Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMIKIRAN EKONOMI AL MAWARDI


Disusun Sebagai Tugas
Mata Kuliah Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu: Khilmi Zuhroni, S.Fil.I., M.E

Oleh:

Cindy Mulyana 1887203027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH SAMPIT
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
melimpah kan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis bias
menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat dan salam tak lupa kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menjadi
penerang bagi kita semua dan yang kita nanti-nantikan syafaatnya besok di hari
kiamat.
Makalah ini berjudul “Pemikiran Ekonomi Al Mawardi” ini ditulis untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Ekonomi Syariah.
Penulis merasa yakin bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini baik berupa nasehat,
saran, arahan dan lain sebagainya. Selanjutnya tak lupa penulis mengucapkan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Khilmi Zuhroni, S.Fil.I., M.E
selaku dosen Mata Kuliah Ekonomi Syariah.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum
mencapai kesempurnaan. Namun demikian penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Sampit, 03 November 2021

Cindy Mulyana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Al Mawardi (364-450 H/974-1058 M)..................3
B. Pemikiran Al-Mawardi Tentang Ekonomi...........................4
C. Kondisi Sosial Politik Pada Masa Al-Mawardi....................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan. .........................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah membuktikan bahwa Ilmuwan muslim pada era klasik
telah banyak menulis dan mengkaji ekonomi Islam tidak saja secara
normatif, tetapi juga secara empiris dan ilmiah dengan metodologi yang
sistematis, seperti buku Ibnu Khaldun (1332-1406) dan Ibnu Taymiyah,
bahkan Al-Ghazali (w.1111) Al-Maqrizi. Selain itu masih banyak ditemukan
buku-buku yang khusus membahas bagian tertentu dari ekonomi Islam,
seperti, Kitab Al-Kharaj karangan Abu Yusuf (w.182 H/798 M), Kitab Al-
Kharaj karangan Yahya bin Adam (.w.203 H), Kitab Al-Kharaj karangan
Ahmad bin Hanbal (w.221 M), Kitab Al-Amwal karangan Abu ’Ubaid
( w.224 H ), Al-Iktisab fi al Rizqi, oleh Muhammad Hasan Asy-Syabany.
(w.234 H).
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pemikiran Ekonomi
Islam diawali sejak periode Muhammad SAW ditunjuk sebagai seorang
Rasul. Nabi Muhammad mengeluarkan sejumlah kebijakan yang
menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan,
selain masalah hukum (fiqih), politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau
ekonomi (muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian
Nabi, karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang
harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Nabi dijadikan
pedoman oleh para generasi penerusnya dengan tetap berlandaskan pada Al-
Quran. Hingga terdapat beberapa tokoh terkemuka Islam yang sangat besar
sumbangannya dalam perkembangan ekonomi Islam di periode awal
kejayaan Islam. Pemikiran dari para tokoh-tokoh ini sangatlah berharga dan
perlu dikaji di era modern sekarang ini.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Al-Mawardi?
2. Apa saja pemikiran ekonomi Al-Mawardi?
3. Bagaimana kondisi sosial politik pada masa Al-Mawardi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Al-Mawardi.
2. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi Al-Mawardi.
3. Untuk mengetahui kondisi sosial politik pada masa Al-Mawardi.
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Mawardi (364-450 H/974-1058 M)


Abu Al-Hasan bin Muhammad bin Habib al-Mawardi Al-Basri Al-
Syafi’i lahir dikota basrah pada tahun 364 H (974 M). Setelah mengawali
pendidikannya dikota Basrah dan Baghdad selama dua tahun, ia berkelana
diberbagai negeri islam untuk menuntut ilmu. Diantara guru-guru Al-
Mawardi adalah Al-Hasan bin Ali bin Muhammad bin Al-fadhl Al-Baghdadi
Abu Al-Qasim Al-Qusyairi, Muhammad bin Al-Ma’ali Al-Azdi, dan Ali
Abu Al-Asyfarayini.
Berkat keluasan ilmunya, salah satu tokoh besar madzhab syafi’i
ini dipercaya memangku jabatan Qadhi (hakim) diberbagai negeri secara
bergantian. Setelah itu al-mawardi kembali kekota baghdad untuk beberapa
waktu kemudian diangkat sebagai hakim agung pada masa pemerintahan Al-
Qaim bin Amrillah Al-Abbasi.
Sekalipun hidup dimasa dunia islam terbagi kedalam tiga dinasti
yang saling bermusuhan, yaitu dinasti Abbasiyah di mesir, dinasti Umayah II
di Andalusia dan Dinasti abbasiyah di baghdad, al-mawardi memperoleh
kedudukan yang tinggi di mata para penguasa dimasanya bahkan para
penguasa Bani Buwaihi, selaku pemegang kekuasaan pemerintah baghdad,
menjadikannya sebagai mediator mereka dengan musuh-musuhnya.
Sekalipun telah menjadi hakim, al-mawardi tetap aktif mengajar dan
menulis. Al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Khatib al-baghdadi dan
Abu al-izza bin kadasy merupakan dua orang dari sekian banyak murid al-
mawardi. Sejumlah besar karya ilmiah yang meliputi berbagai bidang kajian
dan bernilai tinggi telah ditulis oleh al-mawardi, seperti Tafsir Al-Qur’an al-
Karim, al-amtsal wa al-hikam, al-hawi al-kabir, al-iqna, al-adab ad-dunya
wa ad-din, siyasah al-maliki. Nasihat al-muluk, al-ahkam ash-shultaniyyah,
an-nukat wa al-uyun dan Siyasah al-wizarat wa as-siyasah al-
maliki.  Dengan mewariskan berbagai karya tulis yang sangat berharga

4
5

tersebut. Al-Mawardi meninggal pada awal tahun 450 H (1058 M) dikota


baghdad dalam usia 86 tahun.

B. Pemikiran Al-Mawardi Tentang Ekonomi


Pemikiran Al-Mawardi tentang ekonomi terutama dalam bukunya
yang berjudul al-Ahkam al-Aulhoniyyah dan al-adab ad-dunya wa ad-Din.
Buku yang pertama banyak membahas tentang pemerintahan dan
administrasi, berisi tentang kewajiban pemerintah, penerimaan, dan
pengeluaraan negara, tanah (negara dan masyarakat), hak prerogratif  Negara
untuk menghibahkan tanah, kewajiban negara untuk mengawasi pasar, dan
lain-lain.
Analisis atas kitab ini dengan karya-karya sebelumnya yang sejenis
menunjukkan bahwa Al-Mawardi membahas masalah-masalah keuangan
dengan cara yang lebih sistematis. Sumbangan utama Al-Mawardi terletak
pada pendapat mereka tentang pembenaan pajak tambahan dan
dibolehkannya peminjaman publik.
1. Teori Keuangan Publik
Teori keuangan publik selalu terkait dengan peran negara dalam
kehidupan ekonomi. Negara dibutuhkan karena berperan untuk
memenuhi kebutuhan kolektif seluruh warga negaranya. Permasalahan
inipun tidak luput dari perhatian negara islam. Al-Mawardi
berpendapat bahwa pelaksanaan imamah (kepemimpinan politik
keagamaan) merupakan kekuasaan mutlak (absolut) dan
pembentukannya merupakan suatu keharusan demi terpeliharanya
agama dan pengelolaan dunia.
Dalam perspektif ekonomi, pernyataan Al-Mawardi ini berarti
bahwa negara memiliki peran aktif demi terealisasinya tujuan material
dan spiritual. Ia menjadi kewajiban moral bagi bangsa dalam
membantu merealisasikan kebaikan bersama, yaitu memelihara
kepentingan masyarakat serta mempertahankan stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian seperti para pemikir muslim
6

sebelumnya, al-mawardi memandang bahwa dalam islam pemenuhan


dasar setiap anggota masyarakat bukan saja merupakan kewajiban
penguasa dari sudut pandang ekonomi, melainkan moral dan agama.
Selanjutnya al-mawardi berpendapat bahwa negara harus
menyediakan infrastruktur yang diperlukan bagi perkembangan
ekonomi dan kesejahteraan umum. Menurutnya,“Jika hidup dikota
menjadi tidak mungkin karena tidak berfungsinya fasilitas sumber air
minum, atau rusaknya tembok kota, maka negara harus bertanggung
jawab untuk memperbaikinya dan jika tidak memiliki dana, negara
harus menemukan jalan untuk memperolehnya.”
Al-Mawardi menegaskan bahwa negara wajib mengatur dan
membiayai pembelanjaan yang dibutuhkan oleh layanan public karena
setiap individu tidak mungkin membiayai jenis layanan semacam itu.
Dengan demikian, layanan publik merupakan kewajiban sosial (fardh
kifayah) dan harus bersandar kepada kepentingan umum. Pernyataan
Al-Mawardi ini semakin mempertegas pendapat para pemikir muslim
sebelumnya yang menyatakan bahwa untuk mengadakan proyek dalam
kerangka pemenuhan kepentingan umum. Negara dapat menggunakan
dana Baitul Mal atau membebankan kepada individu-individu yang
memiliki sumber keuangan yang memadai.

2. Perpajakan
Perpajakan sebagaimana trend pada masa klasik, masalah
perpajakan juga tidak luput dari perhatian al-mawardi. Menurutnya,
penilaian atas kharaj harus berfariasi sesuai dengan faktor-faktor yang
menentukan kemampuan tanah dalam membayar pajak, yaitu
kesuburan tanah, jenis tanaman dan sistem irigasi.
Lebih jauh ia menjelaskan alasan penyebutan ketiga hal tersebut
sebagai faktor-faktor penilaian kharaj. Kesuburan tanah merupakan
faktor yang sangat penting dalam melakukan penilaian kharaj karena
sedikit banyaknya jumlah produksi bergantung kepadanya. Jenis
7

tanaman juga berpengaruh terhadap penilaian kharaj karena berbagai


jenis tanaman mempunyai variasi harga yang berbeda-beda. Begitupula
halnya dengan sistem irigasi. Disamping ketiga faktor tersebut al-
mawardi juga mengungkapkan faktor yang lain, yaitu jarak antara
tanah yang menjadi objek kharaj dengan pasar. Faktor terakhir ini juga
sangat relevan karena tinggi-rendahnya harga berbagai jenis barang
tergantung pada jarak tanah dari pasar. Dengan demikian, dalam
pandangan al-mawardi “keadilan baru akan terwujud terhadap para
pembayar pajak mempertimbangkan setidaknya empat faktor dalam
melakukan penilaian suatu objek kharaj, yaitu kesuburan tanah, jenis
tanaman, system irigasi dan jarak tanah ke pasar.”
Tentang metode penerapan kharaj, al-mawardi menyarankan untuk
menggunakan salah satu dari tiga metode yang pernah diterapkan
dalam sejarah islam, yaitu
a. Metode Misahah, metode penerapan kharaj berdasarkan ukuran
tanah. Metode ini merupakan Fixed tax, terlepas dari apakah tanah
tersebut ditanami atau tidak, selama tanah tersebut bisa di tanami.
b. Metode penetapan kharaj berdasarkan ukuran tanah yang ditanami
saja. Dalam metode ini, tanah subur yang tidak dikelola tidak
masuk dalam penilaian objek kharaj[ CITATION Muj17 \l 1033 ].
c. Metode Musaqah yaitu metode penetapan kharaj berdasarkan
presentase dari hasil produksi (proportional tax). Dalam metode
ini, pajak dipungut setelah tanaman mengalami masa panen.

Buku yang kedua banyak membahas tetntang perilaku ekonomi


muslim secara individual. Buku ini menyampaikan ajaran-ajaran
tasawuf tentang budi luhur. Individu dalam perekonomian yang
meliputi 4 mata pencaharian  utama yaitu: pertanian, peternakan,
perdagangan, dan industri. Selain itu, buku ini juga membahas
perilaku-perilaku yang merusak budi luhur, antara lain: ketamakan
dalam menimbun kekayaan dan menurut kekuasaan. Al-mawardi juga
membahas tentang berbagai hukum syari’ah dari mudharabah dalam
8

karyanya al-hawi al-mudharabah. Beberapa fuqaha tidak


memperbolehkan mudharabah, sementara imam hambali
memperbolehkannya.

C. Kondisi Sosial Politik Pada Masa Al-Mawardi


Al-Mawardi hidup ketika kondisi sosial politik Dinasti Abbasiyah
sedang mengalami berbagai gejolak dan disintegrasi. Sebagaimana yang
telah disebutkan terdahulu, khalifah-khalifah Abbasiyah benar-benar dalam
keadaan lemah dan tidak berdaya. Kekuasaannya hanya merupakan
formalitas, sedangkan kekuasaan riil berada di tangan Bani Buwaihi dan
orang-orang Turki. Awal kemunduran dari politik Bani Abbas adalah ketika
al-Mutawakkil berkuasa. Al-Mutawakkil adalah khalifah yang lemah. Pada
masa pemerintahannya orang-orang Turki dapat merebut kekuasaannya
dengan cepat. Setelah al-Mutawakkil wafat, merekalah yang memilih dan
mengangkat khalifah. Dengan demikian, kekuasaan tidak lagi berada di
tangan Bani Abbas, meskipun mereka tetap memegang jabatan khalifah.
Situasi politik di dunia Islam pada masa Mawardi, yakni menjelang
akhir abad X sampai pertengahan abad XI M, tidak lebih baik dari masa al-
Farabi, dan bahkan lebih parah. Kedudukan khalifah mulai melemah dan dia
harus membagi kekuasaannya dengan panglima-panglimanya yang
berkebangsaan Turki dan Persia. Mulai tampak pula bahwa tidak mungkin
lagi imperium Islam yang demikian luas wilayahnya harus tunduk kepada
seorang kepala negara tunggal. Pada waktu itu khalifah di Baghdad hanya
merupakan kepala negara yang resmi dengan kekuasaan formal saja,
sedangkan yang mempunyai kekuasaan sebenarnya dan pelaksana
pemerintahan adalah pejabat-pejabat tinggi dan panglima-panglima
berkebangsaan Turki atau Persia, serta penguasa-penguasa wilayah.
Meskipun makin lama kekuasaan para pejabat tinggi dan panglima non-Arab
itu makin meningkat, sampai waktu itu belum tampak adanya usaha di pihak
9

