Anda di halaman 1dari 4

A.

Pendahuluan
1 Latar belakang

Kondisi geologis, geografis, hidrologis, demografis, klimatologis, sosial,


budaya, politik, ekonomi dan teknologi menjadikan Indonesia sebagai negara
yang rawan bencana, baik bencana alam, bencana non alam, maupun bencana
sosial.

Bencana baik dalam skala kecil maupun besar dapat mengakibatkan


timbulnya korban jiwa manusia, cacat, luka, hilang, pengungsi, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Untuk mengurangi dampak bencana terhadap korban, maka perlu upaya


penyelamatan melalui pencarian, pertolongan, dan evakuasi. Dalam upaya
penyelamatan tersebut perlu diprioritaskan pada masyarakat terkena bencana
yang mengalami luka parah dan kelompok rentan. Terhadap masyarakat terkena
bencana yang meninggal dunia dilakukan upaya identifikasi dan pemakaman.

Upaya penyelamatan masyarakat terkena bencana dilaksanakan oleh Tim


Reaksi Cepat (TRC) Penanggulangan Bencana yang terdiri dari unsur
BNPB/BPBD, BASARNAS/Kantor SAR, Departemen Teknis/Dinas, serta TNI
dan POLRI dengan melibatkan unsur masyarakat dibawah komando Komandan
Penanganan Darurat Bencana, sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencananya.
Dalam hal terjadi eskalasi bencana, BNPB dapat memberikan dukungan kepada
BPBD untuk melakukan penyelamatan masyarakat terkena bencana. Agar
pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dapat lebih berhasil guna,
perlu disusun suatu pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan pemerintah,
pemerintah daerah, lembaga usaha dan masyarakat.

2 Definisi

Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban bencana dari lokasi


bencana ke tempat yang aman dan atau penampungan pertama untuk
mendapatkan tindakan penanganan lebih lanjut.

3 Maksud dan tujuan


a. Pedoman ini dimaksudkan sebagai panduan dalam melaksanakan
pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana secara
terkoordinasi, berhasil guna dan berdaya guna, dengan tujuan
untuk : Meningkatkan pengerahan sumber daya dalam
pencarian,pertolongan, dan evakuasi bagi korban bencana.
b. Menyelamatkan korban bencana secara cepat, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.

4 Dasar hukum

B. Materi Evakuasi Rujukan


Kegiatan evakuasi dilakukan dengan langkah-langkah:
1) Tim evakuasi menuju lokasi bencana bersama tim pencarian dan tim
penolong;
2) Memindahkan korban bencana keluar dari sumber bencana ke tempat
yang lebih aman untuk mendapat tindakan selanjutnya;
3) Memberikan pengobatan sementara kepada korban bencana selama
dalam perjalanan;
4) Memberikan dukungan sosial dan psikologis kepada korban bencana;
5) Melaporkan kegiatan evakuasi secara berkala per 3 jam atau per 6 jam
atau sesuai kondisi

Evakuasi :

1) Tata cara tertulis. Harus memiliki Peta geomedik, Kondisi pasien Stabil
dan optimal pra dan selama evakuasi hingga tujuan.
2) Kriteria : Fisiologis / Anatomis
3) Mekanisme :Tahu Tujuan dan Prinsip rujukan.ABC
stabil,Immobilisasi,Mekanika mengangkat pasien.

Sarana-prasarana Evakuasi Minimal :

a) Alat / Bahan / Obat Bantuan Hidup Dasar


b) Cervical collar / splint
c) Short serta Long Spine Board
d) Wheeled serta Scoop Stretcher
Jenis Evakuasi :

1) Darurat :
a. Lingkungan berbahaya (misal kebakaran).
b. Ancaman jiwa (misal perlu tempat rata dan keras untuk RJP).
c. Prioritas bagi pasien ancaman jiwa
2) Segera :
a. Ancaman jiwa, perlu penanganan segera.
b. Pertolongan hanya bisa di RS (misal pernafasan tidak adekuat,
syok).
c. Lingkungan memperburuk kondisi pasien (hujan, dingin dll).
3) Biasa :Tanpa ancaman jiwa, namun tetap memerlukan RS

HAL-HAL YANG DIATUR KHUSUS

1) Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik


dari RS rujukan.
2) Protap pelayanan gawat-darurat di tempat umum.
3) Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat (RAH).
C. Implementasi dalam simulasi penanggulangan bencana

Pos penatalaksanaan evakuasi ini berfungsi untuk:

1. Mengumpulkan korban dari berbagai pos medis lanjutan


2. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap para korban
3. Meneruskan/memperbaiki upaya stabilisasi korban
4. Memberangkatkan korban ke fasilitas kesehatan tujuan

Jika bencana yang terjadi mempunyai beberapa daerah pusat bencana, di setiap
daerah pusat bencana tersebut harus didirikan pos medis lanjutan. Dengan adanya
beberapa pos medis lanjutan ini pemindahan korban ke sarana kesehatan penerima
harus dilakukan secara terkoordinasi agar pemindahan tersebut dapat berjalan
secara efisien.Untuk mencapai efisiensi ini korban yang berasal dari berbagai pos
medis lanjutan akan dipindahkan ke satu tempat dengan fasilitas stabilisasi dan
evakuasi yang lebih baik, dimana dari tempat ini transfer selanjutnya akan
dikoordinasi. Tempat penampungan korban sebe-lum pemindahan ini disebut
sebagai Pos Penatalaksanaan Evakuasi yang dapat berupa sebuah “Rumah Sakit
Lapangan”, Poliklinik, Rumah Sakit tipe B, atau fasilitas sejenis.

D. Penutup

Anda mungkin juga menyukai