Manajemen Kedaruratan adalah seluruh kegiatan yang meliputi :
aspek perencanaan dan penanganan kedaruratan pada saat darurat
dan sesudah terjadi keadaan darurat. mencakup kesiapsiagaan darurat, tanggap darurat, dan pemulihan darurat. termasuk di dalamnya transisi dari darurat ke pemulihan khususnya pemulihan dini (early recovery). Tidak termasuk kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi). Secara umum Manajemen Kedaduratan hampir sama dengan Manajemen tradisional perbedaannya terletak pada aspek-aspek: 1. Waktu sangat Mendesak Kondisi darurat hanya berlangsung singkat, oleh karena itu segala sesuatunya harus ditangani secara tepat dan cepat. 2. Semua keputusan beresiko tinggi Dalam penanganan darurat diperlukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat oleh penanggungjawab penanganan darurat (incident Commander) karena seorang incident Commander harus memiliki kompetensi, pengalaman, dan tanggungjawab yang besar serta keberanian bertindak dan mengambil keputusan secara cepat ▪ Dampak yang besar ▪ Kebutuhan sumber daya sangat besar ▪ sumber daya yang ada terbatas ▪ Mencari sumber daya dari luar daerah bencana 4. Kewenangan koordinasi kabur • pada saat terjadi bencana, pada umumnya semua pihak yang terlibat dalam penanganan bencana panik , tidak tahu apa yang harus dilakukan . • terjadi konflik kepentingan antar pihak/sektor. • Butuh incident commander yang akan mengendalikan situasi dan mengkoordinasikan semua pelaku /pemangku kepentingan. Mencegah bertambah besarnya jumlah korban dan kerusakan/kerugian. Meringankan penderitaan, mendapatkan bantuan standar pelayanan minimum pangan, nonpangan,layanan kesehatan, hunian sementara, air bersih dan sanitasi. Stabilisasi kondisi korban. Mengamankan aset vital atau fasilitas kunci. Menyediakan pelayanan dasar selama darurat dan pasca darurat. Perbaikan sarana-prasarana umum, rehabilitasi psiko-sosial. Meringankan beban masyarakat setempat. Dalam memenuhi kebutuhan dasar selama darurat perlu diperhatikan hak-hak kelompok rentan. a. Bersifat meluas, besar-besaran, dan membebani sistem normal. Pada saat darurat kondisi semakin buruk sehingga membawa dampak besar, meluas dan harus ditangani secara luar biasa dan di luar cara-cara normal, agar situasi/kondisi dapat dikendalikan dengan cepat. b. Dalam suasana yang kacau /atau traumatis c. Segala keputusan membawa konsekuensi langsung
selama dilakukan penanganan kedaruratan , kondisi kedaruratan
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga periode : 1. Periode Panik terjadi suasana panik , bingung, suasana sangat mencekam, bantuan pada periode ini belum optimal , mungkin daerah bencana sulit dijangkau . Petugas yang mempunyai tanggungjawab dalam penanggulangan bencana mungkin menjadi korban. Kegiatan pada periode ini berupa evakuasi korban yang luka maupun yang meninggal, pelayanan medis, tindakan operasi, rawat inap atau rawat jalan. • Situasi panik sudah reda, masyarakat sudah memperoleh informasi dari berbagai pihak. • Pendataan cakupan luas dampak, jumlah korban bencana, kerusakan fisik sudah dapat dijadikan acuan untuk melakukan tanggap darurat yang baik dan terarah. • Kegiatan pada periode ini penyaluran /distribusi bahan pangan, uang lauk-pauk, kebutuhan perlindungan sementara, kebutuhan listrik. • Santunan uang duka, biaya perawatan rumah sakit. Masyarakat sudah dapat melaksanakan kegiatan sosial ekonomi meskipun dalam batas minimal. Kegiatan percepatan dan penuntasan penanganan darurat, serta pengakhiran pemulihan darurat. Pemulihan pasca bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi) periode transisi. Periode Transisi • Koordinasi penyusunan kebijakan umum dan strategi rehabilitasi dan rekonstruksi. • Koordinasi perumusan perencanaan • Pelaksanaan dan evaluasi rencana kerja. • Menetapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaannya. Dimulai sejak adanya tanda-tanda akan terjadi bencana 1. tahap siaga darurat a. peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat untuk menghindari jatuhnya korban, dan dilakukan kegiatan tanggap darurat. b. menuntut tanggapan besar-besaran dan dengan cara- cara yang luar biasa. 