Anda di halaman 1dari 13

MAKKIYAH DAN MADANIYYAH

Oleh: Setyo Dwi Putranto (O100170024)


Program Studi Magister Pendidikan Islam (MPdI)
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-Mail: setyodp27@gmail.com

A. Pendahuluan

Al-Quran tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sekaligus,


tapi secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Turunnya ayat-
ayat al-Quran kala itu dimulai sejak ditetapkannya Muhammad sebagai
seorang rasul dan berakhir ketika Muhammad menghembuskan nafas yang
terakhir. Ayat-ayat al-Quran tidak diturunkan di suatu tempat saja, namun
mengikuti jejak perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw. mulai dari Mekah
hingga ke Madinah.
Tantangan dakwah nabi di Mekah menghadapi tekanan dari para
pembesar Quraisy berbeda dengan tantangan dakwah ketika di Madinah. Fase
dakwah yang dilalui Nabi Muhammad menghadapi perubahan-perubahan
situasi, baik dari segi sosial, geografis maupun perubahan objek dakwah.
Perubahan-perubahan tersebut tidak menyebabkan terhentinya pewahyuan al-
Quran kepada Nabi Muhammad saw. Al-Quran tetap diturunkan sesuai
dengan kondisi dan situasi yang terjadi kala itu.
Ayat yang turun di Mekah mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan ayat yang turun di Madinah, baik dalam irama maupun maknanya.
Umat Islam masa kini dituntut untuk memahami al-Quran sebagaimana
kewajiban mereka yang menyaksikan turunnya al-Quran pada masa
Rasulullah. Ilmu-ilmu al-Quran perlu dipelajari oleh setiap muslim dalam
rangka untuk memahami al-Quran secara menyeluruh. Salah satu bidang
kajiannya adalah Makki dan Madani atau Makkiyah dan Madaniyyah.

1
B. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah
Kata al-makki berasal dari kata Mekkah dan al-madani berasal dari
kata Madinah. Kedua kata tersebut telah dimasuki ya nisbah sehingga
menjadi al-makkiy atau al-makkiyah dan al-madaniy atau al-madaniyah.
Secara harfiah, al-makki atau al-makkiyah berarti yang bersifat Mekkah atau
yang berasal dari Mekkah, sedangkan al-madaniy atau al-madaniyah berarti
yang bersifat Madinah atau yang berasal dari Madinah. Maka ayat atau
surat yang turun di Mekkah disebut dengan al-makkiyah dan yang diturunkan
di Madinah disebut dengan al-madaniyah.1

Secara terminologi, setidaknya ada empat perspektif dalam


mendefinisikan Makkiyah dan Madaniyyah. Keempat pandangan tersebut
antara lain: masa turun (zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-nuzul),
objek pembicaraan (mukhathab) dan tema pembicaraan (maudhu).2

1. Menurut masa turun (zaman an-nuzul)


Makkiyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah
hijrah ke Madinah, meskipun tidak turun di Makkah. Madaniyyah adalah
ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah,
meskipun tidak turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa
hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekah atau Arafah.3
2. Menurut tempat turun (makan an-nuzul)
Makkiyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan di Mekah dan
sekitarnya, seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyyah. Madaniyyah adalah
ayat-ayat yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud,Quba
dan Sula.4

1
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 28-29.
2
Manna Al-Qaththan, Mahabits fi Ulum Al-Quran, (ttp.: Mansyurat Al-Ashr Al-Hadits,
1973), hlm. 61-63.
3
Ibid. hlm. 61.
4
Ibid., hlm. 62.

