Anda di halaman 1dari 12

Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Rasulullah

Oleh: Charista Tanta Putri


A. Pendahuluan
Pelaksanaan sistem ekonomi islam telah ada sejak zaman Nabi Muhammad,
pada kepemimpinan Rasulullah semua aturan yang menyeleweng dari ajaran
islam semua telah dirubah oleh Rasulullah. Kemudian Rasulullah membuat
kebijakan kebijakan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist.

Al-Qur'an dan Hadist digunakan sebagai dasar pijakan teori ekonomi oleh
para khalifah dan seterusnya dalam menata kehidupan ekonomi negara. Akan
tetapi, pada masa Rasulullah bentuk permasalahan perekonomian belum
variatif, sehingga teori-teori tentang ekonomi yang muncul belum beragam. Hal
ini bisa dilihat bahwa fokus ekonomi hanya tertuju pada pemenuhan kebutuhan,
keadilan, efisiensi, pertumbuhan, dan kebebasan, yang tidak lain merupakan
objek utama yang menginspirasikan pemikiran ekonomi islam.

Untuk mendalami lebih detail pada pembahasan materi ini. Makalah ini
akan memaparkan mengenai pemikiran ekonomi islam masa Rasulullah, pokok
kebijakan ekonomi masa Rasulullah, pendapatan dan pengeluaran negara masa
Rasulullah, dan konsep Baitul Maal masa Rasulullah. Sehingga tujuan dari
makalah ini agar mampu menjelaskan tentang bagaimana pemikiran ekonomi
islam masa Rasulullah.

B. Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Rasulullah


Pemikiran ekonomi islam diawali sejak Rasulullah di angkat sebagai
seorang Rasul yang mengeluarkan sejumlah kebijakan menyangkut berbagai
hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan salah satunya adalah
masalah ekonomi. Masalah ekonomi ini menjadi penyangga keimanan yang
harus diperhatikan oleh Rosulullah hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh
Muslim, Rasulullah bersabda “kemiskinan membawa orang kepada kekafiran”.

1
Maka solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut Rasulullah membuat
kebijakan-kebijakan sosial.1
Kebijakan-kebijakan Rasulullah menjadi pedoman oleh para penggantinya
Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dalam
memutuskan permasalahan ekonomi. Al-Qur’an dan hadis digunakan sebagai
dasar teori ekonomi oleh para khalifah juga digunakan oleh para pengikutnya
dalam menata kehidupan ekonomi.2
Konstribusi kaum muslimin terhadap perkembangan pemikiran ekonomi
pada peradaban dunia sangat besar, berbagai kebijakan ekonomi yang
berlangsung pada masa Rasulullah Saw merupakan contoh yang dijadikan
pijakan bagi para cendikiawan muslim dalam melahirkan teori ekonomi.3
Fokus perhatian mereka tertuju pada pemenuhan kebutuhan, keadilan,
efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan, yang tidak lain merupakan objek utama
yang menginspirasikan pemikiran ekonomi islam sejak masa awal.4
Berhubungan dengan hal tersebut, Nejatullah Siddiqi memaparkan sejarah
dalam tiga fase perkembangan. Pertama, fase dasar-dasar ekonomi islam.
Kedua, fase kemajuan. Ketiga, fase stagnasi. Yang kemudian diuraikan sebagai
berikut:
1. Fase Pertama (Dasar-Dasar Ekonomi Islam)

Fase pertama merupakan fase dari abad ke-11 Masehi, pada fase ini dirintis
oleh para fuqaha yang kemudian diikuti oleh para sufi dan filsof. Para fuqaha
yang fokus dalam fiqih memberikan penjelasan tentang fenomena ekonomi, dan
mendalami konsep maslahah dan mafsadah yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi, yang mengacu pada Al-qur’an dan hadist. Dan cenderung berpusat
pada masalah-masalah mikro ekonomi.5

1
Winarno, “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM DI MASA RASULULLAH”, Jurnal
Asy-Syar’iyyah. Vol. 2, No.1 2017 (Juni), 29-30.
2
Ibid,. 30.
3
Zaqirotul Maghfiroh dkk, “PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA PERADABAN
RASULULLAH SAW”, Jurnal Wacana Equiliberium. Vol. 08, No. 02 2020 (Desember), 115.
4
Ibid.
5
Lailatul Istiqomah dkk, “TELAAH SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM”, Jurnal Al-
Iqtishod. Vol. 1, No. 1 2019 (Juni), 9.

