Anda di halaman 1dari 9

USHUL FIQH MUAMALAH dan FIQH MUAMALAH

Dosen Pembimbing: Emi Yasir Lc. MA

Disusun Oleh:

M.Haikal (150603013)

Husni Mubarak ( 150603072)

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

UIN AR-RANIRY

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menggambarkan bahwa yang menjadi objek kajian para ulama ushul fiqihadalah dalil-dalil yang
bersifat ijmali (global) seperti kehujjahan ijma dan qiyas.Ushul fiqih juga membahas bagaimana cara
mengistinbathkan hukum dari dalil-dali, seperti kaidah mendahulukan hadits mutawatir dari hadits ahad
dan mendahulukan nash dari zhahir. Dari definisi di atas, terlihat jelas bahwa yang menjadi objek kajian
ushul fiqih secara garis besarnya ada tiga: Sumber hukum dengan semua seluk beluknya. Metode
pendaya gunaan sumber hukum atau metode penggalian hukum dari sumbernya.Persyaratan orang yang
berwewenang melakukan istinbath dengan semua permasalahannya. Tujuan yang hendak dicapai dari
ilmu ushul fiqh adalah ialah untuk dapat menerapkan kaidah-kaidah terhadap dalil-dalil syara yang
terinci agar sampai kepada hukum-hukum syara yang bersifat amali yang ditunjuk oleh dalil-dalil itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Ushul Fiqh Muamalah dan Fiqh Muamalah ?
2. Objek kajian apa saja yang terdapat dalam Ushul Fiqh Muamalah ?
3. Apa kegunaan Ushul Fiqh Muamalah ?

BAB ll

1
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN USHUL FIQH MUAMALAH DAN FIQH MUAMALAH

Ushul fiqh merupakan kata yang disusun dengan susunan idhafah, yang berarti dari dua kata,
yaitu ushul dan fiqh.

1. Makna Ushul
Kata ushul adalah bentuk plurar dari kata ashl, yang secara etimologi berarti sesuatu yang
menjadi dasar atau pondasi bagi sesuatu yang lain seperti benih pohon dan pondasi. 1 Dari arti
ini terdapat firman Allah subhanahu wa Taala, Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat. (Ibrahim: 24-25).

2. Makna Fiqh
Fiqh secara etimologi berarti paham. Dalam kamus Al- Mishbah Al-Munir disebutkan, Fiqh
(fikih) adalah memahami sesuatu. Ibnu Faris mengatakan, setiap pemahaman terhadap sesuatu
berarti fikih baginya.
Sedangkan fiqh (fikih) dalam terminologi syara berarti menguasai pengetahuan tentang agama
dalam setiap aspeknya, bahkan ia tidak mencakup makna lain selain makna itu bila dimutlakkan.
Dalam Al-Quran, kata fiqh digunakan untuk menunjukkan arti paham. Allah subhanahu wa
Taala berfirman mengisahkan tentang kaum Syuaib, Mereka berkata, Hai Syuaib, kami tidak
banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat
kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah keluargamu tentulah kami telah
merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. (Hud:91).

3. Makna Ushul Fiqh


Adapun Ushul Fiqh secara terminologi telah didefinisikan dengan definisi yang beragam, namun
semuanya hampir sama satu sama lain. Berikut beberapa definisi Ushul Fiqh.
Al-Harawi mendefinisikan ushul fiqh dengan perkataannya, Adapun ushul fiqh adalah
mengetahui sesuatu yang dapat mengantarkan pada pengambilan (istinbath) hukum fikih
dari dalil-dalilnya.
Al-Amidi dalam kitabnya Al-Ihkam mendefinisikannya dengan perkataannya, Ushul
fiqh adalah dalil-dalil fikih dan aspek dalalahnya pada hukum syara serta keadaan orang
yang menggunakan dalil-dalil ini (mijtahid) secara global, bukan secara terperinci.
Ibnu As-Subki dalam kitabnya Jamu Al-Jawami mendefinisikannya dengan
perkataannya, Ushul fiqh adalah dalil-dalil fikih secara global. Adapula yang
mengatakan pengetahuan secara global dan dasar-dasar yang menunjukkannya dan
menunjukkan metode cara menggunakannya, serta mengetahui kondisi orang yang
menggunakannya (mujtahid).

