Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana berdampak pada masyarakat baik dampak ekonomi seperti hilangnya mata
pencaharian, dampak kesehatan seperti rusaknya fasilitas air bersih, sulitnya tersedia air
bersih, sanitasi yang buruk yang berpotensi menimbulkan penyakit lingkungan, sulitnya
mengakses pelayanan kesehatan dan pelayanan reproduksi serta trauma psikologis, dampak
pendidikan seperti rusaknya fasilitas pendidikan dan dampak pada rusaknya fasilitas umum.

Petugas kesehatan serta partisipasi masyarakat memiliki peran penting dalam


penanggulangan bencana. Peran tenaga kesehatan menjadi dasar keberhasilan penanganan
kesehatan pada masa tanggap darurat bencana. Upaya triase dan evakuasi secara simultan
dengan memprioritaskan penanganan pada kelompok rentan akan menyelamatkan korban
bencana yang banyak (Rahayuningsih et al., 2022)

2.2 Peran perawat secara umum

1.Fase Mitigasi: upaya memperkecil dampak negative bencana. Contoh: zonasi dan
pengaturan bangunan (building codes), analisis kerentanan; pembelajaran public.

2.Fase Preparadness: merencanakan bagaimana menaggapi bencana. Contoh: merencanakan


kesiagaan; latihan keadaan darurat, system peringatan.

3 Fase respon: upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh bencana. Contoh:
pencarian dan pertolongan; tindakan darurat,

4.Fase Recovery: mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Contoh: perumahan


sementara, bantuan keuangan; perawatan kesehatan.

Keempat fase manajemen bencana tersebut tidak harus selalu ada, atau tidak secara terpisah,
atau tidak harus dilaksanakan dengan urutan seperrti tersebut diatas. Fase-fase sering saling
overlap dan lama berlangsungnya setiap fase tergantung pada kehebatan atau besarnya
kerusakan yang disebabkan oleh bencana itu. Dengan demikian, berkaitan dengan penetuan
tindakan di dalam setiap fase itu, kita perlu memahami karakteristik dari setiap bencana yang
mungkin terjadi.

2.3 Langkah langkah manajemen bencana

Langkah-langkah manajemen bencana terbagi menjadi 3 tahapan atau fase, 3 tahap atau fase
manajemen bencana yaitu:
1. Tahap Pra Bencana

Dalam fase pra bencana ini mencakup kegiatan, mitigasi, kesiapsagaan dan peringatan dini.

a) Pencegahan (Prevention) , yaitu kegiatan yang lebih di titik beratkan pada upaya
penyusunan berbagai peraturan perundang-undangan yang bertujuan mengurangi
resiko bencana. Misal peraturan tentang RUTL, IMB, rencana tata guna tanah,
rencana pembuatan peta rawan bencana dsb.
b) Mitigasi Bencana (Mitigation), upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan
bencana, misal pembuatan tanggul, sabo dam, check dam, Break water, Rehabilitasi
dan normalisasi saluran.
c) Kesiapsiagaan (Preparedness) , Yaitu kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan
kepada masyarakat, petugas di lapangan maupun operator pemerintah, disamping itu
perlu dilatih ketrampilan dan kemahiran serta kewaspadaan masyarakat.
d) Peringatan Dini (Early Warning), Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin pada masyarakat mengenai kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya untuk
memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini ini harus menjangkau masyarakat (accesible), segera
(immediate), tegas tidak membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).

2. Tahap Saat Terjadi Bencana

Dalam tahap ini mencakup tanggap darurat dan bantuan darurat.

a) Tanggap Darurat (response), Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan. Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian dan
pemulihan sarana prasarana. Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap
tanggap darurat, diantaranya yaitu:
1) Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya
2) Penentuan status keadaan darurat bencana
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
4) Pemenuhan kebutuhan dasar
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan
6) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
b) Bantuan Darurat (relief), Ini merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, tempat tinggal
sementara, kesehatan, sanitasi dan juga air bersih.

