al-lslam. Beirut.
Budiono. 1998. Ekonomi Makro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2.
Edisi 4. BPFE. Yogyakarta.
Karim, A. 2001. Ekonomi Islami: Suatu kajian Ekonomi Mikro. Karim Business
Consulting.
Jakarta
Mankiw,N.G.2000.PengantarEkonomi.PenerbitErlangga.Jakarta.
Samuelson,P.A&Wiliam.
2004. Mikroekonomi Edisi Ke-14 (Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori MikroEkonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Dinnul Alfian Akbar,Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional,Jurnal Ekonomi volume
1 tahun