Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

PERBANDINGAN EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI KONVENSIONAL

NAMA: NELY ATIKA MALIK


NIM: 2020B1C074
KELAS: PERBANKAN 5B
MATA KULIAH: EKONOMI SYARIAH

PRODI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS FISIPOL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas PROPOSAL PERBANDINGAN EKONOMI ISLAM DAN
KONVENSIONAL Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada NUR”AINI.S.E.,M.E selaku
dosen yang telah memberikan materi selama kuliah berlangsung. Saya juga berterima kasih
kepada orang tua saya yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, juga kepada teman-
teman saya yang memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung. Tentunya saya
berharap dapat memenuhi apa yang menjadi ttugas ini, juga telah bermanfaat bagi diri saya
sendiri karena menambah ilmu dalam bidang kewirausahaan. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya berharap kritik dan saran yang
membangun dari dosen terkait, guna menyempurnakan tugas ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ekonomi yang dikenal oleh masyarakat secara global adalah sistem ekonomi
Konvensional dan sosialis. Kedua sistem ini telah mampu meningkatkan kemakmuran
rakyat dinegara yang menggunakan kedua sistem ekonomi tersebut. Sistem Konvensional
dipengaruhi oleh semangat mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan sumber
daya yang terbatas. Usaha Konvensional Ini didukung oleh nilai-nilai kebebasan untuk
memenuhi kebutuhan. Kebebasan ini mengakibatkan tingginya persaingan diantara
sesamanya untuk bertahan. Sistem ekonomi Konvensional memiliki beberapa
kecenderungan antara lain: kebebasan memiliki harta secara perorangan, kebebasan
ekonomi dan persaingan bebas, serta ketimpangan ekonomi.
Persoalan yang dihadapi umat manusia adalah munculnya suatu pandangan yang
menempatkan aspek material yang bebas dari dimensi Nilai pada posisi yang dominan.
Pandangan hidup yang berpijak pada ideology materialism inilah yang kemudian
mendorong perilaku manusia menjadi pelaku ekonomi yang hedonistik, sekularistik dan
materialistik. Dampak yang ditimbul dari cara pandang inilah yang kemudian membawa
malapetaka dan bencana dalam kehidupan social masyarakat seperti eksploitasi dan
perusakan lingkungan hidup, disparitas pendapatan dan kekayaan antar golongan dalam
masyarakat dan antar Negara di dunia,lunturnya sikap kebersamaan dan persaudaraan,
timbulnya penyakit - penyakit sosial, timbulnya revolusi social yang anarkhis dan
sebagainya penelitian.

Ada tiga sistem ekonomi yang ada dimuka bumi ini yaitu Konvensional, sosialis dan Mix
Economic. Sistem ekonomi tersebut merupakan sistem ekonomi yang berkembang
berdasarkan pemikiran barat. Selain itu, tidak ada diantara sistem ekonomi yang ada secara
penuh berhasil diterapkan dalam perekonomian di banyak negara. Sistem ekonomi sosialis
atau komando hancur dengan bubarnya Uni Soviet. Dengan hancurnya komunisme dan
system ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat system Konvensionalme
disanjung sebagai satu - satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata,system
ekonomi Konvensional membawa akibat negative dan lebih buruk,karena banyak negara
miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relative sedikit semakin kaya
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang
menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan Negara
- negara muslim atau negara - negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam
yaitu system ekonomi syariah. Negara - negara yang penduduknya mayoritas Muslim
mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan
Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada
zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang
didasarkan pada Al Quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi
Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Disinilah Islam melontarkan kritik terhadap sistem ekonomi Konvensional yang
bertanggung jawab terhadap perubahan arah,pola dan struktur perekonomian dunia
sekarang ini. Perlu ada suatu kajian yang intensif dalam memberikan alternatif pandangan,
rumusan dan strategi. Pembangunan ekonomi yang lebih humanistic dengan
menggaliinspirasi nilai-nilaiyang terkandung dalam al-Qur’an,hadits dan sunnah,serta
khasanah pemikiran para cendekiawan muslim Namun tulisan ini tidak bermaksud untuk
menjawab permasalahan itu semua melainkan hanya sedikit memberikan gambaran
perbandingan antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam, paling tidak menurut para
sarjana atau ekonom muslim.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya tujuan disusunnya karya tulis
ini disamping memenuhi tugas kuliah juga :
1. Mengetahui konsep, tujuan, karakteristik, dan prinsip-prinsip ekonomi islam
2. Menguraikan sistem ekonomi Konvensional
3. Mendapatkan perbandingan antara sistem ekonomi islam dan ekonomi
konvensional

C. Manfaat
Sebagaimana tujuan penulisan, manfaat utama dari penyusunan karya tulis ini antara lain :
1. Penulis : memberikan pemahaman penting mengenai perbedaan antara sistem
ekonomi islam dengan sistem ekonomi konvensional.
2. Pembaca : tidak hanya memberikan pemahaman ekonomi pada umumnya tetapi
membantu memahami konsep ekonomi islam yang saat ini telah berkembang
3. Dosen : memberikan penilaian terhadap aktivitas mahasiswa sepanjang penyusunan
karya tulis terutama dari segi pembahasan, penyajian, presentasi, dan pemahaman
pada mata kuliah Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
D. PEMBAHASAN

FILOSOFI DASAR EKONOMI ISLAM


Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada tiga konsep dasar yakni filsafat Tuhan, manusia
(kosmis) dan alam (kosmos). Kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada manusia dengan Tuhan,
manusia dengan alam dan manusia dengan manusia lainnya.

1. Definisi Ekonomi Islam

Ekonomi Islam sebagai suatu ilmu pengetahuan lahir melalui proses keilmuan yang panjang.
Ekonomi Islam dapat menjadi suatu sistem ekonomi alternatif yang mampu meningkatkan
kesejahteraan umat, tidak seperti sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang telah terbukti tidak
mampu meningkatkan kesejahteraan dari umat.
Dawan Raharjo (1999) memilih istilah ekonomi Islamdalam tiga kemungkinan pemaknaan
tersebut.
a. Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran Islam.
b. Ekonomi Islam adalah suatu sistem. Sistem menyangkut pengaturan, yaitu pengaturan
kegiatan ekonomi masyarakat atau negara berdasarkan cara atau metode tertentu.
c. Ekonomi Islam dalam pengertian perekonomian umat Islam.
Definisi ekonomi Islam juga dikemukakan oleh Umer Chapra (2001) bahwa ekonomi Islam
diartikan sebagai “cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia
melalui alokasi dan distribusi sumber daya alam yang langka yang sesuai dengan maqashid,
tanpa mengekang kebebasan individu untuk menciptakan keseimbangan makroekonomi dan
ekologi yang berkesinambungan, membentuk solidaritas keluarga, sosial, dan jaringan moral
masyarakat”.
Muhammad Abdul Manan, berpendapat bahwa
“ilmu ekonomi Islam dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial yang memepelajari
masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nialai-nilai Islam.”
Akan tetapi, secara umum ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai prilaku individu muslim
dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam, dalam
rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta).

2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Nilai-nilai filosofis yang ada dalam ekonomi Islam merupakan pondasi dari munculnya prinsip-
prinsip ekonomi Islam yang menjadi acuan dalam seluruh aktivitas ekonomi dalam Islam.
Berikut beberapa prinsip dari ekonomi Islam yang ditawarkan oleh M.A. Choudhury (1986),
yaitu sebagai berikut:
a. Tauhid dan persaudaraan.
Tauhid adalah konsep yang menggambarkan antara manusia dengan Tuhannya. Segala
aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang Muslim akan sangat terjaga karena ia
merasa bahwa Allah SWT. akan selalu melihat apa yang dilakukannya. Sementara
konsep persaudaraan atau yang bisa dikenal sebagai ukhuwah Islamiyah memberikan
makna persaudaraan dan kerja sama yang tulus antara sesama Muslim dalam aktivitas
ekonomi. Hal tentang ketauhidan dapat dijelaskan dalam firman Allah SWT. pada Q.S.
Al-Hadid ayat 4, Artinya: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa:
Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam
bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan”.( Q.S. Al- Hadid:4).
b. Bekerja dan produktivitas.
Dalam ekonomi Islam individu dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin dengan
tingkat produktivitas kerja yang tinggi dengan tujuan memberikan yang terbaik bagi
kemaslahatan umat. Hasil pekerjaan ini harus dikompensasi secara layak sesuai dengan
standar kehidupan yang layak. Artinya: “bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. at-Taubat:105).
c. Distribusi kekayaan yang adil.
Mekanisme pendistribusian kekayaan dalam Islam adalah melalui mekanisme zakat.
Proses mekanisme zakat mampu melakukan redistribusi kekayaan dari pihak kaya kepada
pihak miskin. Artinya: “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Dan berdo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’amu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui.” (Q.S. at-Taubah: 103).
Prinsip-prinsip di atas bertujuan untuk mengatur dan memberikan arahan atau pencerahan
agar umat manusia tidak terjebak kepada soal kegiatan ekonomi
yang salah atau keliru.

3. Tujuan Ekonomi Islam

Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar dalam
Islam, yaitu Tauhid dan berdasarkan rujukan pada Al-Qur‟an dan Sunnah adalah:
a). Memenuhi kebutuhan dasar manusia, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
b). Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua oran
.c. Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan dana distribusi
pendapatan dan kekayaan di masyarakat.
d). Memastikan kepada setiap orang kebebasan untk mematuhi nilai-niali moral.
e). Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

4. Sumber Hukum Ekonomi Islam

Sebagai ajaran yang komprehensif, hukum ekonomi Islam dibangun atas dasar kaidah ushul
fiqh mu‟amalah, qawa‟id, dan falsafak hukum Islam. Dengan demikian sebagian besar ekonom
muslim memahami ekonomi Islam sebagai suatu teori dan praktek ekonomi yang menghindari
segala transaksi yang mengandung dengan riba‟ (bunga), maisir (judi) dan gharar (spekulasi),
menghindari dilakukannya peningkatan kesejahteraan seseorang dengan cara yang bathil atau
merugikan orang lain, menekankan pada aspekk keadilan dari pada efisiensi, dan berupaya
mewujudkan kesejahteraan sosial yang didukung oleh zakat dan amal sholeh lainnya. Berikut
sumber hukum yang digunakan dalam kegiatan ekonomi yang berdasarkan syari‟at Islam:
a). Al-Qur’an, Sumber hukum Islam yang abadi dan asli adalah kitab suci Al-Qur‟an. Al-
Qur‟an adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syari‟ah. Al-qur‟an juga memberikan
hukum-hukum ekonomi yang sesuai dengan tujuan dan cita-cita ekonomi Islam yang dapat
menciptakan kestabilan dalam perekonoian.
b). Hadits dan Sunnah, Hadits dan sunnah merupakan tuntunan pelengkap setelah Al-Qur‟an
yang menjadi pedoman hidup umst muslim dalam setiap tingkah lakunya. Keduanya merupakan
sumber hukum dari setiap pengambilan keputusan dalam ilmu ekonomi Islam. Hadits dan sunnah
merupakan salah satu sumber hukum yang menjadi acuan setelah Al-Qur‟an.
c). Ijma’, Ijma‟ sebagai sumber hukum ketiga yang merupakan konsensus, baik dari masyarakat
maupun cendikiawan agama. Ijma‟ adalah prinsip hukum baru yang timbul sebgai akibat dari
penalaran atas setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi.
d). Ijtihad dan Qiyas, secara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan
sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Sedangkan Qiyas menurut ulama ushul
adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur‟an dan Hadits dengan cara
membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.

A. Kompensasi

1. Definisi Kompensasi

Kompensasi merupaka salah satu fungsi yang penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM). Karena kompensasi merupakan salah satu aspek yang paling sensitif didalam
hubungan kerja. Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-nilai
kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.8
Didalam buku Edy Sutrisno, menurut Handoko (1992), yang dimaksud dengan “kompensasi
adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.”9
Apabila kompensasi yang diterima setiap karyawan sesuai dngan jumlah yang diharapkan dari
pekerja itu, maka dapat disebut telah mencapai tingkat kepuasan kerja sekaligus merasa telah
tercipta rasa keadilan di dalam hubungan kerja.
Untuk lebih jelasnya definisi kompensasi ada 3 pendapat menurut para ahli, yaitu sebagai
berikut:
Malayu S.P. Hasibuan, “kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
langsung atau tidak langsung yang diterima pegawai sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan.”
William B. Warther dan Keith Davis,
“kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang
diberiknnya. Baik upah per jam ataupun gaji periodik didesain dan dikelola oleh bagian
personalia.”
Andrew F. Sikula, “kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap
sebagai suatu balas jasa atau ekuivalen.”10
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa kompensasi merupakan segala
bentuk imbalan atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan dan diterima oleh pegawai atas
kerja yang telah dilakukan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi

Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, antara lain sebagai berikut:


a). Penawaran dan permintaan tenaga kerja, jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak
daripada lowongan pekerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika
pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif semakin besar.
b). Kemampuan dan kesediaan perusahaan, apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan
untuk membayar semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya,
jika kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka tinggkat kompensasi
relatif kecil. Serikat buruh atau organisasi karyawan, apabila serikat buruhnya kuat dan
berpengaruh maka tingkat kompensasi semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat
dan kurang berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.
d). Produktifitas kerja karyawan, jika produktifitas kerja karyawan baik dan layak dan banyak
maka kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktifitas kerjanya buruk serta
sedikit maka kompensasinya kecil. e). Pemerintah dengan undang-undang dan keppresnya,
pemerintah dengan Undang- Undang dan Keppresnya menetapkan besarnya batas upah atau
balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya pengusaha tidak sewenang-
wenang mentapkan besarnya balas jasa bagi karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi
masyarakat dari tindakan sewenag-wenang.
d). Biaya hidup, apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi atau upah
semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat hidup di daerah itu rendah maka tingkat kompensasi atau
upah semakin kecil.
e). Posisi jabatan karyawan, karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji
atau kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan yang lebih rendah
akan memperoleh kompensasi/gaji yang kecil. Hal ini wajar karena seseorang yang mendapat
wewenang dan tanggung jawab yang besar harus mendapatkan gaji atau kompensasi yang lebih
besar pula
f). Pendidikan dan pengalaman karyawan, jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja
lebih lama maka gaji/balas jasa akan semakin bear, karena kecakapan serta keterampilannya
lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang kurang
maka tingkat gaji/kompensasinya kecil.
g). Kondisi perekonomian nasional, apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka
tingkat upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full employment.
Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kurang maju maka tingkat upah rendah, karena terdapat
banyak pengganggur.
h). Jenis dan sifat pekerjaan, kalau jenis dan sifat pekrjaan yang sulit dan mempunyai resiko
(financial, keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar, karena
membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakan. Tetapi jika jenis dan sifat
pekerjaannya mudah dan resiko (finansial, kecelakaan) kecil, tingkat upah/balas jasanya relatif
rendah.