2
Sedangkan para sufi yang fokus dalam tasawuf berkontribusi dalam menjaga
ketetapan untuk membuat hubungan relasi yang saling menguntungkan, dan
membatasi tuntutan duniawi yang terlalu tinggi. Sementara filosof muslim
dengan tetap berazaskan syari’ah dalam keseluruhan pemikirannya mengikuti
pemikiran Aristoteles (367/322) berkontribusi pada pemikiran yang
mengutamakan pembahasannya pada konsep sa’adah (kebahagiaan) dalam arti
luas yang mengusung metodologi syarat dengan analisis ekonomi positif yang
bersifat makro ekonomi.6

Diantara mereka tokoh-tokoh pemikir yang menuliskan karyanya pada fase


pertama ini adalah: Zaid bin Ali (80 H/738 M), Abu Hanifah (150 H/ 767 M),
Abu Yusuf (182 H/798 M), Asy Syaibani (189 H/ 804 M), Abu Ubaid bin Sallam
(w.224 H/838 M), Harits bin Asad al-Muhasibi (w.243H/858 M), Junaed al
Baghdadi (297 H/910 M, Ibnu Miskawih (421 H/ 1030 M), Al Mawardi (450
H/ 1058 M).7

2. Fase Kedua (Fase Kemajuan)

Fase kedua dimulai pada abad ke-11 sampai dengan 15 M dikenal sebagai
fase yang gemilang karena meninggalkan banyak warisan intelektual yang telah
disusun menjadi konsep-konsep yang dapat diterapkan dalam kegiatan ekonomi
masyarakat dengan berpacu pada pada Al-qur’an dan hadist.8

Para cendikiawan pada masa ini juga menghadapi realitas politik yang cukup
sulit dengan ditandai adanya disintegrasi pusat kekuasaan yang mayoritas
mengabaikan kehendak rakyat, dan mulai tersebar korupsi di kalangan para
penguasa yang diiringi dengan penurunan moral dari kalangan masyarakat yang

6
Lailatul Istiqomah dkk, “TELAAH SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM”, Jurnal Al-
Iqtishod. Vol. 1, No. 1 2019 (Juni), 9.
7
Ibid.
8
Zulkifli Rusby, PEMIKIRAN EKONOMI DALAM ISLAM (Pekan Baru: Zulkifli Rusby, 2014),
10.

3
mengakibatkan ketimbangan yang semakin melebar antara sikaya dengan
simiskin.9

Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam pada masa ini antara lain diwakili oleh
Al-Gazali (w.505 H/1111M), Ibnu Taymiyah (w.728H/1328 M), AlSyatibi
(w.790H/1388M), Ibnu Khaldun (w.808 H/1404 M), AL Maqrizi
(845H/1441M).10

3. Fase Ketiga

Fase ini dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 M. Fase ini dikenal dengan
fase stagnasi dikarenakan tertutupnya pintu ijtihad, di mana para fuqaha hanya
merapikan dan menulis catatan kembali tulisan para pendahulunya, serta
mengeluarkan fatwa yang sesuai standar bagi masing-masing madzhab untuk
kembali pada Al-qur’an dan hadist sebagai pedoman hidup.11

Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam antara lain diwakili oleh Shah Wali
Allah (w.1176 H/1762 M), Jamaluddin Al-Afghani (w.1315 H/1897 M),
Muhammad Abduh (w.1320 H/1905 M), dan Muhammad IQbal (w.1357 H/1938
M).12

C. Pokok Kebijakan Ekonomi Masa Rosulullah


Pada periode Madinah Rosulullah membuang sebagian besar kebiasaan dan
nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran islam dari seluruh aspek dan
meletakkan dasar-dasar kehidupan yang bermasyarakat seperti:
1. Membangun masjid Islamic Center.
2. Menjalin ukhuwah Islamiyah antara kaum Muhajirin dan Ansor.
3. Membuka pasar untuk kaum Muslimin sebagai sumber pencaharian.
4. Mendirikan Baitul Mal.

9
Zulkifli Rusby, PEMIKIRAN EKONOMI DALAM ISLAM (Pekan Baru: Zulkifli Rusby, 2014),
10.
10
Ibid.
11
Zaqirotul Maghfiroh dkk, “PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA PERADABAN
RASULULLAH SAW”, Jurnal Wacana Equiliberium. Vol. 08, No. 02 2020 (Desember), 116.
12
Lailatul Istiqomah dkk, “TELAAH SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM”, Jurnal Al-
Iqtishod. Vol. 1, No. 1 2019 (Juni), 10.

4
5. Membuat konstitusi negara.
6. Membuat kebijakan-kebijakan keuangan negara. (kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal).13

Kebijakan yang dibentuk oleh Rosulullah sesuai dengan prinsip-prinsip


kebijakan ekonomi yang di jelaskan Al-Qur’an sebagai berikut: Allah
merupakan penguasa tertinggi di alam semesta manusia hanya khalifah Allah
dimuka bumi bukan pemilik yang sebenarnya.14 Semua yang dimiliki manusia
atas seizin Allah, manusia yang kurang beruntung mempunyai hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki manusia yang lebih beruntung.15 Kekayaan harus
berputar tidak boleh ditimbun. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya
seperti riba harus dihilangkan. Menempatkan sistem warisan sebagai media
distribusi kekayaan. Menetapkan keajiban bagi seluruh individu termasuk
orang-orang miskin.16 Kebijakan-kebijakan lainnya adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan Moneter

Didalam pengelolaan moneter awal Pemerintah Islam mengedarkan dana


untuk penyebaran Islam, pendidikan dan kebudayaan, pengembangan ilmu
pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan
kesejahteraan sosial.17

Pada masa Rasulullah, beliau membuat suatu kebijakan terhadap


perekonomian. Dalam hal transaksi beliau menetapkan alat pembayaran yang

13
Maya Apriyana dkk, “Penerapan Sistem Ekonomi Nabi Muhammad Saw Sebaga iRole Model
Generasi Milenial Dalam Mengembangkan Ekonomi Syariah Berbasis Teknologi”, Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam. Vol. 8, No. 3 2022 (Juli), 3.
14
Ibid.
15
Zaqirotul Maghfiroh dkk, “PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA PERADABAN
RASULULLAH SAW”, Jurnal Wacana Equiliberium. Vol. 08, No. 02 2020 (Desember), 117.
16
Maya Apriyana dkk, “Penerapan Sistem Ekonomi Nabi Muhammad Saw Sebaga iRole Model
Generasi Milenial Dalam Mengembangkan Ekonomi Syariah Berbasis Teknologi”, Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam. Vol. 8, No. 3 2022 (Juli), 3.
17
Hoirul Amri, “ANALISIS KEBIJAKAN MONETER PADA AWAL PEMERINTAHAN
ISLAM TERHADAP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN ISLAM”, Jurnal Islamic Banking.
Vol. 3, No. 2 2016 (Februari), 11.

5
digunakan kaum muslimin pada saat itu berupa dinar dan dirham. 18 Walaupun
demikian, dalam perkembangan berikutnya, dirham lebih umum digunakan
daripada dinar. Hal ini sangat berkaitan erat dengan penaklukan tantara Islam
terhadap hampir seluruh wilayah kekaisaran Persia.19

Nilai emas dan perak yang terkandung dalam dinar dan dirham sama dengan
nilai nominalnya, sehingga dapat dikatakan dinar dan dirham adalah uang yang
memiliki face vlue.20 Dinar dan Dirham menjadi alat bayar resmi valuta asing
dari Persia dan Romawi yang dikenal oleh seluruh masyarakat Arab. Sistem
devisa bebas diterapkan, tidak ada halangan sedikitpun untuk mengimpor dinar
atau dirham.21

Permintaan terhadap uang selama periode Rasulullah secara umum bersifat


permintaan transaksi dan pencegahan. Pelarangan penimbunan, baik uang
maupun barang-barang komoditas. Dalam menjaga kestabilan moneter, terdapat
beberapa kegiatan yang dilarang oleh Islam yaitu:22

a. Permintaan yang tidak riil.


b. Penimbunan mata uang sebagaimana dilarangnya penimbunan barang.
c. Melakukan transaksi dengan cara menghambat penjual di tengan jalan
sebelum sampai ke pasar (talaqqi rukban).
d. Segala bentuk riba.
e. Jual beli di bawah tekanan.
f. Jual beli atas milik orang lain.23

18
Intan Puspitasari dkk, “Analisis Penepatan Kebijakan Moneter pada Masa Rasulullah SAW dan
Penerapan di Indonesia”, Jurnal Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah. Vol. 2, No. 1 2016
(November), 389.
19
Zaqirotul Maghfiroh dkk, “PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA PERADABAN
RASULULLAH SAW”, Jurnal Wacana Equiliberium. Vol. 08, No. 02 2020 (Desember), 119.
20
Ibid.
21
Joko Hadi Purnomo, “UANG DAN MONETER DALAM SISTEM KEUANGAN ISLAM”,
Jurnal of Sharia Economics. Vol. 1, No. 2 2019 (Desember), 94.
22
Siti Nikmah Marzuki, “KONSEP UANG DAN KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI
ISLAM”, Jurnal Al-Iqtishad. Vol. 1, No. 2 2021 (Juli-Desember), 214.
23
Ibnudin, “PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD”, Jurnal
Risalah. Vol. 5, No. 1 2019 (Maret), 58-59.

6
2. Kebijakan Fiskal

Pentingnya kebijakan fiskal yang dijalankan oleh Rasulullah adalah untuk


menstabilkan pemerintahan Islam menjadi lebih dapat dimengerti jika
dipahami besaran kenaikan populasi kaum muslimin. Langkah-langkah yang
diambil Rasulullah atas nama kaum Muhajirin dan Hijaz, secara bertahap kaum
muslimin mulai mengalami perkembangan.24

Rasulullah SAW baru mulai "melirik" permasalahan ekonomi dan keuangan


negara, setelah beliau menyelesaikan masalah politik dan urusan konstitusional
di Madinah pada masa awal hijrah. Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah ada
empat langkah yang dilakukan Rasulullah yaitu:25

a. Menjalin Ukhuwah Islamiah.

Dalam rangka meningkatkan permintaan masyarakat Muslim di Madinah,


Rasulullah melakukan kebijakan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan
Anshar. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya distribusi pendapatan dari kaum
Anshar kepada Muhajirin yang dapat meningkatkan permintaan total di
Madinah.

b. Kebijakan Pajak

Penerapan kebijakan pajak yang dilakukan Rasulullah seperti Kharaj,


khums, dan zakat menyebabkan teciptanya Kestabilan harga dan mengurangi
inflasi.

c. Anggaran

Anggaran pengaturan APBN yang dilakukan Rasululah cermat, efektif, dan


efisien menyebabkan jarang terjadinya defisit anggaran meskipun sering terjadi
peperangan yang memerlukan biaya cukup banyak.

24
Mike Oktaviana, “KEBIJAKAN FISKAL ZAMAN RASULULLAH DAN
KHULAFARASYIDIN”, Jurnal Nazharat. Vol. 26, No. 01 2020 (Juni), 291.
25
Ibid.

7
d. Kebijakan Fiskal Khusus

Kebijakan fiskal secara khusus yang diterapkan oleh Rasulullah Saw adalah
menerima bantuan kaum muslmin secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan
pasukan muslim; meminjam peralatan dari kaum nonmuslim secara cuma-
cuma dengan jaminan pengembalian dan ganti rugi bila terjadi kerusakan.
Raslullah juga meminjam uang dari orang-orang tertentu untuk diberikan
kepada para muallaf.26

D. Pendapatan dan Pengeluaran Negara masa Rasulullah


1. Pendapatan Negara masa Rasulullah

Sumber pendapatan primer pada zaman Rasulullah adalah zakat dan ushr,
Rasulullah membedakan pemanfaat antara zakat dengan ushr. Zakat hanya
diperuntukkan untuk orang-orang yang sudah dijelaskan dalam Al-Quran surat
at-Taubah: 60. Sedangkan untuk orang nonmuslim, Rasulullah memungut
Jizyah sebagai sebuah kontribusi terhadap negara. Besarannya Jiyzah adalah
satu dinar pertahun dan hanya diperuntukan orang yang sudah baligh dan yang
mampu.27