mereka untuk mengganti khalifah Arab itu dengan Khalifah yang


berkebangsaan Turki atau Persia.
Namun demikian mulai terdengar tuntutan dari sementara
golongan agar jabatan itu dapat diisi oleh orang non-Arab dan tidak suku
Quraisy. Tuntutan itu sebagaimana dapat diperkirakan menimbulkan reaksi
dari golongan lain, khususnya dari golongan Arab, yang ingin
mempertahankan syarat keturunan Quraisy untuk mengisi jabatan kepala
negara, serta syarat kebangsaan Arab dan beragama Islam untuk
menjabat wazir atau tawfidh atau penasehat dan pembantu utama khalifah
dalam menyusun kebijaksanaan. Mawardi adalah salah satu tokoh utama dari
golongan terakhir ini.
Apabila diperhatikan pendahuluan buku al-Ahkam as-
Sulthaniyyah karangan al-Mawardi, terlihat bahwa karya itu ditulis atas
permintaan seorang yang berkuasa. Besar kemungkinan orang yang
memintanya itu adalah khalifah Abbasiyah yang berkuasa saat itu. Motifnya
barangkali adalah untuk mengembalikan kekuasaan riil kepada khalifah yang
berada di tangan golongan Sunni, yaitu kekuasaan Bani Abbas. Maka tidak
mengherankan bila al-Mawardi tidak dapat menerima adanya dua orang
kepala pemerintahan yang berkuasa dalam satu waktu di dunia Islam. Motif
penolakan ini secara implisit untuk menentang pemerintahan bani
Fathimiyah yang pada saat itu berkuasa di Mesir. Ia menilainya sebagai
kekuatan politik yang berbahaya terhadap kekuasaan bani Abbasiyah di
Baghdad.
Sebagai reaksi terhadap situasi politik pada zamannya maka al-
Mawardi mendasarkan teori politiknya atas kenyataan yang ada dan
kemudian secara realistik menawarkan saran-saran perbaikan atau reformasi
misalnya dengan mempertahankan status quo. Dia menekankan bahwa
khalifah harus tetap berbangsa Arab dari suku Quraisy, bahwa wazir
tafwidh (pembantu utama khalifah dalam penyusunan kebijaksanaan) harus
berbangsa Arab, dan perlu ditegaskan persyaratan bagi pengisian jabatan
kepala negara serta jabatan-jabatan pembantunya yang penting. Alasan
10

utamanya tak lain adalah mengembalikan kekuasaan riil kepada khalifah


Abbasiyah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1.  Bila dilihat dari biografi hidupnya. Al-mawardi adalah seorang ilmuwan
legendatis pada abad ke-10 M yang diakui dunia sebagai peletak dasar
politik islam, dan ekonomi islam terutama dalam bukunya yang
berjudul al-ahkam al-authonoiyyah dan at-adab ad-dunya wa ad-
din. Buku yang pertama banyak membahas tentang pemerintah dan
administrasi, berisi tentang kewajiban pemerintah, penerimaan, dan
pengeluaran negara, tanah (negara dan masyarakat), hak prerogratif
negara untuk menghibahkan tanah, kewajiban negara untuk mengawasi
pasar, dan lain-lain.
2. Pemikiran Al-Mawardi tentang ekonomi terutama dalam bukunya yang
berjudul al-Ahkam al-Aulhoniyyah dan al-adab ad-dunya wa ad-Din.
Pemikirannya tentang ekonomi ada 2 yaitu teori ekonomi publik dan
perpajakan.
3. Al-Mawardi hidup ketika kondisi sosial politik Dinasti Abbasiyah sedang
mengalami berbagai gejolak dan disintegrasi. Situasi politik di dunia
Islam pada masa Mawardi, yakni menjelang akhir abad X sampai
pertengahan abad XI M, tidak lebih baik dari masa al-Farabi, dan bahkan
lebih parah. Kedudukan khalifah mulai melemah dan dia harus membagi
kekuasaannya dengan panglima-panglimanya yang berkebangsaan Turki
dan Persia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mujahidin. (Maret 2017). KONSEP IQTHA’ PEMBERIAN TANAH KEPADA


MASYARAKAT DALAM PEMIKIRAN EKONOMI AL-MAWARDI
(STUDI KITAB AL-AHKAM ALSULTANIYYAH). Al-Amwal: Journal
of Islamic Economic Law, 2-17.
Hakim, R. (2016). Membandingkan Konsep Pajak (Kharâj) Yahya bin Adam
(758-818 H) dan Imam al-Mawardi (974-1058 H). TSAQAFAH, 12(1),
149-166.

Mujahidin, A. Lintasan Pemikiran Ekonomi Islam. Jurnal Ilmu Agama dan Ilmu


Sosial, 425.
http://nisas-notes.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-pemikiran-ekonomi-al-
mawardi.html

12

Anda mungkin juga menyukai