3. Jenis-Jenis Kompensasi

Kompensasi (compensation) merupakan pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect), berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai balas jasa yang diberikan
kepada perusahaan.
a) Kompensasi Langsung (direct)

Kompensasi langsung adalah penghargaan yang


diterima pegawai dalam bentuk uang. Kompensasi langsung dapat berupa upah, gaji, insentif,
dan tunjangan lain.
Dessler menjelaskan, “kompensasi langsung adalah pembayaran keuangan langsung dalam
bentuk upah, insentif, komisi, dan bonus”. Adapun menurut Umar, “kompensasi langsung
adalah segala sesuatu yang diterima oleh pegawai dalam bentuk gaji atau upah, insentif, bonus,
premi, pengobatan, asuransi, dan lain-lain yang sejenis yang dibayar oleh perusahaan.”
Sejalan dengan pengertian diatas, upah dan gaji diartikan juga sebagai pemberian kompensasi
yang bersifat finansial dan merupakan yang utama dari bentuk-bentuk kompensasi yang ada bagi
karyawan.
Mengenai upah dan gaji, Simamora menyatakan bahwa: Upah (wages) biasanya berhubungan
dengan tariff gaji per jam (semakin lama jam kerjanya semakin besar bayarannya). Sedangkan
gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran minggun, bulanan atau tahunan (terlepas dari
lamanya jam kerja).
Insentif adalah tambahan upah dan gaji yang diberikan berdasarkan prestasi kerja, bukan
berdasarkan evaluasi jabatan. Simamora mendefinisikan insentif (incentive) adalah tambaha-
tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau upah yang diberikan oleh orgnisasi.14
Disamping upah dan gaji serta insentif, kepada karyawan dapat diberikan proteksi atau bisa
disebut tunjangan. Proteksi atau tunjangan merupakan sistem perlindungan berupa kompensasi
yang tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang diterapkan
perusahaan kepada pekerja. Proteksi ini dengan memberikan rasa aman, baik dari sisi finansial,
kesehatan, maupun keselamatan fisik bagi pekerja sehingga pekerja dapat beraktivitas dengan
tenang dan dapat memberika kontribusi positif bagi peningkatan nilai tambah perusahaan.

b) KompensasiTidakLangsung(IndirectCompensation) Kompensasi tidak langsung


meliputi imbalan finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi langsung.

Menurut Nawawi, “kompensasi tidak langsung adalah program pemberian penghargaan atau
ganjaran dengan variasi yang luas, sebagai bagian keuntungan organisasi atau perusahaan.”
Handoko (2001: 185) “menggolongkan kompensasi tidak langsung menjadi beberapa bagian,
yaitu; pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja, perlindungan ekonomis terhadap bahaya,
program pelayanan pegawai, dan pembayaran kompensasi yang ditetapkan secara legal.

4. Tujuan Kompensasi

Tujuan kompensasi pada tiap-tiap perusahaan berbeda, hal ini tentunya tergantung pada
kepentingan perusahaan. Tujuan kompensasi dapat dikatakan sebagai salah satu motivasi
atau perangsang yang diberikan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja
karyawan. Tujuan kompensasi antara lain:
a). Ikatan kerja sama, dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik,
sedangkan pengusaha atau majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang
disepakati.
b). Kepuasan kerja, dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik, status sosial, dan egoisnya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya
c). Pengadaan efektif , jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan
yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah
d). Motivasi, jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi
bawahannya.
e). Stabilitas karyawan, dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn-over relatif
kecil.
f). Disiplin, dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin
baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan- peraturan yang berlaku.
g). Pengaruh serikat buruh, dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan konsentrasi pada pekerjaannya.
h). Pengaruh pemerintah, jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan
yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah dapat
dihindarkan.
5. Indikator-Indilkator Pemberian Kompensasi

Menurut Mangkunegara ada beberapa indikator kompensasi, yaitu:


a)Tingkat bayaran bisa diberikan tinggi
Rata-rata atau rendah tergantung pada kondisi
perusahaan. Artinya, tingkat pembayaran tergantung pada kemampuan perusahaan membayar
jasa pegawainya.
b) Struktur pembayaran
Struktur pembayaran berhubungan dengan rata-
rata bayaran, tingkat pembayaran dan klasifikasi
jabatan diperusahaan.
c) Penentuan bayaran individu
Penentuan bayaran kompensasi individu perlu didasarkan pada rata-rata tingkat bayaran, tingkat
pendidikan, masa kerja dan prestasi kerja pegawai.
d) Metodepembayaran
Ada dua metode pembayaran, yaitu etode
pembayaran yang didasarkan pada waktu (per jam, per hari, per minggu, per bulan). Kedua
metode pembayaran didasarkan pada pembagian hasil.
e) Control pembayaran
Control pembayaran merupakan pengendalian
secara langsung dan tidak langsung dari biaya kerja.
Pengendalian biaya mrupakan factor utama dalam administrasi upah dan gaji. Tugas mengontrol
pembayaran adalah pertama, mengembangkan standar kompensasi dan meningkatkan fungsinya.
Kedua, mengukur hasil yang bertentangan dengan standar yang tetap. Ketiga, meluruskan
perubahan standar pembayaran upah.
Indikator-indikator kompensasi diatas dapat dijadikan acuan oleh perusahaan dalam memberikan
kompensasi yang layak bagi karyawannya. Dengan pemberian kompensasi yang layak maka
karyawan akan lebih senang bekerja di perusahaan dan akan membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuannya.

6. Kompensasi dalam Perspektif Islam


a. Definisi Kompensasi atau Upah dalam Perspektif Islam
Dilihat dari sisi bahasa, ijarah adalah al-itsabah (memberi upah). Misalnya aajartuhu, baik dibaca
panjang atau pendek, yaitu memberi upah. Sedangkan menuurt istilah fikih ialah pemberian hak
pemanfaatan (menjual manfaat/kegunaan) dengan syarat ada imbalan. Sedangkan secara istilah:
“akad untuk mendapatkan manfaat dengan pembayaran”. Lafadz ujrah memiliki pengertian
umum yang meliputi upah atas pemanfaatan suatu benda atau imbalan dari suatu kegiatan.
Pendapat lain mengemukakan bahwa ujrah berasal dari kata al-ajru ayng berarti „iwadh (ganti).
Ujrah atau upah diartikan sebagai imbalan atas jasa seorang ajir (orang yang dikontrak jasanya)
oleh musta‟jir (orang yang membayar jasanya). Ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu
disertai dengan kompensasi. Kompensasi inilah kemudian disebut ujrah.
Dalam perjanjian (tentang upah) dua belah pihak diperingatkan untuk bersikap jujur dan adil
dalam semua urusan mereka, sehingga tidak terjadi tindakan aniaya terhadap orang lain juga
tidak merugikan kepentingan sendiri. Al-Qur‟an memerintahkan kepada manajer untuk
membayar para karyawan dengan bagian yang seharusnya mereka terima sesuai kerja mereka,
dan pada saat yang sama dia telah menyelamatkan kepentingan sendiri.
Menurut penulis, jika para karyawan dan manajer dalam perusahaan dapat meresapi dan
menerapkan nilai- nilai Islam, maka kesejahteraan karyawan akan terpenuhi karena antar
karyawan dan manajer sudah sama-sama tertanam saling pengertian dan rasa kepercayaan.