2
3. Menurut objek pembicaraan (mukhathab)
Makkiyyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang
Mekah. Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-
orang Madinah.5
4. Menurut tema pembicaraan (maudhu)
Makkiyyah adalah ayat-ayat yang menampilkan cerita-cerita
mengenai para Nabi dan umat-umat terdahulu, baik menyangkut kejayaan
maupun kehancuran (khususnnya bagi umat-umat itu). Madaniyyah adalah
ayat-ayat yang memuat mengenai berbagai ketentuan hukum
seperti hudud, faraid dan sebagianya.6

C. Karakteristik Makkiyah dan Madaniyyah


Para ulama berusaha merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyah dan
Madaniyyah dalam merumuskan kronologis al-Quran. Mereka mengajukan
dua titik tekan dalam usaha tersebut, yaitu titik tekan analogi dan titik tekan
tematis. Ciri-ciri khusus Makkiyah dan Madaniyyah menurut titik tekan
analogi, sebagai berikut:

1. Makkiyah
a. Didalamnya terdapat ayat sajdah.
b. Ayat-ayat dimulai dengan kata kalla.
c. Dimulai dengan ungkapan ya ayyuha an-nass dan tidak ada ayat
yang dimulai dengan ungkapan ya ayyuha al-ladzina, kecuali dalam
surat Al-Hajj, karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang
dimulai dengan ungkapan ya ayyuha al-ladzina.
d. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat
terdahulu.
e. Ayatnya berbicara tentang kisah Nabi Adam dan Iblis, kecuali surat
Al-Baqarah.

5
Ibid.
6
Abdul Djalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 86.

3
f. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf at-
tahajji) seperti alif lam mim dan sebagainya, kecuali surat Al-Baqarah
dan Ali Imran.
2. Madaniyyah
a. Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had.
b. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat
Al-Ankabut.
c. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitab. 7
Berdasarkan titik tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri
spesifik Makkiyah dan Madaniyyah sebagai berikut:

1. Makkiyah
a. Menjelaskan monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan
risalah kenabian, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian
tentang kiamat dan perihalnya, neraka dan siksanya, surga dan
kenikmatannya, dan mendebat kelompok musyrikin dengan
argumentasi-argumentasi rasional dan naqli.
b. Menetapkan fondasi-fondasi umum bagi pembentukan hukum syara
dan keutamaan-keumataan akhlak yang harus dimiliki anggota
masyarakat. Juga berisikan celaan-celaan terhadap kriminalitas-
kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin, mengonsumsi harta
anak yatim secara zalim serta uraian tentang hak-hak.
c. Menuturkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu serta perjuangan
Muhammad dalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok
musyrikin.
d. Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataanya agak
keras.
e. Banyak mengandung kata-kata sumpah.

7
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 106-107.

4
2. Madaniyyah
a. Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan
rumah tangga, warisan, keutamaan jihad, kehidupan sosial, aturan-
aturan pemerintah menangani perdamamian dan peperangan, serta
persoalan pembentukan hukum syara.
b. Mengkhitabi Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani dan mengajaknya masuk
Islam, juga menguraikan perbuatan mereka yang telah
menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran serta
perselisihannya setelah datang kebenaran.
c. Mengungkap langkah-langkah orang munafik.
d. Surat dan sebaian ayat-ayatnya panjang serta menjelaskan hukum
dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula. 8

D. Metode Kategorisasi Makkiyah dan Madaniyyah


Penetapan kategori Makkiyah dan Madaniyyah oleh para ulama
bersandar pada dua cara utama, yakni simai naqli dan qiyasi ijtihadi.
1. Simai naqli (pendengaran seperti apa adanya)
Metode ini didasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yang
hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabiin
yang menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana, dan
peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu. Sebagian besar
penentuan Makiyyah dan Madaniyyah itu didasarkan pada cara yang
pertama ini.
Namun demikian, semua itu tidak terdapat sedikitpun keterangan
dari Rasulullah, karena ia tidak termasuk dalam kewajiban, kecuali
terdapat dalam batas yang membedakan mana yang nasikh dan mana yang
mansukh.9

8
Ibid., hlm. 107.
9
Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al-Quran, (Beirut: Dar Al-Fikr, tt.), hlm. 9.

5
2. Qiyasi ijtihadi (ijtihad dengan analogi)
Metode ini didasarkan pada ciri-ciri Makiyyah dan Madaniyyah.
Apabila dalam surat Makiyyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat
Madani atau mengandung peristiwa Madani, maka dikatakan bahwa ayat
itu Madaniyyah. Apabila dalam surat Madaniyyah terdapat suatu ayat yang
mengandung sifat Makki atau mengandung peristiwa Makkki, maka ayat
tadi dikatakan sebagai ayat Makiyyah. Bila dalam surat terdapat ciri-ciri
Makiyyah, maka surat itu dinamakan surat Makiyyah. Demikian pula bila
dalam satu surat terdapat ciri-ciri Madaniyyah, maka surat itu dinamakan
surat Madaniyyah.10
Al-Jabari mengatakan, untuk mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah
ada dua cara; simai (pendengaran) dan qiyasi (analogi). Sudah tentu simai
pegangannya berita pendengaran, sedangkan qiyasi berpegang pada penalaran.
Baik berita pendengaran maupun penalaran, keduanya merupakan metode
pengetahuan yang valid dan merupakan metode penelitian ilmiah.11

E. Klasifikasi Makkiyah dan Madaniyyah


Banyak pendapat dan perbedaan dari para ulama terkait klasifikasi dari
ayat-ayat maupun surat-surat Makkiyah dan Madaniyyah. Secara ringkas
dibagi dalam tiga bagian yakni:12

1. Yang turun di Mekah

No Nama Surat No Nama Surat No Nama Surat


1 Al-Fatihah 31 Fushilat 61 Ath-Thaariq
2 Al-Anaam 32 Asy-Syuuraa 62 Al-Alaa
3 Al-Araaf 33 Az-Zukhruf 63 Al-Ghaasyiyah
4 Yunus 34 Ad-Dukhaan 64 Al-Fajr
5 Huud 35 Al-Jaatsiyah 65 Al-Balad
6 Yusuf 36 Al-Ahqaaf 66 Asy-Syams
7 Ibrahim 37 Qaaf 67 Al-Lail
8 Al-Hijr 38 Adz-Dzaariyaat 68 Adh-Dhuhaa
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Quran: Studi Kompleksitas Al-Quran,
(Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996), hlm. 166-167.

6
9 An-Nahl 39 Ath-Thuur 69 Al-Ashr
10 Al-Israa 40 An-Najm 70 At-Tiin
11 Al-Kahfi 41 Al-Qamar 71 Al-Alaq
12 Maryam 42 Al-Waaqiah 72 Al-Qadr
13 Thaha 43 Al-Mulk 73 Al-Aadiyaat
14 Al-Anbiya 44 Al-Qalam 74 Al-Qaariah
15 Al-Muminuun 45 Al-Haaqqah 75 At-Takatsur
16 Al-Furqaan 46 Al-Maaarij 76 Al-Ashr
17 Asy-Syuara 47 Nuuh 77 Al-Humazah
18 An-Naml 48 Al-Jin 78 Al-Fiil
19 Al-Qashash 49 Al-Muzzammil 79 Quraisy
20 Al-Ankabuut 50 Al-Muddatstsir 80 Al-Maauun
21 Ar-Ruum 51 Al-Qiyaamah 81 Al-Kautsar
22 Luqman 52 Al-Mursalaat 82 Al-Kaafiruun
23 As-Sajdah 53 An-Naba 83 Al-Lahab
24 Sabaa 54 An-Naaziaat 84 Al-Ikhlaash
25 Al-Faathir 55 Abasa 85 Al-Falaq
26 Yaasiin 56 At-Takwiir 86 An-Naas
27 Ash-Shaffaat 57 Al-Infithaar
28 Shaad 58 Al-Muthaffifiin
29 Az-Zumar 59 Al-Insyiqaaq
30 Ghaafir 60 Al-Buruuj

2. Yang turun di Madinah

No Nama Surat No Nama Surat No Nama Surat


1 Al-Baqarah 11 Muhammad 21 Al-Munaafiquun
2 Ali Imran 12 Al-Fath 22 At-Taghaabun
3 An-Nisaa 13 Al-Hujuraat 23 Ath-Thalaaq
4 Al-Maaidah 14 Ar-Rahman 24 At-Tahriim
5 Al-Anfaal 15 Al-Hadiid 25 Al-Insaan
6 At-Taubah 16 Al-Mujaadalah 26 Al-Bayyinah
7 Ar-Rad 17 Al-Hasyr 27 Al-Zalzalah
8 Al-Hajj 18 Al-Mumtahanah 28 An-Nashr.
9 An-Nuur 19 Ash-Shaf
10 Al-Ahzaab 20 Al-Jumuah

3. Yang diperselisihkan

No Nama Surat No Nama Surat No Nama Surat


1 Al-Fatihah 5 At-Taghabun 9 Al-Zalzalah
2 Ar-Rad 6 Al-Muthaffifiin 10 Al-Ikhlaash
3 Ar-Rahman 7 Al-Qadr 11 Al-Falaq
4 Ash-Shaf 8 Al-Bayyinah 12 An-Naas

7
Secara lebih rinci, para ulama mengembangkan lagi klasifikasi-
klasifikasi ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah dalam beberapa bagian, antara
lain:

1. Ayat-ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah


Dari sekian contoh-contoh dalam surat Madaniyah ialah surat al-Anfal
adalah Madaniyah tetapi banyak ulama mengecualikan ayat:






Artinya:
Dan (ingatlah) ketika orang kafir (Quraisy) membuat makar
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu
atau mengusirmu. Mereka membuat makar tetapi Allah mengagalkan
makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas makar. (QS. Al-Anfal
:30)
Mengenai ayat ini, Muqatil mengatakan Ayat ini diturunkan di Mekah,
zahirnya menunjukan demikian sebab ia mengandung makna apa yang
dilakukan oleh orang-orang musrik di Darun Nadwah ketika mereka
merencanakan makar tehadap Rasulullah sebelum Hijrah.
2. Ayat-ayat Madaniyah dalam surat Makkiyah
Surat al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang Madaniyah yaitu
ayat 19-21.
3. Madaniyah mirip Makkiyah
Maksudnya adalah ayat-ayat yang terdapat dalam surat Madaniyah tetapi
mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum seperti surat Makkiyah.
Contohnya di dalam firman Allah dalm surat Al-Anfal yang madaniyah:

Artinya:

8
Dan (ingatlah) ketika mereka golongan musyrik berkata Ya Allah Jika
benar Al-Quran ini dari Engkau, hujanilah kami dengan batu dari langit
atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. (QS. Al-Anfal:32)
Hal ini dikarenakan permintaan kaum musyrikin untuk disegerakan azab
adalah di Mekah.
4. Makkiyah mirip Madaniyah
Maksudnya adalah kebalikan dari yang sebelumnya. Mereka memberi
contoh dengan firman Allah dalam surat An-Najm:






Artinya:
Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain
kesalahan-kesalahan kecil. (QS. An-Najm :32)
Menurut As-Suyuthi, perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sangsinya.
Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan
kesalahan-kesalahan kecil ialah apa yang terdapat diantara kedua batas
dosa-dosa di atas. Sementara itu di Mekah belum ada sangsi yang serupa
dengannya.
5. Ayat-ayat yang turun di Mekah dan hukumnya Madaniyyah
a. Ayat 13 surat Al-Hujurat
Ayat tersebut turun pada waktu Fathul Makkah. Ayat ini dinyatakan
ayat Madaniyyah karena turun sesudah hijrah.
b. Ayat 3 sampai dengan 5 surat Al-Maidah.
Ayat tersebut turun pada hari Jumat. Kala itu umat Islam tengah
berwukuf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada. Haji ini
dilaksanakan Rasulullah saw. setelah beliau berhijrah. Maka ketiga
ayat di atas diklasifikasikan sebagai ayat Madaniyyah kendati turun di
Arafah dan seperti diketahui Arafah adalah kawasan di sekitar Mekah.
6. Ayat-ayat yang turun di Madinah dan hukumnya Makkiyah
a. Al-Mumtahanah