Dan yang dimaksud dengan dalil-dalil adalah sumber-sumber fikih dan tasyri, baik itu
dalil yang disepakati, seperti Al-Quran, sunnah, dan ijma, maupun dalil-dalil yang
diperselisihkan, seperti Qiyas, istihsan, istishab, istishlah, dan dalil-dalilnya.

1 Prof. DR. Musthafa Said Al-khin Sejarah Ushul Fiqh 2014 hal 57-64

2
4. Makna Muamalah
Muamalah adalah hukum-hukum Syara yang berhubungan dengan urusan dunia untuk
melanjutkan eksitensi kehidupan seseorang seperti jual beli. Menurut A. Warson Munawir,
muamalah secara etimologis yaitu perlakuan hubungan kepentingan seperti jual beli, sewa-
menyewa, dan sebagainya. Dalam pengertian yang lain, muamalah yaitu peraturan yang
mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hal tukar menukar harta (termasuk jual
beli).

5. Makna Fiqh Muamalah


Fiqh Muamalah adalah hukum-hukum syara yang bersifat praktis (alamiah) yang diperoleh dari
dalil-dalil terperinci yang mengatur keperdataan seseorang dengan orang lain dalam hal
persoalan ekonomi, diantaranya: dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerjasama dagang,
simpanan barang atau uang, penemuan, pengubahan, rampasan perang, utang-piutang, warisan,
wasiat, nafkah, barang titipan, dan pesanan.2

6. Makna Ushul Fiqh Muamalah


Ushul Fiqh Muamalah adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana paham akan tindakan
hukum manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan. Misalnya, dalam persoalan jual beli,
utang piutang, kerjasama dagang, perserikatan, kerjasama dalam hal penggarapan tanah, dan
sewa menyewa.

B. OBJEK KAJIAN USHUL FIQH MUAMALAH


1. Objek Kajian Ushul Fiqh
Dari definisi Ushul Fiqh di atas, terlihat jelas bahwa yang menjadi objek kajian ushul fiqh
secara garis besarnya ada tiga:
Sumber hukum dengan semua seluk-beluknya.
Metode pendayagunaan sumber hukum atau metode penggalian hukum dari
sumbernya.
Persyaratan orang yang berwenang melakukan istinbat dengan semua
permasalahannya.

Sementara itu, Muhammad Al-Juhaili merinci objek kajian ushul fiqh sebagai berikut:

Sumber-sumber hukum syara, baik yang disepakati seperti Al-Quran dan Sunnah,
maupun yang di perselisihkan, seperti istihsan dan mashlahah mursalah.
Pembahasan tentang ijtihad, yakni syarat-syarat dan sifat-sifat orang yang melakukan
ijtihad.
Mencarikan jalan keluar dari dua dalil yang bertentangan secara zahir, ayat dengan
ayat atau sunnah dengan sunnah, dan lain-lain baik dengan jalan pengompromian
(Al-Jamu Wa At-Taufiq), menguatkan salah satu (tarjih), pengguguran salah satu
atau kedua dalil yang bertentangan (nasakh/tatsaqut Ad-dalilain).
Pembahasan hukum syara yang meliputi syarat-syarat dan macam-macamnya, baik
yang bersifat tuntutan, karangan, pilihan atau keringanan (rukhsah). Juga dibahas
tentang hukum, hakim, mahkum alaih (orang yang dibebani), dll. 3

2. Ruang Lingkup Fiqh Muamalah


a. Al- Muamalah Al- Adabiyah

2 DR. Mardani Fiqh Ekonomi Syariaah: Fiqh Muamalah 2012 hal 2


3 Prof. DR. Rachmat Syafei, MA. Ilmu Ushul Fiqh 2010 hal 23

3
Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah muamalah ditinjau dari segi cara tukar-menukar
benda, yang sumbernya dari pancaindra manusia, sedangkan unsur-unsur penegaknya
adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasut, iri, dendam, dll. Al-Muamalah Al-
Adabiyah adalah aturan-aturan Allah yang ditinjau dari segi subjeknya (pelakunya) yang
berkisar pada keridhaan kedua pihak yang melangsungkan akad, ijab kabul, dusta, dll.