2. Penyiapan Operasi Tanggap darurat a. Penunjukkan seorang incident commander untuk memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh aspek dalam operasi tanggap darurat. b. aktivasi posko aktivasi Pusat Pengendali operasi (pusdalops), pusdalops harus didukung dengan sistem informasi dan komunikasi yang baik,sehingga mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Pusat informasi Pemecahan masalah Pengambilan keputusan Evaluasi kegiatan harian/berkala Media centre Posko memiliki 6 ruangan dengan fungsi masing-masing: a. Rapat koordinasi b. Pimpinan posko c. Alat komunikasi d. Operasi data dan media center Tim reaksi cepat melakukan pertolongan, penyelamatan dan evakuasi serta kaji cepat (rapid assesment) antara lain: 1. mendata luasan dampak 2. jumlah korban 3. kerusakan/kerugian 4. kebutuhan dan kemampuan sumberdaya serta perkembangan situasi ke depan Perencanaan Operasi Adalah proses penyusunan rencana tanggap dadurat yang didasarkan pada rencana kontinjensi yang telah dibuat sebelumnya. Rencana kontinjensi (kegiatan,yang telah disesuaikan isinya (kegiatan,pelaku, kebutuhan sumber daya dan aspek-aspek lainnya. Dalam operasi tanggap darurat melibatkan berbagai pihak dari unsur pemerintah maupun nonpemerintah, dari dalam negeri maupun luar negeri. Dikoordinir dikendalikan dan dikomandani oleh Incident commander. Penanganan darurat mengacu pada ICS (incident Commander System). ICS organisasi ad-hoc /tidak permanen dengan menunjuk Incident Commander yang memiliki fungsi : 1. komando, fungsi perintah yang didasarkan atas sistem hirarki suatu organisasi yang dilakukan secara vertikal. 2. Pengendalian, yaitu fungsi mengarahkan dan dilakukan pada suatu situasi yang melingkupi lintas organisasi. 3. Koordinasi, yaitu fungsi keduanya (komando dan pengendalian ) diarahkan pada penggunaan sumberdaya secara sistematis dan efektif yang berasal dari berbagai sumber/organisasi. 1. Manajemen dan koordinasi 2. Penyelamatan dan perlindungan, penerimaan dan pendataan. 3. Pangan dan nonpangan termasuk nutrisi. 4. Logistik dan transportasi 5. Penampungan sementara 6. Air Bersih dan Sanitasi 7. Kesehatan (layanan medis dan obat- obatan) 8. Tempat penampungan 9. Pendidikan 10. Pelayanan masyarakat 11. Media center 1. Perlindungan dan pendataan a. Menyelamatkan dan melindungi korban bencana b. pemakaman bagi korban yang meninggal c. mencatat dan mendata korban agar memudahkan pengurusan pelayanan d. pengamanan harta benda/asset, dan lokasi bencana e. menyangkut kapasitas alat angkut(volume, berat, dan kapasitas tiap alat angkut. 2. Penampungan sementara a. Membangun barak,membangun tenda –tenda. b. penampungan sementara pada bangunan gedung yang aman, sekolah,kantor, stadion, atau gudang. 3. Air bersih dan sanitasi penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan untuk menjaga kondisi kesehatan minimal guna menghindari wabah penyakit. 