Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

“Analisa Resiko Bencana dari Tahun 2004-2020”

Oleh:

Miftah Khairunnisa (1911316055)

Dosen Pembimbing:

Ns,Rahmi Mutia,M.Kep

PROGRAM – B KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

2020
Analisa Resiko Bencana 2004-2020

A. Gempa Bumi
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.
b. Perpres 93 tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi
Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami

2. Penentuan Status

3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya
4. Respon Tanggap
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
g. Dalam melakukan penanganan korban gempa, para tenaga kesehatan juga dibantu
oleh relawan yang umumnya para remaja puteri dan ibu-ibu. Mereka membantu
membersihkan luka, menyiapkan obata obatan, perban serta alat kesehatan
lainnya. Petugas kesehatan dari Puskesmas dan warga bergotong royong
melakukan pelayanan untuk menyelamatkan korban. Setelah korban gempa
dengan "label merah" mendapatkan penanganan darurat, selanjutnya mereka
segera dirujuk ke rumah sakit (RS) atau mendapatkan perawatan lanjutan di
Puskesmas
h. bantuan dari pihak luar sudah mulai berdatangan. Rumah Sakit lapangan atau pos
kesehatan (bantuan dari berbagai daerah, ABRI, LSM, perusahaan dsb) juga
sudah mulai didirikan.
i. Petugas kesehatan juga melakukan koordinasi dengan para relawan (PMI, LSM
dan berbagai lembaga keagamaan) yang memberikan bantuan obatobatan, alat
kesehatan serta alat pendukung lainnya.
j. Masyarakat korban bencana terutama bapak-bapak berpartisipasi membantu
proses evakuasi, mencari serta menolong korban luka dan mengurus korban yang
meninggal dunia. Selain itu, mereka juga membantu menyiapkan tenda darurat y
k. Masyarakat dan relawan juga terlibat aktif membantu petugas Puskesmas dalam
mengidentifikasi dan mengelompokkan pasien sesuai dengan kondisi lukanya dan
dipisahkan antara yang memerlukan penanganan segera dan yang tidak. Bantuan
yang diberikan masyarakat juga tidak sebatas dalam penanganan pasien, tetapi
termasuk juga memberikan informasi tentang wilayah-wilayah desa dan dusun
yang memerlukan bantuan tenaga kesehatan
l. Keterlibatan masyarakat pada masa tanggap darurat, selain membantu petugas
melakukan pelayanan kesehatan, masyarakat khususnya pemuda dan pemudi yang
selama ini aktif di kegiatan desa, juga berpartisipasi membantu melakukan
pendataan korban bencana. Mereka melakukan pendataan, seperti nama dan jenis
kelamin serta jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
m. Selain pelayanan penyakit fisik, para korban gempa juga perlu mendapatkan
pelayanan untuk mengatasi masalah psikologis seperti trauma dan depresi,
terutama pada anak-anak dan orang yang lanjut usia. Oleh karena itu, perlu
adanya pelayanan untuk memulihkan kondisi kesehatan jiwa para korban bencana
tersebut.Untuk memberikan pelayanan kesehatan berkaitan dengan pemulihan
kondisi kejiwaaan (trauma healing)

5. Pengungsian
Saat terjadi gempa masyarakat diungsikan didaerah yang aman dengan membangun
tenda tenda baik tenda perawatan sementara dan tmpat warga menetap sementara
sedangkan kondisi yang parah masyarakat akan dirujuk ke puskesmas/rs terdekat
yang tidak terdampak.
B. Tsunami
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.
b. Perpres 93 tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi
Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami

2. Penentuan Status
Ada tiga tingkatan status ancaman tsunami
a. Waspada, yaitu bila ketinggian gelombang tsunami kurang dari 50 cm.
b. Status Siaga, BMKG meminta pemerintah daerah yang berada di dalam status ini
diharapkan memperhatikan dan segera mengarahkan masyarakat untuk
melakukan evakuasi. Status siaga ini, ketinggian gelombang tsunami sekitar 50
cm hingga 3 meter.
c. Awas, Level gelombang lebih dari 3 meter

3. Pengkajian Cepat
a. Mengaktifkan satgas kajian cepat dan satgas sar
b. Segera menghubungi satgas kajian cepat tingkat kabupaten/kota sesuai dengan
institusi anggota satgas kajian cepat untuk mendapatkan informasi landaan,
perkiraan kasar jumlah korban, perkiraan jumlah pengungsi dan kondisi fasilitas
kritis
c. Memberikan laporan perkembangan resmi setiap jam
d. Memberikan analisis dan rekomendasi terhadap status darurat bencana yang akan
ditetapkan
e. Melaksanakan upaya mencari korban bencana, memberikan pertolongan pertama
kepada korban segera setelah ditemukan, pendataan terhadap korban yang
ditemukan (baik hidup atau meninggal), mengirim korban bencana yang selamat
ke rumah sakit atau puskesmas atau pos kesehatan terdekat, melaksanakan
pemilahan terhadap korban selamat oleh dokter lapangan atau rumah sakit,
melaksanakan penanganan medis sesuai dengan hasil triage dan mengubur korban
meninggal
f. Seluruh masyarakat yang selamat segera menuju titik kumpul terdekat yang telah
ditentukan.
g. Tetap bertahan di titik kumpul hingga datang petugas resmi darurat bencana
h. Bila memungkinkan melaksanakan penyelamatan kelompok rentan, mobilisasi
sumber daya yang ada, membantu satgas sar, psikososial dan lainnya
4. Respon Tanggap
a. Melaksanakan operasi darurat sesuai dengan prosedur keorganisasian dan tata
laksana peringatan dini dan tanggap darurat
b. Mengaktifkan kendali darurat tingkat kabupaten/kota menjadi kodal lapangan dan
memberikan laporan berkala terkait kondisi penduduk korban dan pengungsi
terkait jumlah spesifik berdasarkan form laporan korban, kondisi kesehatan fisik
dan mental pengungsi dan anggota kelompok tugas, kondisi fasilitas kritis dan
informasi yang dibutuhkan lainnya
c. Memberikan laporan perkembangan kondisi setiap 4 jam terkait kondisi
penanganan darurat khususnya kondisi spesifik penduduk korban dan pengungsi,
kondisi kesehatan fisik dan mental pengungsi dan anggota kelompok tugas,
kondisi fasilitas kritis, pemakaian logistik dan anggaran
d. Menyediakan fasilitas, jasa dan bahan-bahan serta perlengkapan tanggap darurat :
melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi
bantuan logistik dan peralatan : melaksanakan penyelenggaraan dukungan dapur
umum, air bersih dan sanitasi umum : mengkoordinasikan semua bantuan logistik
dan peralatan dari institusi terkait : membentuk unit kerja yang ditempatkan di
pintu masuk aceh baik darat, laut dan udara. Yang berfungsi untuk mendata dan
mengarahkan bantuan distribusi logistik dan peralatan yang datang sesuai dengan
kebutuhan
e. Melaksanakan kegiatan penyelamatan korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan kelompok rentan, pemulihan fasilitas kritis dengan cepat,
tepat, efisien dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan
darurat bencana
f. Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh satgas lapangan yang berada di
kabupaten/kota terkena bencana tsunami dengan berkoordinasi dengan kodal
lapangan tiap wilayah
g. Mengkaji ulang status darurat yang diberlakukan
5. Pengungsian
Saat terjadi tsunami masyarakat diungsikan kedaerah yang lebih aman dan tinggi
karena takut terjadi tsunami susulan. Lalu dibangun tenda2 perawatan
C. Letusan Gunung Api
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.

2. Penentuan Status

3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya

4. Respon Tanggap
a. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus
memperhatikan hal-hal berikut: Lengkapi semua informasi Dan  klasifikasi
kebenaran berita, Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur
pelaporan), Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja
terkait(persiapan tim),  Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/
organisasi tugas yang sudah ditetapkan saat preparednees)
b. Tugas pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
1) Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan  semua unit kerja ( fasilitas
Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)
2) Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan kebutuhan
korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air bersih, transportasi
tim dan korban)
3) Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau bantuan
4) Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
5) Lakukan seleksi korban
6) Untuk memberikan prioritas pelayanan,Gunakan Label / Tag
7) Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda
8) Memenuhi kebutuhan dasar
9) Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana
10) Perlindungan
11)  Pengurusan pengungsi
c.  Rehabilitasi
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4) Pemulihan social psikologis.
5) Pelayanan kesehatan.
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7)  Pemulihan social ekonomi budaya
8)  Pemulihan keamanan dan ketertiban
9) Pemulihan fungsi pemerintahan, dan  Pemulihan fungsi pelayanan public.
d.  Rekonstruksi
1)  Pembangunan kembali prasarana dan sarana
2) Pembangunan kembali sarana social masyarakat
3)  Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik
5) Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia
usaha dan masyarakat.
6)   Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya.
7)  Peningkatan fungsi pelayanan public, dan Peningkatam pelayanan utama
dalam masyarakat.