Hal-hal yang termasuk Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah ijab kabul, saling meridhai,
tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang,
penipuan, pemalsuan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada
kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat. 4

b. Al- Muamalah Al-Madiyah


Al-Muamalah Al-Madiyah adalah muamalah yang mengakaji segi objeknya, yakni
benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Muamalah Al-Madiyah bersifat
kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diperjual belikan,
atau diusahakan, benda yang menimbulkan kemadharatan dan mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia, dll. Semua aktivitas yang berkaitan dengan benda,
seperti al- bai (jual beli) tidak hanya ditujukan untuk memperoleh keuntungan semata,
tetapi jauh lebih dari itu, yakni untuk memperoloh ridha Allah SWT. Jadi kita harus
menuruti tata cara jual beli yang telah ditentukan oleh syara.

Hal-hal yang termasuk Al- Muamalah Al-Madiyah adalah sebagai berikut: Al-Muamalah
Al-Madiyah
1. Jual beli (Al-bai at-Tijarah)
2. Gadai (rahn)
3. Jaminan/ tanggungan (kafalah)
4. Pemindahan utang (hiwalah)
5. Jatuh bangkit (tafjis)
6. Batas bertindak (al-hajru)
7. Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
8. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
9. Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
10. Upah (ujral al-amah)
11. Gugatan (asy-syufah)
12. Sayembara (al-jialah)
13. Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
14. Pemberian (al-hibbah)
15. Pembebasan (al-ibra), damai (ash-shulhu)
16. beberapa masalah muashirah (mukhadisah), seperti masalah bunga bank, asuransi,
kredit, dan masalah lainnnya.
17. Pembagian hasil pertanian (musaqah)
18. Kerjasama dalam perdagangan (muzaraah)
19. pembelian barang lewat pemesanan (salam/salaf)
20. Pihak penyandang dana meminjamkan uang kepada nasabah/ Pembari modal
(qiradh)
21. Pinjaman barang (ariyah)
22. Sewa menyewa (al-ijarah)
23. Penitipan barang (wadiah)

4 DR. Mardani Fiqh Ekonomi Syariaah: Fiqh Muamalah 2012 hal 3

4
C. KEGUNAAN USHUL FIQH MUAMALAH
Dimaksudkan dengan adanya kaidah-kaidah dalam Ushul Fiqh Muamalah, yaitu untuk
diterapkan pada dalil-dalil syara' yang terperinci dan sebagai rujukan bagi hukum-hukum furu' hasil
ijtihad para ulama.

Dengan menerapkan kaidah-kaidah pada dalil-dalil syara' yang terperinci, maka dapat dipahami
kandungan nash-nash syara' dan diketahui hukum-hukum yang ditunjukinya, sehingga dengan demikian
dapat diperoleh hukum perbuatan atau perbuatan- perbuatan dari nash tersebut. Dengan menerapkan
kaidah-kaidah itu dapat juga ditentukan jalan keluar (sikap) yang diambil dikala menghadapi nash-nash
yang saling bertentangan, sehingga dapat ditentukan pula hukum perbuatan dari nash atau nash-nash
sesuai dengan jalan keluar yang diambil. Demikian pula dengar menerapkan kaidah-kaidah pada dalil-
dalil seperti : qiyas, istihsan, istishlah, istishab dan lain sebagainya, dapat diperoleh hukum perbuatan-
perbuatan yang tidak didapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Dari sisi ini jelaslah bahwa kegunaan Ushul Fiqh Muamalah ialah untuk memperoleh hukum-
hukum syara' tentang perbuatan dari dalil-dalilnya yang terperinci, sebagaimana yang tertuang dalan
pengertian Ushul Fiqh Muamalah yang telah dipaparkan di depan. Kegunaan Ushul Fiqh Muamalah yang
demikian itu, masih sangat diperlukan bahkan dapat dikatakan inilah kegunaan yang pokok, karena
meskipun para ulama terdahulu telah berusaha untuk mengeluarkan hukum dalam berbagai persoalan,
namun dengan perubahan dan perkembangan zaman yang terus berjalan, demikian pula dengan
bervariasinya lingkungan alam dan kondisi sosial pada berbagai daerah, adalah faktor-faktor yang sangat
memungkinkan sebagai penyebab timbulnya persoalan-persoalan hukum yang baru; yang tidak didapati
ketetapan hukumnya dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah dan belum pernah terpikirkan oleh para ulama
terdahulu. Untuk dapat mengeluarkan ketetapan hukum persoalan-persoalan tersebut, seseorang harus
mengetahui kaidah-kaidah dan mampu menerapkannya pada dalil-dalilnya. 5