B. Hubungan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja

Hasibuan (2007: 120) menjelaskan bahwa kebutuhan yang dipuaskan dengan bekerja
antara lain sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisik dan keamanan
Kebutuhan fisik dan keamanan menyangkut
kepuasan kebutuahn fisik atau biologis, seperti makan, minum, tempat tinggal, dan
semacamnya, disamping kebutuhan rasa aman dalam menikmatinya.
2. Kebutuhan sosial
Karena manusia bergantung satu sama lain,
terdapat berbagai kebutuhan yang hanya dapat dipuaskan apabila masing-masing
individu ditolong atau diakui oleh orang lain.
3. Kebutuhan egoistis
Kebutuhan egoistis berhubungan dengan
keinginan orang untuk bebas, untuk mengerjakan sesuat
sendiri, dan puas karena berhasil menyelesaikannya

C. UjiHipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang harus diuji
kebenarannya. Hipotesis yaitu sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu
disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut melalui penelitian.30
Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan apakah benar terdapat hubungan antara
kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan.
H0: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap
kepuasan kerja karyawan.
Ha: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap kepuasan
kerja karyawan.
A. Hukum Ekonomi Syari’ah

1. Pengertian Hukum Ekonomi Syari’ah

Secara bahasa Arab, ekonomi dinamakan al-muamalah al madiyah yaitu aturan- aturan
tentang pergaulan dan perhubungan manusia mengenai kebutuhan hidupnya dan disebut juga al-
iqtishad yaitu pengaturan soal-soal penghidupan manusia dengan sehemat- hematnya dan
secermat-cermatnya. Secara istilah, pengertian ekonomi Islam dikemukakan dengan redaksi yang
beragam dikalangan para pakar ekonomi Islam. 1
Secara epistemologi, ekonomi berasal dari bahasa Greek atau yunani “oikonomia” yang terdiri
dari dua kata yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan. Jadi
ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengatur rumah tangga, yang dalam bahasa inggris disebut
“economies”. Dalam perkembangan lebih lanjut, kata rumah tangga diperluas lagi menjadi 3
subsistem yaitu memperbanyak kekayaan, memelihara keberadaannya yang disebut dengan
subsistem produksi, tata cara mengonsumsikannya disebut subsistem konsumsi produksi, dan
yang berhubungan dengan tata cara pendistribusiannya yang tercakup dalam subsistem distribusi.
Sedangkan secara terminologi pengertian ekonomi telah banyak diberikan atau dijelaskan oleh
para pakar ekonomi. Disini dikemukakan pengertian ekonomis Islam yaitu yang ditulis Yusuf
Halim Al-Alim yang mengemukakan bahwa ilmu ekonomi Islam adalah ilmu tentang hukum-
hukum syariat aplikatif yang dimabil dari dalil-dalil yang terperinci terkait dengana mencari,
membelanjakan, dan tata cara membelanjakan harta. Fokus kajian ekonomi Islam adalah
memperlajri perilaku maumalah masyarakat Islam yang sesuai dengan Nash Al- Qur’an, Al-
Hadis, Qiyas dan Ijma’ dalam kebutuhan hidup manusia dalam mencari ridha Allah swt.
Menurut M. Umer Chapra mengemukakan bahwa ekonomi syariah didefinisikan sebagai
sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas dan berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran
Islam tanpa memnerikan kebebasan individu (leissez faire) atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.2
Menurut Abdul Manan mengemukakan bahwa ilmu ekonomi syariah adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-maslah ekonomi masyarakat yang dilihat oleh
nilai-nilai Islam. Dalam menjelaskan definisi diatas, abdul manan juga menjelaskan bahwa ilmu
ekonomi syariah tidak hanya mempelajari individu sosial melainkan juga manusia dengan bakat
religius manusia itu sendiri, hal ini disebabkan karena banyaknya kebutuhan dan kurangnya
sarana, maka timbullah masalah ekonomi, baik ekonomi modern maupun ekonomi islam.
Perbedaannya pada pilihan, pada ekonomi Islam pilihan kendalikan oleh nilai-nilai dasar Islam
sedangkan dalam ekonomi modern sangat dikuasai oleh kepentingan diri sendiri atau individu.
Menurut Yusuf Qardharwi, ekonomisi syariah merupakan ekonomi yang berdasarkan
pada ketuhanan. Esensi sistem ekonomi ini bertitik tolak dari Allah Azza Wajalla, tujuan
akhirnya kepada Allah Azza Wajalla dan memanfaatkan sarana yang tidak lepas dari syari’at
Allah. 4
Definisi ekonomi syariah para ahli tersebut menekankan karakter komprehensif tentang
subjek dan didasarkan atas nilai moral ekonomi syariah yang bertujuan mengkaji kesejahteraan
manusia yang dicapai melalui pengorganisasian sumber-sumber alam berdasarkan kooperasi dan
partisipasi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi syariah adalah ilmu yang
mempelajari aktivitas atau perilaku manusia secara aktual, dan empirikal, baik dalam produksi,
distrubusi, maupun konsumsi berdasarkan syariat islam yang bersumber kepada Al Qur’an da
Ass-Sunnah serta ijma’ para ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Ekonomi syariah bukan sekedar etika dan nilai yang bersifat normatif, tetapi juga bersifat positif
sebab ia mengkaji aktivitas aktual manusia. Problem- problem ekonomi masyarakat dalam
perspektif Islam. Dalam ekonimi syariah, baik konsumen maupun prudusen bukanlah raja.
Perilaku keduanya harus dituntun oleh kesejahteraan umum, individual, dan sosial sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

2. Sumber Hukum Ekonomi Syariah

Adapun beberapa sumber-sumber hukum ekonomi syariah sebagai berikut:


a. Al-Qur’anul Karim
Al-Qur’an adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum ekonomi
syariah yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna meperbaiki, meluruskan dan
mebimbing umat manusia kepada jalan yang benar. Di dalamterdapat ayat-ayat yang melandasi
hukum ekonomi syariah, salah satunya dalam Surat An-Nahl ayat 90 yang mengemukakan
tentang peningkatkan kesejahteraan umat Islam dalam segala bidang termasuk ekonomi. Firman
Allah yang berbunyi: Al-Qur’an banyak Artinya:”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran6.”
b. Hadis dan sunnah
Setelah Al-qur’an, sumber hukum ekonomi adalah hadis dan Sunnah. Yang mana
para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini apabila dodalam al-qur’an
tidak terperinci secara lengkap tentang hukum ekonomi tersebut.
c. Ijma’
Ijma’ adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan konsensus baik dari masyarakat
maupun cara cendikiawan agama yang tidak terlepas dari al-qur’an dan hadis.
d. Ijtihad dan Qiyas
Ijtihad adalah usaha setiap meneruskan usaha untuk menumukan sedikit banyaknya
kemungkinan suatu persoalan syariat. Sedangkan Qiyas adalah pendapat yang
merupakan alat pokok ijtihad yang dihasilkan melalui penalaran analogi.
e. Istihsan, Istislah Dan Istishab
Istihsan, Istislah Dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum yang lainnya dan telah
diterima oleh sebahagian kecil dari keempat Mazhab.