9
Surat ini turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah
menjelang Fathul Makkah. Ini artinya terjadi setelah hijrah. Kisahnya
demikian: mengetahui Rasulullah hendak berangkat ke Mekah
seseorang bernama Hattab bin Abi Baltaah menulis surat untuk
disampaikan kepada orang Quraisy di Mekah. Isinya
menginformasikan rencana Rasulullah dan kaum muslimin yang akan
berangkat ke kota yang disebut paling terakhir.
Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat ini sebagai Makkiyah. Ia tak
menjelaskan alasannya. Ada kemungkingan penulis kitab Al-Burhan fi
Ulum Al-Quran ini sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat
Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithab-nya ditujukan kepada
penduduk Mekah.
b. Ayat 41 surat An-Nahl
Mulai awal surat At-taubah (baraah) sampai dengan ayat 28. Ayat-
ayat ini sesungguhnya Madaniyyah tetapi khitab-nya ditujukan kepada
penduduk Mekah. 13

F. Urgensi Pengetahuan Makkiyah dan Madaniyyah


An-Naisaburi dalam kitabnya At-Tanbih ala Fadhl Ulum Al-Quran,
memandang subjek Makkiyah dan Madaniyyah sebagai ilmu Al-Quran yang
paling utama. Sementara itu, Manna Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi
dalam mendeskripsikan urgensi mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah
sebagai berikut.

1. Membantu dalam menafsirkan Al-quran


Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di seputar turunnya Al-
Quran tentu sangat membantu dalam memahami dan menafsirkan ayat-
ayat Al-Quran, kendatipun ada teori yang mengatakan bahwa yang harus
menjadi patokan adalah keumuman redaksi ayat dan bukan kehususan
sebabin. Dengan mengetahui kronologis Al-Quran pula, seorang mufasir

13
Abdul Djalal H.A. Ulumul Quran, hlm. 81.

10
dapat memecahkan makna kontradiktif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu
dengan pemecahan konsep nasikh-mansukh yang hanya bisa diketahui
melalui kronologi Al-Quran.
2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang
relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-
ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyyah memberikan informasi
metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan
orang yang diserunya. Oleh karena itu, dakwah Islam berhasil mengetuk
hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang
diserunya. Di samping itu, setiap langkah-langkah dakwah memiliki objek
kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perbedaan kondisi
sosio-kultural manusia. Periodisasi Makkiyah dan Madaniyyah telah
memberikan contoh untuk itu.
3. Memberi informasi tentang sirah kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah
nabi, baik di mekah atau di madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu
pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Al-Quran adalah rujukan
otentik bagi perjalanan dakwah nabi itu. Informasinya tidak bisa diragukan
lagi. 14

G. Kesimpulan
Ilmu makkiyah dan madaniyah perlu dipelajari untuk mengetahui
konteks ayat dan surat dalam al-Quran. Meskipun nash atau teks didahulukan
atas konteks dalam pengambilan sebuah hukum, namun tanpa memahami
konteks yang ada di dalam sebuah ayat maka akan menimbulkan kontradiksi
dalam pengambilan hukum itu sendiri.

Memahami ilmu Makiyyah dan Madaniyyah ini penting bagi para dai
dan umat Islam pada umumnya. Historisitas al-Quran erat hubungannya

14
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hlm. 115-116.

11
dengan fase dakwah nabi di Mekah dan Madinah. Dengan hal itu, diharapkan
umat mampu melihat peta dan starategi dakwah nabi secara benar. Sehingga
dakwah yang dijalankan bisa runtut dan sukses sebagaimana dakwah nabi
yang mampu mengangkat derajat bangsa Arab dalam kurun waktu kurang dari
seperempat abad.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna. 1973. Mahabits fi Ulum Al-Quran. ttp.: Mansyurat Al-


Ashr Al-Hadits
Anwar, Rosihon. 2013. Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia
Ar-Rumi, Fahd bin Abdurrahman. 1996. Ulumul Quran: Studi Kompleksitas Al-
Quran. Yogyakarta: Titian Ilahi
As-Suyuthi, Jalaluddin. tt. Al-Itqan fi Ulum Al-Quran. Beirut: Dar Al-Fikr
H.A., Abdul Djalal. 2000. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu
Yusuf, Kadar M. 2009. Studi Alquran. Jakarta: Amzah

13

Anda mungkin juga menyukai