Disusun oleh:
Siti Kamilah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. KESIMPULAN ....................................................................................................6
B. SARAN ................................................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat sekarang paradigma ekonomi Islam semakin marak dipelajari dan diteliti, riil
dunia pada masa kontemporer ini mendorong semakin banyaknya para pembuat kebijakan
yang secara serius meragukan universalitas, realitas, produktivitas, dan bahkan moralitas
sejumlah asumsi dasar dan konsepsi inti paradigma tersebut. Ketidaksepakatan dan
ketidak setujuan tidak lagi hanya terbatas pada masalah pinggiran, melainkan banyak
masalah serius yang menyangkut masalah pokok. Apa yang sedang dipersoalkan kembali
bukan semata-mata berkaitan dengan masalah persepsi terhadap kebijakan dan produk
akhir, melainkan telah mencakup asumsi-asumsi dasar tentang sifat manusia, motivasi,
usaha, perusahaan yang menjadi dasar ekonomi dan institusional yang di Tidak dapat
dipungkiri beragam permasalahan telah timbul menyelimuti wajah
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sejarah Peradaban dan Pemikiran Ekonomi Islam?
2. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Masa Monzer Kahf?
3. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Masa Yusuf Qordhowi?
C. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menjawab poin-poin rumusan masalah yang telah
disebutkan di atas, juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Bisnis Islam.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
B. PEMIKIRAN MONZER KAHF
3
Monzer Kahf berusaha mengubah persepsi masyarakat bahwa ekonomi
menjadi bagian utama dari agama yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan. Beliau
berasumsi bahwa sistem ekonomi Islam bukan hanya diperuntukan bagi umat Islam
saja, namun bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Teori-teori pola konsumsi yang diterapkan oleh Monzer Kahf juga sesuai
dengan Islam. Pola konsumsi yang terstruktur sesuai yang Kahf asumsikan, yaitu pola
konsumsi yang meliputi keberhasilan, efek perilaku konsumen, dan kekayaan.
1. Konsep keberhasilan, Keberhasilan seorang muslim berlandaskan moral
seseorang, moralitas ini menjadi poin penting dalam keberhasilan individu dalam
islam. Khaf mengutip dari pemikiran dari M. N Siddiqi bahwa menurutnya
“keberhasilan seseorang itu ada pada kebaikan orang tersebut, semakin banyak
perbuatan baik yang dilakukan oleh orang tersebut maka dipandang keberhasilan
yang tinggi pula”.
2. Efek perilaku konsumen, Setelah seseorang mengonsumsi suatu barang maka
otomatis dia akan memperoleh kepuasan terhadap barang tersebut, ini bisa
disebut dengan efek langsung yang dirasakn di dunia, kemudian ada efek tidak
langsung Yang dirasakannya ketika diakhirat nanti yaitu nilai kehalalan dan
keharaman dari suatu barang tersebut.
3. Kekayaan, Menurut ekonomi konvensional kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang merupakan harta mutlak miliknya, dalam ajaran agama islam kekayaan
yang dimiliki seseorang yaitu titipan dari Allah SWT yang dimaksudkan sebagai
instrumen manusia untuk mencapai tujuan di akhirat.
4
a. Etika dalam bidang Produksi, Prinsip etika dalam produksi yang wajib
dilaksanakan oleh setiap muslim baik perseorangan maupun kelompok menurut
Yusuf al-Qardhawi adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah dan tidak
melewati batas (Ambarwati, 2013). Kemudian, etika yang selanjutnya adalah
memelihara sumber daya alam. Sumber daya alam adalah nikmat Allah kepada
makhluk-Nya, dan manusia wajib mensyukurinya. Diantara bentuk syukur itu
adalah menjaganya dari kerusakan dan kehancuran.
b. Etika dalam bidang Konsumsi, Etika kedua yang menjadi fokus utama al-Qrdhawi
adalah dalam bidang konsumsi. Menurut Yusuf al-Qardhawi bukan hanya sikap
sederhana dalam kegiatan konsumsi, namun harus juga diterapkan menghindari
dari sikap kemewahan (bermewah-mewahan). Berlebih-lebihan merupakan sikap
yang dilarang karena akan membawa diri dalam kenikmatan dan bermegah -
megahan. Bermegah-megahan akan mengarahkan diri kepada sikap boros. Sikap
boros itu sendiri termasuk sikap yang dibenci Allah dan sikap yang merusak harta,
meremehkan atau kurang merawatnya sehingga rusak dan binasa. Perbuatan ini
termasuk membuang-buang uang yang dilarang (Ambarwati, 2013).
c. Etika dalam bidang Distribusi, Distribusi adalah salah satu aspek pemasaran.
Distribusi juga bisa diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha
memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan apa yang diperlukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Islam ingin pendistribusian harus didasarkan pada
dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan sendi keadilan (Ambarwati, 2013).
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dalam bertindak yang di awasi
oleh nilai-nilai agama dan keadilan. Sebagai bentuk keseimbangan antara
perseorangan dengan masyarakat. Islam juga mengajarkan pemeluknya untuk berbuat
adil dalam berbagai aspek.
Dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Islam menurut pandangan Yusuf Qardhawi
yang berdasarkan ketuhanan atau tauhid, karena aturan-aturan atau hukum-hukumnya
adalah berdasarkan dari Allah dan semua yang dikerjakan juga akan dikembalikan
kepada Allah. Yang mana semua aktivitas ekonomi baik yang berkenaan dengan
aspek produksi, konsumsi, dan distribusi selalu berkaitan dengan ketuhanan,
bersumber dari Tuhan dan dimaksudkan untuk Tuhan.
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemikiran ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap
tantangan-tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi tersebut
diilhami dan dipandu oleh ajaran Al-quran sunnah, ijtihad (pemikiran) dan
pengalaman empiris mereka. Objek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam
bukanlah ajaran tentang ekonomi, tetapi pemikiran para ilmuan Islam tentang
ekonomi dalam sejarah atau bagaimana mereka memahami ajaran Al-quran dan
sunnah tentang ekonomi.
B. SARAN
Peulis menyadari bahwa dalam penyususnan makalah ini, pasti terdapat
kekeliruan.baik dalam tulisan maupun susunan kata-kata yang kurang sesuai.
Maka dari itu, penulis memberikan kesempatan kepada pembaca untuk
memberikan saran dan idenya. Agar kami dapat menyusun makalah yang lebih
baik lagi kedepannya.
6
DAFTAR PUSTAKA