3.Tujuan hukum ekonomi syariah

Islam memiliki seperangkat tujuan dan niai yang mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia. Termasuk didalamya urusan sosial, politik dan ekonomi. Dalam hal ini
tujuan Islam (maqasid al syar’i) pada dasarnya ingin mewujudkan kebaikan hidup di dunia dan
akhirat. Beberapa pemikiran tokoh Islam dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut, menurut
Dr. Muhammad Rawasi Qal’aji dalam bukunya yang berjudul Mahabis Fil Iqtishad Al-
Islamiyah8 menyatakan bahwa tujuan ekonomi Islam pada dasarnya dapat dijabarkan dalam 3
hal yaitu:
a. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Dalam Negara
Pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang bersifat fundamental sebab dengan
pertumbuhan ekonomi negara dapat melakukan pembangunan.dalam ini konsep pembangunan
ekonomi yang ditawarkan oleh Islam adalah konsep pembangunan yang didasrkan pada landasan
filosofis yang terdiri atas tauhid, rububiyah, khilafah dan takziyah.
b. Mewujudkan Kesejahteraan Manusia
Terpenuhinya kebutuhan pokok manusia dalam pandangan Islam sama pentingnya
dengan kesejahteraan manusia sebagai upaya peningkatan spriritual. Oleh sebab itu, konsep
kesejahteraan dalam Islam bukan hanya berorientasi pada terpenuhinya kebutuhan material-
duniawi melaikan juga berorientasi pada terpenuhinya kesejahteraan spriritual-ukhrowi.
c. Mewujudkan Sistem Distribusi Kekayaan Yang Adil
Dalam hal ini kehadiran ekonomi syariah betujuan membangun mekaniskem
distribusi kkayaan yang adil ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Islam
sangat melarang praktek penimbuhan (ikhtiar) dan monopoli sumber daya alam di sekelompok
masyarakat. Konsep distribusi kekayaan yang ditawarkan oleh ekonomi Islam dengan cara
menciptakan keseimbangan ekonomi dalam masyarakat.
5. Prinsip Dan Nilai-Nilai Hukum Ekonomi Syariah

Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Syariah

A. Siap Menerima Resiko


Prinsip-prinsip ekonomi syariah yang dapat dijadikan pedoman oleh setiap
Muslim dalam bekerja untuk menghidupi dirinya dan keluarganya yaitu menerima resiko yang
terkait dengam pekerjaanya itu. Keuntungan dan manfaat yang diperoleh juga terkait dengan
jenis pekerjaannya. Karena itu, tidak ada keuntungan/manfaat yang diperoleh seseorang tanpa
resiko. Hal ini merupakan jiwa dari prinsip “dimana ada manfaat, disitu ada resiko” (al kharaj bi
al-daman).
B. Tidak Melakukan Penimbunan
Dalam sisten ekonomi syariah, tidak seorang pun diizinkan untuk menimbun
uang. Tidak boleh menyimpan uang tanpa dipergunakan. Dengan kata lain, hukum
Islam tidak memperoleh uang kontan (cash) yang nganggur tanpa dimanfaatkan.
C.Tidak Monopoli
Dalam sistem ekonomi syariah tidak diperbolehkan seseorang baik perorangan maupun
lembaga bisnis untuk melakukan monopoli. Harus ada kondisi persaingan dalam ekonomi
sebagai jiwa dari fastabiqul al-khairat.
D. Ta’awun (tolong menolong)
Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam lainnya yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar
pembangunan masyarakat adalah mewujudkan kerjasama umat manusia menuju terciptanya
masyarakat sejahtera lahir batin. Al-qur’an mengajarkan agar manusia tolong menolong
(ta’awun) dalam kebajikan dan taqwa, jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah Al-Maidah (5) ayat 2: Artiya:”Wahai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar- syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang
qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya, dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka).Dan tolong- menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip kerjasama dalam ekonomi Islam adalah
keniscayaan umat manusia menginginkan ketersalingan (mutualisme) akan rasa tolong menolong
(ta’awun) terutama yang terkait dengan kehidupan ekonomi, tetapi dengan syarat tidak boleh
tolong menolong dengan dosa dan pelanggaran.
E. Keadilan
Adil dalam pandangan Islam tidak diartikan sama rata, akan tetapi pengertiannya
adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya atau hak-haknya. Sikap adil sangat
diperlukan dalam tindakan berekonomi, dengan sikap adil setiap orang yang terlibat dalam
kegiatan ekonomi akan memberikan dan mendaptkan hak-haknya dengan benar. Al-Qur’an
memerintahkan setiap tindakan harus didasari dengan sikap adil karena bentuk keadilan akan
mendekatkan diri kepada ketaqwaan sebagimana firman Allah Swt Dalam Al-Qur’an Surah Al-
Maidah (5): ayat 8 yang berbunyi: Artinya:”Hai orang-orang beriman hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.12
F. Kejujuran (amanah)
Dengan demikian kejujuran (al-amanah) disini ialah suatu sifat dan sikap yang
setia, tulus hati, dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya baik
berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban. Pelaksanaan amanat yang baik dan dapat
disebut “al-amin” yang berarti yang dapat dipercaya, yang jujur yang setia, yang aman.
Kewajiban memiliki sifat kejujuran ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa 4/ ayat
58 yang berbunyi Artinya:“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhmya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya allah maha mendengar lagi maha melihat”.13
G. Kebenaran (al-shidqah)
Kebenaran (al-sidqah) adalah berlaku benar, baik dalam perkataan maupun
perbuatan. Kewajiban bersifat dan bersikap benar ini diperintahkan dalam Al- Qur’an Surah At-
Taubah/11: ayat 119 yang berbunyi : Artinya:”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.15 (Q.S Al- Hujurat 58/13)
H. Kebebasan (freewill),
Secara umum makna kebebasan dalam ekonomi dapat melahirkan dua
pengetian yang luas, yakni kreatif dan kompetitif. Dengan kreatifitas seorang bisa mengeluarkan
ide-ide, bisa mengekplorasi dan mengekspresikan potensi yang ada dalam diri dan ekonominya
untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan dengan kemampuan kompetisi, seorang boleh berjuang
mempertahankan, memperluas dan menambah lebih banyak apa yang diinginkannya.
Dalam ekonomi Islam, makna kebebasan adalah memperjuangkan apa yang menjadi haknya dan
menunaikan apa yang menjadi kewajibannya sesuai perintah syara’. Sebagaimana konsep
kepemilikan, konsep kebebasan dalam berekonomi manurut Islam, tidak boleh keluar dari
aturan-aturan syari’at. Bahwa manusia deberi kekuasaan dan keleluasaan oleh Allah untuk
berusaha mencari rezeki Allah pada segala bidangnya, namun tetap pada koridor usaha yang
tidak melanggar aturannya. Firman Allah Swt dalam surah Al-Jumu’ah ayat 10-11 yang
berbunyi: Artinya:“Apabila telah ditunaikan shalat, maka betebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia allah dan ingatlah allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(Q.S 62/10. Dan
apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka melihat kepadanya dan mereka
tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah:”apa yang di sisi allah adalah lebih
baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah sebaik-baiknya pemberi rezki. (Q.S
62/11).16
Kebebasan ekonomi Islam adalah kebebasan berakhlaq. Berakhlaq dalam berkonsumsi,
berproduksi dan berdistribusi. Dengan kebebasan berkreasi dan berkompetisi akan melahirkan
produktifitas dalam ekonomi. Dengan dasar ayat di atas juga, Islam menyarankan manusia untuk
produktif. Kegiatan produksi adalah bagian penting dalam perekonomian.17
I. Prinsip al ihsan (berbuat kebaikan),
pemberian manfaat kepada orang lain lebih dari pada hak orang lain.
J. Prinsip al mas’uliyah (pertanggung jawaban)
yang meliputi beragam aspek yaitu: pertanggung jawaban individu dengan individu (mas’uliyah
al-afrad), pertanggung jawaban dalam masyarakat (mas’uliyah al-mujtama). Manusia dalam
masyarakat diwajibkan melaksanakan kewajibannya demi terciptanya kesejahteraan anggota
masyarakat secara keseluruhan, serta tanggung jawab pemerintah (mas’uliyah al-daulah)
tanggung jawab
ini berkaitan dengan baitulmal.

