Disusun Oleh :
Muhammad Abdan Syakur (21400016)
Fina Febrianti (21400011)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatnya tim
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan
Pemikiran Ekonomi Islam.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu ekonomi Islam sebagai studi ilmu pengetahuan modern baru muncul
pada tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak
Islam itu diturunkan melalui Nabi Muhammad Saw. Karena rujukan utama
pemikiran ekonomi Islami adalah Al Quran dan Hadis maka pemikiran ekonomi
ini munculnya juga bersamaan dengan diturunkan Al Quran dan masa kehidupan
Rasulullah Saw pada abad akhir 6 M hingga awal abad 7 M. Setelah masa tersebut
banyak sarjana muslim yang memberikan kontribusi karya pemikiran ekonomi.
Pemikiran ekonomi Islam tidak pernah lepas dari peran sumber nilai Islam
yaitu Al Qur’an dan Al Hadits, kebijakan ekonomi yang berlaku sudah
berlangsung dari masa Rasulullah saw yang dilanjutkan pada masa Khulafaur
Rasyidin dan dilanjutkan pada masa-masa berikutnya.
1
pemecahan masalah keuangan publik), dan Ibnu Masakawaih (pertukaran dan
peranan uang), Kedua, Fase Kemajuan (dimulai dari abad ke-5 hijriyah hingga
abad ke-9 hijriyah). Fase ini terkenal sebagai fase yang cemerlang bagi pemikiran
ekonomi Islam karena telah meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya.
Tokoh-tokoh popular pada masa ini adalah Al Ghazali (evolusi pasar, peranan
uang, pelarangan penimbunan uang), Ibnu taimiyah (mewujudkan keadlian ketika
akad transaksi), dan Al Maqrizi (penggunaan fulus/uang yang harus dibatasi
peredarannya), Ketiga, Fase Stagnasi (dimulai pada abad ke-9 hijriyah hingga fase
tertutupnya pintu ijtihad yaitu abad ke-14 hijriyah). Tokoh-tokoh pemikir
ekonomi Islam yang terkenal pada masa ini adalah Shah Wali Allah, Jamaluddin
Al Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Iqbal (Siddiqi, 2004).
Berdasarkan latar belakang tersebut sangatlah menarik untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana perkembangan pemikiran ekonomi islam dari masa kemasa dan
bagaimana sistem ekonomi yang diterapkan pada masa pemikiran ekonomi islam
itu berkembang.
Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka berikut pokok masalah yang
dapat dirumuskan:
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berupa Jizyah, Kharaj, dan Ushr (5%) dan umum berupa Ghanimah, Fay, Uang
tebusan, pinjaman dari kaum muslim atau non- muslim, dan hadiah dari pemimpin
atau pemerintah negara lain (Karim, 2019).
Sampai tahun ke-4 Hijrah, pendapatan dan sumber daya negara masih sangat
kecil. Kekayaan pertama datang dari Banu Nadir, suatu suku yang tinggal di
pinggiran Madinah. Kelompok ini masuk dalam piagam Madinah, tetapi mereka
melanggar perjanjian sehingga mereka ditaklukkan dan dipaksa meninggalkan
kota. Semua milik Banu Nadir yang ditinggalkan dan dibagikan kepada kaum
Muhajirin dan kaum Anshar yang miskin (Karim, 2019).
Beberapa sumber pendapatan yang tidak terlalu besar berasal dari beberapa
sumber, misalnya: tebusan tawanan perang, pinjaman dari kaum muslim, khumuz
atau rikaz (harta karun temuan pada periode sebelum Islam), amwal fadhla (harta
kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris), wakaf, nawaib (pajak bagi
muslimin kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat,
zakat fitrah, kaffarat (denda atas kesalahan yang dilakukan seorang mislim pada
acara keagamaan), maupun sedekah dari kaum muslim (Siddiqi, 1992).
4
H./634 M.), ijtihad sudah merupakan upaya yang luas dalam memecahkan
berbagai persoalan hukum yang muncul di tengah masyarakat. Persoalan hukum
pada periode ini sudah semakin kompleks dengan semakin banyaknya pemeluk
Islam dari berbagai etnis dengan budaya masing-masing. Pada periode ini, untuk
pertama kali para fuqaha berbenturan dengan budaya, moral, etika dan nilai-nilai
kemanusiaan dalam suatu masyarakat majemuk. Pada fase ini pula badan resmi
bayt al mal yang merupakan cikal bakal pengelolaan APBN dalam perspektif
sistem ekonomi Islam mulai dibentuk (Ulum, 2015).