3. Tahap Pasca Bencana

Dalam tahapan ini mencakup pemulihan, rehabilitasi dan juga rekonstruksi.

a) Pemulihan (Recovery), Pemulihan adalah rangkaian kegiatan untuk mengembalikan


kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaab, prasarana dan sarana dengan melakukan upata
rehabilitasi.
b) Rehabilitasi (rehabilitation), Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua
aspek pelayanan publik atau masyarakat hingga tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar
semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
c) Rekonstruksi (reconstruction), Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha
serta langkah-langkah nyata yang terencana dengan baik, konsisten dan berkelanjutan
untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan baik tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan
rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non
fisik.

2.4 Peran perawat dalam melakukan manajemen bencana

1. Pencarian dan penyelamatan

a) Melokalisasi korban.
b) Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
c) pengumpulan/penampungan.
d) Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
e) Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
f) Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika diperlukan.

2. Triase

a) Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di


lapangan).
b) Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life
saving surgery).
c) Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat, mengelompokkan
korban sesuai dengan keparahan pada masingmasing warna tag yaitu kuning dan
merah.
d) Area tindakan harus ditentukan sebelumnya dan diberi tanda.
e) Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi/terinfeksi harus diutamakan

3. Pertolongan Pertama

a) Mengobati luka ringan secara efektif dengan melakukan teknik pertolongan pertama,
seperti kontrol perdarahan, mengobati shock dan menstabilkan patah tulang.
b) Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar seperti manajemen perdarahan eksternal,
mengamankan pernafasan, dan melakukan teknik yang sesuai dalam penanganan
cedera.
c) Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama seperti membersihkan jalan napas,
melakukan resusitasi dari mulut-mulut, melakukan CPR/RJP, mengobati shock, dan
mengendalikan perdarahan.
d) Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa obstruksi saluran napas
harus menjadi tindakan pertama, jika perlu saluran udara harus dibuka dengan metode
Head-Tilt/Chin-Lift.
e) Mengalokasikan pertolongan pertama pada korban dengan perdarahan, maka perawat
harus mnghentikan perdarahan, karena perdarahan yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kelemahan dan apabila akhirnya shock dapat menyebabkan korban
meninggal.

4. Proses pemindahan korban

a) Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tandatanda vital;


b) Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus, pipa
ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain-lain.

5. Perawatan di rumah sakit

a) Mengukur kapasitas perawatan rumah sakit.


b) Lokasi perawatan di rumah sakit
c) Hubungan dengan perawatan di lapangan.
d) Arus pasien ke RS harus langsung dan terbuka.
e) Arus pasien harus cepat dan langsung menuju RS, harus ditentukan, tempat tidur
harus tersedia di IGD, OK, ruangan dan ICU.

6. RHA

Menilai kesehatan secara cepat melalui pengumpulan informasi cepat dengan analisis
besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan untuk tindakan
penanggulangan segera.

7. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana

a) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari.


b) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c) Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS.
d) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan.
f) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi
dengan perawat jiwa.
g) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan
otot).

h) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan


memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater.
j) Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.

8. Peran perawat dalam fase postimpact

a) Membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal melalui proses


konsultasi atau edukasi.
b) Membantu memulihkan kondisi fisik yang memerlukan penyembuhan jangka waktu
yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Perawat memiliki peran dalam penanggulangan bencana. Pencarian dan


penyelamatan, Triase, Pertolongan Pertama, Proses pemindahan korban, Perawatan di rumah
sakit, RHA, Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana, Peran perawat
dalam fase postimpact.

3.2 Saran

Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk melakukan


pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana, oleh karena itu diharapkan
bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang sudah berpengalaman dalam praktik
pelayanan kesehatan mau untuk berperan dalam penanggulangan bencana yang ada di sekitar
kita. Karena ilmu yang didapat dibangku perkuliahan sangat relevan dengan yang terjadi di
masyarakat, yaitu fenomena masalah kesehatan yang biasanya muncul di tempat yang sedang
terjadi bencana.
Daftar pustaka

Martini, M. et al. (2021) ‘Manajemen Bencana’, Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas


Dharmawangsa.
https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan-manajemen-bencana diakses pada tanggal 11
Oktober 2023 pukul 09.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai