Anda di halaman 1dari 9

1

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Dipresentasikan
Serta Didiskusikan dalam Perkuliahan Semester I

Mata Kuliah:

PENGANTAR EKONOMI SYARI’AH

Oleh:

Anisatun Malihah
Fauziah Ilma

Dosen Pengampu:
BUSTANUL ARIFIN, M.Sy

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AT TAHDZIB


JURUSAN SYARI’AH PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
REJOAGUNG NGORO JOMBANG
2018

1
2

PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama : Anisatun Malihah

Nomor :

Pokok/Nimko :

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah

Judul : Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

PEMBIMBING TANGGAL TANDA TANGAN

BUSTANUL ARIFIN, M.Sy

2
3

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

Oleh:

Anisatun Malihah (Mahasiswi HES Semester 1)

Fauziah Ilma (Mahasiswi HES Semester 1)

Abstrak

Pemikiran ekonomi Islam lahir dari kenyataan bahwa Islam adalah system yang
diturunkan Allah kepada seluruh manusia untuk menata seluruh aspek kehidupannya dalam
ruang dan waktu. Dan pemikiran mengenai ekonomi Islam terus berkembang mengikuti
perkembangan zamannya. Banyak tokoh-tokoh yang menuangkan ide-idenya mengenai ekonomi
Islam diantaranya, Al-Ghazali, Ibnu Rusdy, Ibnu Khaldun dan lain-lain. Serta banyak terjadi
gerakan rasionalis dalam dunia Islam.

Kata kunci: sejarah, gerakan rasionalis, gerakan pencerahan, dan kontribusi Ibnu Khaldun

A. Pendahuluan

Dalam hal ini, pemaham sistem ekonomi islam tidak cukup hanya melalui
sosialisasi teknis, tetapi juga latar belakang dan sejarah perkembangan pemikiran
ekonomi para cendekiawan Muslim. Kelangkaan kajian tentang sejarah pemikiran
ekonomi dalam Islam sangat tidak menguntungkan karena, sepanjang sejarah Islam para
pemikir dan pemimpin Muslim sudah mengembangkan berbagai gagasan ekonominya
sedemikian rupa, sehingga mengharuskan kita untuk menganggap mereka sebagai para
pencetus ekonomi Islam yang sesungguhnya. Konsep ekonomi para cendekiawan Muslim
itu berakar pada hokum Islam yang bersumber dari Al-qur’an dan hadits nabi. Ia
merupakan hasil interpretasi dari berbagai ajaran Islam yang bersifat pribadi dan
universal, mengandung sejumlah perintah dan prinsip umum bagi perilaku individu dan
masyarakat, serta mendorong umatnya untuk menggunakan kekuatan akal pikiran
mereka. Kajian mengenai perkembangan sejarah ekonomi Islam merupakan ujian-ujian
empirik yang diperlukan bagi setiap gagasan ekonomi. Ini memiliki arti yang sangat
penting terutama dalam kebijakan ekonomi dan keuangan negara.
3
4

B. Pembahasan

1. Sejarah pemikiran ekonomi islam

Sejarah pemikiran ekonomi Islam terbagi dalam empat fase, yaitu:1

1. Fase I; Fase Pembangunan (Abad VI-XI)

Fase pertama dikenal juga sebagai fase dasar-dasar ekonomi Islam yang
dirintas oleh para fuqaha. Pemikiran mereka mengacu pada Al-Qur’an dan hadits
dan berorientasi pada masalah utility (maslahah) dan mafsadah (disutility) yang
terkait dengan aktivitas ekonomi. Pemaparan para fuqaha tersebut masih bersifat
normatif. Pemikiran mereka terfokus pada apa manfaat sesuatu yang dianjurkan
dan apa kerugian bila melaksanakan sesuatu yang dilarang agama.

Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam pada fase I adalah Zaid bin Ali, Abu
Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad bin al- Hasan asy-Syaibani, Ibnu Maskawaih.

2. Fase II, Fase Cemerlang (Abad XI-XV)

Pada fase ini banyak meninggalkan hasil karya atau warisan intelektual
yang sangat kaya. Para cendekiawan Muslim mampu menyusun suatu konsep
tentang bagaimana umat melaksanakan kegiatan ekonomi yang berlandaskan Al-
Qur’an dan hadits. Pada masa ini juga mulai terjadi disintegrasi pusat kekuasaan
Bani Abbasiyah dan merebaknya korupsi di kalangan penguasa.

Tokoh-tokoh pemikir pada fase kedua adalah Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah,


ibnu Khaldun, Al-Maqrizi.

3. Fase III, Fase Kemunduran (Abad XV-XX/1446-1932 M)

Fase ini disebut juga fase kujumudan, yaitu tertutupnya pintu ijtihad. Para
fuqaha hanya menulis catatan-catatan pendahulunya dan mengeluarkan fatwa
yang sesuai dengan aturan standar bagi masing-masing madzhab. Pada fase ini
1
Mohamad Hidayat, an introduction to The Sharia Economic (Jakarta: Zikrul Hakim: 2010) hal.160
4
5

terdapat ajakan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber
pedoman hidup.

Tokoh-tokoh pemikir pada masa ini adalah Syaikh Waliyullah, Jamaluddin


al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Iqbal.

4. Fase IV, Masa Institusionalisasi atau Pembangunan Kembali

Pada masa ini telah lahir pemikir-pemikir ekonomi yang hasil


pemikirannya telah menjadi acuan bagi kegiatan ekonomi syari’ah, diantaranya
adalah M. Akram Khan, M. Abdul Mannan, M. Umar Chapra, Khursyid Ahmad,
M. Nejatullah ash-Shiddiqi, Hasanuddin, Syed Nawab Haider Naqvi, Munawwar
Iqbal, Ziauddin Ahmad.

2. Gerakan Rasionalis di Dunia Islam

1. Pendirian lembaga Baitul Mal pada masa Rasulullah SAW dan diteruskan oleh
Abu Bakar Ash-Shiddiq, semakin dikembangkan pada masa pemerintahan Umar
bin Khattab.

2. Zakat.

3. Ushr (pajak).

4. Sedekah dari Non-Muslim.

5. Mata uang.

6. Klasifikasi dan alokasi pendapatan negara.2

3. Perbedaan antara gerakan pencerahan Barat dan Islam

Kontribusi kaum Muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan


perkembangan pemikiran ekonomi pada khususnya dan pada peradaban dunia pada
umumnya, telah diabaikan oleh para ilmuwan Barat. Buku-buku teks ekonomi Barat
2
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers: 2010) hlm.59
5
6

hampir tidak pernah menyebutkan perana kaum Muslimin ini. Para sejarawan Barat telah
menulis sejarah ekonomi dengan sebuah asumsi bahwa periode antara Yunani dan
Skolastik adalah sterildan tidak produktif. Sebagai contoh, sejarawan sekaligus ekonom
terkemuka, Joseph Schumpeter, sama sekali mengabaikan peranan kaum Muslimin. Ia
memulai penulisan sejarah ekonominya dari para filsof Yunani dan langsung melakukan
loncatan jauh selama 500 tahun, dikenal sebagai The Great Gap, ke zaman St. Thomas
Aquinas (1225-1274 M). 3

Sebaliknya, meskipun telah memberikan kontribusi yang besar, kaum Musimin


tidak lupa mengakui utang mereka kepada para ilmuwan Yunani, Persia, India, dan Cina.
Hal ini sekaligus mengindikasikan inklusivitas para cendekiawan Muslim masa lalu
terhadap berbagai ide pemikiran dunia luar selama tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Sejalan dengan ajaran Islam tentang pemberdayaan akal pikiran dengan tetap
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits nabi, konsep dan teori ekonomi dalam Islam
pada hakikatnya merupakan respon para cendekiawan Musli terhadap berbagai tantangan
ekonomi pada waktu-waktu tertentu. Ini juga berarti bahwa pemikiran ekonomi Islam
seusia Islam itu sendiri.

Berbagai praktik dan kebijakan ekonomi yang berlangsung pada masa Rasulullah
SAW dan khulafaur rasyidin merupakan contoh empiris yang dijadikan pijakan bagi para
cendekiawan Muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya. Satu hal yang jelas,
focus perhatian mereka tertuju pada pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi,
pertumbuhan, dan kebebasan, yang tidak lain merupakan objek utama yang
menginspirasikan pemikiran ekonomi Islam sejak awal.