4. Penyediaan Sarana MCK MCK diperhitungkan rasio jumlah MCK terhadap jumlah pengguna. Kebutuhan MCK utk wanita jumlahnya lebih banyak daripada pria misalnya 1:3 (1 untuk pria, 3 untuk wanita) • Pada tahap awal disiapkan makan siap saji. • Setelah tersedia alat memasak dan dapur umum baru diberikan bantuan dalam bentuk natura(beras/ makanan pokok dan lauk - pauk). • Bantuan nonpangan disediakan seperti, selimut, sarung, handuk, pakaian, pembalut wanita, sikat gigi, sabun cuci dan mandi, pasta gigi. 6. Kesehatan (medis dan obat-obatan) serta nutrisi a. pleayanan dasar yaitu puskesms, Pos Kesehatan, dokter dan paramedis. b. pelayanan rujukan (Rumah Sakit) c. obat-obatan (obat rutin dan khusus) d. imunisasi dan vaksinasi guna mencegah timbulnya penyakit. e. makanan pendamping susu ibu f. makanan tambahan / suplemen Penyediaan layanan masyarakat berupa media(radio, televisi), komunikasi (telepon), informsi(keluarga, penyuluhan, sosialisasi pertemuan warga). 8. Pendidikan Pendidikan harus tetap berjalan, meskipun harus menempati bangunan yang ada atau di tenda. 9. Pembersihan kota atau / wilayah Pembuangan puing-puing bangunan ke tempat yang sdh disediakan 10. Pengamanan Pengamanan tempat bencana dan asset vital 11. Penanganan Kelompok Rentan Penanganan korban dengan mendahulukan kelompok rentan ( balita, ibu hamil,ibu menyusui, orang cacat, lanjut usia, orang jompo, orang sakit) 12. Media Center Media center diperlukan untuk manajemen komunikasi agar menghasilkan pemberitaan yang positif dan berimbang. Korban bencana umumnya mengalami Gangguan mental emosional dan kecemasan yang berat, memerlukan penanganan khusus dari ahli misalnya psikolog dan pekerja sosial. MANAJEMEN PEMULIHAN a. Pemulihan merupakan awal upaya pembangunan kembali yang dilakukan melalui rehabilitasi dan rekonstruksi. b. Rehabilitasi dimaksudkan sebagai upaya perbaikan untuk mengembalikan fungsi secara minimal terhadap sarana, prasarana, dan fasilitas umum yang rusak akibat bencana. c. Normalisasi/berjalannya secara wajar berbagai aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat seperti pada kondisi sebelum terjadinya bencana d. Rekonstruksi upaya pembangunan kembali sarana, prasarana, dan fasilitas umum dan kapasitas kelembagaan yang rusak akibat bencana e. Tujuan rekonstruksi untuk menumbuh-kembangkan kegiatan sosial, ekonomi, budaya, tegaknya hukum dan ketertiban serta bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan. f. Manajemen pemulihan dilakukan sejak proses penilaian dan kerusakan dan kerugian., perencanaan,pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi, rekonstruksi serta pengawasan yang didukung pendanaan secara memadai. g. Memasukkan unsur pengurangan resiko terhadap kegiatan pemulihan “build back better”membangun dengan lebih baik/berkualitas untuk mencegah terulangnya kembali kerusakan . a. Memasukkan unsur pengurangan resiko terhadap kegiatan pemulihan “build back better”membangun dengan lebih baik/berkualitas untuk mencegah terulangnya kembali kerusakan . b. Asuransi bencana merupakan bentuk perlindungan negara kepada rakyat/warga negaranya. c. Pengalihan beban/ risiko, pengalihan dampak dari risiko kepada pihak lain yang menanggung risiko kerugian. Kerangka kerja penilaian kebutuhan pasca bencana mengakomodasikan pada 3 aspek : 1. Aspek Kemanusiaan kelangsungan hidup dan berjalannya kegiatan sosial-ekonomi masyarakat korban bencana. • Fase transisi dari kedaruratan ke periode rehabilitasi dan rekonstruksi adalah fase kritis. • Masih diperlukan pemenuhan jaminan hidup, langkah awal adalah penyediaan lapangan kerja, usaha mandiri, modal kerja lain-lain yang disertai pelatihan . Selain pemulihan layanan publik/ masyarakat sampai tingkat memadai/normal, termasuk pemulihan sosial ekonomi untuk jangka menengah-panjang. Sasarannya adalah normalisasi /berfungsinya secara wajar berbagai aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Aspek Pembangunan ❑ Pembangunan kembali sarana/prasarana serta kelembagaan di wilayah pasca bencana. ❑ Mengakomodasikan pengurangan risiko bencana build back better. ❑ Sasarannya tumbuh kembangnya sosial ekonomi dan budaya, tegaknya hukum,dan ketertiban, serta bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan.