Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas Keminangkabauan
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah keminangkabauan
pada semester satu ini.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibuk Hafizah sebagai dosen pengampu.


2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan semangat.
3. Dan teman - teman yang telah membantu dalam peroses pembuatan
makalah ini

kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami mohon maaf yang setulusnya atas kekurangan makalah ini. Dan kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
mata kuliah Keminangkabauan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
kami untuk lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini berguna bagi semua pihak dalam
memberi informasi tentang kemianagkabauan.

Bukittinggi, 12 oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
A. Defenisi pepatah petitih .......................................................................................... 5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota
masyarakat untuk bekerja sama dengan mengidentifikasi diri dalam bentuk
percakapan yang baik, tingkah laku yang baik dan sopan santun yang baik.

Pepatah – petitih merupakan salah satu bahasa lisan minangkabau yanga yang
berisikan nasehat, sindiran, pandagan-pandangan atau pedoman hidup yang baik,
dan petunjuk-petunjuk dalam melakukan hubungan sosial dalam masyarakat. Pada
masyarakat minangkabau pepatah-petitih mempunyai makna sendiri sebagai
pegangan dalam menjalakan hidupnya. Penggunaan pepatah-petitih disampaikan
oleh penghulu dalam berbagai cara. Pepatah-petitih meliputi peraturan bertingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari yang senantiasa ditaati dan dihormati. Pepatah-
petitih adalah sarana masyarakat merefleksikan diri akan kebudayaan, pemahaman
dasar dari pesan dan tujuan dari sebuah kebudayaan.

Untuk memperoleh pemahaman tentang pepatah-petitih, berikiut dikemukakan


beberapa pengertian pepatah atau petitih adalah dalam peribahasa yang
mengandung nasihat dan sebagaiya, perkataan (ajaran) orang tua, pepatah petitih
adalah berbagai peribahasa. Menurut kamus besar bahasa indonesia, pepatah-
petitih adalah peribahasa yang mengandung nasehat atau ajaran dari orany tua-tua,
biasanya digunakan atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara. Pepatah-
petitih adalah berbagai-bagai peribahasa minangkabau.
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pokok permasalahanya


adalah sebagai berikut;

1. Defenisi dari pepatah – petitih adat Minangkabau.


2. Contoh pepatah – petitih adat Minangkabau.
3. Analisa makna dari pepatah – petitih adat Minangkabau.

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;

1. Agar mahasiswa mampu memahami defenisi dari prpatah-petitih adat


Minangkabau.
2. Agar mahasiswa mengetahui contoh-contoh dari pepatah-petitih adat
Minangkabau.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui makna dari pepatah petitih
minangkabau.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi pepatah petitih

Secara umum peribahasa atau yang biasa orang minang sebut sebagai
pepatah-petitih merupakan jenis peribahasa yang berisi nasehat atau ajaran dari
orang tua. Padanan setiap katanya mengandung aturan dasar dalam berperilaku.
Makna pepatah-petitih yang terkandung didalamnya sangat dalam dan bijak.
Pepatah-petitih sering diguanakan untuk memberi nasehat, memberi sindiran
halus, memberi pujian, untuk mematahkan pembicaraan lawan bicara.

Pepatah-petitih minangkabau merupakan bentuk ekspresi lisan masyarakat


Minangkabau yang umumnya dipakai dalam bahasa minangkabau. Karakteristik
kategori pepatha-petitih dari aspek struktur bahasanya di tandai dengan;

1) Larik-larik (kalimat/tuturan)
2) Tidak didahului oleh sampiran(larik-larik bayangan/tekateki)
3) Jumlah larik-larik pepatah-petitih tidak terikat dari segi jumlah
sehingga sifatnya lebih longgar.

Pepatah-petitih adat Minangkabau yang saat maknanya tidak hanya sebagai


lipservice, tetapi perlu penghayatan dan penggalian makna yang lebih serius.
Dengan mengekplisitasikan nila-nilai filsafat budaya minangkabau.1

Menurut Edwar Djamis mengatakan bahwa pepatah-ptitih itu ada yang bersifat
universal berlaku untuk semua orang dan di segala zaman, dapat ditafsirkan sesuai
dengan suasana dan situasi penggunanya, yang berarti kiasan.

1
Journal Munir miswar nilai-nilai pendidikan dalam pepatah-petitih minangkabau Vol 14 No. 1
januari 2013
Pepatah-petitih dapat didefinisakan sebagai berikut;

1) Peringatan yang mengandung nasehat, peringatan atau sindiran.


2) Berupa ajaran dari orang tua.
3) Kadang berupa undang-undang dalam masyarakat.

Sedangkan menurut masyarakat melayu pepatah-petitih merupakan salah satu


sastra lisan yang berisikan nasehat, sindiran, pandangan-pandangan atau pedoman
hidup yang baik, dan petunjuk-petunjuk dalam melakukan hubungan sosial dalam
masyarakat. Menurut Tenas tunjuk ajar ajar melayu tidak termasuk butir-butir
yang ada didalamnya2.

B. Contoh dari pepatah-petitih dan maknanya


Alu takuruang patah tigo, samuik tapijak indak mati
(sifat seseorang yang tegas bertindak atas kebenaran dengan penuh bijaksana)
Tarandam randam indak basah, tarapuang apuang indak aniyuik
(suatu persoalan yang tidak didudukan dan pelaksanaanya dilalaikan)
Anyuik labu dek manyauak, hilang kabau dek kubalo
(karena mengutamakan suatu urusan yang kurang penting hingga yang lebih
penting tertinggal karenanya)
Anguak anggak geleng amuah, unjuak nan tidak babarikan
(sifat seseorang yang tidak suka berterus terang dan tidak suka ketegasan
dalam sesuatu)
Alua samo dituruik, limbago samo dituang
(seorang yang mentaati perbuatan bersama dan dipatuhi bersama)
Alat baaluah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak
baturuik ingiran bathin nan baliku
(seseorang yang tidak mau dibawa kejalan yang benar menandakan
mentalnya telah rusak)
Aia diminum raso duri, nasi dimakan raso sakam
(seseorang yang sedang menanggung penderitaan bathin)

2
https://sagangonline.com(akses1oktober2019).com
Adaik rang mudo manangguang rindu, adaik tuo manahan ragam
(sudah lumrah seorang pemuda mempunyai suatu idaman, dan lumrah
seorang yang telah tua menahan banyak karena umurnya)
Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian
(kebudayaan asli suatu bangsa dikalahkan oleh kebudayaan lain)
Adat dipakai baru, jikok kain dipakai usang
(adat Minang Kabau kalau selalu diamalkan dia merupakan ajaran yang bisa
berguna sepanjang zaman)
Bak kayu lungga panggabek, bak batang dikabek ciek
(suatu masyarakat yang berpecah belah, dan sulit untuk disusun dan
diperbaiki)
Dek hujan sahari, hilang paneh satahun
(karena hujan sehari, hilang panas setahun)
Bak balaki tukang ameh, mananti laki pai maling
(menunggu suatu yang sulit untuk dicapai, karena kurang tepatnya
perhitungan dan harapan yang tak kunjung tercapai)
Basuluah mato hari, bagalanggang mato rang banyak
(suatu persoalan yang sudah diketahui oleh umum didalam suatu masyarakat)
Baribu nan tidak lipuah, jajak nan indak hilang.
(satu ajaran yang tetap berkesan, yang diterima turun temurun)
Bariak tando tak dalam, bakucak tando tak panuah
(seseorang yang mengaku dirinya pandai, tetapi yang kejadiannya sebaliknya)
Bajalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah
(hati-hatilah dalam berjalan begitu juga dalam melihat, sehingga tidak
menyakiti orang lain)
Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang
(setiap pekerjaan yang dikerjakan secara bersama)
Bakato bak balalai gajah, babicaro bak katiak ula
(suatu pembicaraan yang tidak jelas ujung pangkalnya)
Bapikia kapalang aka, ba ulemu kapalang paham
(seseorang yang mengerjakan sesuatu tanpa berpengetahuan tentang apa yang
dikerjakannya)
Batolan mangko bajalan, mufakat mangko bakato
(dalam masyarakat jangan mengasingkan diri, dan bertindak tanpa mufakat)
Bak kancah laweh arang, bapaham tabuang saruweh
(seseorang yang besar bicaranya, dan tidak bisa merahasiakan yang patut
dirahasiakan)
Basasok bajarami, bapandam pakuburan
(adalah syarat mutlak bagi satu nagari di Minang Kabau)
Buruak muko camin dibalah
(seseorang yang membuat kesalahan karena kebodohannya, tetapi yang
disalahkannya orang lain atau peraturan)
Banggieh dimancik, rangkiang disaliangkan
(marah kepada satu orang tetapi semua orang yang dimusuhi)
Barajo Buo Sumpu Kuduih tigo jo rajo Pagaruyuang, Ibu jo bapak
pangkanyo manjadi anak rang bautang
(kesalahan seorang anak, akan banyak tergantung kepada didikan kedua ibu
bapaknya)
Bak cando caciang kapanehan, umpamo lipeh tapanggang
(seseorang yang tidak mempunyai sifat ketenangan, tetapi selalu keluh kesah
dan terburu buru)
Bak lonjak labu dibanam, umpamo kacang diabuih ciek
(seseorang yang mempunyai sifat angkuh dan sombong, sedang dia sendiri
tidak tahu ukurannya dirinya)
Bak ayam manampak alang, umpamo kuciang dibaokkan lidieh
(seseorang yang sangat dalam ketakutan, sehingga kehidupannya kucar kacir)
Bak sibisu barasian, takana lai takatokan indak
(seseorang yang tidak sanggup menyebut dan mengemukakan kebenaran,
karena mempunyai keragu-raguan dalam pengetahuan yang dimiliki)
Bak baruak dipataruahkan, bak cando kakuang dipapikekkan
(seseorang hidup berputus asa, selalu menunggu uluran tangan orang lain,
tidak mau berusaha dan banyak duduk bermenung)
Bak manjamua ateh jarami, jariah abieh jaso tak ado
(pekerjaan yang dikerjakan tanpa perhitungan, sehingga menjadi rugi dan sia
sia)
Baulemu kapalang aja, bakapandaian sabatang rokok
(seseorang yang tidak lengkap pengetahuan dalam mengerjakan sesuatu, atau
kurang pengetahuannya)
Bunyi kecek marandang kacang, bunyi muluik mambaka buluah
(seseorang yang besar bicara tetapi tidak ada memberi hasil)
Baguno lidah tak batulang, kato gadang timbangan kurang
(pembicaraan yang dikeluarkan secra angkuh dan sombong, tidak memikirkan
orang lain akan tersinggung)
Bak bunyi aguang tatunkuik, samangaik layua kalinduangan
(seseorang yang tidak bisa bicara karena banyak takut dan ragu dalam
pendirian)
Bak itiak tanggah galanggang, cando kabau takajuik diaguang
(seseorang yang sangat tercegang dan takjub dengan sesuatu, sehingga tidak
sadarkan diri sebagai seorang manusia)
Bungkuak saruweh tak takadang, sangik hiduang tagang kaluan
(seseorang yang tidak mau menerima nasehat dan pendapat orang lain,
walaupun dia dipihak yang tidak benar sekalipun)
Budi nan tidak katinjauan, paham nan tidak kamaliangan
(seseorang yang tidak mau kelihatan budi, dan selalu hati-hati dalam berbuat
bertindak dalam pergaulan)
Bak basanggai diabu dingin, bak batanak ditungku duo
(suatu pekerjaan yang sia-sia dan kurang mempunyai perhitungan)
Bak galagak gulai kincuang, bak honjak galanggang tingga
(seseorang yang berlagak pandai dalam sesuatu, tetapi yang sebenarnya
kosong belaka)
Bak ayam lapeh malam, bak kambiang diparancahkan
(seorang yang kehilangan pedoman hidup serta pegangan, berputus asa dalam
sesuatu)
Bak ma eto kain saruang, bak etong kasiak dipantai
(suatu persoalan yang tidak berujung berpangkal dan tidak ada keputusannya
dalam masyarakat)
Barundiang siang caliak-caliak, mangecek malam agak-agak
(berbicaralah dengan penuh hati-hati dan jangan menyinggung orang lain)
Bak manungkuih tulang didaun taleh, bak manyuruakan durian masak
(suatu perbuatan jahat walaupun bagaimana dia pandai menyembunyikannya,
lambat laun akan diketahui orang lain juga
Dihanyuik ka aia dareh, dibuang katah lakang
(membuang segala sifat-sifat yang jelek dan meninggalkan segala perbuatan
yang tercela, tidak ingin mengulang kembali)
Dibaliak pandakian ado panurunan, dibaliak panurunan ado pandakian
(dibalik kesusahan ada kemudahan, dibalik penderitaan ada kesenangan)
Elok baso tak katuju, baik baso tak manantu
(seseorang yang kurang perhitungan dalam pergaulan terlalu royal dengan
kawan)
Elok diambiak jo etongan, buruak dibuang jo mufakaik
(didalam Adat setiap yang tidak baik, dibuang baik-baik dengan perhitungan
dan musyawarah, begitupun yang baik perlu diambil dengan mufakat)
Elok nan tidak mangalua, gadang nan indak mangatanggah
(seseorang yang tidak berani mengeluarkan pendapatnya dalam pergaulan)
Elok tungkuih tak barisi, gadak agak tak manyampai
(seseorang yang lagaknya seperti orang pandai terlalu jelimet tetapi tidak
berhasil)
Faham insyaf faham nan haniang, faham sangko didoroang hati
(keinsyafan yang sungguh datang dari hati akan menimbulkan kecintaan
untuk berbuat kebaikan)
Faham yakin ulemu tatap, ujuik satu pangang bunta
(keyakinnan akan membawa ketetapan hati, dan tekun menghadapi sesuatu
pekerjaan)
Faham arieh balawan banyak, faham cadiak maangan urang
(mempunyai faham yang terlalu arief menimbulkan sak wasangka, dan cerdik
yang tidak dengan pengetahuan akan selalu merugikan diri sendiri.
Faham waham mambao lalai, faham mati mangunyah bangkai
(ragu membawa kelalaian, cemburu buta merugikan diri sendiri)
Gadang ombak caliak kapasianyo, gadang kayu caliak kapangkanyo
(menilai seseorang jangan dari pakaiannya, tetapi nilailah dari
pengetahuannya dan budi pekertinya)
Gadang buayo dimuaro, gadang garundang dikubangan
(seseorang akan berkuasa dalam lingkungan dan bidangnya masing-masing)
Gadang sendok tak mambao, gadang suok tak manganyang, gadang antak
indak lalu.
(orang yang besar bicara takabur dan sombong, biasanya tidak sebesar apa
yang dibicarakannya yang dapat dibuatnya)
Gadang tungkuih tak barisi, gadang galogok tak bamalu
(seseorang yang berlagak sombong dan angkuh biasanya dia kurang
mempunyai rasa malu)
Galogok kuciang kanaiak, bak mancik palajang atah
(seseorang yang senantiasa tergesa-gesa dalam setiap pekerjaan, tetapi
hasilnya sangat mengecewakan)
Gadang tungkuih tak barisi, tungkuih elok pangabek kurang
(seseorang yang bertampang pandai dan pintar, tetapi sebenarnya isi kosong
dari segala-galanya)
Gadanglah aia banda baru, nampak nan dari mandi angin. Elok nan usang
dipabaru, pado mancari ka nan lain
(dari pada mencari sesuatu yang baru, lebih baik memelihara dan
memperbaiki yang telah ada)
Gadiang tak ado nan tak ratak, tak ado mingkudu nan tak bagatah
(sifat tersalah dan lupa itu adalah sifat bagi manusia, kecuali yang qadim
hanya sifat ALLAH)
Gadang jan malendo, panjang jan malindih