Pada zaman Rasulullah saw umat Islam telah menerima dasar-dasar keuangan
negara, tepatnya ketika Rasulullah saw berada di Madinah sebagai pemimpin
negara pada saat itu. Sistem ekonomi Islam yang dipakai pada saat itu berakar
pada prinsip bahwa kekuasaan tertinggi hanya milik Allah swt semata dan
manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya di bumi. Rasulullah memberikan
pengetahuan dalam ekonomi seperti pada ayat berikut:
“Celakalah semua pedagang jahat dan suka menjatuhkan orang lain yang
menumpuk hartanya dan memperbanyak dengan harapan harta tersebut dapat
menjadikanya hebat dan selalu bertahan selamanya.” (Al Humazah : 1-3)
Dari ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa haram hukumnya untuk
menumpuk harta. Perekonomian pada masa Rasulullah sudah mengenal sistem
pajak seperti kharaj, yakni pajak yang dibayarkan oleh penduduk Madinah non-
muslim, ushr (pajak untuk pertanian) dan jizyah (pajak perlindungan dan
pengecualian orang-orang non-muslim dari wajib militer) (Syarifah, 2017).
Pada masa ini sudah terdapat Baitul Maal yang perannya sangat penting dalam
mengumpulkan dana ummat. Contohnya pada zaman kekhalifahan Abu Bakar
yang sangat menekankan pembayaran zakat sehingga Baitul Maal berfungsi
sebagai pendistribusi zakat yang telah diambil. Pada masa Umar bin Khattab
5
Baitul Maal didirikan di setiap provinsi agar dana ummat dapat tersalurkan
dengan merata, pun pada masa Umar bin Khattab ini Baitul Maal juga berperan
dalam bidang militer karena pada masa tersebut khalifah Umar mengadakan
ekspansi wilayah seluas-luasnya sehingga Baitul Maal berperan untuk
memberikan tunjangan pada pasukan. Pada masa khalifah Utsman bin Affan
terjadi perubahan penghitungan zakat yaitu zakat dihitung sendiri-sendiri. Hal ini
dilakukan demi menghindari kecurangan dari oknum pengumpul zakat. Pada masa
khalifah Ali bin Abi Thalib kebijakan ekonomi lebih kepada pemerataan distribusi
uang yang dibagikan untuk rakyat. Kebijakan ekonomi yang terjadi pada setiap
masa ini mengalami sedikit perubahan pada setiap khlifahnya namun hal tersebut
tetap berlandaskan kepada Al Quran dan Hadits (Syarifah, 2017).
Nejatullah Siddiqi telah membagi sejarah pemikiran ini menjadi tiga periode,
yaitu periode pertama/ fondasi (Masa awal Islam – 450 H/1058 M), periode kedua
(450-850 H/1058-1446 M), dan periode ketiga (850-1350 H/1446-1932 M).
Periodesasi ini masih didasarkan pada kronologikal (urutan waktu) semata bukan
berdasarkan kesamaan atau kesesuaian ide pemikiran. Hal ini dilakukan karena
studi tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam masih pada tahap eksplorasi awal.
Dan ditambahkan periode kontemporer (pemikiran yang muncul sejak tahun 1930
sampai sekarang) (Siddiqi, 1992).
6
2.2.1 Periode Pertama/Fondasi (Masa Awal Islam- 450 H/1058 M)
Pada periode ini banyak sarjana muslim yag pernah hidup bersama para
sahabat Rasulullah dan para tabi’in sehingga dapat memperoleh referensi ajaran
Islam yang autentik. Beberapa diantaranya adalah:
7
d. Muhammad bin Al Hasan Al Shaybani (132-189 H/750-804 M)
Muhammad bin Al Hasan Al Shaybani telah menulis beberapa buku,
antara lain Kitab al Iktisab fiil Rizq al Mustahab dan Kitab al Asl. Buku
pertama banyak membahas berbagai aturan Syariat tentang ijarah (hiring
out), tijarah (trade), ziraah (agriculture), dan sinaah (industry). Perilaku
konsumsi ideal menurutnya adalah sederhana, suka memberikan derma
(charity), tetapi tidak suka meminta- minta. Buku yang kedua membahas
berbagai bentuk transaksi/ kerja sama usaha dalam bisnis, misalnya salam
(prepaid order), sharikah (partnership), dan mudharabah.
8
kesederhanaan, dan keteguhan hati manusia. Lebih jauh Al Ghazali
membagi manusia ke dalam tiga kategori, yaitu: pertama, orang yang
kegiatan hidupnya sedemikian rupa sehingga melupakan tujuan akhirat.
Kedua, orang yang mementingkan tujuan akhirat daripada tujuan duniawi,
golongan ini akan beruntung. Dan ketiga, golongan
pertengahan/kebanyakan orang, yaitu mereka yang kegiatannya sejalan
dengan tujuan akhirat.
9
Tusi sangat menekankan pentingnya tabungan dan mengutuk konsumsi
yang berlebihan serta pengeluaran- pengeluaran untuk aset- aset yang tidak
produktif, seperti perhiasan dan pnimbunan tanahtidak produktif. Ia
memandang pentingnya pembangunan pertanian sebagai fondasi
pembangunan ekonomi secara keseluruhan dan untuk menjamin
kesejahteraan masyarakat. Ia juga merekomendasikan pengurangan pajak,
dimana berbagai pajak yang tidak sesuai dengan syariah Islam harus
dilarang.
