Anda di halaman 1dari 14

Makalah sejarah pemikiran ekonomi islam

EKONOMI DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI DAN IBN TAIMIYAH

Dosen Pengampu: Dr. Munadi Idris, M.E

Di susun Oleh :

Susanti : 2022050102091

Nasywa Amaliah Putri : 2022050102089

Rizwandi Gunawan : 20200050102084

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

TP.2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah
kepada kami semua hamba-nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda
kita Nabi besar Muhammad Saw. serta keluarga, sahabat kerabat dan umatnya karena berkat
rahmat Allah-lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
EKONOMI DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI DAN IBN TAIMIYAH” sebagai tugas
dari mata kuliah sejarah pemikiran ekonomi islam.

Ucapan terimakasih tak lupa kami ucapkan kepada semua pihak yang telah ikut serta
dalam membantu dan terlibat baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam
pengerjan makalah ini. Kami menyadari adanya kekurangan dalam maklaah ini , oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
wawasan bagi kita semua, khusus-nya dalam memahami yang berkaitan dengan “ekonomi
dalam pandangan al-ghazali dan ibn taimiyah”.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 6

A. Pemikiran al-Ghazali ............................................................................... 6


B. Pemikiran Ibn Taimiyah .......................................................................... 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 13

A. KESIMPULAN ........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam, sebelum adanya sistem_sistem ekonomi Sosialis dan Kapitalis, telah


memberikan landasan fundamental dan petunjuk yang dapat membawa kepada
kebahagiaan manusia dalam soal materi dan ekonomi sejak seribu tahun lalu.
Bahkan, Islam memuat kebaikan yang terdapat pada sistem ekonomi manapun, baik
sistem dulu maupun yang akan akan datang, dan ia (sistem Islam) selalu terhindar dari
keburukan. Salah satu prinsip yang ditanamkan oleh Islam, seperti yang terdapat dalam
Al_Qur‟ān, adalah model berdagang yang baik dan berkah; bahwa jual_beli itu harus
didasarkan pada sikap rela dan tidak ada paksaan. Demikian pula dengan beberapa
pesan Nabi Saw. yang terekam dalam hadisnya; bagaimana suatu system ekonomi itu
dibangun dan dilaksanakan.

Salah ekonomi selalu menarik perhatian terlebih kalangan pelaku pasar maupun
akademisi serta kelompok masyarakat umum. Berbagai pemikiran telah dikeluarkan
dalam rangka mencari solusi masalah ekonomi tersebut. Tetapi untuk mencari
penyelesaian yang akurat dan tepat dalam mengatasi masalah ini secara
keseluruhan banyak menemui kegagalan dan sangat sedikit keberhasilan yang
diperoleh.

Tulisan ini mencoba mendiskusikan pemikiran al_Ghazali mengenai sistem ekonomi


Islam dan pemikiran Ibn Taimiyah.

Sebagai seorang hujjah al-Islam, al_Ghazali lebih dikenal dan terkenal dengan
pemikiran filsafat dan tasawuf. Akan tetapi, bila dicermati dengan baik, ternyata,
al_Ghazali juga memiliki gagasan pemikiran ekonomi yang dituangkannya dalam
beberapa tulisannya, diantaranya dalam Ihya „Ulum al_Din. pemikiran ekonomi Imam
al_Ghazali yang lebih dikenal sebagai Sufi, filosof, ahli Kalam. Meskipun tidak
secara rinci menjelaskan sistem ekonomi secara lugas, namun pandangan ekonomi
al_Ghazali dapat dijadikan dasar dan prinsip dalam mengembangkan teori_teori ekonomi
Islam.1

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang berkaitan dengan masalah ekonomi, beliau
memiliki ilmu pengetahuan yang sangat dalam tentang ajaran islam. Islam masa kini
membutuhkan pandangan ekonomi yang jernih tentang apa yang diharapkan dan
bagaimana sesuatu itu bisa dilakukan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
kebebasan dalam berusaha dan hak milik, yang dibatasi oleh hukum moral dan diawasi
oleh Negara yang adil dan mampu menegakkan hukum syari‟at. Seluruh kegiatan
ekonomi dibolehkan, kecuali suatu kegiatan tersebut secara tegas dilarang oleh syari'at”. 2

1
Otta, Y. A. (2016). SISTEM EKONOMI ISLAM (Studi Atas Pemikiran Imam al-Ghazali). Jurnal Ilmiah
Al-Syir'ah, 9(2).
2
Taimiyah, P. I. PEMIKIRAN TOKOH EKONOMI ISLAM: IBNU TAIMIYAH.

4
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep pemikiran al-Ghazali terhadap ekonomi?
2. Bagaimana pandangan Ibn Taimiyah terhadap ekonomi?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk menganalisa konsep pemikiran al-Ghazali
2. Agar mengetahui pandangan Ibn Taimiyah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran al-Ghazali

Sejarah hidup hujjatul Islam, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Tusi al-
Ghazali, di mulai dari kota Tus, sebuah kota kecil di Khurasan Iran. Ia lahir di kota tersebut
pada tahun 450 H (1058 M). Sejak muda, al-Ghazali sangat antusias terhadap ilmu
pengetahuan. Ia pertama-tama belajar bahasa Arab dan fiqh di kota Tus, kemudian pergi ke
kota Jurjan untuk belajar ushul Fiqhi. Ia juga pergi ke Naisabur dan di kota ini ia belajar
kepada al-Haramain al-Ma‟ali al-Juwaini sampai al Juwaini wafat tahun 478 H.3

Al-GhazaliAl-Ghazali dikenal memiliki pemikiran yang sangat luas dalam berbagai


bidang keilmuan. Bahasannya tentang ekonomi dapat ditemukan dalam karya
monumentalnya Ihya Ulumuddin, al-Mustashfa Mizan, al-Amaldan At-Tibr al-Masbuk fi al-
Nasihah al-Muluk. Bahasan ekonomi Al-Ghazali mencakup aspek luas meliputi
pertukaran dan evolusi pasar, produksi, barter dan evolusi uang, serta peranan negara
dan keuangan publik.

Secara umum sosio ekonomi, Al-Ghazali berakar dari sebuah konsep fungsi
kesejahteraan sosial Islam. Tema yang menjadi pangkal tolak seluruh karyanya adalah
konsep maslahah, yakni sebuah konsep yang mencakup semua aktivitas manusia dan
membuat kaitan erat antara individu dan masyarakat. Al-Ghazali telah menemukan
sebuah konsep fungsi kesejahteraan sosial yang sulit diruntuhkan dan telah dirindukan
oleh para ekonom kontemporer.

Perhatian al-Gazali terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu bidang
tertentu, tetapi meliputi aspek kehidupan manusia. Ia melakukan studi keislaman secara
luas untuk mempertahankan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, kita tidak menemukan
sebuah karya tulisnya yang khusus membahas ekonomi Islam. Perhatiannya di bidang
ekonomi itu terkandung dalam berbagai studi fiqihnya, karena ekonomi Islam, pada
hakikatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fiqih Islam4

Menurut Al-Ghazali, konsep kesejahteraan masyarakat tergantung kepada


pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yakni, agama (al-din),hidup
(nafs),keturunan (nasl), harta (mal),dan akal (aql). Selain itu, Al-Ghazali mendefenisikan
aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosial dalam kerangka sebuah hirarki utilitas
individu dan sosial yang tripartite, yakni kebutuhan (daruri), kesenangan (hajat), dan
kemewahan (tahsinaat).

3
Fahlefi, R. (2018). Pemikiran Ekonomi al-ghazali. JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah), 11(1), 22-32.
4
Sirajuddin, S. (2016). Konsep Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali. Laa Maisyir: Jurnal Ekonomi
Islam, 3(1).

6
Al-Ghazali memandang bahwa perkembangan ekonomi sebagai bagian dari
tugas-tugas kewajiban sosial yang sudah ditetapkan Allah. Jika tidak dipenuhi
kehidupan dunia akan runtuh dan kemanusiaan akan binasa, aktivitas ekonomi harus
dilakukan secara efisien karena merupakan bagian dari pemenuhan tugas keagamaan
seseorang.5

Di dalam kitab Ihya Ulumuddinada beberapa konsep ekonomi yang ditawarkan oleh Al-
Ghazali antara lain;

1. Pertukaran suka rela dan evolusi pasar

Al-Ghazali menyatakan bahwa timbulnya pasar didasarkan pada kekuatan


permintaan dan penawaran untuk menentukan harga dan laba. Selain itu, pasar
berevolusi sebagai bagian dari ”hukum alam” segala sesuatu, yakni sebuah eksperesi berbagai
hasrat yang timbul dari diri sendiri untuk saling memuaskan kebutuhan ekonomi.