(kalau menjadi orang yang memegang kekuasaan jangan berbuat sekehendak
hati)
Gadang kayu gadang bahan, ketek kayu ketek bahannyo
(berbuatlah dalam masyarakat, baik berkorban dan bekerja sesuai dengan
kemampuan kita masing-masing)
Gadang agiah baonggok, ketek agiah bacacah
(setiap pembahagian dalam bersama hendaklah disesuaikan dengan hasi yang
diperoleh)
Gayuang basambuik, kato bioso bajawab, himbau basahuti
(kebaikan orang lain hendaklah dibalas dengan kebaikan dengan ikhlas dan
jujur)
Gabak dihulu tando kahujan, cewang dilangiek tando kapaneh
(ada suatu alamat dan tanda-tanda menunjukkan mara bahaya akan datang,
atau kerusuhan akan terjadi)
Garuih tak namuah hilang walau nan luko lah sambuah bana
(suatu kejahatan yang dibuat seseorang yang sulit dilupakan oleh orang
banyak)
Geleang kapalo bak sipatuang inggok, lonjak bak labu dibanam
(seseorang yang talen dan gagah yang dibuat-buat karena sombong dan
angkuhnya)
Gadang maimpok, panjang malindieh, laweh nak manyawok
(sifat seseorang berkuasa yang ingin memperbudak orang lain dalam segala
hal)
Guruah patuih panubo limbek, pandan tajamua disubarang, tujuah ratuih
carikan ubek badan batamu mangkonyo sanang
(seseorang yang sakit karena cinta dan rindu kepada sesuatu atau kepada
seseorang, dia akan sembuh kapan dapat bertemu atau tercapai yang
dicintainya)
Gadih panagak ateh janjang, gadih pancaliak bayang-bayang
(larangan bagi seorang anak gadis di Minangkabau)
Galundi disawah ladang, sarik indak babungo lai, budi kalau nampak dek
urang, hiduik indak baguno lai
(baik laki-laki atau perempuan kalau budi telah kelihatan dalam pergaulan,
sulit untuk dipercaya buat selama-lamanya)
Gilo dimabuak bayang-bayang, gilo maukia kayu tagak
(seseorang yang selalu hidup dalam khayalan tetapi tak mau berusaha)
Galang dicinto galang buliah, niaik sampai cinto basuo
(seseorang yang memperoleh nikmat yang selama ini menjadi idamannya)
Habih sandiang dek bagesoh, habih miyang dek bagisia
(pergaulan bebas antara muda dan mudi, akan menghilangkan rasa malu
antara dua insan yang berlainan jenis)
Habih bisa dek biaso, habih gali dek galitik
(pekerjaan yang dilarang oleh adat dan syarak akan merupakan kebiasaan
mengerjakannya, kalau rasa malu telah hilang dari diri seseorang)
Hati gajah samo dilapah, hati tunggau samo dicacah
(rasa social dalam hidup bergaul, harus melaksanakan pembahagian
keuntungan dengan adil melihat kepada keuntungan yang diperoleh sesuai
dengan usaha masing-masing)
Hawa nan pantang karandahan, nafasu nan pantang kakurangan
(nafsu itu seperti lautan tak penuh karena air dan sampah)
Hanyuik sarantau sagan badayuang, karano tidak mambao galah. Kanan jo
kiri tak malenggong, mudharat mamfaat tak takana
(seseorang dalam pekerjaannya tidak memikirkan kerugian dan kesakitan
orang lain)
Hati ibo mambao jauah, sayang dikampuang ditinggakan, hati luko
mangkonyo sambuah, tacapai niaik jo tujuan
(seseorang yang rajin berusaha untuk mencapai cita-citanya, dia belum
merasa puas kalau belum dapat dicapainya)
Hujan batu dikampuang kito, hujan ameh dikampuang urang, walau bak
mano misikin misikin awak, bacinto juo badan nak pulang
(kecintaan seseorang kepada kampung halaman tumpah darahnya, walau
senang badan dirantau orang namun kampung teringat juga)
Harok diburuang tabang, punai ditangan dilapehkan
(seseorang yang mengharapkan sesuatu yang belum tentu didapatnya, tetapi
dia telah membuang apa yang dimilikinya)
Hari sahari diparampek, hari samalam dipatigo
(seseorang yang pandai mempergunakan waktu dalam hidupnya)
Hutang lansai dek babaia, ketek utang dek angsuran
(hutang wajib dibayar, dan dia akan bertambah kecil kalau tetap diangsur
membayar)
Hulu baiak pandai batenggang, hulu malang salah galogok
(seseorang akan bahagia kalau pandai bertengang dalam hidup, tetapi bahaya
mudah terjadi kalau tidak mempunyai perhitungan)
Haniang saribu aka, pikia palito hati
(seseorang yang tenang dalam menghadapi kesulitan akan mudah mengatasi
kesulitan karena pikiran itu pelita hati)
Hukum jatuah sangketo sudah, dandam habih kasumat putuih
(terciptanya perdamaian dalam masyarakat)
Habih dayo badan talatak, habih paham aka baranti
(berusahalah sejauh kemampuan yang ada pada kita dalam masyarakat)
Hilang raso jo pareso, habih malo jo sopan, hewan babantuak manusia
(kalau raso pareso telah lenyap dari seseorang, walaupun hilang sendirinya,
bukan disebut manusia lagi, tetapi hewan yang berbentuk manusia)
Hari baiak dibuang-buang, hari buruak dipagunokan
(seseorang yang senang tiasa membuang waktu yang baik, dan memakai
waktu yang banyak untuk hura hura)
Iduik batampek, mati bakubua, kuburan hiduik dirumah tanggo, kuburan mati
ditangah padang
(seseorang harus mempunyai tempat kediaman, dan kalu mati perlu
dikuburkan)
Inggok mancakam batang, tabang manumpu dahan
(perpindahan masyarakat dari suatu negeri kenegeri lain, diperlukan
penyesuaian diri dengan masyarakat yang ditempati)
Ingek-ingek sabalun kanai, bakulimek sabalun habih
(dalam bergaul perlu ada kehati-hatian jangan sampai berbuat kesalahan)
Iman nan tak buliah ratak, kamudi nan tidak buliah patah
(ke-Imanan harus dijaga jangan sampai tergelincir, dan kemudian harus
dijaga jangan sampai patah, karena kedua-duanya menjadikan karam
seseorang dalam kehidupan dan kehilangan pedoman)
Isi kulik umpamo lahia, gangam arek pagangan taguah
(sesuaikanlah kata dengan perbuatan, dan itulah yang harus diamalkan
didalam hidup)
Indomo di Saruaso, Datuak Mangkudun di Sumaniak, sabab anak jatuah
binaso, ibu bapak nan kurang cadiak
(kemelaratan dan kesesatan seorang anak adalah disebabkan kelalaian kedua
orang ibu bapaknya)
Ilang tak tantu rimbonyo, hanyuik tak tantu muaronyo
(sesuatu persoalan yang tidak tentu penyelesaiannya dan hilang begitu saja)
Jalan dialiah dek rak lalu, cupak dipapek dek rang manggaleh
(secara tidak disadari kebudayaan asli kita dipenggaruhi oleh kebudayaan
dan adat istiadat asing)
Janji biaso mungkia, titian biaso lapuak
(peringatan agar jangan mudah berjanji dengan seseorang, hendaklah
dikuatkan kata-kata InsyaAllah)
Jan dicampuakan durian jo antimun, jan dipadakekkan api jo rabuak
(selalulah hati-hati terhadap pergaulan muda mudi, karena pergaulan bebas
akan mengakibatkan rusaknya moral antara keduanya)
Jan taruah bak katidiang, jan baserak bak anjalai
(setiap yang akan dikatakan hendaklah dipikirkan terlebih dahulu, karena
lidah tidak bertulang, membicarakan orang lain)
Jauah nan buliah ditunjuakkan, dakek nan buliah dikakokkan
(sesuatu bukti dan keterangan yang dapat dikemukakan dan ditunjukkan
dengan nyata)
Jalan pasa nan kadituruik, labuah goloang nan kaditampuah
(selalulah kita berbuat dan bertindak atas kebenaran dan menurut undang-
undang yang berlaku)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan bahasa adalah cerminan dinamika masyarakat. Keunikan dan
keapikan kemasan sebuah ujaran adalah cerminan keunikan sebuah budaya.
Setiap budaya memiliki keunikan tersebut, termasuk budaya Minangkabau
yang terkenal dengan pepatah-petitihnya. Pepatah-petitih merupakan bentuk
wacana karena mengungkapkan nilai-nilai kearifan, kepercayaan, pemikran
dan perasaan masyarakat Minangkabau dalam wujud bahasa. Pepatah-petitih
Minangkabau didalamnya banyak mengandung ajaran-ajaran normatif tentang
kearifan, bagaimana bertindak dan berbuat, suruhan, anjuran dan larangan.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa diaplikasikan pada masyarakat
nanti. Juga dapat menjadi bahan referensi untuk tugas berikutnya yang
berhubungan dengan pepatah-petitih Minangkabau.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.blogminangkabau.com/2018/04/kumpulan-petatah-petitih-mamang-
bidal.html Diakses 20 Oktober 2019 Jam 10:00

Rahayu, Elvia, dkk. 2013. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1
No. 2 Seri A 1-76. FBS Universitas Negeri Padang

http://www.pariamantoday.com/2012/07/kumpulan-pepatah-petitih-
minangkabau.html Diakses 20 Oktober 2019 Jam 10:36

https://www.blogminangkabau.com/2018/05/kumpulan-pituah-minang-pantun-
nasehat.html Diakses 20 Oktober 2019 Jam 10:46

https://palantaminang.wordpress.com/1000-pepatah-petitih-minangkabau/ Diakses 20
Oktober 2019 Jam 12:01

Anda mungkin juga menyukai