Beberapa sumber pendapatan skunder berasal dari tebusan tawanan perang,


pinjaman dari kaum Muslimin, khumus atas rikaz (harta karun temuan pada
periode sebelum Islam), amwal fadhla (harta kaum muslimin yang meninggal
tanpa ahli waris), wakaf nawaib (pajak kaum muslimin yang kaya dalam
rangka menutupi pengeluaran Negara selama masa darurat), zakat fitrah,
kaffarat (denda atas kesalahan kaum Muslimin pada acara keagamaan),
sadaqah dari kaum Muslimin, dan harta rampasan perang (ghanimah). 28

26
Mike Oktaviana, “KEBIJAKAN FISKAL ZAMAN RASULULLAH DAN
KHULAFARASYIDIN”, Jurnal Nazharat. Vol. 26, No. 01 2020 (Juni), 295-296.
27
Muhammad Zidny Nafi’ Hasbi, “POTRET KEHIDUPAN PADA ZAMAN NABI POTRAIT
OF ECONOMIC LIFE IN THE AGE OF THE PROPHET”, Jurnal Al-Mustofa. Vol. 3, No. 1
2021 (Juli), 5.
28
Ibid.

8
2. Pengeluaran Negara masa Rasulullah

Pengeluaran negara selama masa pemerintahan Rasulullah Saw dibagi


menjadi dua yaitu pengeluaran primer dan pengeluaran skunder. Pengeluaran
primer pada masa Rasulullah adalah:

a. Pengeluaran untuk biaya pertahanan seperti persenjataan, unta dan


persediaan.
b. Penyaluran zakat dan Ushr kepada yang berhak menerimanya menurut
ketentuan AlQuran, termasuk para pemungut zakat.
c. Pembayaran gaji untuk wali, qadi, guru imam, muadzin dan pejabat
negara lainnya.
d. Pembayaran upah para sukarelawan.
e. Pembayaran utang negara.
f. Bantuan untuk musafir (dari daerah Fadak)29

Sedangkan pengeluaran skunder pada masa Rasulullah adalah:

a. Bantuan untuk orang yang belajar agama di Madinah.


b. Hiburan untuk parah utusan suku dan negara serta biaya perjalanan
mereka.
c. Hiburan untuk parah delegasi keagamaan.
d. Hadiah untuk pemerintah negara lain.
e. Tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah.
f. Pembayaran untuk pembebasan Kaum Muslim yang menjadi budak.
g. Pembayaran denda atas mereka yang terbunuh secara tidak sengaja oleh
pasukan kaum Muslimin.
h. Pembayaran tunjangan untuk orang miskin.
i. Pengeluaran rumah tangga Rasulullah Saw. (hanya sejumlah kecil, 80
butir kurma dan 80 butir gandum untuk setiap istrinya).
j. Persediaan darurat (sebagian dari pendapatan Khaibar)30

29
Suharyono, “KEBIJAKAN KEUANGAN PUBLIK MASA RASULULLAH”, Jurnal Aghinya
Stiesnu. Vol. 2, No. 1 2019 (Januari), 131.
30
Ibid.

9
E. Konsep Baitul Maal masa Rasulullah

Pengalokasian dana Baitul Maal pada masa Nabi Muhammad SAW


digunakan untuk dakwah penyebaran Islam, pendidikan dan kebudayaan,
pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan infrastruktur, pembangunan
armada perang dan keamanan, serta penyediaan layanan kesejahteraan sosial.
Baitul Maal pada masa Rasulullaah SAW berfungsi sebagai lembaga
pengelolaan keuangan negara yang terkait pelaksanaan kebijakan yang secara
tidak langsung memberikan dampak terhadap perekonomian makro.31

Salah satu ciri kebijakan fiskal di Baitul Maal pada masa Rasulullah SAW
yaitu menerapkan balance budget, artinya sangat jarang terjadi anggaran defisit
walaupun tercatat hanya sekali terjadi ketika jatuhnya Kota Makkah. Akibat
dari hal ini, maka utang dari defisit anggaran ini dibayarkan kurang dari satu
tahun yakni setelah berakhirnya perang Hunayn.32
F. Penutup
1. Kesimpulan

Masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rasulullah Saw, karena masalah


ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan.
Kebijakan publik terkait keuangan dan perbendaharaan pada masa Rasulullah
telah dipraktekkan dan menjadi pedoman bagi pemimpin selanjutnya.