Menurut Al-Ghazali secara alami manusia selalu membutuhkan orang lain; petani
membutuhkan ikan yang ada pada nelayan, sebaliknya nelayan membutuhkan beras yang ada
pada petani, dan lain sebagainya. Dalam memenuhi kebutuhan itu, manusia pun
memerlukan tempat penyimpanan dan pendistribusian semua kebutuhan mereka.
Tempat inilah yang kemudian didatangi manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhannya, dari sinilah munculnya pasar.

2. Aktivitas Produksi

Al-Ghazali menggambarkan aktivitas produksi menurut kepentingan sosial dan


menitikberatkan perlunya kerja sama dan koordinasi serta fokus utamanya adalah
tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos Islam.

3. Produksi Barang-Barang Kebutuhan Dasar sebagai Kewajiban Sosial

Al-Ghazali menganggap bahwa kerja sebagai bagian dari ibadah seseorang. Bahkan,
produksi barang-barang kebutuhan dasar sebagai kewajiban sosial (fard al-kifayah). Hal ini
berarti, jika telah ada sekelompok orang yang berkecimpung di dunia usaha yang
memproduksi barang-barang tersebut dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan
masyarakat, maka kewajiban seluruh masyarakat telah terpenuhi.

4. Barter dan Evolusi Uang

Menurut Al-Ghazali salah satu penemuan terpenting dalam perekonomian adalah


uang. Uang mengatasi permasalahan yang timbul dari suatu pertukaran barter. Bahkan
Al-Ghazali menyatakan tentang signifikansi uang; ”Penciptaan dirham dan dinar (koin
emas dan perak) adalah salah satu karunia Allah. Semua transaksi ekonomi didasarkan
dua jenis uang ini. Dinar dan Dirham adalah logam yang tidak memberikan manfaat

5
Faizal, M. F. (2015). Studi Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Ekonomi Islam. Islamic Banking:
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, 1(1), 49-58.

7
langsung. Namun orang membutuhkannya untuk mempertukarkannya dengan bermacam-
macam barang lainnya, seperti makanan, pakaian, dan lain-lain.”

5. Peranan Negara dan Keuangan Publik

Menurut Al-Ghazali negara adalah lembaga yang penting, tidak hanya bagi
berjalannya aktivitas ekonomi dari suatu masyarakat dengan baik, tetapi juga untuk
memenuhi kewajiban sosial sebagaimana yang diatur oleh wahyu. Al-Ghazali
menyatakan bahwa: ”negara dan agama adalah tiang-tiang yang tidak dapat
dipisahkan dari sebuah masyarakat yang teratur. Agama adalah fondasinya, dan
penguasa yang mewakili negara adalah penyebar dan pelindungnya; bila salah satu dari
tiang ini lemah, masyarakat akan ambruk.”Al-Ghazali menambahkan bahwa
ketidakmampuan manusia untuk memenuhi sendiri semua kebutuhannya mendorongnya
untuk hidup dalam masyarakat yang beradab dan kerja sama. Namun, kecenderungan
seperti ini, persaingan dan egoisme dapat menciptakan konflik. Oleh karena itu, diperlukan
suatu aturan bersama untuk mengurangi kecenderungan itu. Untuk itu, maka peran negara
sangat esensial adalah untuk menjaga orang-orang agar hidup bersama secara harmonis
dan dalam kerja sama lain dalam mencari penghidupan. Negara harus berjuang untuk
kebaikan masyarakat melalui kerjasama dan rekonsiliasi.

6. Kemajuan Ekonomi Melalui Keadilan, Kedamaian, dan Stabilitas

Menurut Al-Ghazali untuk meningkatkan kemakmuran eknomi, negara harus


menegakkan keadilan, kedamaian, dan keamanan, serta stabilitas. Bahkan, Al-Ghazali
menekankan perlunya keadilan serta aturan yang adil dan seimbang. ”Bila terjadi
ketidakadilan dan penindasan, orang tidak memiliki pijakan, kota-kota dan daerah-
daerah menjadi kacau, penduduknya mengungsi dan pindah ke daerah lain, sawah dan
ladang ditinggalkan, kerajaan menuju kehancuran, pendapatan publik menurun, kas
negara kosong, dan kebahagiaan srta kemakmuran dalam masyarakat menghilang.