5. Pengungsian
Saat terjadi letusan gunung api masyarakat diungsikan kedaerah yang tidak terkena
semburan lahar dan jerebu2 Lalu dibangun tenda2 perawatan dan pengungsian
sementara.
D. Tanah Longsor
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.

2. Penentuan Status
Matriks Indeks Storie untuk Potensi Longsor:sangat rendah, rendah, sedang, tinggi
dan sangat tinggi
3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya

4. Respon Tanggap
a. Pengkajian Secara Cepat dan Tepat: Cakupan lokasi bencana; Jumlah korban
bencana; Kerusakan prasarana dan sarana; Gangguan terhadap fungsi pelayanan
umum serta pemerintahan; Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan Sumber Daya manusia, Peralatan dan Logistik: Penentuan status
keadaan darurat bencana (siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke
pemulihan) dilaksanakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan
tingkatan bencana. Untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat
provinsi oleh gubernur, dan tingkat kabupaten/ kota oleh bupati/ walikota
c. Pengerahan Sumber Daya Manusia, Peralatan dan Logistik: Pada saat keadaan
darurat bencana, Kepala BNPB dan kepala BPBD berwenang mengerahkan
(meminta, menerima menggunakan) sumber daya manusia, peralatan, dan logistik
dari instansi/lembaga danmasyarakat untuk melakukan tanggap darurat yang
antara lain: menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana, memenuhi
kebutuhan dasar, dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak
akibat bencana. Berdasarkan permintaan tersebut, instansi/lembaga terkait, wajib
segera mengirimkan dan memobilisasi sumber daya manusia, peralatan, dan
logistik ke lokasi bencana. Instansi/lembaga terkait, dalam mengirimkan sumber
daya manusia, peralatan, dan logistik, menunjuk seorang pejabat sebagai wakil
yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan
d. Penyelamatan dan Evakuasi: Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena
bencana dilakukan melalui usaha dan kegiatan pencarian, pertolongan, dan
penyelamatan masyarakat sebagai korban akibat bencana. Pencarian, pertolongan
dan penyelamatan masyarakat terkena bencana dilaksanakan oleh tim reaksi cepat
dengan melibatkan unsur masyarakat dibawah komando komandan penanganan
darurat bencana,sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencananya.
e. Pemenuhan Kebutuhan Dasar: Yang dimaksud dengan pemenuhan kebutuhan
dasar meliputi bantuan penyediaan: kebutuhan air bersih dan sanitasi; pangan;
sandang; pelayanan kesehatan; pelayanan psikososial; dan penampungan serta
tempat hunian. Pemenuhan kebutuhan dasar ini dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat, lembaga usaha, lembaga internasional dan/atau
lembaga asing non pemerintah sesuai dengan standar minimum sebagai mana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan Perlindungan terhadap kelompok
rentan: dilakukan dengan memberikan prioritas kepada korban bencana yang
mengalami luka parah dan kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan,dan psikososial. Upaya perlindungan terhadap
kelompok rentan dilaksanakan oleh instansi/ lembaga terkait yang
dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/ atau kepala BPBD dengan pola
pendampingan/ fasilitasi.
g. Pemulihan segera Prasarana dan Sarana Vital Pemulihan dengan segera prasarana
dan sarana vital bertujuan untuk berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan
segera, agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung Pemulihan dengan segera
prasarana dan sarana vital, dilakukan oleh instansi/ lembaga terkait yang
dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/ atau kepala BPBD sesuai dengan
kewenangannya
5. Pengungsian
Saat terjadi letusan gunung api masyarakat diungsikan kedaerah yang tidak terkena
semburan lahar dan jerebu2 Lalu dibangun tenda2 perawatan dan pengungsian
sementara.
E. Banjir
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.

2. Penentuan Status
a. Siaga 4
Belum ada peningkatan debit air secara mencolok. Perintah membuka atau
menutup pintu dan penentuan arah air, dilakukan komandan pelaksana dinas atau
wakil komandan operasional wilayah.
b. Siaga 3
Hujan menyebabkan terjadinya genangan air tapi kondisinya belum kritis dan
membahayakan. Namun masyarakat harus berhati-hati dan menyiapkan
kemungkinan terjadinya banjir. Penanganan diserahkan pada suku dinas
pembinaan mental dan kesejahteraan sosial (Bintal Kesos) di wilayah setempat.
c. Siaga 2
Urutan siaga banjir di tingkat ini menandakan wilayah genangan air mulai meluas.
Penanggung jawab di kondisi ini adalah Ketua Harian Satkorlak Penanggulangan
Bencana Provinsi (PBP) yaitu Sekretaris Daerah.
d. Siaga 1
Kondisi siaga 1 ditetapkan bila, dalam enam jam genangan air tidak juga surut
dan kondisi menjadi kritis. Penanggung jawab penanganan siaga 1 adalah
gubernur selalu pimpinan provinsi

3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya

4. Respon Tanggap
a. Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi Prakiraan Banjir
b. Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Darurat Banjir
c. Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari Perbaikan Sarana dan Prasarana
d. Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Banjir
e. Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan Non-Fisik: Penilaian
Kerusakan/Kerugian dan Asuransi Bencana Banjir PEMULIHAN ( Recovery),
Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Banjir

5. Pengungsian
Saat terjadi banjir masyarakat diungsikan kedataran yg lebih tinggi Lalu dibangun
tenda2 perawatan dan pengungsian sementara.
F. Kekeringan
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.

2. Penentuan Status
a. Status AWAS (telah mengalami HTH >61 hari dan prospek peluang curah hujan
rendah <20mm/dasarian pada 20 hari mendatang >80% )
b. Status SIAGA (telah mengalami HTH >31 hari dan prospek peluang curah hujan
rendah <20mm/dasarian pada 20 hari mendatang >80%)

3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya

4. Respon Tanggap
Pemberian bantuan air bersih bukanlah satu satunya untuk mengatasi
masalah. Melalui pengabdian ini dilakukan edukasi kepada masyarakat dengan
melakukan penelusuran mata air bersing yang didapat dimanfaatkan oleh
masyarakat.

G. Puting Beliung
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.
2. Penentuan Status
a. skala F0 (Skala Fujita dengan kekuatan rendah kecepatan angin kurang dari 117
kilometer per jam)
b.  F1 (Skala Fujita dengan kecepatan angina 117 hingga 180 kilometer per jam)
3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya
4. Respon Tanggap
a. penanganan angin puting beliung dimulai dari tataran pemerintah desa,
kecamatan maupun di tingkat Kabupaten . Serta keterlibatan Organisasi Ormas,
Organisasi Pemuda dan Organisasi Sosial.
b. Pembersihan dilakukan oleh warga dibantu aparat TNI, Polri dan Badan
Penanggulangan Bencana daerah.
c. Sejumlah posko tanggap darurat juga didirikan serta dapur umum
5. Pengungsian
Saat terjadi putting beliung masyarakat diungsikan kedaerah yang aman Lalu
dibangun tenda2 perawatan dan pengungsian sementara
H. Gelombang ekstrim dan abrasi
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.
2. Penentuan Status
-
3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya
4. Respon Tanggap
a. Pemasangan geobag
b. Pengisian pasirdimasukkan kedalam karung
5. Pengungsian
Saat terjadi gelombang besar dan abrasi masyarakat diungsikan kedaerah yang aman
Lalu dibangun tenda2 perawatan dan pengungsian sementara

I. Kebakaran hutan
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.
b. PP No 4 Th 2001:Pengendalian kebakaran hutan dan lahan
c. PP No 41 Th 1999: pengendalian pencemaran udara
2. Penentuan Status