Nabi Muhammad SAW. Membuat kebijakan Fiskal dan kebijakan moneter.


Kebijakan fiskal diantaranya Peningkatan pendapatan Nasional dan tingkat
partisipasi kerja, kebijakan Pajak, Anggaran, dan Kebijakan Fiskal Khusus.
Sedangkan kebijakan moneter yaitu penggunaan mata uang dinar dan dirham.
Namun yang lebih umum digunakan adalah dirham karena tentara Islam
berhasil menaklukan hampir seluruh wilayah kekaisaran Persia.

31
Risa Sari Pertiwi, “MASA DAULAH ISLAMIYAH DAN DALAM KONTEKS DI
INDONESIA”, Jurnal Ulumuna. Vol. 6, No. 1 2020 (Juni), 57.
32
Ibid.

10
Kebijakan keuangan publik di masa Rasulullah SAW terkait sumber
penerimaan dan belanja negara bisa menjadi acuan bagi penentu kebijakan
pemerintah dimasa sekarang yaitu yang mengedepankan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. kebijakan keuangan publik dimasa Rasullullah yang bisa
di aplikasikan sampai sekarang sebaiknya tetap dilaksanakan dan di
kembangkan jika perlu selagi tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam.

Daftar Pustaka

Hoirul Amr. “ANALISIS KEBIJAKAN MONETER PADA AWAL PEMERINTAHAN


ISLAM TERHADAP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN ISLAM”. Jurnal
Islamic Banking. Vol. 3, No. 2 2016 (Februari).

Ibnudin. “PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD”.


Jurnal Risalah. Vol. 5, No. 1 2019 (Maret).

Intan Puspitasari dkk. “Analisis Penepatan Kebijakan Moneter pada Masa Rasulullah SAW
dan Penerapan di Indonesia”. Jurnal Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah.
Vol. 2, No. 1 2016 (November).

Joko Hadi Purnomo. “UANG DAN MONETER DALAM SISTEM KEUANGAN


ISLAM”. Jurnal of Sharia Economics. Vol. 1, No. 2 2019 (Desember).

Lailatul Istiqomah dkk. “TELAAH SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM”. Jurnal


Al-Iqtishod. Vol. 1, No. 1 2019 (Juni).

Maya Apriyana dkk. “Penerapan Sistem Ekonomi Nabi Muhammad Saw Sebagai Role
Model Generasi Milenial Dalam Mengembangkan Ekonomi Syariah Berbasis
Teknologi”. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 8, No. 3 2022 (Juli).

Mike Oktaviana. “KEBIJAKAN FISKAL ZAMAN RASULULLAH DAN


KHULAFARASYIDIN”. Jurnal Nazharat. Vol. 26, No. 01 2020 (Juni).

Muhammad Zidny Nafi’ Hasbi. “POTRET KEHIDUPAN PADA ZAMAN NABI


POTRAIT OF ECONOMIC LIFE IN THE AGE OF THE PROPHET”. Jurnal Al-
Mustofa. Vol. 3, No. 1 2021 (Juli).

Risa Sari Pertiwi. “MASA DAULAH ISLAMIYAH DAN DALAM KONTEKS DI


INDONESIA”. Jurnal Ulumuna. Vol. 6, No. 1 2020 (Juni).

11
Rusby Zulkifli, PEMIKIRAN EKONOMI DALAM ISLAM (Pekan Baru: Zulkifli Rusby,
2014).

Siti Nikmah Marzuki. “KONSEP UANG DAN KEBIJAKAN MONETER DALAM


EKONOMI ISLAM”. Jurnal Al-Iqtishad. Vol. 1, No. 2 2021 (Juli-Desember).

Suharyono. “KEBIJAKAN KEUANGAN PUBLIK MASA RASULULLAH”. Jurnal


Aghinya Stiesnu. Vol. 2, No. 1 2019 (Januari).

Winarno. “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM DI MASA RASULULLAH”.


Jurnal Asy-Syar’iyyah. Vol. 2, No.1 2017 (Juni).

Zaqirotul Maghfiroh dkk. “PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA


PERADABAN RASULULLAH SAW”. Jurnal Wacana Equiliberium. Vol. 08, No.
02 2020 (Desember).

12

Anda mungkin juga menyukai