Dalam periode ketiga ini kejayaan pemikiran, dan juga dalam bidang lainnya,
dari umat Islam sebenarnya telah mengalami penurunan. Namun demikian,
terhadap beberapa pemikiran ekonomi yang berbobot selama dua ratus tahun
terakhir, sebagaimana tampak dalam karya dari:
10
2.2.4 Periode Kontemperer (1930- sekarang)
a. Fase Pertama
Pertengahan 1930 banyak muncul analisis masalah ekonomi sosial dari
perspektif Islam sebagai wujud kepedulian terhadap dunia Islan yang
secara umum dikuasai oleh negara- negara Barat. Meskipun kebanyakan
analisis ini berasal dari para ulama yang tidak memiliki pendidikan formal
bidang ekonomi , namun langkah mereka telah membuka kesadaran baru
tentang perlunya perhatian yang serius terhadap masalah sosial ekonomi.
b. Fase Kedua
Pada tahun 1970 banyak ekonom muslim yang berjuang keras
mengembangkan aspek tertentudari ilmu ekonomi Islam, terutama dari sisi
moneter. Mereka banyak mengetengahkan pembahasan tentang bunga dan
riba dan mulai menawarkan alternatif pengganti bunga. Konferensi
internasional pertama diadakan di Makkah, Saudi Arabia pada tahun 1976,
disusul Konferensi Internasional tentang Islam dan Tata Ekonomi
Internasional Baru di London, Inggris pada tahun 1977.
c. Fase Ketiga
Perkembangan ekonomi Islam selama satu setengah dekade terakhir
menandai fase ketiga dimana banyak berisi upaya- upaya praktikal-
operasional bagi realisasi perbankan tanpa bunga, baik di sektor publik
maupun swasta.
d. Fase Keempat
Pada saat ini perkembangan ekonomi Islam sedang menuju kepada sebuah
pembahasan yang lebih integral dan komprehensif terhadapteori dan
11
praktik ekonomi Islam. Adanya berbagai keguncangan dalam sistem
ekonomi konvensional, yaitu kapitalisme dan sosialisme, menjadi sebuah
tantangan sekaligus peluang bagi implementasi ekonomi Islam. Dari sisi
teori dan konsep yang terpenting adalah membangun sebuah kerangka
ilmu ekonomi yang menyeluruh dan menyatu, baik dari aspek mikro
maupun makro ekonomi.
Pada awalnya, perkembangan ini diawali oleh kiprah para ulama (yang
kebanyakan tidak didukung pengetahuan ekonomi yang memadai) dalam
menyoroti berbagai persoalan sosial ekonomi saat itu dari perspektif Islam. Zarqa
membagi topik- topik kajian dari para ekonom dimasa ini menjadi tiga kelompok
tema, yaitu (Zarqa, 2003):
12
Ternyata penilaian tentang dark age tersebut sangat bias dengan kepentingan
Barat. Dunia secara keseluruhan tentu bukan hanya dunia Barat, dan Barat
tidaklah mewakili dunia secara keseluruhan. Sebenarnya, pada sebagian besar
masa dark age itu justru merupakan masa kegemilangan di dunia Islam, suatu hal
yang berusaha ditutup- tutupi oleh Barat. Pada masa itu banyak karya- karya
gemilang diberbagai bidang ilmu, termasuk ilmu ekonomi, yang lahir dari sarjana-
sarjana muslim. Jadi, sesungguhnya terdapat dua missing link dalam sejarah
pemikiran ekonomi, yaitu great gap pada masa dark age dan relasi antara
pemikiran di Barat dan dunia Islam. Dan ternyata banyak pemikiran dari para
sarjana muslim tersebut yang mirip, bahkan sama dengan pemikiran para sarjana
Barat yang hidup beratus- ratus tahun kemudian.
13
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
3.1 Kesimpulan
Pemikiran ekonomi didunia Islam telah ada sejak abad ke-7 M, bersamaan
dengan lahirnya agama Islam. Dengan memperhatikan sejarah pemikiran ekonomi
didunia Islam dan kemungkinan proses transformasi dari dunia Islam ke Barat,
maka hal ini menimbulkan urgensi untuk melakukan rekonstruksi sejarah
pemikiran ekonomi dunia. Great gap selama 500-an tahun dalam sejarah
pemikiran ekonomi pada masa dark age di Barat sebagaimana disinyalir oleh
Schumpeter pada dasarnya bisa terungkap dangan memperhatikan kejadian
didunia Islam. Pada masa tersebutdunia Islam justru mencapai masa
kegemilangan dimana banyak terdapat pemikiran ekonomi yang cemerlang.
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15