3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya
4. Respon Tanggap
a. Menjaga daerah gambut tetap lembab dengan membasahi area tersebut dengan air
dari sungai dan kolam, yang dibuat untuk tujuan tersebut
b. Mempersiapkan Tim Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat yang terdiri dari sekitar
30 sampai 40 personil per tim untuk menangani pemadaman api
c. Meningkatkan frekuensi patroli kebakaran dan melibatkan masyarakat dalam
pemantauan kebakaran
d. Melaksanakan pemadaman kebakaran yang terkoordinasi dengan pemerintah
setempat. Untuk setiap kejadian juga dibuatkan laporan ke Kepolisian setempa
e. Pembentukan posko-posko penanganan

5. Pengungsian
Saat terjadi kebakaran hutan masyarakat diungsikan kedaerah yang aman Lalu
dibangun tenda2 perawatan dan pengungsian sementara.
J. Gagal teknologi
1. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut memuat
aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut dilaksanakan dalam rangkaian
kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka menyukseskan pembangunan.
2. Penentuan Status
-
3. Pengkajian Cepat
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya
4. Respon Tanggap
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya; Perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan
pemadaman kebakaran dan penanggulangan asap, tanggap darurat dan evakuasi
bagi pegawai serta penduduk di sekitar
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
5. Pengungsian
Saat terjadi gagal teknologi masyarakat diungsikan kedaerah yang aman akgar
terhindar dari zat2 berbahaya,beracun atau beradiasi. Lalu dibangun tenda2 perawatan
dan pengungsian sementara
K. Wabah penyakit
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri tertuang dalam
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Penanggulangan bencana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut
memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut
dilaksanakan dalam rangkaian kerja holistik-berkesinambunga dengan kerangka
menyukseskan pembangunan.
b. Pemerintah Pengganti UU No 1 Tahun 2020 (PERPPU 01/2020) tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) 
2. Penentuan Status

3. Pengkajian Cepat
Pengajian triage primer dan sekunder.
4. Respon Tanggap
5. Pengungsian
Saat terjadi pandemic masyarakat disarankan untuk tidak berpegian jika tiak terlalu
penting, dan jika haru keluar masyarakat harus mematuhi protocol kesehatan seperti
phsycal distancing dengan jarak 1m ,pakai masker, mencuci tangan.sedangkan pasien
yang sudah dinyatakan positif tapi tidak menunjukkan gejala bias melakukan
perawatan dengan isolasi diri dirumah. Kemudian masyarakat yang sudah dinyatakan
positif dan memiliki gejala baik gejala tingkat awal smpai parah butuh
perawtan di rumah sakit atau wisma wisma yang sudah disediakan oleh pemerintah.
Daftar Pustaka
https://www.bmkg.go.id/gempabumi/skala-intensitas-gempabumi.bmkg

Bencana gunung meletus  | Feri dan Makhfudli, jateng : 2009

Fatoni.2013. Permasalahan Kesehatan Dalam Kondisi Bencana: Peran Petugas Kesehatan Dan
Partisipasi Masyarakat Health Problems In A Disaster Situation: The Role Of Health
Personnels And Community Participation. ejurnal.kependudukan.lipi.go.id

Margono.2019.Tanggap Darurat Bencana Kekeringan di Kecamatan Grabag Kabupaten


Magelang.
http://journal.ummgl.ac.id/index.php/community_empowerment/article/view/3123/1540

https://bnpb.go.id/documents/buku-renas-pb.pdf
https://www.bmkg.go.id/cuaca/kebakaran-hutan.bmkg?index=dc&wil=indonesia&day=obs
https://regional.kompas.com/read/2018/10/13/11033401/3-status-ancaman-tsunami-yang-harus-
diketahui-semua-orang

https://bpba.acehprov.go.id/uploads/12_SOP_TSUNAMI_ACEH.pdf

https://simantu.pu.go.id/epel/edok/c8fb5_MDL_Penanggulangan_Bencana.pdf

https://www.bappenas.go.id/files/5913/4986/1931/2kebijakan-penanggulangan-banjir-di-
indonesia__20081123002641__1.pdf

http://indonesiabaik.id/infografis/status-keadaan-tertentu-darurat-bencana-covid-19

Anda mungkin juga menyukai