Singkatnya, menurut Al-Ghazali negara harus bertanggung jawab dalam


menciptakan kondisi yang layak untuk meningkatkan kemakmuran dan
pembangunan ekonomi. Di samping itu, lembaga al-hisbah yang berfungsi untuk
mengawasi praktik-praktik pasar yang merugikan seperti pengakuan palsu tentang laba,
iklan palsu, timbangan, dan ukuran yang tidak benar, transaksi yang keterlaluan,
kontrak yang cacat, transaksi barang-barang haram, dan semua kesepakatan lainnya
yang mengandung penipuan, dan lain-lain harus diperkuat lagi.

7. Keuangan Publik

Dalam konteks keuangan publik, Al-Ghazali melihat dari dua sisi anggaran, dari
sisi pendapatan dan pengeluaran. Menurut Al-Ghazali pendapatan negara seharusnya
dikumpulkan dari seluruh penduduk, baik Muslim maupun non-Muslim, berdasarkan hukum
Islam.Namun, terdapat perbedaan dalam berbagai jenis pendapatan yang dikumpulkan
dari setiap kelompok. Menurut Al-Ghazali hampir seluruh pendapatan yang ditarik para
penguasa di zamannya melanggar hukum. Oleh karena itu, para pembayar pajak

8
seharusnya menolak untuk membayar pajak serta menghindari hubungan dengan mereka.
Lebih jauh, sistem pajak yang sedang berlaku didasarkan atas adat kebiasaan yang
sudah lama berlaku, bukan berdasarkan hukum ilahi.

8. Utang Publik

Menurut Al-Ghazali seseorang tidak dapat menafikan bolehnya penguasa untuk


meminjam dari rakyat bila kebutuhan negara menuntutnya. Namun demikian, pertanyaannya
adalah; jika penguasa tidak mengantisipasi pendapatan dalam baitul mal yang dapat
melebihi apa yang dibutuhkan bagi tentara dan pejabat publik lainnya, maka atas dasar
apa dana-dana itu dipinjam. Artinya, disini Al-Ghazali mengizinkan utang publik jika
memungkinkan untuk menjamin pembayaran kembali dari pendapatan di masa yang akan
datang.

9. Pengeluaran Publik

Menurut Al-Ghazali pengeluaran publik harus sesuai dengan penegakan keadilan


sosio ekonomi, keamanan dan stabilitas negara, serta pengembangan suatu masyarakat yang
makmur. Di samping itu, negara boleh mengintervensi dengan tujuan untuk
mengeleminasi kemiskinan dan kesukaran yang meluas.

B. Pemikiran Ibn Taimiyah

Ibn Taimiyah lahir di Harran pada 22 Januari tahun 126M atau 10 Rabiul awal tahun
661H. beliau merupakan anak dari Abdul Halim dan merupakan keturunan dari ulama besar
yakni Mazhab Hambali. pada usia 7 tahun, Ibn Taimiyah telah menyelesaikan
pendidikannya dalam bidang fiqh, hadist, tafsir al-Qur'an, filsafat dan juga matematika yang
di gurui oleh Abd Majid, Ahmad bin Abu alkhair, Yahya bin shairafi dan masih
banyak lagi. Selain dari keluarga yang berpendidikan tinggi rupanya Ibn Taimiyah ini juga
memiliki minat dan bakat dalam hal menulis, sehingga banyak sekali jumlah buku yang
pernah ditulisnya. Adapun buku-buku yang sudah beliau ciptakan antara lain, buku
pertama yang dibuatnya berisi tentang pasar dan intervensi pemerintah mengenai ekonomi,
yang kedua membahas tentang pendapatan sekaligus pembiayaan publik.6

1) Pandangan Ekonomi Menurut Ibnu Taimiyah

Menurut pendapat Ibnu Taimiyah, penawaran bisa datang dari produksi domestik
dan produksi impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau
penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat
ditentukan oleh selera dan pendapatan.

a) Mekanisme Harga

Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik menarik
antara konsumen dan produsen baik dari pasar output (barang) ataupun input (faktor-

6
Rofiq, M. K. (2019). Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Taimiyah. An-Nawa: Jurnal Studi Islam, 1(1), 28-
60.

9
faktor produksi). Adapun harga diartikan sebagai sejumlah uang yang menyatakan nilai
tukar suatu unit benda tertentu.

Ada dua tema yang sering kali ditemukan dalam pembahasan Ibnu Taimiyah
tentang masalah harga, yakni kompensasi yang setara/adil („iwad al-mitsl) dan harga yang
setara/adil (tsaman al-mitsl). Dia berkata; “Kompensasi yang setara akan diukur dan ditaksir
oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi dari keadilan.