K. Prinsip al kifayah
tujuan pokok prinsip ini menurut Sjaichul Hadi Purnomo18 adalah untuk membasmi kefakiran
dan mencukupi kebutuhan primer seluruh anggota dalam masyarkat.

2. Nilai-Nilai Hukum Ekonomi Syariah

Untuk menampilkan nilai-nilai hukum ekonomi syariah dalam penelitian ini, dilakukan
dengan menggunakan dua cara yaitu:
1. Melalui penelusuran literatur, khususnya yang tedapat dalam Al-Qur’an dan
sumber-sumber dalam bentuk referensi lainnya.
2. Nilai- nilai tersebut akan terungkap melalui penelitian lapangan, baik melalui
pengaatan langsung (observasi) dan wawancara terhadap para ahli atau informasn penelitian.
Secara observatif, pola penerapan ajaran Islam tersebut berawal dari pemahaman yang
tidak proporsional. Menurut Almarhum Muhammad Ali mensinyalir bahwa pemahaman seperti
itu tidak sepenuhnya berasal dari ajaran Islam, tetapi banyak juga telah dipengaruhi pandangan
ahli Islam yang bukan Muslim (orentalis) yang sengaja memalingkan pemahaman umat Islam,
agar semakin jauh dari keyakinan yang hakiki. 20
Nilai-nilai ekonomi Islam yang terpendam dalam Al-Qur’an terlebih dahulu harus dipodidikan
sebagai titik pangkal pengkajian. Selain nilai-nilai ekonomi Islam masih bersifat abstrak dan
universal, juga nilai-nilai ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dengan nilai-nilai Islam secara
keseluruhan.
Bedasarkan banyaknya jumlah ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah yang berkenaan dengan
nilai-nilai Islam secara normatif dan relavan dengan kegiatan ekonomi (secara tematis) tidak
dikemukakan seluruhnya sehingga hanya yang paling relavan yang dapat diajukan, yaitu sebagai
berikut:
a. Penegasan secara eksplisit tujuan penciptaan manusia dan jin ke bumi
Islam telah memberikan tafsiranyang berintikan pada makna dan model penyembahan itu
sendiri. Setelah dilakuan identifikasi esensi dan model-model penyembahan kepada sang
pencipta, maka dalam konteks ajaran Islam seluruhnya bermuara pada ibadah, baik dalam
pengertiannya yang khusus (shalat, zakat, puasa, dan lain-lain).
5. Asas-asas Hukum Ekonomi Syariah
Menurut Nana Herdiana Abdurahman, asas-asas hukum ekonomi syariah yaitu:
1) Kesatuan (Unity). Kesatuan disini merupakan refleksi dari konsep tauhid, yang
memadukan keseluruhan aspek kehidupan Muslim baik di bidang ekonomi, politik, sosial
menjadi keseluruhan yang homogen, serta
mementingkan konsitensi dan keteraturan yang koprensif.
2) Keseimbangan (Equitibrium). Dalam aktivitas dunia kerja dan bisnis, Islam
mengharuskan untuk berbuat adil, tidak terkecuali pada pihak yang tidak
disukai.
3) Kehendak bebas (Free Will). Kebebasan merupakan bagian zakat, infaq dan
sedekah. Penting dalam nilai etika ekonomi Islam, tetapi kebebasan itu sepanjang tidak
merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar, tidak ada larangan
memperkaya diri, tetapi ketika tujuannya diikat dengan kewajiban bagi setiap individu
terhadap masyarakat lainya melalui
4) Tanggung Jawab (Responsibility). Kebebasan tanpa batas adalah sesuatu yang
mustahil bagi manusia. Untuk memengaruhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia
harus mempertanggung jawabkan tindakannya, secara logis, prinsip ini berhubungan erat
dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh
manusia dengan betanggung jawab sesuai yang dilakukannya.

5) Kebenaran (True). Dalam konteks bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap
dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi), proses mencari atau
memperoleh komoditas pengembangan ataupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini, etika bisnis Islam sangat menjaga
dan berlaku prefentif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang
melakukan transaksi, kerja sama, atau perjanjian dalam bisnis.
6) Keadilan keseimbangan antara berbagai potensi individu, baik, moral maupun materil,
antara individudan msyrarakat, maupun antar masyrakat satu dan lainnyayang
berlandaskan pada syari’ah Islam.
Asas-asas Hukum Ekonomi Syariah diatas dapat dipahami secara ringkas menjadi
kebebasan dalam kepemilikan dan usaha bisnis keadilan dalam produksi dan distribusi
komitmen terhadap nilai nilai akhlak dalam praktik bisnis.

a) Karakteristik Hukum Ekonomi Syariah a) Spirit ketuhanan (robbaniyah)


Sebagaimana diketahui bahwa Islam adalah sebuah agama yang merujuk semua
perkaranya kepada Allah dengan konsep ketuhanan. Tidak hanya merujuk, bahkan segala
kegiatan tujuannya adalah perkara yang bersifat ketuhanan, tentunya ini sangat berbeda
dengan sistem-sistem ekonomi konvensional yang tujuannya hanya memberi kepuasan
pada diri tanpa merujuk atau bertujuan selain dari itu. Maka sebagimana Islam selalu
menanamkan akhlaq dan adab dalam segala aspek kehidupan diterapkan pula dalam hal
interaksi perekonomian. Islam telah mengajarkan bahwa manusia merupakan pemimpin
di muka bumi sebagaimana firmanya yang berbunyi: Artinya: “Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.”27 (Q.S Al-Baqarah 02/30). Kemudian dilanjutkan dengan ayat Al-Hud ayat 61
: Jelas penuturan ayat-ayat di atas sudah rujukan serta tujuan dari sistem ekonomi Islam,
yaitu sebuah asas ketuhanan, sehingga nantinya dapat menciptakan masyarakat yang
tentram serta seimbang perekonomiannya.

b) Keseluruhan (Syumuliah)
Sistem ekonomi Islam tidak lain merupakan sebuah cakupan dari ketetapan- ketetapan
yang berlaku dalam Islam. Karena Islam merupakan sebuah sistem yang mengatur segala
aspek kehidupan yang masuk di dalamnya aspek perekonomian.29
c) Menggunakan Sistem Bagi Hasil
Salah satu prinsip ekonomis syariah adalah pembangian kepemilikan yang
mengedepankan keadilan, artinya keuntungan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi
dibagi secara adil.
d) Menggabungkan Antara Nilai Spritual Dan Material
Ekonomi syariah hadir sebagai wujud dalam membantu perekonomian para
nasabah
untuk mendapatkan keuntungan sesuai ajaran Islam. Kekayaan yang diperoleh dari
kegiatan ekonomi dapat digunakan untuk zakat, infaq dan shadaqah sesuai ajaran Islam.
e) Memberikan Kebebasan Sesuai Ajaran Islam
Ekonomi syariah memberikan kebebasan kepada pelaku usaha ekonomi untuk
bertindak sesuai hak dan kewajiban mereka dalam menjalankan perekonomian dan
kegiatan yang dilakukan haruslah positif sesuai ajaran yang berlaku dan mempertanggung
jawabkan apa yang telah dilakukan. f) Mengakui Kepemilikan dan Multi Jenis
Bahwa kepemilikan dana dan harta perkonomian sejatinya hanyalah milik allah.
Sehingga dalam menjalankan perkonomian sesuai dengan ajaran Islam.
g) Terikad Akidah, Syariah, dan Moral
Semua kegiatan ekonomi didasrkan pada akidah, syariah dan moral untuk
menyeimbangkan perekonomian.
h) Menjaga Keseimbangan Rohani dan Jasmani
Tujuan perekonomian syariah bukan sekedar keuntungan fisik, namun diarahkan
untuk mendapatkan keuntungan dan ketenangan batin di dalam hidup.
i) Memberikan Ruang Pada Negara dan Pemerintah
Perekonomian syariah memberikan ruang ruang kepada pemerintahdan negara
untuk ikut bercampur tangan sebagai penegah apabila terjadi suatu permasalahan.
j) Melarang Praktik Riba
Larangan Riba’ dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-Qur’an melainkan juga
hadis, yaitu”ingatlah bahwa kamu akan menghadap tuhanmu dan dia pastikn menghitung
amalmu”.
BAB II

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif Penelitian ini adalah penelitian
studi pustaka, dimana penulis menelusuri secara mendalam konsep ekonomi Konvensional,
Konvensionalme, ekonomi islam, ekonomi Konvensionalme dalam perspektif islam dengan
Mengumpulkan literature, jurnal dan dokumen yang terkait, Membaca dan menemukan
topic-topik yang akan di angkat dalam pembahasan, Mengutip topic-topik yang relevan dan
tepat di pembahasan terkait Konvensionalme, ekonomi Konvensionalme, dampak positif
dan negative Konvensionalme, Konsep dasar ekonomi islam, Konvensionalme dalam
perspektif islam, Melakukan pemaparan dan analisis dengan pendekatan content analysis.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan menggunakan


deskriptif. Menurut Jauhari menjelaskan, “metode deskriptif merupakan metode yang
memberikan gambaran atau secara deskriptif mengenai objek sehingga dapat diperoleh
informasi tentang kondisi subjek atau objek penelitian.” Pendapat Jauhari dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa metode deskriptif mengilustrasikan relevansi kondisi sebuah sumber data
penelitian secara akurat dengan tujuan untuk menguak sumber data dan atau objek
penelitian secara lebih detail (dalam penelitian Fatmawati dkk, 2017: 421).

2. Objek penelitian
Objek instrumen yang digunakan melakukan penilitian bahasa pada perbandingan
ekonomi kapitaslisme dengan ekonomi islam. Data yang diperoleh secara akurat dan valid.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku, jurnal dan intenet yang
sesuai dengan topic penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan metode deskriptif-analitik. Pada setiap data yang telah
dikemas kemudian diuraikan dengan mengaitkan dengan teori yang digunakan dalam
penelitian. Untuk menunjang proses penelitian ini digunakan jurnal-jurnal sebagai acuan
penelitian.
BAB III
PEMBAHASAN

Perbandingan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Konvensionalme

Pertama, Rasionalitas dalam ekonomi konvensional adalah rational economics man


yaitu tindakan individu dingap rasional jika bertumpu pada kepentingan diri sendiri (self
interest) yang menjadi satu-satunya tujuan bagi seluruh aktivitas. Ekonomi konvensional
mengabaikan moral dan etika dan hanya sebatas kepentingan di dunia tanpa memikirkan
kepentingan di akhirat. Sedangkan ekonomi Islam hendak membentuk manusia ekonomi
yang berkarakter Islami atau Islamic economic man.
Kedua, Tujuan utama ekonomi Islam adalah untuk mencapai falah di dunia dan
akhirat, sedangkan ekonomi konvensional semata-mata kesejahteraan duniawi.
Ketiga, Islam lebih menekankan pada konsep need daripada want dalam menuju
maslahah, karena need lebih bisa diukur daripada want. Menurut Islam, manusia mesti
megendalikan dan mengarahkan want dan need sehingga dapat membawa maslahah dan
bukan mudharat untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Keempat, Orientasi dari keseimbangan konsumen dan produsen dalam ekonomi
konvensional adalah semata-mata untuk keuntungan. Semua tindakan ekonominya
diarahkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jika tidak demikian justru
dianggap tidak rasional. Lain halnya dengan ekonomi Islam yang tidak hanya ingin
mencapai keuntungan ekonomi tetapi juga mengharapkan keuntungan rohani dan al-falah.
Keseimbangan antara konsumen dan produsen dapat diukur melalui asumsi-asumsi secara
keluk.
1. Pengertian Ekonomi Islam

Dikatakan ekonomi islam atau ekonomi syariah karena berbasis pada aturan dan cara
islam. baik dalam hal teknis, sistem kerja dan dalam menyikapi permasalahan yang
muncul. Perbedaan ekonomi islam dan konvensional bisa ditinjau dari kepentingan.
Misalnya ditinjau dari tujuannya, maka ekonomi islam atau ekonomi syariah lebih
mengutakan untuk mencapai tujuan yang baik untuk urusan di dunia, tetapi juga baik
untuk di akhirat.
Misalnya terkait masalah riba, maka dalam ekonomi islam di tiadakan istilah riba.
Tujuan lain dari ekonomi islam adalah tidak berorientasi pada diri sendiri, melainkan
untuk mencapai kepentingan oranglain juga. Sehingga mampu mencapai kesejahteraan
dan keadilan bagi rakat secara umum.
Sumber perekonomian islam mengacu pada Al-quran dan hadist. Di mana ada aturan
dalam menjalankan roda perekonomian.
Dimana ada aturan dalam peminjaman uang, atau sekedar mengatur tentang hukum
riba dalam sudut pandang islam. karena di Al-quran dan hadist juga akan diberi
penjelasan jika melanggar, maka akan menerima sanksi di akhirat nanti.
Di dasarkan pada kepemilikannya, maka ekonomi islam menetapkan bahwa sumber
kepemilikan kekayaan yang dimiliki individu adalah milik Allah, manusia hanya bersifat
dititipi sementara.Itu sebabnya dalam pembagian hasil berdasarkan pada pengambilan
keuntungan dari prosentase pendapatannya saja.

