Anda di halaman 1dari 19

TANGGAP DARURAT BENCANA (SAFE

COMMUNITY) DAN SYSTEM PENANGGULANGAN


GAWAT DARURAT TERPADU

Kelompok 6

Dorkas Dorti (AOA0190893)


Nadiah Fitrianingsih (AOA190907)
Rismen Bersigep (AOA0190913)
Silvianus Micky (AOA0190916)
Vanessa Salimar N (AOA0190919)
Zakiyatul Asfiya’ (AOA0190925)
01 .

"Safe Community"
(SAFE COMMUNITY)

Safe Community juga Adalah gerakan agar masyarakat merasa sehat,


aman dan sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran
aktif himpunan profesi maupun masyarakat serta melalui upaya
peningkatan community preparedness dan mitigation (care), pelayanan
respon cepat dan rehabilitasi (cure) yang dilakukan oleh dan untuk
masyarakat dengan didukung pemerintahan
Visi Misi Gerakan Safe Community

Visi : Menjadi gerakan di masyarakat yang mampu melindungi masyarakat


dalam keadaan kedaruratan sehari-hari atau dampak bencana sehingga tercipta
perilaku masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk disituasi sehat dan
aman.
Misi
a. Mendorong masyarakat untuk menjadi sehat aman dan sejahtera
b. Kerja sama lintas sektor
c. Mengembangkan standart nasional untuk peningkatkan ualitas kesehatan
masyrkt
d. Memberikan dukungan pendanaan bid. Kesehatan dari pemerintah,bantuan
luar negri dan lain
e. Mendukung pelayanan kesehatan pra RS dan pelayanan kesehatan
Nilai Dasar Safe Community

1. Safe Community meliputi aspek care (pencegahan, penyiagaan dan mitigasi),


2. Equity,
3. Partnership,
4. Net working,
5. Sharing,
Fasilitas dan Peralatan
a. Fasilitas yang disediakan harus dapat menjamin efektifitas bagi pelayanan kepada
masyarakat termasuk pelayanan UGD di RS dengan waktu pelayanan 24 jam.
b. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat yang disiapkan sesuai dengan standard yang
ditetapkan Depkes.
c. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk ambulans dan
keselamatan kerja.
Sasaran yang ingin di capai

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian masyarakat dan profesi


kesehatan dalam kewaspadaan dini kegadaran.
2. berlaksananya koordinasi lintas sektor terkait dalam SPGDT, baik untuk
keamanan dan ketertiban (kepolisian), unsur penyelamatan (PMK) dan unsur
kesehatan (RS, Puskesmas, ambulans dll) yang tergabung dalam satu
kesatuan dengan mewujudkan PSC (public safety center).
3. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai pendukung
dalam satu sistem, SPGDT.
02.

SISTEM PENANGGULANGAN
GAWAT DARURAT TERPADU DI
DESA SIAGA (SPGDT)
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat
darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan Pra rumah sakit,
Pelayanan di rumah sakit atau antar rumah sakit. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving
and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat
awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans
gawat darurat dan sistem komunikasi (Depkes RI,2010).
Sistem pelayanan Medik Pra RS

Pelayanan sehari-hari :
1. PSC (public Safety Center)
2. BSB (Brigade Siaga Bencana)
3. Pelayanan Ambulans.
4. Komunikasi
5. Pembinaan
● Pelayanan pada bencana atau korban massal:
● 1.Koordinasi, Komandan
● 2.Eskalasi dan mobilisasi sumber daya
● 3. Simulasi
● 4. Pelaporan,monitoring,evaluasi
Pelayanan Medik di RS

a. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.


b. Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS.
c. Transport intra RS.
d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin
peningkatan kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan medis.
e. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.
Sistem Pelayanan Medik Antar RS

1. Rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.


2. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
3. Sistem Informasi Manajemen, SIM untuk menghadapi kompleksitas
permasalahan dalam pelayanan.
4. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian
informasi keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum
pasien ditranportasi ke RS tujuan.
03 .

"Tanggap Darurat Bencana"


Tanggap Darurat Bencana

Bencana adalah kejadian yang menyebabkan terjadinya banyak


korban gawat darurat, yang tidak dapat dilayani oleh unit pelayanan
kesehatan seperti biasa, terdapat kerugian material dan terjadinya
kerusakan infra struktur fisik serta terganggunya kegiatan normal
masyarakat
Masalah saat bencana

1. Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin lain
2. Keterbatasan peralatan / sarana. Pusat pelayanan tidak disiapkan untuk
jumlah korban yang besar.
3. Sistem Kesehatan. Belum disiapkan secara khusus untuk menghadapi
bencana.
Fase pada Disaster Cycle

1. Fase Impact / bencana. Korban jiwa, kerusakan sarana-prasarana, infra struktur, tata- nan
sosial sehari-hari.
2. Response / tanggap segera :
● Emergency response. Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi definitif.
● Emergency relief. Mamin, tenda untuk korban sehat.
● Emergency rehabilitation. Perbaikan jalan, jembatan dan sarana dasar lain untuk
pertolongan korban.
3. Recovery. Pemulihan.
4. Development. Pembangunan.
5. Prevention. Pencegahan.
6. Mitigation. Pelunakan efek bencana.
7. Preparedness. Kesiapan menghadapi bencana.
Perlindungan diri bagi petugas

1. Prinsip Safety.
• Do No further harm.
• Safety diri saat respons kelokasi.
• Safety diri ditempat kejadian.
• Safety lingkungan.
2. Protokol Safety
a. Khusus. Atribut, tanda pengenal posko-ambulans
b. Umum. Koordinasi dengan instansi setempat, KIE netralitas, siapkan
jalur penyelamatan diri yang hanya diketahui tim, logistik cukup, kriteria
kapan harus lari.
Posko Pelayanan Gadar Bencana

1. Penyediaan posko yankes oleh petugas yang berhadapan langsung dengan


masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan posko.
2. Penyediaan dan pengelolaan obat.
3. Penyediaan dan pengawasan makanan dan minuman.

Anda mungkin juga menyukai