Al-mitsl adalah penggantian sepadan yang merupakan nilai harga yang setara dari
sebuah benda menurut adat kebiasaan. Kompensasi yang setara tanpa ada tambahan dan
pengurangan, disinilah esensi dari keadilan. Sedang tsaman al-mitsladalah nilai harga
dimana orang-orang menjual barangnya dapat diterima secara umum sebagai hal yang
sepadan dengan barang yang dijual itu ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di
tempat dan waktu tertentu.

Dalam mendefinisikan “kompensasi yang setara”, Ibnu Taimiyah berkata: “yang


dimaksud kesetaraan adalah kuantitas dari objek khusus dalam penggunaan secara umum
(„urf). Itu juga berkait dengan nilai dasar (rate/ si‟r) dan kebiasaan”. Lebih dari itu ia
menambahkan: “evaluasi yang benar terhadap kompensasi yang adil didasarkan atas analogi
dan taksiran dari barang tersebut dengan barang lain yang setara (ekuvalen)”.Inilah benar-
benar adil dan benar-benar diterima dalam penggunaannya.

Ibnu Taimiyah membedakan antara soal legal-etikdengan aspek ekonomi dari harga
yang adil. Ia menggunakan istilah kompensasi yang setara ketika menelaah dari sisi
legal etikdan harga yang setara ketika meninjau dari aspek ekonomi. Sebuah konsep yang
dilatar belakangi oleh hukum dan moral, maka Ibnu Taimiyah mengemukakan konsep
kompensasi yang setara berdasarkan aturan moral yang sangat tinggi.

b) Mekanisme Pasar

Buku Al-Hisbahfi‟l Islam dan buku Majmu‟ Fatwa merupakan karya fenomenal Ibnu
Taimiyah yang banyak memuat pemikirannya tentang mekanisme pasar. Ibnu
Taimiyah berpendapat bahwa kenaikan harga tidak selalu disebabkan oleh keidak adilan dari
pedagang atau penjual, sebagaimana banyak orang pada waktuituia menunjukkan bahwa
harga merupakan hasil interaksi hukum permintaan dan penawaran yang terbentuk
karena berbagai faktor yang kompleks.

Adapun prinsip-prinsip mekanisme pasar Islam antara lain:

 Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan
antara masing-masing pihak. Hal ini sesuai dengan Qur‟an Surat an-Nisa ayat 29:

‫ط ِلَ ب َ ي ْ ى َ ك ُ مَْ أ َ ْم َى ا ل َ ك ُ مَْ ت َأ ْك ُ ل ُ ىا َلَ آ َم ى ُ ىا ال َّ ِذ ي هََ أ َي ُّ هَ ا ي َ ا‬


ِ ‫َو َلَ َۚ ِم ى ْ ك ُ مَْ ت َ َز اضَ عَ ْهَ ت ِ َج ا َر ةَ ت َ ك ُ ى نََ أ َ ْنَ إ ِ َّلَ ب ِ ال ْ ب َ ا‬
‫َر ِح يمَا ب ِ ك ُ مَْ ك َ ا نََ ّللاَّ ََ إ ِ َّنَ َۚ أ َ و ْ ف ُ س َ ك ُ مَْ ت َ ق ْ ت ُل ُ ىا‬

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

10
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh
dirimu,Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

 Berdasarkan persaingan sehat. Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika


terjadi penimbunan (ikhtikar)atau monopoli. Ikhtikar(penimbunan) adalah
menyimpan barang dagangan untuk menunggu lonjakan harga. Penimbunan ini
menurut hukum Islam dilarang, sebab akan dapat menimbulkan kesulitan
bagi masyarakat, serta dengan sendirinya akan menyusahkan dan bahkan dapat
merusak struktur perekonomian suatu masyarakat bahkan negara.
 Kejujuran,Islam melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam
bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada
para pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakatsecara luas.
 Keterbukaan serta keadilan, pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang dilakukan
dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan yang
sesungguhnya.

2) Kekuatan Pasar dalam Ekonomi Islam

Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah
berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan
yang penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan
Khullafaurrasyidin menunjukan adanya peranan pasaryang besar. Rasulullah sangat
menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil.

Catatan sejarah memaparkan bagaimana Rasulullah menghargai mekanisme pasar


sebagai sebuah Sunnatullah yang harus dihormati. Pandangan tentang pasar dan hargadari
beberapa pemikir besar muslim seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Taimiyah
juga diungkap. Pemikiran-pemikiran mereka tentang pasar ternyata sangat canggih dan
tergolong futuristik jika dipandang pada masanya. Pemikiran-pemikran mereka tentu saja
merupakan kekayaan khasanah intelektual yang sangat berguna pada masa kini dan masa
depan. Selanjutnya dipaparkan bagaimana mekanisme kerja pasar serta faktor-faktor
yang memengaruhinya. Beberapa bentuk transaksi bisnis yang dianggap tidak
Islami yang umum dipraktikan masyarakat Arab pada waktu itu. Berikut akan dipaparkan
mekanisme pasar sebagaimana dikonsepkan para pemikir Islam Klasik.

3) Permasalahan Dalam Penerapan Mekanisme Pasar Perspektif Islam

Berbicara mengenai masalah mekanisme pasar maka pertanyaan yang muncul tentu
masalah keseimbangan dalam pasar.Keseimbangan atau ekuilibriummenggambarkan
suatu situasi dimana semua kekuatan yang ada dalam pasar, permintaan dan
penawaran, berada dalam keadaan seimbang sehingga setiap variabel yang terbentuk di
pasar, harga dan kuantitas sudah tidak lagi berubah. Dalam keadaan ini harga dan

11
kuantitas yang diminta akan sama dengan yang ditawarkan sehingga terjadilah
transaksi. Selanjutnya, proses terjadinya keseimbangan dalam pasar dapat berawal dari
sisi mana saja, baik dari permintaan ataupun penawaran.

Adapun perubahan keseimbangan dapat melalui:

 Perubahan berasal dari sisi permintaan


 Perubahan berasal dari sisi penawaran
 Perubahan berasal dari sisi penawaran dan permintaan

4) Ketidak Sempurnaan Informasi dan Penyesuaian

Ketidaksempurnaan pasar juga disebabkan karena ketidaksempurnaan informasi


yang dimiliki para pelaku pasar. Informasi merupakan hal yang penting sebab ia menjadi
dasar bagi pembuatan keputusan. Rasulullah melarang berbagai transaksi yang terjadi
dalam ketidaksempurnaan informasi, misal menghalangi transaksi pada harga pasar,
mengambil keuntungan yang tinggi dengan memanfaaatkan kebodohan konsumen, dan
lain-lain.7

7
Adim, A. (2021). PANDANGAN IBNU TAIMIYAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. Jurnal Ekonomi
Syariah Darussalam, 2(2), 35-45.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pemikiran ekonomi Imam al_Ghazali yang lebih dikenal sebagai Sufi, filosof, ahli
Kalam. Meskipun tidak secara rinci menjelaskan sistem ekonomi secara lugas, namun
pandangan ekonomi al_Ghazali dapat dijadikan dasar dan prinsip dalam mengembangkan
teori_teori ekonomi Islam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang berkaitan dengan masalah ekonomi, beliau
memiliki ilmu pengetahuan yang sangat dalam tentang ajaran islam. Islam masa kini
membutuhkan pandangan ekonomi yang jernih tentang apa yang diharapkan dan
bagaimana sesuatu itu bisa dilakukan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
kebebasan dalam berusaha dan hak milik, yang dibatasi oleh hukum moral dan diawasi
oleh Negara yang adil dan mampu menegakkan hukum syari‟at. Seluruh kegiatan
ekonomi dibolehkan, kecuali suatu kegiatan tersebut secara tegas dilarang oleh syari'at.

13
DAFTAR PUSTAKA

Otta, Y. A. (2016). SISTEM EKONOMI ISLAM (Studi Atas Pemikiran Imam al-
Ghazali). Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah, 9(2).
Taimiyah, P. I. PEMIKIRAN TOKOH EKONOMI ISLAM: IBNU TAIMIYAH.
Fahlefi, R. (2018). Pemikiran Ekonomi al-ghazali. JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah), 11(1), 22-
32.
Sirajuddin, S. (2016). Konsep Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali. Laa Maisyir: Jurnal Ekonomi
Islam, 3(1).
Faizal, M. F. (2015). Studi Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Ekonomi Islam. Islamic
Banking: Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, 1(1), 49-58.
Rofiq, M. K. (2019). Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Taimiyah. An-Nawa: Jurnal Studi
Islam, 1(1), 28-60.
Adim, A. (2021). PANDANGAN IBNU TAIMIYAH PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM. Jurnal Ekonomi Syariah Darussalam, 2(2), 35-45.

14

Anda mungkin juga menyukai