Sedangkan dengan menjadikan kaidah-kaidah sebagai rujukan bagi hukum-hukum furu' hasil
ijtihad para ulama, maka dari sini dapat diketahui dalil-dalil yang digunakan dan cara-cara yang ditempuh
dalam memperoleh atau mengeluarkan hukum-hukum furu' tersebut, karena tidak jarang dijumpai dalam
sebagian kitab-kitab fiqh yang menyebutkan hukum-hukum furu' hasil ijtihad seorang ulama atau
sekelompok ulama, tanpa disebutkan dalil-dalil dan cara-cara pengambilan hukum itu. Begitu juga dapat
diketahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat diantara para ulama, sebab terjadinya perbedaan
pendapat para ulama tersebut pada hakikatnya berpangkal dari perbedaan dalil atau dari perbedaan cara
yang ditempuh untuk sampai kepada hukum furu' yang diambilnya. Bahkan dapat pula untuk menyeleksi
pendapat-pendapat yang berbeda dari seorang ulama, dengan memilih pendapat yang sejalan dengan
kaidah-kaidah yang digunakan oleh ulama tersebut dalam menetapkan hukum.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dari sisi ini, Ushul Fiqh Muamalah dapat digunakan
untuk mengetahui alasan-alasan pendapat para ulama. Kegunaan ini juga mempunyai arti yang penting,
karena jika mungkin seseorang akan dapat memilih pendapat yang dipandang lebih kuat atau setidak-
tidaknya seseorang dalam mengikuti pendapat ulama harus mengetahui alasan-alasannya.

5 http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ushul-fiqih/allsub/136/kegunaan-mempelajari-ilmu-ushul-fiqh.html
diakses pada tanggal 18 Maret 2017

5
BAB lll

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ushul Fiqh Muamalah mempunyai pengertian ilmu yang mempelajari tentang bagaimana paham
akan tindakan hukum manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan.

6
Muhammad Al-Juhaili merinci objek kajian ushul fiqh, antara lain: Sumber-sumber hukum
syara, Pembahasan tentang ijtihad, Mencarikan jalan keluar dari dua dalil yang bertentangan secara
zahir, dan Pembahasan hukum syara.

Ruang lingkup fiqh muamalah dibagi menjadi dua: Pertama, Al-muamalah Al-adabiah. Kedua,
Al-muamalah Al-madiyah.

Dengan kata lain bahwa kegunaan mempelajari Ushul Fiqh Muamalah dapat digunakan untuk
mengetahui alasan-alasan pendapat para ulama. Kegunaan ini juga mempunyai arti yang penting, karena
jika mungkin seseorang akan dapat memilih pendapat yang dipandang lebih kuat atau setidak-tidaknya
seseorang dalam mengikuti pendapat ulama harus mengetahui alasan-alasannya.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. Musthafa Said Al- Khin. 2014, Sejarah Ushul Fiqh, Jakarta:Pustaka Al-kautsar.

DR. Mardani. 2012, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta:Kencana.

Prof. DR. Rachmat Syafei, MA. 2010, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung:CV Pustaka Setia.

Prof. DR. H. Satria Effendi, M.Zein, M.A. 2009, Ushul Fiqh, Jakarta:Kencana.

7
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ushul-fiqih/allsub/136/kegunaan-mempelajari-ilmu-
ushul-fiqh.html

Anda mungkin juga menyukai