Oleh : Kelompok 8
MARTAPURA
2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Akhir kata, tidak ada yang dapat penyusun berikan selain mengucapkan
terima kasih. Dengan segala kekurangan dan kesederhanaan tulisan ini, penyusun
tetap mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
PENUTUP ............................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Gazali berada dalam era kehidupan ekonomi Islam era feodal militer
atau perbudakan. Era ini ditandai dengan dominasi kehidupan agraris yang
dikendalikan oleh pihak penguasa yang selalu mengawasi kegiatan para buruh.
Dalam pada itu pihak penguasa berusaha mencari legitimasi atas tindakan
mereka dengan cara-cara birokratik ataupun meminta bantuan kepada para
pemuka agama untuk memberikan fatwa yang membenarkan tindakan tersebut,
serta dengan gempuran kebudayaan dimana pemerintah membangun sarana-
sarana pendidikan.
1
Ahmad Dimyati, Teori Keuangan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2008), hal. 26-27
1
2
Pada sisi lain, kondisi demikian membawa berbagai dampak positif bagi
kemajuan keilmuan dan perekonomian. Pesatnya perkembangan keilmuan pada
masa al-gazali yang ditopang oleh besarnya dukungan dari pemerintah,
termasuk dukungan materi dalam jumlah yang sangat besar tak pelak lagi
menunjukkan kondisi obyektif perekonomian umat Islam pada waktu itu.
Sebagaimana yang diketahui, bahwa pada masa kekuasaan Abbasiyah umat
islam mencapai puncak kejayaan dan kemajuan diberbagai bidang, dimana
wilayah kekuasaan juga semakin luas. Dengan wilayah yang luas, pemerintah
Islam di bawah kekuatan dinasti Abbasiyah juga menaruh perhatian yang
cukup pada masalah-masalah yang berhubungan dengan perekonomian
masyarakatnya. Pada sektor pertanian hasil yang diperoleh saat itu meliputi
bermacammacam komoditas pertanian dan perkebunan khas daerah Timur
Tengah, antara lain tebu, gandum, sorgum, minyak zaitun, dan bebagai buah-
buahan.
dan perlunya pembagian kerja sebelum Smith dan prinsip nilai tenaga kerja
sebelum Ricardo. Ia juga menguraikan teori populasi sebelum Malthus dan
menandaskan peran negara dalam perekonomian sebelum Keynes. Sehingga
tak heran apabila Ibnu Khaldun diklaim sebagai pendahulu bagi banyak
pemikir Eropa.2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006)
Edisi ketiga, hal. 413
3
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hal.317
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Al-Ghazali
Ayahnya seorang yang fakir dan saleh serta hidup sangat sederhana
sebagai pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba), mempunyai
keagamaan yang tinggi dan mengharapkan anaknya menjadi ulama yang selalu
memberi nasehat kepada umat. Sebelum ayahnya meninggal, al-Gazali dan
saudaranya dititipkan kepada seorang sufi untuk dipelihara dan di didik.
4
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Cet. III; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hal. 77
4
5
Juwaini. Disana ia belajar teologi, hukum Islam, filsafat, logika, sufisme dan
ilmu-ilmu alam.5
Karena sejak kecil Al-Ghazali hidup dalam dunia tasawuf. Ia tumbuh dan
berkembang dalam asuhan seorang sufi. Sehingga al-Ghazali sangat antusias
terhadap ilmu pengetahuan. Tidak hanya satu bidang ilmu, akan tetapi multi
disiplin ilmu. Sehingga tidak mengherankan jika Ia sangat ahli dalam bidang
tasawuf, filsafat, logika, fiqh, matematika, dan lain-lain.6
5
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam (Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hal.
41.
6
Heri Sudarsosno, Konsep Ekonomi Islam:Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), edisi
pertama, hal. 152
6
tersebut meliputi berbagai disiplin ilmu. Namun demikian, yang ada hingga
kini hanya 84 buah. Karya-karyanya telah banyak diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa, seperti Latin, Spanyol, Prancis, Jerman, dan Inggris. Berbagai
tulisannya telah banyak menarik perhatian dunia. akan tetapi karya-karya
penting Al-Ghazali meliputi Al-Munqiz min ad-dalal (Penyelamat dari
kesesatan), Ihya Ulumuddin (Menghidupkan kembali ilmu-ilmu Agama);
terutama tentang Kitab asySya’b al-Iqtisad fi al-I’qtiqad (Kitab kebangsaan,
modernisasi dalam keyakinan), AtTibr al-Masbuk fi al-Nasihah al-Muluk
(Logam mulia batangan tentang nasihat terhadap para penguasa).
Kini, ia dikenal luas sebagai seorang ulama, pemikir, teolog, ahli hukum,
ahli tasawuf sekaligus ahli filsafat islam terkemuka yang bahkan diakui dunia
barat sebagai intelektual multidimensi dengan penguasaan ilmu multidisiplin.
sesuatu, yakni sebuah eksperesi berbagai hasrat yang timbul dari diri sendiri
untuk saling memuaskan kebutuhan ekonomi.7
7
Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004). Hal 288
8
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 333
10
9
Rozalinda, 2014, Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
12
lebih tinggi” dari pada “harga yang berlaku”, penjual harus menolaknya,
karena laba akan menjadi berlebihan.
10
Adiwarman A Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2004)
.hal 293
11
Listiwati, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Palembang: Rafah Press 2013). hal 33
13
12
Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada
2004). hal 294
14
13
Andi Fika Widuri, Udin Saripudin. “Analisis Komparatif Pemikiran Imam Al Ghazali Tentang
Konsep Teori Produksi”, Al-maal: Journal of Islamic Economics and Banking, Vol 3 No 2 januari
2022, hal 181-193.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jieb
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Al-Gazali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin at-Tusi al-
Gazali, digelar Hujjah al-Islam, lahir di Ghazaleh suatu desa dekat Thus,
bagian dari kota Khurasan, Iran pada tahun 450 H/1056 M
2. 2. Al-Gazali berada dalam era kehidupan ekonomi Islam era feodal militer
atau perbudakan. Era ini ditandai dengan dominasi kehidupan agraris yang
dikendalikan oleh pihak penguasa yang selalu mengawasi kegiatan para
buruh. Dalam pada itu pihak penguasa berusaha mencari legitimasi atas
tindakan mereka denga cara-cara birokratik ataupun meminta bantuan
kepada para pemuka agama untuk memberikan fatwa yang membenarkan
tindakan tersebut, serta dengan gempuran kebudayaan dimana pemerintah
membangun sarana-sarana pendidikan
16
17
al-Qur‟an, Sunnah, fatwa-fatwa sahabat dan tabi‟in serta petuah para sufi
terkemuka masa sebelumnya.
B. Saran
Dimyati, Ahmad. (2008). Teori Keuangan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2008.
Karim, Adiwarman A. (2006). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (3rd ed.). Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Nasution, Hasyimsyah. (2002). Filsafat Islam. Cet. III; Jakarta: Gaya Media Pratama.
Andi Fika Widuri, Udin Saripudin. “Analisis Komparatif Pemikiran Imam Al Ghazali
Tentang Konsep Teori Produksi”, Al-maal: Journal of Islamic Economics and
Banking, Vol 3 No 2 januari 2022, hal 181-193.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jieb
18