Dan umumnya para penulis sejarah mengawali pembahasan dari filsof Yunani dan
pemerintahan Romawi, kemudian mengutip pendapat para pendeta Kristen yang hidup
pada awal era Kristen. Selanjutnya, mereka melompat kea bad pertengahan ketika Eropa
keluar dari kegelapan, melewatkan masa senjang selama lebih dari lima ratus tahun.
Namun Sun (2004) mengemukakan bahwa thesis “Great Gap” ini kemudian dibantah
antara lain oleh Essaid (1987), Ghazanfar (2000), dan Hosseini (1998). Pada periode

3
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers: 2010) hlm.8-9
6
7

tersebut dalam dunia Islam terjadi gerakan intelektual menerjemahkan karya-karya yang
berasal dari Yunani.4

4. Kontribusi social budaya Ibnu Khaldun

Kontribusi Ibnu Khaldun dalam pengembangan ilmu pengetahuan cukup


signifikan, namun sayang beliau lahir pada saat dunia Islam mulai mengalami
kemunduran.

Berikut ini hasil pemikiran Ibnu Khaldun dalam bidang ekonomi:5

1. Teori Produksi

Bagi Ibnu Khaldun, produksi adalah aktivitas manusia yang


diorganisasikan secara social dan internasional.

2. Teori Nilai, Uang, dan Harga

2.1 Teori nilai

Bagi Ibnu Khaldun, nilai suatu produk sama dengan jumlah tenaga
kerja yang dikandungnya.

2.2 Teori uang

Bagi Ibnu Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah ukuran
nilai. Logam-logam ini tidak dipengaruhi oleh fluktuasi subjektif.

2.3 Teori harga

Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan
penawaran.

3. Teori Distribusi

4
epository.perbanas.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1678/Jahja-2009-Ibn%20Khaldun.pdf
5
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers: 2010) hlm.394
7
8

Harga suatu produk terdiri dari tiga unsur: gaji, laba, dan pajak. Setiap
unsur ini merupakan imbal jasa bagi setiap kelompok dalam masyarakat:
gaji adalah imbal jasa bagi produser, laba adalah imbal jasa bagi
pedagang, dan pajak adalah imbal jasa bagi pegawai negeri dan penguasa.
Karenanya, Ibnu Khaldun membagi perekonomian ke dalam tiga sector:
produksi, pertukaran, dan layanan masyarakat.

4. Teori Siklus

Bagi Ibnu Khaldun, produksi bergantung kepada penawaran dan


permintaan terhadap produk. Namun, penawaran sendiri tergantung
kepada jumlah produsen dan hasratnya untuk bekerja, demikian juga
permintaan tergantung pada jumlah pembeli dan hasrat mereka untuk
membeli.

C. Kesimpulan

Jadi sejarah pemikiran ekonomi Islam dibagi menjadi empat fase, yaitu fase fase
pembangunan, fase cemerlang, fase kemunduran , dan masa institusionalisasi atau
pembanguan kembali. Lalu, dalam sejarah ekonomi Islam ada gerakan rasionalis yang
dilakukan oleh para pemikir ekonomi Islam diantaranya, pembentukan baitul mal, zakat,
ushr (pajak), mata uang, sedekah non-Muslim dan klasifikasi dan alokasi pendapatan
Negara. Namun, ada peristiwa “The Great Gap”, dimana selama 500 tahun terjadi
kesenjangan yang besar yang dialami oleh para ilmuwan Barat sedangkan pada kurun
masa itu, para cendekiawan Muslim tengah mengalami masa kejayaan. Namun, sayang
kontribusi cendekiawan Muslim tidak mendapatkan penghargaan yang layak dari para
ilmuwan Barat. Di sisi lain, ada beberapa cendekiawan Muslim yang menyumbangkan
ide pemikirannya mengenai ekonomi Islam diantaranya Ibnu Khaldun. Diman beliau
mengutarakan hasil pemikirannya mengenai ekonomi Islam. Berikut hasil pemikiran
beliau ialah:

1. Teori produksi

2. Teori nilai, uang, dan harga


8
9

3. Teori distribusi

4. Teori siklus

Maka dari itu, sangat penting untuk mempelajari sejarah ekonomi Islam. Dimana
kita dapat mengetahui bagaimana para cendekiawan Muslim menyalurkan ide-idenya
bagi umat Islam ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Karim, Adiwarman. 2010 . Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam . Edisi ketiga . Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Hidayat, Mohammad . 2010 . an Introduction to The Sharia Economic . Jakarta: Zikrul Hakim.

epository.perbanas.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1678/Jahja-2009-Ibn%20Khaldun.pdf

Anda mungkin juga menyukai