2.Pengertian Ekonomi Konvensional

Berbeda lagi dengan ekonomi konvesional. Perekonomian konvensional adalah ilmu


yang mempelajari perekonomian yang menekankan pada kebebasan dan menggunakan
sistem perekonomian berbasis pada era global.
Perbedaan ekonomi islam dan konvensional jelas saja berbeda. Dilihat dari segi
tujuannya, ekonomi konvensional bertujuan untuk mementingkan dan meraup
keuntungan sebesar-besarnyang yang sifatnya keduniawian.
Tujuan lainnya adalah mencapai kesejahteraan individu itu sendiri. Memang berbeda
jauh dengan ekonomi islam. sumber ekonomi konvensional mengacu pada hal-hal yang
sifatna positivicti.
Bagaimana jika ditinjau dari kepemilikannya, apakah perbedaan ekonomi islam dan
konvensional sama? tentu saja berbeda.
Pada ekonomi konvensional, kepemilikan hanya untuk pribadi ang dibabaskan untuk
memiliki semua kekayaan yang diperolehnya saja.
Sedangkan dari segi pengambilan hasil, bisa di dapatkan dari bunga dari pengambilan
keuntungan dari prosentase modal.

3. Perbedaan Prinsip dalam Ekonomi Islam dan Konvensional

Selain beberapa yang disinggung di atas. ada perbedaan yang paling mendasar. Salah
satunya perbedaan prinsip. Jika ekonomi konvensional berprinsip pada konsep scarcity
sedangkan ekonomi islam berprinsip pada Goal oriented diciplin.
Konsep scarcity adalah konsep yang menekankan pada mempelajari perilaku manusia
dalam menyikapi kelangkaan. Dengan kata lain, konsep ini membebaskan seseorang
untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara maksimal untuk mencapai
tujuan mereka. sedangkan goal oriented diciplin lebih luas lagi, di sana tidak hanya
mempelajari cara mengalokasikan sumber daya secara maksimal, tetapi juga mempelajari
tujuan. Tujuan di dunia dan di akhirat.

4. Perbedaan Mekanisme Pasar Ekonomi Islam dan Konvensional

Dari segi mekanisme, tentu saja berbeda jauh. Jika ekonomi konvensional
menggunakan mekanisme bebas keluar masuk pasar tanpa intervensi. Padahal jika pasar
tidak di atur, dan dibiarkan bebas, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam
penawaran dan stok barang. Salah satu contoh konkrit adalah masalah masker akibat
virus corona. Banyak terjadi penimbunan barang sekaligus terjadi lonjakan harga yang
fantastis tinggi.

Berbeda mekanisme pasar pada ekonomi islam, dimana ia meyakini adannya invisible
hand yang mencoba untuk mengefisiensikan pasar. Jadi ekonomi islam
mempertimbangkan proses produksi dan distribusi barangjasa. Menjadikan pemerintah
sebagai unit ekonomi yang berdampingan dengan unit ekonomi lain, demi menjaga
kestabilan.

5. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional Pada Distribusi Kekayaan

Perbedaan kedua jenis ekonomi ini juga dapat dilihat dari perbedaan distribusi
kekayaan. Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa terjadi dua perbedaan ang cukup
jauh diantara keduannya. Pada ekonomi konvensional, prinsipna mendapatkan
keuntungan dan kekayaan sebesar-besarnya. Lebih condong ke kapitalis, dimana
kekayaan hanya berpihak pada pemilik modal yang paling besar. Sehingga terjadi
pemerataan kekayaan harta atau semacamnya. Salah satu bentuknya dengan mekanisme
zakat, sedekah, infaq atau waqaf.

6. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional Pada Perolehan Keuntungan

Perbedaan yang paling menonjol yang lain dari segi perolehan keuntungan. Pada
ekonomi konvensional, justru seolah menekan seseorang jika ingin mendapatkan
keuntungan. Prinsip yang digunakan pun menggunakan time value of money, dimana
nilai uang saat ini lebih tinggi dibandingkan nilai uang dimasa datang.

Time value of money dalam bahasa umum lebih akrab di kenal dengan bunga.
Masarakat ang meminjam hutan pun akan dikenai bunga tinggi. Bunga yang tinggi tentu
saja akan semakin mencekik bagi mereka. sedangkan mereka yang memiliki saldo tinggi,
mereka pun akan mendapatkan bunga tersebut. alih-alih uang hilang, justru bertambah.
Dari ini saja sudah dapat dilihat potensi kesenjangan kekayaan pun akan semakin tampak.

Berlau sebaliknya, perolehan keuntungan pada ekonomi islam dihitung ketika terjadi
transaksi bisnis, maka akan terjadi pembagian keuntungan dari bisnis tersebut. sehingga
terjadi keseimbangan antara usaha dan tindakan. Tidak ada istilah bunga, yang sifatnya
merugikan bagi mereka yang meminjam uang di bank dan semacamnya.

Itulah perbedaan ekonomi islam dan konvensial yang barangkali tidak semua orang
tahu. Kini ekonomi syariah di Indonesia tengah menjamur dimana-mana. Tidak hanya
dalam bentuk per-bank-kan saja. Tetapi dalam property pun juga sudah ada embel-embel
ekonomi islam atau ekonomi syariah. Memang hal ini awal yang baik. Namun kenyataan
di lapangan, masih selalu ada sisi kekurangan dari ekonomi islam. dimana ekonomi islam
tidak sesuai bekerja sebagaimana tanggung jawabanya. Semacam hanya kedok atau
istilah syariah. Dari sistem kerja dan lain-lainnya masih sama. itu sebabnya perlu kejelian
dan seleksi dalam memilih.
PENUTUP

Perbedaan ekonomi islam dan ekonomi Konvensional mempunyai ciri khusus


yang dimana ekonomi islam menjadi jalan lain untuk peradaban yang lebih baik. Namun
demikian, penerapan ekonomi islam masih banyak kendala dan belum banyak Negara yang
memakai system ekonomi islam. Pemerintah seagai pemegang kebijakan hingga mindset
masyarakat yang sudah nyaman dengan system Konvensional. Untuk mengubah pola pikir
masyarakat yang sudah terlanjur mendarah daging tentang konsep ekonomi Konvensional
dibutuhkan kesabaran dan kegigihan yang kuat. Penerapan ekonomi Islam harus
menyeluruh, walaupun dilakukan secara bertahap. Jihad untuk menegakkan teori ekonomi
Islam harus dimulai dari sekolah-sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Karena selama ini
buku-buku pelajaran yang diajarkan adalah teori ekonomi Konvensional
DAFTAR PUSTAKA

Al-’Assal, A.M & Fathi Ahmad Abdul Karim. 1999. Sistem, Prinsip dan Tujuan
Ekonomi Islam (Terjemahan). Penerbit CV. Pustaka Setia.
An-Nabhaniy,T. 1953. Nizham Al-lslam. Beirut.
Budiono. 1998. Ekonomi Makro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2.
Edisi 4. BPFE. Yogyakarta.
Karim, A. 2001. Ekonomi Islami: Suatu kajian Ekonomi Mikro. Karim Business
Consulting.
Jakarta
Mankiw,N.G.2000.PengantarEkonomi.PenerbitErlangga.Jakarta.
Samuelson,P.A&Wiliam.
2004. Mikroekonomi Edisi Ke-14 (Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori MikroEkonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Dinnul Alfian Akbar,Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional,Jurnal Ekonomi volume
1 tahun

Anda mungkin juga menyukai